PEMUNGUTAN PAJAK
TUGAS MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Mata Kuliah Hukum Pajak
Pada Perkuliahan Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nya lah saya akhirnya bisa menyelesaikan makalah, “Penggolongan
Pajak dan Sistem-sitem Pemungutan Pajak.” Ini dengan baik dan tepat waktu.
Saya berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk
maupun tingkatkan isi makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan
yang luas dan lebih baik lagi. Meskipun sudah mengumpulkan banyak referensi
untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa didalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan
ilmu maupun pengalaman, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik serta
masukan yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar Makalah saya, besar harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Penulis
Agus Refinaldi
(D10119001)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3. Tujua..............................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembagian-Pembagian Pajak…………………………………………….
2.1.1. Pajak Langsung dan Tidak Langsung .................................................
2.1.2. Pajak Pusat dan Pajak Daerah .................................................................
2.1.3. Pajak Subjektif dan Pajak Objektif…………………………………..
2.2. Sistem-sistem Pemungutan Pajak ………………………………………..
2.2.1. Official Assessment System…………………………………………….
2.2.2. Self Assessment System...........................................................................
2.2.3. Withholding Assessment System………………………………………
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................
3.2. Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Penggolongan Pajak.
1.3.2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Sistem-sistem Pemungutan
Pajak.
1
Anonim, “Makalah Pajak-Penggolongan Pajak dan Sistem Pemungutan Pajak,” http://www.kaba
rpajak.com/2013/07/makalah-penggolongan-pajak-dan-sistem.html, Diakses Pada Tanggal 24
Maret 2022, Pukul 14.20 WITA.
2
Ibid.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
tergantung dari peristiwa yang membuat kewajiban untuk membayar pajak tersebut
muncul. 3
Berikut ini merupakan beberapa perbedaan antara pajak langsung dengan
pajak tidak langsung, yaitu:4
a. Pihak yang dikenakkan wajib pajak
Seperti definisi dari pajak langsung dan pajak tidak langsung, dimana
pembayaran pajak langsung dibebankan kepada Wajib Pajak yang
memang namanya terdaftar sebagai penanggung pajak, sedangkan untuk
pajak tidak langsung dapat dibayarkan oleh pemikul pajak yang berperan
sebagai pihak pengganti yang diwenangkan untuk membayarkan pajak
dari Wajib Pajak yang bersangkutan. Dalam pajak tidak langsung juga,
apabila Wajib Pajak diwakilkan dengan pemikul pajak, maka nama yang
tertera sebagai Wajib Pajak bukanlah nama pihak pemikul pajak,
melainkan tetap nama individu atau instansi yang berperan sebagai
penanggung jawab pajak yang terdaftar.
b. Surat Ketetapan Masyarakat
Dalam kaitannya pajak langsung, terdapat surat ketetapan pajak yang
mengatur mengenai pemotongan dan penyetoran pajak. Dan ketika
Surat Pemberitahuan (SPT) diterbitkan, akan muncul nominal pajak
yang tergolong pajak langsung tersebut. Sedangkan untuk pajak tidak
langsung, tidak memiliki surat ketetapan pajak yang mengatur
pemotongan dan penyetoran pajak karena nominal dan prosedur
pembayaran untuk pajak tidak langsung telah diatur dalam Undang-
Undang (UU).
c. Perspektif Pemerintah
Pajak langsung ini termasuk ke dalam pajak progresif yang
mempengaruhi perekonian negara secara langsung, terutama untuk
tingkat inflasi. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan bahwa
pemerintah mengumpulkan pajak ini dalam waktu yang bersamaan
secara langsung. Sedangkan untuk pajak tidak langsung, memungkinkan
pemerintah untuk mengharapkan adanya pemasukan yang berasal dari
semua kalangan dengan harapan memunculkan feedback yang stabil.
Atau dengan pengertian lain bahwa pajak yang masuk nantinya akan
tetap digunakan untuk pembangunan perekonomian ke depannya.
3
Sandra, “Perbedaan Pajak Langsung dan Tidak Langsung,” https://www.pajakku.com/read/60
d040b958d6727b1651ab7b/Perbedaan-Pajak-Langsung-dan-Pajak-Tidak-Langsung, Diakses Pada
Tanggal 24 Maret 2022, Pukul 14.51 WITA.
4
Ibid.
6
2.1.2. Pajak Pusat dan Pajak Daerah
Pajak Pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui
Undang-Undang Perpajakan. Pajak pusat juga dikelola dan dipungut oleh
pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak (DJP) di bawah kewenangan
kementerian Keuangan. Hasil dari pemungutan pajak pusat merupakan sumber
pendapatan negara yang tercatat di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) sebagai biaya yang dikeluarkan dalam rangka membangun negara.
Aturan mengenai Pajak Daerah terulang didalam pertaturan No. 10 Tahun 2021
tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah dalam rangka mendukung kemudahan
berusaha dan layanan daerah. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
UU, dengan mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.5
Setidaknya terdapat 5 jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
dikelola secara langsung. Jenis-jenis pajak pusat yang perlu diketahui diantaranya
yaitu:6
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
d. Bea Meterai
e. Pajak bumi dan Bangunan (PBB) tertentu
2.1.3. Pajak Subjektif dan Objektif
Pajak Subjektif, adalah pajak yang diambil dengan mempertimbangkan
kondisi dan kemampuan subjek pajak atau wajib pajak. Kondisi yang dimaksud
seperti status kawin atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga atau tidak.
Pajak ini berlaku untuk setiap wajib pajak yang tinggal di Indonesia. Sementara itu,
WNA (Warga Negara Asing) yang tinggal di Indonesia dikenakan wajib pajak jika
memiliki keterikatan ekonomi serta bisnis dengan Indonesia. Contoh pajak
subjektif adalah pajak penghasilan dan pajak kekayaan. Sedangkan Pajak Objektif,
5
Anonim, “Biar Tidak Bingung, Ini Beda Pajak Pusar dan Pajak Daerah,” https://money.kompas.c
om/read/2021/10/12/143303926/biar-tidak-bingung-ini-beda-pajak-pusat-dan-pajak-daerah?page=
all, Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022, Pukul 17.23 WITA.
6
Ibid.
7
pajak yang diambil hanya berdasarkan kondisi objek, tanpa memperhatikan kondisi
dari wajib pajak. Pajak objektif dikenakan pada seorang WNI (Warga Negara
Indonesia) jika penghasilan yang dimiliki sudah memenuhi syarat sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. Pajak yang masuk dalam pajak objektif adalah pajak
impor, pajak kendaraan bermotor (PKB), PPN, bea materai, serta bea masuk.7
Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan (PPh) yang memperhatikan
tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang. Pajak
objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak. Contoh
pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan
pajak.8
2.2. Sistem-sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara yang dipakai untuk menghitung
besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara. Dengan kata
lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak yang bersangkutan
agar dapat masuk ke kas negara. Sistem pemungutan pajak sendiri diatur dalam
dalam Undang-Undang No.10 tahun 1994, dengan pembahasan dan aturan segala
hal yang terkait dengan subjek maupun objek pajak. Dengan inti dari aturan tersebut
yaitu sistem perlu menerapkan asas domisili serta asas sumber sekaligus atau
dengan satu waktu. Perpajakan di Indonesia melakukan pemberlakukan terhadap
kedua asas tersebut sebagai aset penting guna menambah devisa negara.9
2.2.1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pemerintah
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Dengan
7
Anonim, “Berbagai Golongan Pajak,” https://indopajak.id/berbagai-golongan-pajak/, Diakses
Pada Tangal 24 Maret 2022, Pukul 14.30 WITA.
8
Anonim, “Mengenal 3 Jenis Pajak & Contohnya,” https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-
pribadi/pengelompokan-jenis-jenis-pajak-dan-penjelasannya, Diakses Pada Tangal 24 Maret 2022,
Pukul 14.42 WITA.
9
Rusdiono, “3 Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia Beserta Contohnya,” https://www.rusdion
oconsulting.com/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/, Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022,
Pukul 17.42 WITA.
8
demikian, wajib pajak pada sistem ini bersifat pasif karena hanya menunggu
penyampaian utang pajak yang diteapkan oleh institusi pemungut pajak.10
Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak official assessment adalah yaitu
sebagai berikut:11
a. Pemerintah berwenang menentukan besarnya pajak terutang.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
pemerintah.
Contohnya, pajak bumi dan bangunan (PBB) di mana pemerintah
menerbitkan surat ketetapan pajak yang berisi rincian besaran PBB terutang setiap
tahunnya.
2.2.2. Self Assessment System
Sistem pemungutan official assessment ini berbeda dengan sistem self
assessment sebelumnya. Dimana pada sistem pemungutan pajak official assessment
membebankan wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang terutang pada
petugas perpajakan. Dimana petugas perpajakan tersebut berperan sebagai pihak
pemungut pajak yang dibebankan kepada seorang wajib pajak. Pada sistem
pemungutan pajak ini, setiap wajib pajak berperan pasif dan nilai pajak yang
terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh petugas
perpajakan. Sistem pemungutan pajak ini umumnya diterapkan pada Pajak Bumi
Bangunan (PBB). Dimana seorang wajib pajak tidak perlu melakukan
penghitungan besarnya pajak, mereka hanya perlu melakukan pembayaran pajak
sesuai dengan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT).12
10
Anonim, “Apa Saja Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia,” https://money.kompas.com/read
/2022/02/03/141300426/apa-saja-sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia-?page=all, Diakses Pada
Tanggal 24 Maret 2022, Pukul 17.55 WITA.
11
Ibid.
12
Anonim, “Pelajari 3 Jenis Sistem Pemungutan Pajak yang Berlaku,” https://flazztax.com/20
21/02/16/pelajari-3-jenis-sistem-pemungutan-pajak-yang-berlaku/, Diakses Pada Tanggal 24 Maret
2022, Pukul 18.02 WITA.
9
Sementara itu, ciri-ciri yang dimiliki oleh official assessment system yaitu
sebagai berikut:13
Nominal atau besarnya pajak sudah dihitung oleh petugas pajak
Wajib pajak bersifat pasif dalam melakukan perhitungan besaran pajak
Besaran pajak akan diketahui oleh wajib pajak setelah petugas pajak
melakukan perhitungan pajak dan menerbitkan surat ketetapan pajaknya
Pemerintah memiliki hak penuh pada saat menentukan besaran pajak yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak
13
Ibid.
14
Rani Maulida, “Pengertian Sistem Pemungutan Pajak,” https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak, Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022, Pukul 18.35 WITA.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah saya jelaskan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa sesuai dengan wewenang pemungutannya, pajak digolongkan
menjadi pajak negara dan pajak daerah. Sedangkan secara teknis, pajak dibagi
menjadi dua golongan, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Kemudia
pajak juga digolongkan menjadi pajak subjektif dan objektif. Pada dasarnya sistem
pemungutan pajak terdiri dari Official assessment (Penetapan pajak oleh aparat
pajak), Self assessment (Pemenuhan kewajiban pajak oleh wajib pajak sendiri), dan
Withholding assessment (Penetapan besarnya pajak dilakukan atas bantuan pihak
lain).
Pelayanan pajak di Indonesia secara umum sudah cukup baik, tetapi masih
terdapat wajib pajak orang pribadi yang tidak melaporkan SPT dan hal tersebut
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Selain wajib pajak yang tidak melaporkan
SPT, masih ada juga wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT dan setiap
tahunnya juga mengalami peningkatan. Dan pelaksanaan Self Assessment System
menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak agar penerimaan pajak lebih optimal dan
lebih baik lagi.
3.2. Saran
Dalam penerapan dan pelayanan pajak di Indonesia sudah cukup baik,
namun aparat pajak harus lebih meningkatkan pelayanan yang lebih dekat lagi
dengan masyarakat agar masyarakat itu sendiri nyaman. Dan untuk mengatasi
kendala yang dihadapi dalam penerapan pajak ini kepada masyarakat yaitu
mengadakan sosialisasi, pelatihan mengenai pengisisan SPT (Surat Pemberitahuan
Tahunan), agar masyarakat bisa menghitung sendiri pajak terutangnya maupun
penyuluhan mengenai pentingnya membayar dan mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak. Sehingga wajib pajak lebih peduli mengenai haknya sebagai wajib pajak.
11
DAFTAR PUSTAKA
12