Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpajakan


Dosen Pengampu : Selamet Fuadi, SE.,MM

OLEH :
KELOMPOK 2
ZALVIRA APRILIA PUTRI 20610149
DESTA ANGGRAINI 20610184
NIKEN SHANDRA ANGELLITA 20610144
ADELIA VERONIKA 20610142

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
TA. 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu dengan judul
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan .
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Makalah yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ........................ 3
B. Kewajiban Pajak .................................................................. 4
C. Hak-Hak Wajib Pajak .......................................................... 5
D. Pengertian Fungsi NPWP dan PKP ...................................... 7
E. Surat Keterangan Pajak ........................................................ 13
F. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar (SPPKB) ...................... 14
G. Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib dengan Kriteria .... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 19
B. Saran .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan
pelayanan publik. Namun permasalahan pajak di Indonesia terus berlangsung,
padahal pajak merupakan kewajiban masyarakat sebagai warga negara, tetapi
masih banyak warga negara yang tidak membayar pajak. Bahkan banyak wajib
pajak tidak melakukan pembayaran pajak. Hal ini jelas merugikan negara.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh
dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika wajib pajak
tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelakan penyelundupan, dan pelalaian pajak, yang pada
akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan
berkurang.
Pelaksanaan Pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem
yang telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya didewan perwakilan,
dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun maupum bagi wajib pajak.
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan
perundang – undangan perpajakan menuntut wajib pajak untuk turut aktif
dalam pemenuhan kewajiban pepajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku
adalah Self Assesment System, dimana segala pemenuhan kewajiban
perpajakan di lakukan sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus hanya melakukan
pengawasan melalui prosedurpemeriksaan.
Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan
untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang sehingga dengan

1
cara ini kejujuran dari wajib pajak sangat diperlukan dalam rangka
pemungutan pajak. Wajib pajak disini harus mendaftarkan diri terlebih dahulu
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
Manfaat diterapkannya Sistem Self Assesment System ini disatu sisi
bernilai positif, yaitu mencerdaskan wajib pajak dalam menghitung,
melaporkan dan membayar pajak yang terutang secara sendiri pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan ?
2. Bagaimana Kwajiban Pajak ?
3. Apa saja Hak-Hak Wajib pajak ?
4. Bagaimana Pengertian Fungsi NPWP dan PKP ?
5. Bagaimana Surat Keterangan Pajak ?
6. Bagaimana Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ?
7. Bagaimana Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib dengan Kriteria
tertentu ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan


Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983,
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16
tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila
dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak,
serta sanksi perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu
Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung
pajak yang terutang, menyetornya, serta melaporkan penghitungan dan
penyetoran pajak tersebut, sedangkan fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah
melakukan pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar Wajib Pajak
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.
Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material
perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu
pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat
Jenderal pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan sebagaimana
tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan kewajiban
Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi
perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

3
B. Kewajiban Pajak
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang
pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari
sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat
maupun daerah demi kesejahteraan masyarakat. Uang pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah
satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat dan
daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan
dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak dapat
dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
1. Kewajiban Wajib Pajak
Di samping berhak melakukan berbagai hal di atas, Wajib Pajak juga harus
mematuhi berbagai kewajiban perpajakan. Berikut ini di antaranya:
a. Kewajiban mendaftarkan diri
Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak yang utama adalah
mendaftarkan diri untuk mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Hal ini bisa dilakukan di KP2KP atau KPP. Bisa juga secara
online melalui ereg.pajak.go.id atau aplikasi pajak online AyoPajak
yang telah diawasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
b. Kewajiban memberi data
Data yang dimaksud adalah informasi orang pribadi atau badan yang
dapat menunjukkan kegiatan/usaha, penghasilan dan/atau kekayaan,
peredaran usaha, termasuk informasi terkait transaksi keuangan dan
lalu lintas devisa, nasabah debitur, kartu kredit, hingga laporan
keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada
instansi lain di luar Ditjen Pajak.
c. Kewajiban pembayaran, pelaporan, pemungutan/pemotongan pajak
Wajib Pajak harus menghitung, membayar, dan melaporkan pajak
terutangnya sendiri. Anda bisa melakukan hal ini secara mudah dan
praktis melalui platform AyoPajak.

4
d. Kewajiban pemeriksaan
Contoh kewajiban yang dimaksud adalah memenuhi panggilan untuk
menghadiri pemeriksaan, memberikan izin untuk memasuki ruangan
atau tempat yang dinilai perlu, dan memberikan keterangan jika
dibutuhkan.

2. Undang-Undang Wajib pajak


Berdasarkan UU  KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1,
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

C. Hak-Hak Wajib Pajak


Setidaknya ada total enam belas hak dan kewajiban Wajib Pajak
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berikut
hak-hak Wajib Pajak yang bisa Anda dapatkan:
1. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan
Anda berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta surat
perintah pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan tujuan
pemeriksaan, meminta detail perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT,
serta hadir saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu
yang ditentukan.
2. Hak mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari Ditjen
Pajak, maka dapat mengajukan keberatan. Wajib Pajak juga berhak
mengajukan banding hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
3. Hak atas kelebihan pembayaran pajak
Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari seharusnya,
maka Anda berhak menerima kelebihan bayarnya. Caranya adalah

5
mengirimkan surat permohonan ke Kepala Kantor Pajak Pratama (KPP)
atau melalui Surat Pemberitahuan (SP).
4. Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam waktu
minimal satu bulan untuk PPN dan tiga bulan untuk PPh terhitung sejak
surat permohonan diterima Ditjen Pajak.
5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran
Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan
pengangsuran atau penundaan untuk membayar pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia.
6. Hak kerahasiaan
Hak dan kewajiban Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan
kerahasiaan atas semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen
Pajak terkait kepentingan perpajakan. Hal-hal yang dilindungi mencakup
data dari pihak ketiga yang sifatnya rahasia.
7. Hak pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB)
Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan
akibat bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan pajak
terutang PBB.
8. Hak penundaan pelaporan SPT tahunan
Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan atau penundaan
penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh badan dengan
alasan atau kondisi tertentu.
9. Hak pembebasan pajak
Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembebasan pemungutan
atau pemotongan Pajak Penghasilan dengan alasan atau kondisi tertentu.
10. Hak pengurangan PPh Pasal 25
Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran
PPh Pasal 25 dengan kondisi tertentu.
11. Hak mendapatkan insentif perpajakan

6
Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas
pembebasan PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api,
kapal laut, serta perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di
area pabean oleh Wajib Pajak tertentu.
12. Hak mendapatkan pajak ditanggung pemerintah
Khusus pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai menggunakan hibah
atau dana pinjaman luar negeri, PPh terutang atas penghasilan konsultan,
kontraktor, dan supplier utama ditanggung pemerintah.

D. Pengertian Fungsi NPWP dan PKP


1. Pengertian NPWP dan Fungsi NPWP
a. Pengertian NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. pengertian
dari Nomor Pokok Wajib pajak tersebut diambil dari Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Pasal 1 Nomor 6.
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakn sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan merupakan arti dari Wajib Pajak menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 2.
Sedangkan arti pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun
2007 Pasal 1 Nomor 1 adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

7
b. Fungsi NPWP
Selain sebagai kewajiban, ternyata ada beberapa fungsi NPWP yang
dapat memudahkan kegiatan sehari-hari Anda, yaitu:
1. Menghindarkan Diri Dari Denda
Pertama, fungsi NPWP adalah agar Anda tidak terkena denda
karena tidak membayar pajak. Dengan memiliki NPWP, maka
Anda akan rutin membayar pajak, sehingga tidak terlambat dan
mendapat sanksi denda.
2. Mempermudah Pengajuan Kredit
Kedua, fungsi NPWP adalah sebagai salah satu syarat pengajuan
kredit kepada bank atau lembaga keuangan. Dengan demikian,
pihak bank bisa melihat rekam jejak nasabahnya dalam membayar
kewajiban pajaknya. Bila Anda telah memiliki NPWP, maka
proses pengajuan kredit lebih mudah.
Hampir seluruh aktivitas kredit membutuhkan syarat NPWP, mulai
dari kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit tanpa agunan (KTA),
kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, dan sejenisnya.
3. Membuat Surat Izin Usaha
Berikutnya, fungsi NPWP adalah membantu para pelaku usaha
dalam membuat Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Di
Indonesia, setiap bisnis diwajibkan membayar pajak. Sehingga jika
sebuah entitas usaha diketahui tidak memiliki NPWP, maka proses
legalitasnya akan terhambat.
4. Membuat Rekening Bank
Selanjutnya, fungsi NPWP adalah untuk membuka rekening bank,
sebagai bentuk kepatuhan terhadap regulasi BI.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012
pasal 14 ayat 1 huruf a menyatakan bahwa calon nasabah dengan
potensi beneficial owner wajib menyerahkan NPWP sebagai
bentuk pencegahan tindakan pencucian uang dan pendanaan teroris
oleh bank umum.
5. Syarat Pencairan Dana dari Negara

8
Terakhir, fungsi NPWP adalah membantu Anda dalam mencairkan
dana dari proyek negara. Misalnya proyek negara seperti lelang
mengharuskan pesertanya memiliki NPWP. Syarat ini juga diatur
dalam Peraturan Dirjen Pajak yang mewajibkan peserta
lelang/tender mempunyai NPWP. Hal ini dilakukan pemerintah
sebagai upaya menjaring Wajib Pajak lebih banyak lagi.

c. Pendaftaran NPWP melalui elektronik


NPWP Elektronik seperti dikutip laman Online Pajak:
1. Daftar Akun
Langkah pertama yaitu wajib membuat akun, dengan akses ke
laman ereg.pajak.co.id kemudian klik 'Daftar'. Setelahnya, isi data
diri seperti nama, email, kata sandi, lalu klik 'Save'. Apabila sudah
di save tinggal buka email untuk melanjutkan aktivasi dan
diarahkan ke pengisian formulir berikutnya.
2. Isi Formulir Pendaftaran
Di tahap ini, pastikan Anda sudah melakukan aktivasi dan login
menggunakan email serta password yang sudah didaftarkan
sebelumnya. Setelah masuk, akan diminta untuk mengisi formulir
registrasi wajib pajak untuk pembuatan NPWP. Isi semua data
sesuai yang dibutuhkan pada formulir dengan benar. Jika sudah
input data keseluruhan, Anda akan memperoleh surat keterangan
yang menyatakan sudah terdaftar sementara. Di bagian ini, tinggal
lanjut klik 'Daftar' untuk mengirimkan formulir registrasi secara
online ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Anda mendaftar
NPWP.
3. Pencetakan dan Tanda Tangan
Cara mendapatkan NPWP elektronik selanjutnya yaitu mencetak
formulir registrasi wajib pajak serta Surat Keterangan Terdaftar
Sementara dan menandatangani formulir tersebut.

9
4. Kirim Formulir Pajak ke KPP
Kemudian untuk mengirim formulir ke KPP, Anda cukup scan
semua persyaratan seperti formulir registrasi, Surat Keterangan
Terdaftar Sementara serta dokumen pendukung lain. Apabila sudah
di scan keseluruhan, tinggal unggah satu per satu dokumen
persyaratan ke website registrasi.
5. NPWP Elektronik Dikirim ke Alamat Anda
Pada tahap berikutnya, apabila seluruh dokumen sudah diunggah,
Anda tinggal meninjau status pendaftaran melalui website
resminya atau bisa juga lewat email yang sudah terdaftar.
Nantinya, bila ada keterangan status ditolak berarti dokumennya
perlu diperbaiki. Sedangkan jika disetujui, maka NPWP akan
dikirimkan ke alamat Anda.
Selain dapat dicetak fisik, laman resmi Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) menyebutkan bahwa ada tambahan fitur pengiriman NPWP
elektronik yaitu lewat email wajib pajak.
Fitur pengiriman NPWP lewat email ada pada bagian menu
informasi DJP Online, sehingga ketika membutuhkan NPWP
elektronik, wajib pajak tinggal memeriksa salinan melalui email.
Cara Cek Nomor NPWP Elektronik
Jika sudah pernah mendaftar NPWP secara online, maka Anda juga
bisa cek nomor NPWP pribadi, salah satunya lewat situs resmi.
Berikut cara cek nomor NPWP elektronik secara online:
a. Buka situs ereg.pajak.go.id
b. Isi kolom NPWP secara lengkap dan benar, lalu tidak lama
berselang akan menuju ke kolom e-mail anda dan silahkan
tunggu beberapa saat.
c. Jika nomor NPWP anda masih aktif, kolom nama akan
mendeteksi dan mengeluarkan data pemiliknya.
d. Jika nomor NPWP dinyatakan tidak aktif, anda juga harus
melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, yakni langsung
datang ke kantor pajak terdekat untuk meminta konfirmasi.

10
d. Penghapusan NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan terhadap
Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan. Penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak dapat dilakukan: atas permohonan Wajib Pajak atau
secara jabatan.
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atas permohonan Wajib
Pajak atau secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan
atau hasil Penelitian administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang perpajakan .
Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan oleh
Direktur Jenderal Pajak terhadap, Pengusaha Kena Pajak dengan status
Wajib Pajak Non Efektif, Pengusaha Kena Pajak yang tidak
diketahui keberadaan dan/atau kegiatan usahanya
Pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP atau secara
jabatan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara
Penelitian administrasi.

2. Pengertian PKP dan Fungsi PKP


a. Pengertian PKP
Pengusaha Kena Pajak atau yang biasa disebut dengan PKP adalah
pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau
penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang
Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya,
tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan
keputusan menteri keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,

11
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud.

b. Fungsi PKP
PKP untuk para pengusaha memiliki beberapa fungsi antara lain :
 Pengawasan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM.
 Identitas PKP yang bersangkutan.
 Pemenuhan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

c. Pencabutan Pengukuhan PKP


Peraturan perpajakan di Indonesia menjelaskan, bahwa
perusahaan dengan omset lebih dari Rp 4,8 miliar /tahun wajib
mengukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Namun, jika
dikemudian hari Perusahaan mengalami penurunan omset di bawah Rp
4,8 miliar, Perusahaan dapat mengajukan pencabutan pengukuhan PKP
sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-02/PJ/2018
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak.
Pencabutan pengukuhan PKP dapat dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak sebagaimana yang telah tercatat dalam pasal 21
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-02/PJ/2018. Pencabutan
pengusaha PKP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pencabutan
pengukuhun PKP atas permohonan PKP dan secara jabatan. Kedua
cara pencabutan tersebut dilakukan berdasarkan hasil verifikasi atau
hasil pemeriksaan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara
pemeriksaan atau tata cara verifikasi.

12
Pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan permohonan PKP,
dapat dilakukan dengan cara elektronik atau manual. Pencabutan PKP
dengan cara elektronik dilakukan dengan mengisi dan menyampaikan
formulir pencabutan pengukuhan PKP pada aplikasi e-Registration
yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di
www.pajak.go.id. dan juga mengunggah softcopy dokumen yang
disyaratkan. Sedangkan pencabutan pengukuhan PKP dengan cara
manual, pengusaha mengisi dan menandatangani formulir pencabutan
pengukuhan PKP kemudian melampirkan hardcopy dokumen yang
disyaratkan dan permohonan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat pengusaha terdaftar.
Sedangkan pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan
dilakukan berdasarkan pemeriksaan atau hasil verifikasi dilakukan
apabila terdapat data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau
diperoleh Direktur Jenderal Pajak yang menunjukkan bahwa
Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
objektif.
KPP akan menerbitkan keputusan dalam jangka waktu paling
lama enam bulan sejak tanggal bukti penerimaan surat. Apabila dalam
jangka waktu enam bulan KPP tidak menerbitkan keputusan,
permohonan PKP dianggap dikabulkan dan KPP menerbitkan surat
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu
paling lama satu bulan.

E. Surat Keterangan Pajak


Nama
SKT dan NPWP
Surat Keterangan Terdaftar dan Nomor Pokok Wajib Pajak berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-20/PJ/2013
Pengguna
Orang Pribadi, Badan, Bendaharawan
Status

13
Masih berlaku
Jenis Pajak
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai

F. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Surat ini
merupakan salah satu sarana administrasi bagi Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak untuk melakukan penagihan pajak, yang mana jumlah pajak yang harus
dibayar bisa bertambah.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 dijelaskan bahwa SKPKB
merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan wajib pajak mendapatkan
SKPKB? Berapa denda yang harus dibayar wajib pajak dalam menutupi
kekurangan bayarnya? Mari simak penjelasan berikut yang juga akan memberi
tahu Anda bagaimana cara membayar kekurangan pajak secara mudah.
Kondisi yang Menyebabkan SKPKB Terbit
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah
Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, disebutkan bahwa
Ditjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB dalam jangka waktu lima tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak, atau tahun pajak.
Dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang 6/1983 itu pun dijelaskan sejumlah
kondisi yang membuat Ditjen Pajak mengeluarkan SKPKB. Kondisi dimaksud
adalah:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang pajak dibayar.
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana

14
ditentukan dalam Surat Teguran.
Asal tahu saja, jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak, Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak (WP) pribadi paling
lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak, sementara SPT PPh WP badan
paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) ternyata tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tentang
pembukuan atau Pasal 29 tentang pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
5. Apabila kepada Wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Kurang Bayar Pajak, Kena Denda


Jika Anda mendapat SKPKB dari Ditjen Pajak, maka biaya yang harus Anda
bayarkan tidak lah hanya jumlah kekurangan bayar pajak Anda sebagaimana
tertera dalam surat ketetapan yang diterbitkan.
Melainkan Anda harus membayar tambahan sanksi administrasi atau denda
berupa bunga yang besarannya tergantung kasus kurang bayar pajak Anda.
Berikut ragam besaran sanksi untuk wajib pajak yang mendapat SKPKB:
1. Tambahan bayar denda berupa bunga sebesar 2% dari nilai kekurangan
pajak. Bunga ini akan dihitung berkali lipat setiap bulan dengan pengenaan
sanksi maksimal terhitung 24 bulan sejak terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak sampai diterbitkannya SKPKB.
Denda sebesar 2% per bulan ini diberikan kepada wajib pajak yang
ketahuan terutang pajak, belum bayar pajak atau tidak bayar pajak
berdasarkan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak atau keterangan pajak lainnya.
Serta bagi wajib pajak yang mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan.

15
2. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak
penghasilan yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak.
3. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari pajak
penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, dipungut, disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
4. Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Denda sebesar 50% dan 100% sebagaimana tertuang dalam poin 2, 3, dan
4 dikenakan kepada WP yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan
pajak sesuai tenggat waktu yang ditentukan, PPN dan PPnBM yang tidak
seharusnya dikenai tarif 0%, serta WP yang tidak melakukan pembukuan
atau belum diperiksa kepatuhannya oleh DJP.

Berikut Cara Hitung Denda Kurang Bayar Pajak


Wajib pajak PT Murni mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun pajak
2006 sebesar Rp100.000.000 dan menyampaikan SPT tepat waktu. Pada bulan
April 2009 bedasarkan hasil pemeriksaan Ditjen Pajak diterbitkan SKPKB
maka perhitungan sanksi bunga yang harus dibayar PT Murni adalah sebagai
berikut:
 Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000
 Pajak penghasilan terutang Rp 30.000.000
(30% x Rp100.000.000)
 Kredit pajak Rp 10.000.000 (-)
 Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000
 Bunga 24 bulan (24×2%xRp20.000.000) Rp 9.600.000 (+)
 Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 29.600.000

Catatan: Meski SKPKB PT Murni terbit lebih dari dua tahun sejak
berakhirnya tahun pajak terutang, namun besaran bunga yang dikenakan atas
kekurangan tersebut tetap dikalikan 24 bulan atau dua tahun saja karena
hitungan ini merupakan sanksi maksimal.

16
Bila SKPKB PT Murni terkait penghasilan kena pajaknya terbit pada tahun
2007, maka perhitungan denda kena pajaknya adalah sebagai berikut:
 Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000
 Bunga 12 bulan (12×2%xRp20.000.000) Rp 4.800.000 (+)
 Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.800.000

G. Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib dengan kriteria tertentu


Statistik Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
1 Jan s.d. 31 Des 2020 1 Jan s.d. Mei 2021
Pendahulua
Non-Pendahuluan Pendahuluan Non-Pendahuluan
n

Badan PPH 5.672


3.896 8.693 2.974

PPN 2.626
15.861 7.309 10.082

OP PPH 12.808
4.549 4.243 5.991

PPN
89 17 48 8

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak atau yang disebut


Pengembalian Pendahuluan adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak
yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C
atau Pasal 17D Undang-Undang KUP, atau Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang
PPN.
Pengembalian Pendahuluan dapat diberikan kepada:
1. Wajib Pajak Kriteria Tertentu,
2. Wajib Pajak Persyaratan Tertentu dan
3. Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah.

Mekanisme Pengembalian
Mekanisme pengajuan Pengembalian Pendahuluan adalah sebagai berikut:
Wajib Pajak Kriteria Tertentu

17
Wajib Pajak Persyaratan Tertentu
PKP Beresiko Rendah
JANGKA WAKTU
 Penerbitan SKPPKP atau Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diberikan
Pengembalian Pendahuluan:
1. WP Kriteria Tertentu:
a. PPh : 3 bulan
b. PPN : 1 bulan
sejak tanggal diterimanya permohonan.
2. WP Persyaratan Tertentu:
a. PPh OP : 15 hari kerja
b. PPh Badan : 1 bulan
c. PPN : 1 bulan
sejak tanggal diterimanya permohonan.
3. PKP Berisiko Rendah : 1 bulan sejak tanggal diterimanya permohonan
 SKPPKP sampai dengan SKPKPP: 1 bulan sejak SKPPKP
diterbitkan
 SKPKPP sampai dengan SPMKP: 5 hari kerja sejak SKPKPP
diterbitkan
 Transfer ke rekening WP: kurang lebih 2 hari kerja sejak SPMKP
diterbitkan
Ketentuan Lain
Jumlah kelebihan pembayaran pajak pada SKPPKP tidak sama
dengan jumlah dalam permohonan, Anda dapat mengajukan kembali
permohonan Pengembalian Pendahuluan atas selisihnya melalui surat
tersendiri. Namun jika Anda tidak meminta pengembalian atas selisih
kelebihan pembayaran pajak yang belum dikembalikan, Anda dapat
melakukan pembetulan SPT.
Jika Anda menyampaikan SPT Tahunan PPh maupun SPT Masa
PPN yang menyatakan lebih bayar tetapi tidak disertai permohonan
Pengembalian Pendahuluan, sehingga tidak diterbitkan SKPPKP, maka
akan ditindaklanjuti dengan prosedur pemeriksaan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun
1983, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU
No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang
tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi falsafah
Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak
dan kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak,
serta sanksi perpajakan.
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang
pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari
sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat
maupun daerah demi kesejahteraan masyarakat. Uang pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah
satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di pusat dan
daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan
dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana & Lilis Setiawati. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta:Andi


Erly Suandy, 2002, Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat.
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi
Muljono, Djoko. 2010. Hukum Pajak Konsep Aplikasi dan Penentuan Praktis.
Yogyakarta: Andi
Moh.Nazir, Pd.D. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Bandung
Mohammad Zain, 2003, Manajemen Perpajakan, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba
Empat.
Purwono, Herry. 2009. Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta:
Erlangga
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat

20

Anda mungkin juga menyukai