Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERPAJAKAN
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Upi Sopiah Ahmad, M.A

“Prosedur dan Kewajiban Pajak (NPWP)”

Oleh :

JUWILIANA
NPM : 21420311449

FAKULTAS SYARI’AH, DAKWAH DAN USHULUDDIN

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat, ni’mat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua
sehingga kita dapat menjadi seperti saat ini, bisa merasakan nikmatnya menuntut ilmu di
Institut Agama Islam Negeri Takengon.
Shalawat serta salam tetap dan selalu kami hadiahkan kepada sang revolusioner dunia
sekaligus sebagai khotamul ambiya’ yang telah membawa nilai-nilai keindahan (estetika)
yang diutus Allah SWT ke dunia tidak lain untuk menyempurnakan akhlak, sehingga
menjadikan agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua
alam).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak
membantu kami dalam proses pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul ” Prosedur
dan Kewajiban Pajak (NPWP)” ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Perpajakan, Ibu Upi Sopiah Ahmad, MA. yang senantiasa dengan sabar dan ikhlas
membimbing kami.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tentulah masih terdapat banyak sekali kekurangan–kekurangan. Akhir
kata, semoga karya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Aamiin ya robbal ‘aalamin.

Takengon, 13 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pajak...........................................................................................................3


B. Pengertian NPWP…………………..................................................................................4
C. Fungsi NPWP………........................................................................................................4
D. Format NPWP……………………...................................................................................5
E. Cara Memperoleh NPWP..………………………………………………………………6
F. Penerbitan NPWP Secara Jabatan……………...………………………………………..9
G. Penghapusan NPWP……………………………………………………………………10

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau penguasa setempat
memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya bersumber dari
pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak juga merupakan gejala sosial dan hanya terdapat
dalam suatu masyarakat, tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak. Pajak adalah
pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan
pemerintah dan masyarakat umum.

Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung.
Pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak
merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena
dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Sejak pembaharuan perpajakan maka sistem, mekanisme, dan tata cara pelaksanaan hak
dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam implementasi
pemungutan pajak di Indonesia yang menganut sistem self assessment. Dalam sistem self
assessment wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya di
bidang perpajakan berdasarkan ketentuan perpajakan. Salah satu kewajiban wajib pajak
adalah kewajiban mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
ataupun Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan kewajiban melaporkan
usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Masalah pendaftaran dan penghapusan NPWP ataupun NPPKP serta pengukuhan dan
pencabutan PKP adalah menarik untuk ditulis karena merupakan sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
di bidang perpajakan. Berdasarkan masalah tersebut, tulisan ini akan membahas
bagaimanakah tata cara pendaftaran dan penghapusan NPWP ataupun NPPKP serta
pengukuhan dan pencabutan PKP.

1
B. Rumusan Masalah

Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan
ketentuan yang ada. Maka dari itu perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah yang
menjadi batu pijakan untuk pembahasan pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut
ialah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Wajib Pajak dan hal-hal yang menyangkut di dalamnya?


2. Apa pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan hal-hal yang menyangkut di
dalamnya?

C. Tujuan Penulisan

Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan sudah barang tentu semuanya
mempunyai tujuan masing-masing dan boleh jadi tujuan tersebut berbada atau pun sama.
Sedang pembelajaran pada saat ini yaitu dengan judul “Prosedur dan Kewajiban Pajak
(NPWP)” mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah

1. Untuk mengetahui pengertian Wajib Pajak dan hal-hal yang menyangkut di dalamnya.
2. Untuk mengetahui pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan hal-hal yang
menyangkut di dalamnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pajak

Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :

a. UU No 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No 6 Tahun


1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-150/PJ/1999 ; tentang Perubahan KEP -
27/PJ/1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha serta
Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tanggal 4 Desember 2000
tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha
bagi Pengusaha Kena Pajak.
d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-516/PJ/2000 tanggal 4 Desember 2000
tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-161/PJ/2001 tanggal 21 Februari 2001
tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
f. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-525PJ/2000 tanggal 6 Desember 2000
tentang Tempat Lain sebagai Tempat Terutangnya Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak.
g. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-167/PJ/2003 tentang Perubahan Ketiga
atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tentang Tempat
Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi Pengusaha
Kena Pajak.1

B. Pengertian Nomor Pokok Pajak (NPWP)


1
Safri, Pengantar Ilmu Perpajakan, ( Jakarta: Granit, 2010). Hlm 32-33.

3
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. pengertian dari
Nomor Pokok Wajib pajak tersebut diambil dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,
Pasal 1 Nomor 6. Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakn sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan arti dari Wajib Pajak menurut 
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 2.2

Sedangkan arti pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo, Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
Sebelum memenuhi kewajiban dalam perpajakan Wajib Pajak harus sudah memiliki NPWP.
Sedangkan menurut Sumarsan, Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi perpajakan dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.3

C. Fungsi NPWP

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai berikut:

a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.


b. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan.
e. Mendapatkan pelayanan instansi tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP
dalam dokumen yang diwajibkan, misalnya pengajuan kredit usaha di bank.

2
Erly Suandy, Hukum Pajak, Edisi 5. (Jakarta: Salemba Empat, 2013). Hlm. 24.
3
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, (Jakarta: Kencana. 2006).Hlm. 41.

4
Sedangkan menurut Marsyahrul, fungsi NPWP adalah :

a. Dipergunakan untuk mengetahui identitas Wajib Pajak yang sebenarnya, sehingga setiap
Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan sarana dalam administrasi
perpajakan.
c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan karena yang
berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantuman NPWP.
d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam setoran pajak (SSP)
yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga wajib
mencantumkan NPWP.
e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan
mencantumkan NPWP dalam dokumen yang diajukan.4

D. Format NPWP

Sebelum tahun 2001, format NPWP atas 11 digit. Akan tetapi, sejak tahun 2001 hingga
saat ini, format tersebut diubah menjadi 15 digit. Sembilan digit pertama dari format NPWP
merupakan Kode Wajib Pajak dan enam digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan.

1. Dua digit pertama menunjukkan jenis Wajib Pajak, contohnya


a. Kode 01, 02, 21, dan 31 menunjukkan Wajib Pajak badan.
b. Kode 00 dan 20 menunjukkan Wajib Pajak Bendahara
c. Kode 04, 05, 06, 07 sampai dengan 97 menunjukkan Wajib Pajak orang pribadi.
2. Enam digit selanjutnya menunjukkan nomor urut tertentu yang diterbitkan oleh
Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak,
4
Ibid., Hlm. 42.

5
3. Satu digit berikutnya adalah cek digit yang diberikan untuk KPP yang menerbitkan
agar tidak terjadi pemalsuan NPWP,
4. Tiga digit selanjutnya menunjukkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar misalnya kode 521 berarti KPP Pratama Purwokerto, dan
5. Tiga digit terakhir menunjukkan kode cabang atau pusat. Kode 000 berarti pusat dan
001 dan seterusnya berarti NPWP cabang.

Jadi apabila ada NPWP dengan nomor: 01.346.675.2-521.000 berarti Wajib Pajak
Badan dengan nomor urut 346675 cek digit 2 terdaftar di KPP Pratama Purwokerto dengan
status pusat. Dengan demikian tidak mungkin NPWP yang sama digunakan untuk dua Wajib
Pajak atau lebih karena masing-masing Wajib Pajak sudah ada nomor urutnya.5

E. Cara Memperoleh Npwp

Yang Diwajibkan Untuk Mendaftarkan & Mendapatkan Npwp :

1. Setiap badan yang menjadi subyek pajak penghasilan : PT, CV, Firma,
BUMN/BUMD, persekutuan, Perseroan/perkumpulan Kongsi, Koperasi, Yayasan/
lembaga dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)6
2. Orang pribadi/ perorangan yang mempunyai penghasilan netto di atas penghasilan
tidak kena pajak (PTKP) sesuai peraturan PMK 101/2016 yang masih berlaku sampai
sekarang (2021) yang besarnya :

SETAHUN SEBULAN

1) Untuk diri pegawai Rp. 54.000.000 Rp. 4.500.000


2) Status kawin Rp. 4.500.000 Rp. 375.000
3) Anak (mak. 3 org) Rp. 4.500.000 Rp. 375.000
4) Istri bekerja Rp. 54.000.000 Rp. 4.500.000

a. Kewajiban Mandaftarkan Diri

Dalam Pasal 2 ayat 1 UU KUP dijelaskan bahwa setiap warga Negara yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif dalam bidang perpajakan Diwajibkan untuk
5
Dwi Harti, Administrasi Pajak, (Semarang: Penerbit Erlangga, 2015). Hlm. 15.
6
Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. (Jakarta: Erlangga, 2010). Hlm. 51.

6
memperoleh NPWP. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan Objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan diwajib kan untuk melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. 7Pihak-pihak yang wajib mendaftarkan
diri untuk mendapatkan NPWP, yaitu :

1) Wajib Pajak badan, dengan mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut berdiri.
2) Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya telah melebihi PTKP (Pengahasilan
Tidak Kena Pajak).
3) Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh badan atau perusahaan yang tidak
didirikan atau tidak berkedudukan di Indonesia.
4) Wajib Pajak yang berlaku sebagai pemungut atau pemotong (Wajib Pajak nonsubjek),
yaitu bendaharawan Negara dan badan tertentuyan Wajib Pajak di tetapkan oleh
Menteri Keuangan.
5) Pengusaha Kena Pajak.
6) Wanita kawin atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak dan kewajiban
suaminya.

b. Syarat Kelengkapan Memperoleh NPWP

Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di kantor pelayanan
pajak domisili atau kantor pelayanan pajak lokasi. 8Kantor pelayanan pajak domisili adalah
pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal/domisili Wajib Pajak orang
pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai.
Kantor pelayanan pajak lokasi adalah kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha, pemberi kerja atau bendaharawan pemerintah terdaftar. Penyempaian
permohonan untuk NPWP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual atau melalui
e-NPWP.

Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak harus mengisi formulir pendaftaran dan
menyampaikannya secara langsung atau melalui pos ke kantor pelayanan pajak atau Kantor
7
Erly Suandy, Hukum Pajak, Edisi 5. (Jakarta: Salemba Empat, 2013). Hlm. 64
8
Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. (Jakarta: Erlangga, 2010). Hlm. 62.

7
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan
ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Ketentuannya adalah fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala
desa bagi orang asing.
2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha/melakukan pekerjaan
bebas.
a) Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi
orang asing.
b) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang, minimal lurah atau
kepala desa.
3. Untuk Wajib Pajak badan.
a) Fotocopy pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari
kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.
b) Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi
orang asing dari salah seorang pengurus aktif.
c) Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal lurah
atau kepala desa.
4. Untuk bendaharawan sebagai Wajib Pajak
a) Fotocopy KTP bendaharawan.
b) Fotocopy surat penunjukkan sebagai bendaharawan.
5. Untuk joint operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/Pemungut
a) Fotocopy perjanjian kerjasama sebagai joint operation.
b) Fotocopy NPWP masing-masing anggota joint operation.
c) Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi
orang asing dari salah seorang pengurus joint operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu, atau wanita
kawin tidak pisah harta, harus melampirkan fotocopy surat keterangan terdaftar.

8
7. Apabila ditandatangani orang lain, permohonan harus dilengkapi dengan surat kuasa
khusus.

c. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Tempat pendaftaran NPWP antara lain sebagai berikut:

a) Kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak atau kantor pelayanan pajak tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pajak.
b) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan, yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan
Pengusaha Kecil melaporkan usahanya ke kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke kantor pelayanan pajak tertentu
sesuai dengan ketentuan perundangundangan perpajakan.
c) Dalam hal tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak
berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kantor pelayanan pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat menetapkan kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

F. Penerbitan NPWP Secara Jabatan

Penerbitan NPWP secara jabatan adalah penerbitan NPWP yang dilakukan terhadap wajib
pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya mendaftarkan diri. Penerbitan NPWP secara
jabatan dilakukan Dirjen Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan atau data/informasi milik
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). 9

Dasar hukum penerbitan NPWP secara jabatan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (4) UU
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan Dirjen Pajak dapat
menerbitkan NPWP secara jabatan apabila wajib pajak tidak melaksanakan kewajibannya.

G. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dapat dilakukan melalui pengajuan permohonan penghapusan


NPWP oleh :

9
Safri, Pengantar Ilmu Perpajakan, ( Jakarta: Granit, 2010). Hlm 71.

9
1. Wajib Pajak dan / atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memnuhi
persyaratan subjektif dan / atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, antara lain:
a. Wajib Pajak meninggal dan tidak meninggalkan harta warisannya, disyaratkan
adanya fotocopy akte kematian atau surat keterangan kematian dari instansi
yang berwenang.
b. Wajib Pajak meninggal dan meninggalkan warisan. Apabila selesai dibagi
kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya
warisan tersebut dibagi oleh ahli warisnya.
c. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai
Wajib Pajak, disyaratkan surat pernyataan dan keterangan dari instansi yang
berwenang.
2. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemsahan harta serta suaminya telah terdaftar sebagai Wajib Pajak,
disyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan sipil.
3. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau telah dibebankan secara resmi,
disyaratkan adanya akte pembubaran.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya, disyaratkan
adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa
BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan lagi sebagai Wajib
Pajak.

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

10
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Jadi, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP) sangat penting untuk dimiliki. Hal ini dikarenakan NPWP dan NPPKP dibutuhkan
oleh setiap Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sebagai syarat mutlak untuk pembayaran
konstribusi wajib (pajak) yang bertujuan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat dan
negara.

B. Saran

Adapun saran adalah sebagai berikut :

1. Bagi Wajib Pajak


a. Sebagai warga negara yang taat akan peraturan dan hukum, setiap wajib pajak yang
telah memenuhi syarat objektif sebagai subjek pajak harus melaksanakan
kewajiban perpajakannya, salah satunya dalam hal memiliki NPWP.
b. Wajib pajak yang telah terdaftar di KPP/telah memiliki NPWP harus mengetahui
dan menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan NPWP tersebut harus dihapus,
segeralah melaksanakannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

11
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta:
Kencana.

Harti, Dwi. 2015. Administrasi Pajak. Semarang: Penerbit Erlangga.

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga.

Safri. 2010. Pengantar Ilmu Perpajakan. Jakarta: Granit.

Suandy, Erly. 2013. Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

12

Anda mungkin juga menyukai