MK : Perpajakan
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah” ini dengan baik. Tulisan ini disusun mengacu
pada berbagai sumber bacaan dan akses internet.
Tulisan yang sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran dan bantuan
serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah semestinya penulis mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada :
Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna dan mungkin
beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya. Namun penulis berharap
semoga tulisan ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk semua orang yang telah membaca
tulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
4. Apa yang dimaksud dengan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM)?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahani Pengertian Serta Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Dapat mengetahui Pengertian dan dan penggunaan BKP, JKP, dan PKP dalam
Pajak.
3. Untuk mengetahui Objek PPN.
4. Dapat memahami Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM) dan BKP yang
tergolong mewah.
5. Dapat mengetahui Dasar Pengenaan Pajak dari PPN dan PPn BM
6. Untuk mengetahui Tarif Pajak PPN dan PPn BM yang diterapkan pada saat ini.
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari Pajak Penjualan.
Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk
menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong kegiatan
ekspor, dam pemerataan terhadap pembebanan pajak. Pajak Penjualan memiliki
kelemahan seperti :
a. Adanya Pajak berganda.
b. Bermacam macamnya Tarif sehingga menimbulkan kesulitan pelaksanaanya.
c. Tidak mendorong kegiatan ekspor.
d. Belum dapatnya mengatasi kejahatan penyeludupan.
Sedangkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) memiliki kelebihan seperti :
a. Menghilangkan Pajak berganda.
b. Menggunakan Tarif tunggal.
c. Netral dalam perdagangan dalam negeri maupun internasional.
d. Netral dalam pola konsumsi.
e. Dapat mendorong kegiatan ekspor.
Undang-undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah UU Nomor 8 Tahun 1983
tentang pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU NoMOR 42
Tahun 2009.
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP
penjual PPN Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut
merupakan pembayaran Jam pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan.
Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
2) Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut
PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti
telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.
3) Apabila dalam suatu Masa Pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu
bulan takwim) jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak
Masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas negara.
4) Apabila dalam suatu Masa Pajak jumlah Pajak Keluaran lebih kecil daripada
jumlah Pajak Masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.
5) Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap Masa Pajak dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai (SPT Masa PPN).
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak, Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan
Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri
adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan untuk membangun sendiri, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Perhitungan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang terutang setiap bulan
dihitung dengan rumus :
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Penjualan yang
direstrukturisasi/dimodifikasi. Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh PPN, salah
satunya dapat menghapus kewajiban pajak berganda. Untuk barang yang dianggap
mewah ada perlakuan khusus yang dinamakan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang
Mewah). Tarif untuk PPN sebesar 10 persen, sedangkan untuk PPnBM minimal 10
persen dan paling tinggi sebesar 200 persen. PPN dan PPnBM diterapkan untuk
menarik pendapatan dari masyarakat secara efektif dan efisien. Selain itu, keduanya
diterapkan agar masyarakat tidak berjiwa konsumtif dalam setiap perniagaan yang
dilakukannya
DAFTAR PUSTAKA
Geruh, M. (2013). Penerapan Akuntansi Terhadap Pajak Pertambahan Nilai Pada Pengusaha
Kena Pajak. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 1–9.
Masyitah, E. (2019). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan PPN dan PPnBm.
Accumulated Journal, 1(2), 89–103.
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA.,CFrA.,CA. (2019) Perpajakan PPn dan PPn BM (5)
351 – 382.