Anda di halaman 1dari 16

KONSEP PEMUNGUTAN PPN DAN PPnBM

NAMA : CHANDRA LUKMANUL HAKIM


NIM : A0D019024
DOSEN PENGAMPU : Drs. SUPRIANTO, MP.

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " KONSEP PEMUNGUTAN PPN DAN
PPnBM " dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pajak
Pertambahan Nilai . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang bagaimana cara perhitungan PPN dan PPnBM bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suprianto, MP. selaku dosen


Mata Kuliah Pajak Pertambahan Nilai . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 2 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
C. TUJUAN.....................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. PENGERTIAN PPN......................................................................................................................6
B. KONSEP DASAR PPN..................................................................................................................6
C. TARIF DAN CONTOH PERHITUNGAN.........................................................................................8
D. PENGERTIAN PPnBM...............................................................................................................10
E. DASAR PENGENAAN PPnBM...................................................................................................11
F. TARIF DAN CARA PERHITUNGAN............................................................................................12
BAB II...................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pajak mempunyai peranan dan sekaligus merupakan unsur yang penting
sebagai pemasok dan bagi anggaran negara, perolehan dana dari pajak merupakan
jumlah yang dominan sebagai sumber penerimaan negara. oleh karena itu, setiap
warga negara yang telah memenuhi kriterial sebagai wajib pajak menurut ketentuan
wajib perpajakan mempunyai kewajiban untuk membayar pajak. Tanggung jawab
atas kewajiban pembayaran pajak berada pada wajib pajak itu sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut. hal tersebut sesuai dengan self assesment yang
dianut sistem perpajakan di indonesia. pembayaran pajak bukan hanya merupakan
kewajiban kenegaraan tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk
berpartisipasi dalam membiayaan negara dan pembangunan nasional.
Secara singkat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah
UU dan peraturan perpajakan, aparat perpajakan yang mampu dan bersih dalam
menjalankan tugasnya dan kesadaran masyarakat akan kewajibannya untuk ikut
dalam pembangunan, seperti membayar pajak. Sedangkan Bagi negara pajak
merupakan sumber pendapatan atau instrument pemerintah yang primer dan
strategis serta dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Dengan adanya pajak,
pemerintah dapat melaksanakan pembangunan, melangsungkan kinerjapemerintah,
mendorong pemerintah yang lebih maju serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sebagai usaha pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Dalam perpajakan telah diatur dalam sejumlah UU dan peraturan
pelaksanaan lainnya yang telah di buat pemerintah. Namun yang perlu diperhatikan
adalah diberlakukan UU pajak yang baru dan menganti sejumlah UU dan peraturan
yang berlaku sebelumnya, UU tersebut adalah: (1) UU No. 16 Tahun 2009 tentang
penerapan peraturan pemerintah penganti UU No. 5 Tahun 2008 tentang perubahan
keempat atas UU No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan menjadi KUP 2009 dan perubahan sebelumnya adalah UU No. 28 Tahun
2007. (2) UU No. 42 tahun 2009 tentang pajak pertambahan nilai (PPN) barang dari
jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang merupakan perubahan
ketiga atas UU No. 8 tahun 1983 dan perubahan sebelumnya adalah UU No. 18
Tahun 2000 yang disebut dengan UU PPN dan PPnBM 2009.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu jenis pajak tidak
langsung dimana PPN dikenakan oleh PKP/perusahaan, didalam daerah Pabean
Republik Indonesia oleh PKP, semakin besar pajak yang dibayarkan PKP/perusahaan,
maka pendapatan negara semakin banyak, namun sebaiknya bagi Pengusahaan Kena
Pajak atau perusahaan pajak merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi
laba bersih.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak penjualan yang dikenakan atas
Pajak Pertambahan Nilai. yang dikenakan atas penyerahan barang dan jasa pada
setiap mata rantai produksi. Semua pengusaha dalam jalur produksi dantersebut
selalu menambah biaya pengunaan faktor produksi untuk menyiapkan,
menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau memberi
pelayanan jasa pada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan
mempertahankan laba termasuk modal, sewa tanah, upah dan lain-lain, dan laba
merupakan unsur pertambahan nilai inilah yang menjadi dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai.

B. RUMUSAN MASALAH
 Cara perhitungan PPN dan PPnBm
 Berapa tarif PPN dan PPnBM

C. TUJUAN
 Untuk mengetahui konsep PPN dan PPnBM
 Untuk mengetahui perhitungan PPN dan PPnBM
 Untuk mengtahui tarif dari PPN dan PPnBM
 Untuk mengetahui dasar PPnBM
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PPN
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi, Badan, dan Pemerintah. Dalam penerapannya, Badan atau
perorangan yang membayar pajak ini tidak diwajibkan untuk menyetorkan langsung
ke kas negara, melainkan lewat pihak yang memotong PPN.
Pajak Pertambahan Nilai bersifat objektif, tidak kumulatif, dan merupakan
pajak tidak langsung. Subjek pajaknya terdiri dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan
non PKP,  harus dipahami subjek pajak ini berbeda dengan Wajib Pajak. Subjek pajak
belum memiliki kewajiban untuk membayar pajak sedangkan Wajib Pajak sudah
memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas
transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib
pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).Jadi, yang berkewajiban
memungut, menyetor dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual. Namun,
pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir.
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha
atau perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).Namun
beban PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-
Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari
penerbitan faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.

B. KONSEP DASAR PPN


Untuk dapat memahami Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara prinsip, kita
harus mengetahui filosofi yang mendasari PPN. Dalam Kelas Pajak kali ini akan
dijelaskan konsep dasar PPN secara berseri, mulai Edis I sampai dengan Edisi V. Edisi
Pertama ini akan dimulai dengan pemaparan ranah dan berbagai definisi tentang
PPN. Pada dasarnya, PPN (value added tax), sama halnya dengan Pajak Penjualan
(sales tax) merupakan bagian dari pajak atas konsumsi.
Berdasarkan klasifikasi pajak atas konsumsi seperti dipaparkan dalam link
tersebut, dapat dilihat bahwa PPN merupakan pajak yang dikenakan atas seluruh
konsumsi barang atau jasa kena pajak yang bersifat umum (general tax on
consumption). Terkait dengan konsumsi yang bersifat umum, tidak ada perbedaan
antara konsumsi atas barang maupun jasa.
Kata general atau umum inilah yang membedakannya dengan jenis pajak
konsumsi lainnya yang hanya dikenakan atas barang dan jasa yang bersifat spesifik
(specific tax on consumption) seperti excise (di Indonesia disebut sebagai cukai) dan
bea masuk.
PPN didefinisikan sebagai pajak yang dikenakan dan dipungut dalam seluruh
proses produksi dan distribusi, dengan ketentuan atas pajak yang terutang (Pajak
Keluaran) harus dikurangi dengan pajak yang dibayarkan (Pajak Masukan)
sehubungan dengan pembelian (Liam Ebrill, 2001).Sementara itu, menurut Joachim
English (2009), definisi lain dari PPN, yaitu pajak umum yang dikenakan atas
konsumsi dan merupakan pajak tidak langsung yang ditanggung oleh individu serta
terkait dengan transaksi barang kena pajak atau jasa kena pajak tertentu.
Dari sisi ekonomi, PPN merupakan pajak atas konsumsi akhir yang dilakukan
oleh rumah tangga sehingga PPN merupakan pajak yang tujuan akhirnya membebani
konsumen akhir (OECD, 2011).Sedangkan menurut Pato dan Marques (2014), PPN
merupakan pajak tidak langsung yang terutang atas konsumsi barang dan jasa,
bersifat umum dan netral, serta proporsional terhadap harga barang dan jasa.
Dengan demikian, berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan di atas,
pada dasarnya terdapat empat elemen konsep dasar PPN sebagai berikut:
 pajak tidak langsung (indirect tax);
 pajak atas konsumsi barang dan jasa;
 bersifat umum dan netral; serta
 Proporsional terhadap harga barang dan jasa.
C. TARIF DAN CONTOH PERHITUNGAN

 Tarif umum 10% untuk penyerahan dalam negeri


 Tarif khusus 0% diterapkan atas ekspor BKP berwujud maupun tidak
berwujud, dan ekspor JKP.
 Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan
paling tinggi 15% sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.

Contoh perhitungan :

1. Seorang PKP bernama Gaby  menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual
Rp25.000.000.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp25.000.000 = Rp2.500.000
2. PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama
Agustus 2016, PT Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
 Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.
 Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota
Palembang sebesar Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
 PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di
kawasan pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
 Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan
harga Rp2.000.000 termasuk keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan
Agustus sebagai berikut:
 Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga
Rp550.000.000 dan harga tersebut sudah termasuk PPN.Dari transaksi-
transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut?
Dan berapa total PPN yang disetorkan?

Jawab:

PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut.
Transaksi pertama:

PPN = 10% x Rp1.600.000.000 = Rp160.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi kedua:

DPP = 100/110 x Rp660.000.000 = Rp600.000.000

PPN = 10% x Rp600.000.000 = Rp60.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi ketiga:

DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000

PPN = 10% x Rp110.000.000 = Rp100.000.000 (pajak keluaran)

Transaksi keempat:

DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)

Transaksi tambahan:

DPP = 100/110 x Rp550.000.000 = Rp500.000.000

PPN = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000 (pajak masukan)

Total PPN yang harus disetorkan:

PPN keluaranya:

Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempat

Rp160.000.000 + Rp60.000.000 + Rp100.000.000 + Rp1.800.000 =


Rp321.800.000

PPN masukannya:

Rp50.000.000
Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran – pajak masukan

Rp321.800.000 – Rp50.000.000 = Rp271.800.000

Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan
selama Agustus 2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.

3. Toko Samson menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya


sebesar Rp6.000.000. Lalu, berapakah PPN terutang toko Samson yang wajib
disetorkan?

Jawab:

Total DPP atas penjualan 20 kulkas: 20 x Rp6.000.000 = Rp120.000.000

PPN = 10% x Rp120.000.000 = Rp12.000.000

Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Samson adalah sebesar
Rp12.000.000.

4. PKP A menjual tunai barang kena pajak (BKP) seharga Rp25.000.000. Maka PPN
yang terutang = 10% x Rp25.000.000 = Rp2.500.000. PPN sebesar Rp2.500.000
tersebut merupakan pajak keluaran yang dipungut oleh PKP A.

5. PKP B melakukan penyerahan jasa kena pajak (JKP) dengan memperoleh


penggantian Rp20.000.000. Maka PPN yang terutang = 10% x Rp20.000.000 =
Rp2.000.000. PPN sebesar Rp2.000.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang
dipungut oleh PKP B.

D. PENGERTIAN PPnBM
Berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia, Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang
tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan
atau mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Berikut beberapa pertimbangan mengapa pemerintah Indonesia
menganggap bahwa PPnBM sangatlah penting untuk diterapkan:

 Agar tercipta keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang


berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
 Untuk mengendalikan pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah
 Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
 Mengamankan penerimanaan negara
Prinsip Pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah hanya 1 (satu)
kali saja, yaitu pada saat:
 Penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah
 Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
Pemungutan pajak barang mewah ini sama sekali tidak memperhatikan siapa
yang mengimpor maupun seberapa sering produsen atau pengusaha melakukan
impor tersebut (lebih dari sekali atau hanya sekali saja).

E. DASAR PENGENAAN PPnBM


Besaran pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ditentukan
berdasarkan dua komponen utama, tarif, dan dasar pengenaan pajaknya. pada Pasal
9 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No. 8 Tahun 1983 (PP 1/2012) menyatakan dasar untuk menghitung besaran
PPN dan PPnBM yang terutang ialah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai
ekspor, atau nilai lain. Dalam Pasal 9 ayat (2) PP 1/2012 mengatur bagian dari biaya
produksi barang kena pajak (BKP) yang tergolong mewah yang dihasilkan pengusaha
kena pajak (PKP) dapat mencakup dua hal.
Pertama, dalam hal pengusaha kena pajak (PKP) penghasil barang kena pajak
(BKP) yang tergolong mewah menggunakan BKP yang tergolong mewah lainnya
sebagai bagian dari BKP yang tergolong mewah yang dihasilkannya.
Kedua, atas perolehan BKP yang tergolong mewah lainnya tersebut telah
dibayar PPnBM. Dengan demikian, PPnBM atas BKP yang tergolong mewah yang
menjadi bagian atau digunakan untuk menghasilkan BKP yang tergolong mewah
termasuk dalam DPP.
DPP atas penyerahan BKP tergolong mewah yang dilakukan oleh PKP yang
menghasilkan BKP tergolong mewah atau atas impor BKP tergolong mewah adalah
tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dikenakan atas penyerahan atau atas impor
BKP yang tergolong mewah tersebut.
DPP atas penyerahan BKP tergolong mewah yang dilakukan PKP, selain PKP
yang menghasilkan BKP tergolong mewah atau PKP yang melakukan impor BKP
tergolong mewah, adalah termasuk PPnBM yang dikenakan atas perolehan atau
impor BKP tergolong mewah.
Lebih lanjut, sebagaimana diatur dalam PP 1/2012, dalam pembuatan
kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan BKP dan/atau JKP paling
sedikit memuat nilai kontrak, DPP, dan besarnya PPN atau PPnBM yang terutang.
Apabila nilai kontrak atau perjanjian tertulis sudah termasuk PPN atau PPnBM,
dalam kontrak atau perjanjian tertulis wajib disebutkan nilai kontrak atau perjanjian
tertulis tersebut termasuk PPN atau PPnBM.

F. TARIF DAN CARA PERHITUNGAN


Pengenaan tarif Barang Kena Pajak tergolong mewah digolongkan ke dalam
beberapa kategori sebagai berikut ini:

1. Tarif 10% = Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat
pendingin, hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
2. Tarif 20% = Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai
jenis permadani, peralatan olahraga impor, dan barang
3. Tarif 25% = Kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar,
misalnya combi, pick up, dan minibus.
4. Tarif 35% = Minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu
kristal, bus, dan barang pecah belah

Contoh perhitungan :
1. Tarif khusus Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas ekspor BKP tergolong
mewah = 0%.
 Harga jual sedan diesel 1800 cc oleh PKP
 Produsen                                                                        = Rp260.000.000,00
 PPN (10% X Rp260 juta)                                            = Rp  26.000.000,00
 PPnBM (40% X Rp260 juta)                                      = Rp104.000.000,00
 Total Harga jual termasuk PPN dan PPnBM          = Rp390.000.000,00
 Perhatikan bahwa DPP PPnBM = DPP PPN
2. PT A merupakan produsen mobil. Dalam menghasilkan mobil, PT A juga membeli
AC yang akan dipasang pada mobil yang dihasilkannya. Atas perolehan AC
tersebut, PT A telah membayar PPnBM senilai Rp350.000. Kemudian, berapa
besaran PPN dan PPnBM yang seharusnya dibayarkan PT A?
Jawaban:
Apabila harga produksi mobil senilai Rp110.000.000 dan keuntungan yang
diinginkan PT A senilai Rp40.000.000 maka harga jual mobil tersebut senilai
Rp150.350.000. Dengan demikian, DPP atas mobil tersebut adalah senilai
Rp150.350.000. Selanjutnya, tarif PPnBM atas mobil yang diproduksi oleh PT A
ialah sebesar 20%.
Pajak yang terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut.

Berdasarkan penghitungan di atas maka besaran PPN dan PPnBM adalah


Rp15.035.000 dan Rp30.070.000.

3. Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu
saat beliau membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000.
Berdasarkan DPP, mobil tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu,
berapakah nilai uang yang harus dibayarkan Bapak Ahmad untuk membawa
masuk mobilnya ke Indonesia?
PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)
PPN = 10% x Rp540.000.000 =Rp54.000.0000
Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:
Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp1.314.000.000
4. PT Irsyadin Jaya merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai
macam barang elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang
diproduksi di sini termasuk dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM
sebesar 20%. Pada bulan Desember tahun 2017, PT Irsyadin Jaya menjual lemari
pendingin ke Toko Ahmad dengan sebanyak 30 unit dengan harga jual per barang
sekitar Rp6.000.000. Lalu, berapakah nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut
dan dibayarkan PT Irsyadin Jaya ke pemerintah?
PPN = Tarif PPN x (harga barang – PPNBM)
PPN = 10% x ((30 x Rp6.000.000) – (harga barang total x 40%))
PPN = 10 % x (Rp180.000.000 – (Rp180.000.000 x 40%))
PPN = 10% x 108.000.000 = Rp10.800.000
Artinya, total pajak yang harus dibayar PT Irsyadin Jaya adalah Rp10.800.000.
5. Sebagaimana contoh kasus 3, apabila dalam kontrak atau perjanjian tertulis tidak
dinyatakan dengan tegas PPN dan PPnBM termasuk dalam nilai kontrak,
besarnya DPP untuk menghitung PPN adalah senilai Rp130.000.000.
Pertanyaannya, berapakah PPN dan PPnBM yang terutang?
Jawaban:
Dengan demikian, besaran PPN dan PPnBM yang terutang ialah Rp13.000.000
dan Rp26.000.000

BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) lebih
menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi daripada
nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada barang atau
jasa tertentu yang dikonsumsi.  Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai pada
tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi. Meskipun demikian, pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak menimbulkan
efek ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar (kredit
bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase beban pajak yang dipikul oleh
konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa panjang pendek jalur produksi atau distribusi tidak mempengaruhi persentase beban
pajak yang dipikul oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I_6.pdf
MEKANISME PPN DAN PPnBM.pdf
https://www.online-pajak.com/seputar-efaktur-ppn/perhitungan-ppnbm
https://news.ddtc.co.id/contoh-kasus-pengenaan-ppnbm-25728?page_y=2638
https://www.pajakonline.com/tarif-dan-cara-menghitung-ppn-dan-ppnbm/

Anda mungkin juga menyukai