“TRANSFER PRICING”
Dosen Pengampu: L. Taqdir Jumaidi,,SE.M.Ak
Mata Kuliah : Pajak Internasional
BAB I PENDAHULUAN
Dunia kini merupakan pasar tunggal. Bahan baku, tenaga kerja dan ketrampilan teknis
berdatangan dari segenap penjuru dunia. Demikian pula pasar-pasar untuk produk dan jasa
kini juga bersifat transnasional. Hal ini disebabkan karena lingkungan bisnis yang berubah
secara cepat, baik secara domestik maupun global. Perubahan ini menuntut gerak cepat dari
para pelaku bisnis untuk segera melakukan suatu proses adaptasi atau penyesuaian mengikuti
gerak langkah perubahan lingkungan bisnis yang berubah tersebut. Dulunya sektor industri
lebih bersifat padat karya atau lebih banyak memperkerjakan tenaga-tenaga manusia untuk
melakukan proses pabrikasi. Tetapi seturut dengan perubahan lingkungan, proses pabrikasi
mulai dilakukan dengan menggunakan robot-robot yang ektensif dan perlengkapan yang
dikendalikan oleh komputer. Sistem tradisional yang digunakan untuk membebankan biaya
ternyata juga dianggap gagal membebankan secara akurat biaya-biaya sumber daya
pendukung yang kemudian tergantikan dengan sistem yang lebih modern, misalnya Activity
Base Costing atau suatu sistem biaya modern, dimana biaya yang timbul didasarkan pada
setiap aktivitas yang terjadi.
Transaksi transfer pricing merupakan transaksi yang legal. Namun dalam praktiknya
banyak perusahaan yang menyalah gunakan transfer pricing untuk menghindari pajak (tax
avoidance). Penghindaran pajak merupakan permasalahan yang rumit dimana satu sisi
penghindaran pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar hukum tetapi di sisi lain
penghindaran pajak tidak diinginkan oleh pemerintah karena dapat mengurangi pendapatan
pajak yang diterima.
Fenomena globalisasi ini juga secara tidak langsung mendorong merebaknya
konglomerasi dan divisionalisasi/departementasi perusahaan. Dalam lingkungan perusahaan
multinasional dan konglomerasi serta divisionalisasi terjadi berbagai transaksi antar anggota
(divisi) yang meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya,
penyediaan pinjaman dan lain sebagainya. Transaksitransaksi yang terjadi dalam lingkungan
perusahaan seperti ini nantinya akan menyulitkan dalam penentuan harga yang harus
ditransfer. Penentuan harga atas berbgai transaksi antar anggota atau divisi tersebut lazim
disebut dengan transfer pricing.
Praktek transfer pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan sematamata
hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi perusahaan, tetapi seiring dengan
perkembangan zaman praktek transfer pricing sering juga dipakai untuk manajemen pajak
yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus di bayar.
BAB II PEMBAHASAN
Penentuan Harga Transfer atau Transfer Pricing adalah penentuan harga dalam
transaksi yang dipengaruhi oleh adanya hubungan istimewa. Dalam praktiknya, transfer
pricing banyak dilakukan pada perusahaan multinasional, namun seiring berjalannya waktu
praktik transfer pricing juga sudah banyak diterapkan oleh perusahaan dalam negeri. Adapun
praktik transfer pricing yang dilakukan harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan maupun pedoman internasional yang berlaku.
tarif pajaknya lebih rendah, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dalam skala
grup.
Hal-hal yang dilakukan dalam praktik transfer pricing ini bisa dengan melalui harga
penjualan, harga pembelian, alokasi biaya administrasi, pembayaran komisi, lisensi, sewa,
royalti, imbalan atas jasa manajemen, pembelian harta perusahaan, dan lain-lain. Adapun hal-
hal yang dilakukan ini dapat menyebabkan suatu negara merugi karena tidak menerima
sejumlah pajak yang seharusnya dibayarkan oleh suatu perusahaan ini.
Tidak hanya itu, baru-baru ini Ditjen Pajak juga telah mengeluarkan aturan lebih
lanjut terkait dengan transfer pricing yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 213/PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen dan/atau Informasi Tambahan yang Wajib
Disimpan oleh Wajib Pajak yang Melakukan Transaksi dengan Para Pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, dan Tata Cara Pengelolaannya.
Kesimpulan
Dalam praktek transfer pricing dalam perusahaan multinasional ini merupakan cara
yang bertujuan untuk menekan beban pajak yang nantinya perusahaan dapat mengehemat
pajak secara global dengan merelokasikan penghasilan global yang low tax countries dan
menggeser beban dalam jumlah yang besar ke dalam big tax countries. Pengaruh transfer
pricing juga harus diperhatikan dari sisi Undang-undang Perpajakan agar dalam menentukan
harga transfer tidak menambah beban pajak yang seharusnya tidak terjadi atau seharusnya
diminimalkan.
Berkenaan dengan arm’s length price Wajib Pajak dengan otoritas pajak harus
melakukan penyesuaian harga transfer, dalam menyesuaikannya dapat dilakukan transfer
pricing negosiasi yang diatur dalam peraturan perundangundangan perpajakan yang sering
dikenal dengan kesepakatan transfer pricing. Transfer pricing dilakukan berdasarkan harga
pasar yang tidak memiliki implikasi perpajakan, apabila tidak menggunakan harga pasar
maka umumnya akan terjadi pemindahan penghasilan. Dengan adanya pemindahan
penghasilan tersebut maka pajak yang dibayar secara keselurahan akan lebih rendah.
Sehingga, total laba pajak secara keseluruhan akan lebih besar dibanding kalau perusahaan
tidak menggunakan transfer pricing.