Praktisi :
Edwin Ronald, S.E., M.M.
08119502401
Praktisi Mengajar Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda
Materi
Harga Transfer
Waktu
• Rabu, 29 Nov 2023
• 10.20-12.50 WITA
Offline / Online
Online
Zoom Meeting
Bahan Kajian
Decision Making
is pushed down.
Top
Management
Middle Middle
Management Management
Dampak transfer pricing adalah harga yang terlalu tinggi (overpricing), atau sebaliknya harga yang terlalu rendah (underpricing).
Hal ini sering terjadi dalam kasus dumping untuk perdagangan internasional. Selain motivasi bisnis, transfer pricing
multinasional juga dimaksudkan untuk mengendalikan, mekanisme arus sumber daya antara anggota grup dan maksimalisasi
laba setelah pajak.
DAMPAK TRANSFER PRICING
TERHADAP UKURAN KINERJA
PERUSAHAAN
Performance Evaluation
Optimal Determination of Taxes
PRAKTIK TRANSFER PRICING PADA
PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Tindakan Perpajakan
Anak perusahaan di Belgia Tarif Pajak 42 %
memproduksi suatu komponen Pendapatan $ 100 – /biaya $ 100 = $
dengan biaya $ 100/unit tagihan 0
terhadap komponen di transfer ke Pajak dibayar = $ 0
pusat reinvoicing di Puerto Rico
dengan harga $ 100/unit
Pusat reinvoicing di Puerto Rico juga Tarif Pajak 0 %
merupakan anak perusahaan Pendapatan $ 200 – biaya $ 100 = $
mentransfer tagihan komponen ke 100
anak perusahaan di AS dengan harga Pajak dibayar = $ 0
$ 200/unit
Anak perusahaan di AS menjual Tarif Pajak 35 %
komponen ke perusahaan eksternal Pendapatan $ 200 – biaya $ 200 = $
dengan harga $ 200/unit 0
Pajak dibayar = $ 0
PENCEGAHAN DAMPAK
TRANSFER PRICING
Merealokasikan kembali jumlah laba dan
biaya-biaya yang timbul di perusahaan
multinasional yang memiliki beberapa divisi,
sehingga laba dan biaya-biaya yang timbul
sebagai hasil transaksi antar divisi tersebut
yang ditengarai sebagai praktik transfer
pricing yang bisa meminimalkan pajak
terhutang
SITUASI IDEAL SISTEM HARGA
TRANSFER
Orang-orang yg Kompeten: kinerja jk panjang, dan kemampuan negosiasi
Atmosfer yg Baik : bertujuan ke arah profitabilitas yg tinggi
Suatu Harga Pasar : harga pasar yg mencerminkan kondisi yg sama (kuantitas,
waktu kirim, dan kualitas)
Sumberdaya : kebebasan dan ketersediaan
Informasi penuh
Negosiasi : mekanisme kerja yg lancar
PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Pengertian perusahaan multinasional (multinasional company, multinasional enterprise) menurut beberapa
ahli adalah sebagai berikut:
a. Frederick D.S Choi dan Gerhard G. Mueller
Multinational corporations transfers technology all over the globe, raises capital where it is cheapest, often
produces where costs are lowest, and develops markets wherever people will buy its products and services.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan multinasional adalah perusahaan-
perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas antar-negara, yang terikat hubungan istimewa baik
karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi dapat berupa anak
perusahaan, cabang perusahaan, agen dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk
memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak).
HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan istimewa terjadi antara perusaan induk dengan anak perusaannya atau
cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri , maupun yang
berada di luar negeri.
Di Indonesia diatur dalam Pasal 18 Ayat (3), (3a), dan (4) Undang-undang
Pajak Penghasilan yang menyatakan sebagai berikut:
a. Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan
dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya penghasilan Kena pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman
usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
d.Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu diterapkan, atau
mungkin metode lain, misalnya alokasi profit yang diperoleh grup perusahaan dalam
transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi Wajib
Pajak.
ARM’S-LENGTH STANDARD
Disamping keempat metode di atas masih terdapat
alternatif metode lain yang dapat digunakan, yaitu:
a.Global method
Suatu pendekatan yang merupakan penyimpangan dari arm’s length price adalah
metode global atau unitary taxation. Metode ini merupakan alokasi langsung atas laba
dari beberapa entitas hukum yang merupakan anggota dari suatu kesatuan ekonomi.
Aplikasi metode ini adalah dengan menjumlahkan semua laba dari tiap anggota grup
kemudian mengalokasikannya berdasar beberapa faktor, misalnya penjualan, upah
tenaga, dan modal kerja
b.Safe havens
Pendekatan ini dilakukan dengan menyusup suatu batas toleransi interval harga.
Transfer pricing yang berada dalam batas tersebut tanpa evaluasi lebih lanjut langsung
dianggap sebagai harga wajar.
PERLAKUAN TRANSFER PRICING DI INDONESIA
Transfer pricing dapat terjadi baik antar Wajib Pajak dalam negeri maupun antara Wajib Pajak dalam negeri
dengan pihak luar negeri, terutama yang berkedudukan di tax heaven countries. Terhadap transaksi antara
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas
material (substance over from rule).
Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya atau imbalan lain yang
direalisasikan dalam suatu transaksi usaha. Transfer pricing tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
penggalian penghasilan (income) atau dasar pengenaan pajak (tax based) dan atau biaya (cost), dari suatu
Wajib Pajak ke Wajib Pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak
terutang atas Wajib Pajak yang mempunyai tujuan istimewa baik nasional maupun multinasional.
Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen, imbalan jasa teknik
dan imbalan jasa lainnya.
PERLAKUAN TRANSFER PRICING DI INDONESIA
APA biasanya diperoleh sebelum perusahaan terikat dalam transfer. Maksud dari program APA
adalah memecahkan masalah perselisihan transfer pricing dengan cara yang tepat, dan menghidari
proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.
Negara-negara yang tergabung dalam OECD seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, New
Zealand, dan Jepang telah mulai menerapkan prosedur APA untuk menyelesaikan masalah transfer
pricing karena APA dinilai lebih efektif dalam pelaksanaannya. Dua pertiga dari MNC dalam suatu
survei akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mereka mengharapkan untuk menggunakan APA dalam
menentukan harga transfer mereka.
Dalam laporan OECD tahun 1995, advance pricing agreement didefiniskan sebagai:
“an arrangement that determines, in advance of controlled transaction, an appropriate adjustment there
to, critical assumptions as to future events for the determinations of the transfer pricing for that
transaction over a given period of time”.
ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa APA adalah suatu kesepakatan
mengenai penentuan harga transaksi dari transaksi yang terjadi antara dua perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa dengan cara menetapkan satu set kriteria yang sesuai
(seperti metode, faktor-faktor pembanding, dan asumsi-asumsi) untuk periode waktu
tertentu.
Transaksi yang dimaksud di atas adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan-
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dalam sebuah perusahaan multinasional.
Kesepakatan yang dibuat dalam APA terjadi antara Wajib pajak dengan otoritas pajak,
bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga dengan dua otoritas pajak dari negara yang
berbeda. Apabila APA dilakukan antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak dalam satu
negara maka disebut unilateral APA. Sedangkan apabila APA dibuat oleh Wajib Pajak
dengan dua atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut multilateral
APA.
ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)
Inisiatif pelaksanaan APA baik yang unilateral maupun multilateral harus datang dari Wajib
Pajak dengan cara mengajukan permohonan APA kepada otoritas Pajak, namun dalam prosedur
pelaksanaannya untuk proses multilateral APA akan lebih rumit daripada unilateral APA.
Dasar hukum diterapkannya unilateral APA adalah peraturan-peraturan domestik sedangkan
multilateral APA dapat ditetapkan dengan salah satu pasal dalam tax treaty, yaitu pasal
mengenai persetujuan bersama.
Multilateral APA adalah persetujuan mengenai transfer pricing antara dua otoritas pajak dari dua
negara dengan Wajib Pajak yang terlibat dalam transaksi.
Dalam konteks tax treaty, maka multilateral APA dapat ditempuh dengan Pasal 9 dari tax treaty,
yaitu mengenai arm’s length price dalam suatu hubunga istimewa dan proses penanganannya
melalui Pasal 25 dari tax treaty, yaitu mengenai mutual agreement.
Pasal 25 dari tax treaty menyebutkan bahwa apabila terdapat suatu keragu-raguan yang timbul
dari interprestasi atau aplikasi atas ketetentuan-ketentuan yang terdapat dalam tax treaty
maka otoritas pajak dari kedua belah pihak harus menyelesaikan masalah atay perbedaan
tersebut melalui mutual agreement.
ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)
c. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA
berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh Wajib Pajak dan otoritas
pajak;
ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)
Apabila APA berhasil dilakukan maka Wajib Pajak harus melaksanakan setiap
kesepakatan –kesepakatan yang tertulis dalam perjanjian tersebut selama periode
berlakunya APA. Berdasarkan pengalaman negara-negara yang telah menerapkan APA,
masa berlakunya APA berkisar antara tiga sampai empat tahun. Namun apabila Wajib
Pajak berkehendak untuk memperpanjang masa berlakunya APA, maka dia dapat
mengajukan permohonan perpanjangan waktu.
ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)