Anda di halaman 1dari 19

Mengenal Apa itu Transfer Pricing

Posted by Mesriah Ria at 6:35 AM


Mengenal Apa itu Transfer Pricing - Salah satu masalah yang muncul terkait cross border
transaction adalah transfer pricing. Kebutuhan akan penentuan harga transfer muncul saat
barang atau jasa dialihkan antar unit organisasi dari satu perusahaan yang sama . Harga transfer
merupakan substitusi dari harga pasar. Harga transfer digunakan saat sebuah anak perusahaan
menjual sesuatu ke anak perusahaan yang lain.
Beberapa aspek terkait dengan transfer pricing adalah perusahaan multinasional yang berperan
dalam aktivitas transfer pricing. Selain itu tujuan dan metode – metode dalam penetapan harga
transfer perlu dikaji untuk memutuskan metode mana yang paling baik dan cocok untuk
menetapkan harga transfer. Praktik dan masa depan dari transfer pricing perlu diperhatikan
karena kebijakan transfer pricing dapat berubah-ubah seiring perkembangan waktu.

A. Pengertian Perusahaan Multinasional


Pengertian perusahaan multinasional (multinasional company, multinasional enterprise )
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut (Suandy, 2003) :

1) Frederick D.S. Choi dan Gerhard G. Mueller


Multinational corporations transfer technology all over the globe, raise capital where it is
cheapest, often produces where costsbare lowest, and develops markets wherever people will
buy its products and services.

2) Dr. Gunadi, M.sc., Ak.


Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di berbagai negara dengan
membuka cabang, mengorganisasi anak perusahaan atau melakukan kontrak keagenan, dan
sebagainya.

3) Christoper Nobes dan Robert Parker


Multinational companies may be broadly as those which produce a good or service in two or
more countries.

4) Robert E. Tindall
Multinational enterprise is a combination of companies of different nationality connected by
means of shareholdings, managerial control or contract and constituting as economic unit.

5) Erly Suandy
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas-batas
negara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian
manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan,
agen dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah
pajak ( meminimalkan pajak).

B. Pengertian Transfer Pricing


Transfer pricing disebut juga intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional pricing,
internal pricing. Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian yang
bersifat netral dan pejoratif. Pengertian netral mengasumsikann bahwa transfer pricing adalah
murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan
pengertian pejoratif mengasumsikan transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban
pajak dengan taktik, antara lain, menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah. (Suandy,
2003)

Pengertian Transfer Pricing menurut para ahli di antaranya:

1) Dr. Gunadi, M.Sc.Ak.


Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa atau pengalihan teknologi antar- perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

2) Sophar Lumbantoruan
Transfer pricing atau transfer harga adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi antarunit
daalm suatu perusahaan atau antar unit dalam suatu perusahaan antar perusahaan dalam suatu
grup.

3) Robert N. Anthony, Glenn A. Welsch dan James S. Reece


A transfer price is a price used to measure the value of goods or services furnished by a profit
center to other responsibility centers within a company.
4) Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan thomas W. Lin
Transfer pricing adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-unit bisnis yang berbeda
di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. Produk –produk tersebut mungkin
merupakan produk akhir yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk menengah yang
merupakan komponen produk akhir.

Sedangkan pengertian secara pejoratif di antaranya:

1) Charles T. Horngren Dan Gary L. Sundem


Transfer prices are the amount charged by one segment of an organization for a product that it
supplies to another segment of the same organization in multinational companies, transfer price
are used to minimize worldwide income taxes and import duties.

2) Dr. Gunadi, M.Sc, Ak


Transfer pricing adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di
suatu negara.

3) Prof. Dr. Rochmat soemitro, SH.


Transfer pricing adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada barang barang (
juga jasa-jasa) yang diserahkan antar bagian/ cabang suatu multinasional enterprises.

C. Tujuan Transfer Pricing


Kebutuhan akan penentuan harga transfer muncul saat barang atau jasa dialihkan antarunit
organisasi dari satu perusahaan yang sama . Harga transfer merupakan substitusi dari harga
pasar. Harga transfer digunakan saat sebuah anak perusahaan menjual sesuatu ke anak
perusahaan yang lain. Sistem penentuan harga transfer menempatkan nilai moneter atas
pertukaran dalam perusahaan yang terjadi antarunit operasi.Harga ini dicatat oleh penjual
sebagai pendapatan dan dicatat oleh pembeli sebagai biaya.

Mengembangkan sistem penentuan harga transfer perusahaan multinasional jauh lebih


kompleks daraipada mengembangkan sistem domestik. Sama seperti perusahaan domestik,
sistem penentuan harga transfer perusahaan multinasional seharusnya dapat mendorong
manajer untuk membuat keputusan yang mendukung tujuan kantor pusat. Menyediakan kinerja
ukuran ekonomi anak perusahaan yang masuk akal kadang merupakan suatu tujuan penentuan
harga transfer yang tidak relevan ketika berhadapan dengan perusahaan multinasional. Sistem
penentuan harga perusahaan multinasional harus memenuhi tujuan perencanaan strategis,
sistem pengendalian manajemen, dan sistem evaluasi kinerja.

Tujuan penentuan harga transfer internasional menurut (Gernon dan Meek,2007) :

1. Meminimalisasi pajak skala dunia


Sistem penentuan harga transfer dapat digunakan untuk mengalihkan laba kena pajak dari suatu
negara yang memiliki tingkat pajak yang tinggi ke negara lain dengan tingkat pajak yang lebih
rendah; hasilnya, perusahaan multinasional akan mendapat laba setelah pajak yang tinggi. Jika
sistem evaluasi kinerja tidak konsisten dengan sistem penentuan harga transfer, maka manager
anak perusahaan bisa terdorong melakukan pengambilan keputusan yang tidak dikehendaki. Jika
setiap anak perusahaan dievaluasi sebagai pusat laba yang independen, maka kebijakan
penentuan harga transfer harus dipertimbangkan saat mengevaluasi kinerja manajer. Jika tidak,
maka akan timbul konflik antara tujuan anak perusahaan dengan tujuan perusahaan
multinasional.

2. Meminimalisasi bea impor skala dunia


Harga transfer dapat mengurangi tarif. Bea impor biasanya diterapkan pada transfer
interperusahaan, sama seperti pada pihak pembeli bukan afiliasi. Jika barang ditrnsfer pada harga
yang rendah, maka bea impor akan menjadi lebih rendah. Strategi yang sama dapatdigunakan
jika perusahaan menempatkan batas atas nilai barang yang boleh diimpor. Dengan menilai
rendah harga transfer, sebuah anak perusahaan dapat mengimpor barang dan jasa dalam jumlah
yang lebih banyak. Jika sebuah negara memiliki tarif impor yang rendah, maka dapat digunakan
harga transfer yang lebih tinggi.

Tarif saling berinteraksi dengan pajak pendapatan. Bea impor yang rendah sering dikaitkan
dengan negara dengan tarif pajak pendapatan yang tinggi, dan jugaberlaku sebaliknya.
Perusahaan multinasional harus menangani administrator pajak negara pengekspor. Tarif impor
yang lebih tinggi akan menyebabkan laba yang lebih rendah untuk menentukan besarnya pajak
pendapatan. Perusahaan multinasional harus mengevaluasi manfaat pajak pendapatan yang
rendah (tinggi)dalam negara pengimpor dengan tarif impor yang tinggi (rendah) sekaligus pajak
penghasilan yang mungkin tinggi (rendah) yang harus dibayar perusahaan multinasional dalam
negara pengekspor.

3. Penghindaran restriksi finansial


Jika pemerintah memberlakukan restriksi ekonomi pada operasi perusahaan multinasional,
harga transfer dapat mengurangi dampak pengendali nasional tersebut. Misalnya, sebuah negara
membatasi jumlah kas yang keluar dalam bentuk pembayaran deviden. Penetapan harga transfer
yang tinggi atas barang yang diimpor ke dalam negara tersebut dapat memfasilitasi aliran kas
yang diharapkan karena anak perusahaan pengimpor Hanya saja, transfer kas dalam tidak mudah
dicapai dalam negara yang melakukan pengawasan ketat terhadap harga ekspor dan impor.

Beberapa negara mengaizinkan kredit pajak atau subsidi atas dasar nilai barang yang diekspor.
Dalam kasus ini, harga transfer yang tinggi atas produk yang diekspor akan diikuti dengan kredit
pajak yang lebih besar atau subsidi yang lebih tinggi. Kredit pajak akan mengurangi utang pajak
terkait yang mesti ditanggung oleh negara induk. Subsisi biasanya dalam bentuk pembayaran dari
pemerintah ke anak perusahaan.

Restriksi terhadap perusahaan multinasional juga dapat berupa larangan terhadap anak
perusahaan asing unutuk mengurangi biaya tertentu yang disediakan oleh perusahaan induk
terhadap laba kena pajak. Biaya yang tidak boleh dikurangkan antara lain biaya penelitian dan
pengembangan, biaya umum dan administrasi , dan biaya royalti. Dengan menaikkan harga
transfer atas impor ke anak perusahaan, biaya ini dapat terkompensasi.

Jika perusahaan multinasional ingin menunjukkan profitabilitas rendah (tinggi), maka perusahaan
multinasional dapat menggunakan harga transfer tinggi (rendah) atas impor ke anak perusahaan.
Suatu perusahaan multinasional mungkin ingin menunjukkan kondisi yang tidak terlalu
menguntungkan untuk mencegah pesaing potensial memasuki pasar. Laba yang tinggi dapat
memicu karyawan anak perusahaan menuntut upah yang lebih tinggi atau bahkan meminta
rencana bagi hasil. Pengambilalihan anak perusahaan dengan profitabilitas tinggi mungkin dapat
dihindari jika anak perusahaan tersebut tampak tidak terlalu menguntungkan.
Harga transfer yang lebih rendah atas impor juga dapat meningkatkan posisi keuangan anak
perusahaan. Hal ini mungkin dikehendaki, yaitu saat perusahaan multinasional ingin mendanai
anak perusahaan asing dengan dana dari kreditur lokal, dan bukan dari modal kantor pusat.
Dalam kasus ini, kreditur mengharapkan kondisi financial yang positif. Harga transfer yang rendah
juga memungkinkan anak perusahaan menikmati posisi daya saing yang baik selama masa
pertumbuhan awal anak perusahaan tersebut.

4. Mengelola fluktuasi nilai mata uang


Negara yang mengalami masalah dengan neraca pembayaran mungkin memutuskan untuk
menurunkan nilai mata uang negara. Kerugian akibat devaluasi mungkin dapat dihindari dengan
menggunakan harga transfer yang tinggi untuk mentransfer dana dari negara tersebut ke negara
kantor pusat atau ke afiliasi yang lain.

Masalah neraca pembayaran sering dipicu oleh lingkungan yang mengalami inflasi. Inflasi
mengerosi daya beli moneter perusahaan multinasional. Panggunaaan harga transfer yang tinggi
atas barang yang diimpor ke dalam lingkungan semacam ini akan menjadi metode penyingkiran
kas yang tepat.

5. Mendapat penghargaan dari pemerintahan negara tuan rumah


Manipulasi harga transfer buaknnya tidakterdeteksi. Pemerintah semakin peduli pada penentuan
harga antaranak perusahaan dalam satu perusahaan dan dampaknya terhadap laba yang
dilaporkan . Mengingat perusahaan multinasional harus mempertahankan eksistensinya, maka
perusahaan multinasional perlu menjaga hubungan yang positif denga pemerintah negara tuan
rumah. Terus-menerus melakukan perubahan dan manipulasi harga transfer bukanlah satu
kebijakan yang baik.

Saat ini, semakin banyak pemerintah yang sadar akan penggunaan harga transfer yang tinggi dan
rendah. Pengguanaan harga direkayasa tersebut akan menyebabkan perusahaan kehilangan
nama baik. Dalam jangka panjang, akan lebih menguntungkan jika perusahaan multinasional
menyusun kebijakan penentuan harga transfer yang memuaskan otoritas asing, sekalipun hal ini
berarti mengorbankan sebagian laba perusahaan.
Perusahaan multinasional dapat memilih dan menyusun satu set informasi keuangan untuk
pemerintah asing dan satu set informasi keuangan untuk kantor pusat yang digunakan untuk
proses pengendalian pengelolaan dan sistem evaluasi kinerja. Sayangnya, informasi yang
disajikan pada pemerintah asing seringkali digunakan untuk mengevaluasi kinerja anak
oerusahaan, sementara anak perusahaan dipesan untuk merendahkan laba agar dapat
meminimalkan pajak yang harus dibayar. Jika kantor pusat mengabaikan fakta bahwa rendahnya
laba disebabkan oleh harga transfer yang tidak menguntungkan, maka manajer anak perusahaan
bisa sakit hati pada manajer kantor pusat. Kemudian, manajer anak perusahaan mungkin akan
melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Dalam jka angka panjang, masalah moral dapat
berkembang dan merusak dampak jangka pendek meminimalisasi pajak.

Penentuan apakah harga transfer merupakan satu bisnis sama seperti isu pajak yang harus
dipertimbangkn oleh manajer kantor pusat saat manajer menyusun rencana. Sayangnya,
penentuan harga transfer jarang dibicarakan pada tingkat rapat dewan direksi. Survei Ernst and
Young, menemukan bahwa hanya sekitar 25 persen perusahaan multinasional yang
mempertimbangkan harga transfer sebagai salah satu proses perencanaan strategi. Perusahaan
multinasional lain menempatkan penentuan harga transfer setelah pembuatan keputusan
strategi dan memperlakukan penentuan harga transfer sebagai persoalan kepatuhan perpajakan,
bukan sebagai isu strategis yang penting. Perilaku seperti ini menyebabkan tingginya biaya pajak.

Tujuan transfer pricing menurut Suandy (2003:76) yaitu:

1. Memaksimalkan penghasilan global


2. Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar.
3. Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4. Menghindarkan pengendalian devisa.
5. Mengatrol kredibilitas asosiasi.
6. Mengurangi risiko moneter.
7. Mengatur cashflow anak/cabang perusahaan yang memadai
8. Membina hubungan baik denagn administrasi setempat.
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah
D. Metode Penetapan Harga Transfer
Pemilihan harga transfer merupakan masalah sulit bagi perusahaan multinasional yang mencoba
menyeimbangkan kebutuhan berbagai peraturan perpajakan dengan tuntutan anak perusahaan
mereka sendiri. Pada tahun 1968, Amerika Serikat menetapkan peraturan formal untuk
menangani masalah praktik penentuan harga transfer. Amerika merupakan negara pertama yang
menangani persoalan pilihan harga transfer. Kemudian pada tahun 1992, Amerika Serikat secara
agresif mulai melakukan penegakan terhadap regulasi tersebut, serta mengenalkan tuntutan
dokumentasi penentuan harga transfer yang ekstensif dan pinalti tanpa-negosiasi yang mahal.
Sejak itu, Australia, Brasil, Kanada, Perancis, Korea, dan Meksiko menembangkan tuntutan
dokumentasi dan pinalti yang bertujuan melindungi basis pajak mereka sendiri.

Semua perusahaan multinasional yang menjalankan bisnis di Amerika Serikat harus


memperhitungkan Internal Revenue Code(IRC) Section 482 saat menentukan harga transfer
untuk transaksi inter perusahaan (transaksi inter perusahaan dari sudut pandang kantor pusat).
Section 482 memberi otoritas kepada Internal Revenue Service (IRS) untuk merealokasikan laba
dan deduksi di antara anak perusahaan jika IRS menetapkan bahwa realokasi tersebut perlu
dilakukan untuk mencegah penghindaran pajak, penurunan pajak secara illegal, atau untuk
memperjelas penghasilan anak perusahaan. Penjualan barang interperusahaan harus dilakukan
dengan menggunakan harga pasar yang wajar. Selain itu, IRS juga menelaah transfer jasa, aktiva
tidak berwujud, dan perjanjian pembagian beban penelitian dan pengembangan di antara entitas
yang ada di bawah kendali kantor pusat. Kewajiban menggunakan harga transfer yang wajar tidak
selalu mendukung perusahaan multinasional untuk mengejar tujuan maksimalisasi laba skala
dunia. Menurut IRS, prinsip harga wajar yang harus diterapkan adalah apakah pihak lain yng tidak
memiliki hubungan istimewa dengan level pengalaman tertentu dan memiliki pertimbangan
bisnis yang baik, bersedia sepakat dengan jangka kontrak yang sama. Prinsip ini tidak selalu
mendukung tujuan filosofi penentuan harga perusahaan multinasional.

Sebuah perusahaan multinasional yang mengejar meminimalisasi pajak harus hati-hati


menggunakan harga transfer yang tampak memenuhi prinsip harga wajar, agar terhindar dari
telaah IRS. IRC dan regulasi terkait mengijinkan penggunaan tiga metode penetapan harga yang
dianggap memenuhi prinsip harga wajar, antara lain:

1. Metode harga tidak terkendali yang dapat dibandingkan, lebih dikenal dengan istilah
harga pasar.
2. Metode harga jual kembali, harga jual dari produk yang diterima oleh distributor
dikurangi penambahan yang wajar.
3. Metode cost plus, lebih dikenal dengan istilah harga transfer berdasarkan biaya, Ketiga
metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan di seluruh dunia.

Metode lain diijinkan jika perusahaan multinasional mampu menunjukkan bahwa harga tersebut
mendekati harga wajar. Sekalipun Amerika Serikat memiliki peraturan penentuan harga transfer
yang komprehensif, namun tetap sulit untuk menentukan metode penentuan harga yang tepat
dan ada banyak persoalan yang dapat menimbulkan ketidaksepakatan antar pembayar pajak
dengan IRS. Fakta menunjukkan bahwa semakin banyak praktik penentuan harga transfer
perusahaan multinasional yang diinvestigasi oleh otoritas pajak nasional, semakin bertambah
ketidakpastian dan resiko bagi investasi perusahaan multinasional dan perencanaan strategis
perusahaan multinasional.

Banyak perusahaan yang mempertimbangkan penggunaan Advanced Pricing Agreements (APA)


sebagai sarana untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. APA merupakan perjanjian yang
mengikat antara pembayar pajak dengan IRS mengenai metode harga transfer untuk transaksi
interenasional tertentu. Pada tahun 1998 51 APA ditandatangani, jumlah perjanjian terbanyak
dalam satu tahun sejak program tersebut dimulai pada tahun 1991. Baru-baru ini, IRS
menyederhanakan proses pembuatan APA agar dapat diakses oleh perusahaan yang lebih kecil.
Kanada juga memiliki program APA formal.

Keuntungan APA (Gernon dan Meek, 2007):

1. Memberi perusahaan kesempatan untuk mendapatkan persetujuan awal ARS dan


otoritas perpajakan asing terkait dengan kebijakan harga transfer mereka.
2. Perjanjian ini mengikat, dan perusahaan tidak akan menjadi subyek pertanyaan lebih
lanjut.
3. Kepastian perlakuan membuat perencanaan strategis jangka panjang menjadi lebih
mudah.
4. Berguna dalam menghadapi fakta atau kondisi tidak lasim yang dapat memengaruhi
profitabilitas transaksi inter perusahaan.
5. Berguna jika perusahaan mengimplementasikan sebuah metode yang tidak diungkapkan
dalam regulasi IRS Section 482.
Manfaat APA ( advanced pricing agreement) menurut Erly suandy (2003:84) antara lain:

1. memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai harga
transaksi dengan mengguankan metode yang disetujui.
2. memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajaktermasuk kepastian mengenai
kewajiabn pajak yang berkaitan denagn transfer pricing.
3. mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku harga
transaksi yang telah disepakati oleh Wajib Pajak dan otoritas pajak.
4. dapat mencegah praktik transfer pricing ayng tidak benar dan semata-mata hanya untuk
menghindari pajak.
5. Mendesak perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang sensitive (bersifat rahasia).
6. Kurangnya fleksibilitas dalam penyesuaian kebijakan penentuan harga transfer.
7. Mewajibkan dokumentasi dan administrasi substansial, dan mewajibkan perusahaan
memiliki pakar profesional.

Menaati dan menjalankan perjanjian ini adalah satu hal yang mahal dan kompleks. Hal-hal yang
harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan APA yaitu adanya potensi kerugian (Suandy,
2003) yaitu:

 pengorbanan waktu dan biaya ayng dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.


 wajib Pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia
perusahaan kepada otoritas pajak.

1. Pasar Versus Biaya


Kegunaan harga transfer yang berorientasi pasar menawarkan beberapa keuntungan. Harga
pasar menunjukkan peluang biaya dengan suatu pemindahan yang tidak menjual di luar pasar,
dan kegunaan mereka akan mendorong efisiensi kegunaan dari sumber-sumber perusahaan yang
jarang digunakan. Kegunaan mereka juga disebut-sebut konsisten dengan orientasi pusat laba
terdesentralisasi. Harga pasar membantu membedakan mana usaha yang dapat menguntungkan
dengan usaha yang tidak dapat menguntungkan, dan lebih mudah untuk mempertahankan
otoritas perpajakan sebagai rentangan harga.
Keuntungan dari pasar berbasis harga transfer harus dititikberatkankan pada beberapa
kelemahan. Salah satunya adalah penggunaan harga transfer tidak memberikan perusahaan
keleluasaan untuk menentukan harga untuk tujuan atau strategi persaingan. Masalah yang lebih
mendasar lagi adalah seringnya tidak ada pasar menengah untuk produk atau servis yang
diragukan. Multinasional andil dalam transaksi dimana perusahaan independen tidak
bertanggung jawab, seperti mengirim sebuah barang berharga, sangat mengandalkan teknik dari
cabang perusahaan. Hubungan transaksi antarcabang seperti ini sering berbeda dalam
kepentingan dan cara mendasar dari kelayakan transaksi di antara pihak yang tidak
berhubungan.

Biaya berbasis sistem penetapan biaya transfer menghasilkan banyaknya keterbatasan. Terlebih
lagi, mereka (1) mudah digunakan, (2) berdasarkan data yang sudah ada, (3) mudah menentukan
otoritas pajak, dan (4) bersifat rutin, dengan demikian membantu menghindari keretakan
internal yang sering memunculkan lebih banyak sistem arbitrari.

Tentu saja, biaya berbasis sistem penetapan biaya transfer juga tidak sempurna. Sebagai contoh,
penjualan barang atau jasa pada biaya aktual mungkin memberikan sedikit biaya tambahan bagi
penjual untuk mengendalikan biaya mereka. Produksi tidak efisien mungkin bisa disalurkan
kepada pembeli dengan harga dinaikkan. Sistem biaya sangat menekankan pada biaya historis,
yang mengabaikan hubungan penawaran dan permintaan, dan tidak mengalokasikan biaya untuk
barang atau jasa tertentu dalam hal kepuasan. Masalah tentang penentuan biaya digabungkan
secara internasional larena konsep penghitungan biaya berbeda untuk tiap negara.

2. Prinsip Arm’s- Length


Ciri khas multinasional adalah sebuah usaha yang terintegrasi: cabang perusahaan tersebut di
bawah kendali dan berbagi sumber serta tujuan secara umum. Kebutuhan untuk menentukan
pemasukan yang bisa dikenakan pajak di berbagai negara yang berarti bahwa multinasional harus
mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran di antara cabang perusahaan dan menentukan
harga transfer untuk transaksi antarperusahaan.

Otoritas pajak di seluruh dunia telah mengembangkan harga transfer yang rumit dan regulasi
alokasi pendapatan sebagai bagian dari sistem pajak penghasilan mereka. Kebanyakan berdasar
pada prinsip arm’s length, dimana harga transfer antarperusahaan
seolah-olah terjadi antara pihak yang tidak berhubungan dalam pasar kompetitif. OECD
menemukan beberapa metode besar dalam menetapkan harga berdasarkan arm,s price.
Merunut pada apa yang dijelaskan tentang U.S. Internal Revenue Code, adalah metode
perbandingan harga tidak terkendali, metode perbandingan transaksi tidak terkendali, metode
harga penjualan ulang, metode biaya lebih, metode perbandingan keuntungan, metode
pembagian keuntungan, dan metode lainnya.

3. Metode Perbandingan Harga Bebas


Harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan dalam persamaan
transaksiantara perusahaan independen atau antara perusahaan dan pertai ketiga yang tidak
berhubungan. Hal ini tepat ketika barang mencukupi dimana mengendalikkan penjualan yang
dapat dibandingkan dengan penjualan di pasar terbuka. Barang yang bersifat komoditas biayanya
menggunakan metode ini untuk transaksi internal.

4 Metode Perbandingan Transaksi Bebas


Metode ini menerapkan transfer aset tak berwujud. Mengidentifikasi patokan nilai royalti dengan
mengacu pada metode harga transaksi bebas dimana aset tak berwujud yang sama atau serupa
telah ditransfer. Seperti metode perbandingan harga bebas, metode ini membahas tentang
perbandingan harga.

5 Metode Harga Penjualan Ulang


Metode ini menghitung sebuah harga arm’s length yang diawali dengan harga penjualan akhir
dimana barang yang disebutkan dijual ke pasar bebas. Margin yang tidak tepat untuk menutupi
pengeluaran dan profil normal kemudian diambil dari harga ini untuk memperoleh harga transfer
antarperusahaan. Metode ini biasanya digunakan ketika perusahaan yang membeli barang
adalah cabang penyalur atau penjualan.

Untuk menggambarkan metode penetapan harga ini, bayangkan bahwa perusahaan yang
berupaya menetapkan harga produknya yang dijual oleh salah satu unit usaha kepada
perusahaan distribusi luar negeri.
Catatan laporan pendapatan yang berhubungan dengan fakta-fakta lain dari unit distribusi
adalah sebagai berikut:

1.penjualan bersih (oleh unit distribusi)


$ 300 per unit dari 100.000 unit $ 30.000.000
2.biaya lain-lain (OE) 1.200.000
3.biaya lain-lain dalam presentase penjualan 4,0%
4.ongkos dan asuransi untuk impor $ 1,50/unit
5.biaya pengepakan (packaging cost-PC) $ 2,00/unit
6.biaya bea-impor (custom duties-CD) 5,0%
7.harga penjualan bersih (net sales price-NSP) unit distribusi $ 300/unit

Tujuannya adalah untuk menghitung harga transfer antara kedua unit distribusi tersebut di mana
unit menutupi semua biaya dan mendapatkan keuntungan normal. Metode harga penjualan
kembali adalah pendekatan pekerjaan mundur. Jika perusahaan mewajibkan margin tambahan
5 persen untuk menutupi risiko usaha dan memberikan keuntungan yang tepat, margin produk
total akan dihitung sebagai berikut:

1.biaya lain-lain 4,0%


2.margin tambahan untuk risiko dan profit (AM) 5,0%
3.total margin (TM) 9,0%

Unit distribusi harus membayar ongkos dan biaya asuransi untuk bea impor dan produk
disamping harga transfer. Sehingga biaya impor unit distribusi berbeda dari hari harga transfer.
Kemudian, harga transfer per unit dari produk yang dikirimkan kepada unit distribusi menjadi:

TP = {[NSP x (100% - TM) - PC] / (100 + CD)} – FI


TP = {[300 x (100% - 9%) - $ 2] / (100% + 5%)} - $ 1,50
TP = $ 256,60

Perhitungan tersebut meluruskan harga jual bersih dari margin total, biaya pengepakan, ongkos
dan biaya asuransi, dan biaya impor supaya mendapatkan harga transfer. Jelasnya, faktor 1,05
meluruskan $271 harga biaya impor sebelum bea sejumlah $258,10. Biaya lain yang bisa
dikenakan bea diambil dari jumlah ini untuk menjadikan harga transfer $256,60. Biaya impor
menyetarakan harga transfer plus dan ongkos dan asuransi, dengan bea yang dikenakan untuk
keduanya. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Harga transfer $ 256,60


1,5
+ ongkos dan asuransi 0
Subtotal 258,10
12,9
Bea (5%) 0
$
Biaya impor 271,00

Untuk kinerja harga transfer terbalik:


$
Harga penjualan bersih 300,00
Margin untuk menutupi pengeluaran lain dan profit normal (9%) -27,00
Pengepakan -2,00
Ongkos dan asuransi -1,50
Biaya bea -12,90
$
Harga transfer 256,60

6. Metode Penetapan Harga Biaya Lebih


Penetapan harga biaya lebih adalah sebuah pendekatan bekerja maju dimana kenaikan harga
ditambahkan untuk biaya transfer cabang perusahaan dalam mata uang lokal. Kenaikan harga
biasanya mencakup menghubungkan biaya keuangan yang berkaitan dengan biaya tambahan
ekspor, piutang, dan aset yang digunakan dan persentase biaya yang menutupi produksi,
distribusi, pergudangan, pengapalan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan usaha
ekspor. Sebuah penyeragaman sering dibuat untuk menggambarkan subsidi pemerintah yang
dirancang untuk membuat biaya produksi kompetitif di kancah internasional.

Metode penetapan harga ini akan sangat berguna ketika barang setengah jadi yang ditransfer
antarcabang di luar negeri, atau ketikasatu entitas adalah sebuah pemborong bawahan untuk
yang lainnya. Masalah utama dari pengukuran melibatkan penghitungan biaya pengiriman
barang dan memastikan kenaikan harga yang tepat.

7. Metode Perbandingan Keuntungan


Metode ini mendukung ide umum di mana pembayar pajak dalam kondisi serupa seharusnya
mendapatkan pengembalian yang sama dari periode waktu yang masuk akal. Return in capital
employed ( ROCE) merupakan sebuah indikator level profit utama. Dalam pendekatan ini ,
pendapatan usaha rata-rata modal menggunakan rasio dari patokan yang dibandingkan
dengan ROCE yang dipertanyakan. Aplikasi metode ini memerlukan adanya penyeragaman
atas semua perbedaan di antara perbandingan meliputi perbedaan kondisi penjualan,
perbedaan biaya modal, valuta asing dan risiko lainnya, dan perbedaan dalam praktik
pengukuran akuntansi.

8. Metode Pembagian Keuntungan


Metode pembagian keuntungan digunakan ketika tidak ada patokan produk atau pasar,
membagi keuntungan yang dihasilkan oleh transaksi perusahaan yang berkaitan
menggunakan alokasi persentase keuntungan gabungan dari perusahaan bebas dengan jenis
aktivitas dan transaksi sama.

Sebuah metode yang lebih canggih lagi, metode pembagian keuntungan residual,
menggunakan pendekatan dua langkah. Pertama, fungsi pertama yang dilakukan oleh satuan
cabang perusahaan -induk dan cabangnya- dibiayai tiap tahapan proses produksi dengan
menggunakan patokan yang relevan. Perbedaan antara total keuntungan yang diperoleh
perusahaan gabungan dan semua yang bisa disertakan dalam fungsi rutin dianggap residual
profit, utamanya profit dari fungsi nonrutin. Residual ini, yang menyerupai goodwill tak
berwujud, kemudian membagi dasar nilai relatif dari setiap kontribusi partai cabang dengan
tak berwujud. Nilai ini bisa ditentukan dengan menggunakan acuan harga pasar wajar atau
biaya modal dari pengembangan tak berwujud.

9. Metode Penetapan Harga Lainnya


Metode penetapan harga lainnya dapat diterapkan dan diizinkan apabila hasil dalam
mengukur harga arm’s length lebih akurat. Kutipan OECD:

Hal ini harus dikenali bahwa harga arm’s length dalam berbagai kasus tidak sepenuhnya bisa
dipastikan dan dalam keadaan tersebut sangatlah penting untuk menemukan alasan
perkiraan yang tepat. Sering kali, akan sanagt berguana untuk mempertimbangkan lebih dari
satu metode untuk meraih kepuasan perkiraan harga arm’s length pada bukti-bukti yang jelas
ada.

Bagian 482 U.S Internal Revenue Code menjelaskan sebuah metode aturan terbaik yang
menuntut pembayar pajak untuk memilih metode penetapan harga transfer yang paling baik
berdasarkan keadaan dan kenyataan dari kasus tersebut. Hampir di setiap negara yang
memiliki undang-undang penetapan harga transfer ( termasuk Belgia, Jerman, Jepang,
Belanda dan Inggris) lebih memilih metode berbasis transaksi (dapat dibandingkan dengan
harga dan transaksi bebas, harga penjualan kembali, dan metode cost-plus ) daripada metode
berbasis keuntungan ( metode perbandingan profit dan pembagian keuntungan) .
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menetapkan harga transfer (Saphiro dan
McClellan dalam Choi, 2010) :

1. Menganalisis risiko, fungsi yang diperankan oleh cabang perusahaan, dan ekonomis
serta penentu yang sah yang memengaruhi penentuan harga.
2. menemukan dan menganalisis patokan transaksi dan perusahaan. Mencatat alasan
untuk setiap penyesuaian yang dibuat.
3. membandingkan hasil keuangan dari perusahaan sebanding dan pelaku pajak.
4. jika transaksi sebanding tersedia,mencatat kesamaan dan perbedaan mereka dengan
transaksi pelaku pajak.
5. mencatat alasan metode penetapan harga yang dipilih adalah yang paling masuk akal
dan tidak menggunakan metode lain.
6. memperbaharui informasi sebelum mencata pengembalian pajak.

10. Perjanjian Penetapan Harga Lanjutan


Kesesuaian harga transfer dengan pemerintah merupakan perhatian utama, yaitu melalui
peningkatan pengawasan terhadap perusahaan multinasional. Adanya kompleksitas regulasi
penetapan harga menyebabkan transaksi antar perusahaan menjadi target audit pajak. Survei
terhadap perusahaan multinasional menunjukkan bahwa mereka menganggap penetapan
harga transfer adalah masalah penting utamanya pajak internasional dan berhadapan dengan
audit penetapan harga transfer suatu saat adalah kepastian. ( Ernst&Young dalam Choi,
2010)

Advance Pricing Agreements (APAs), diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1991
adalah sebuah mekanisme dimana sebuah otoritas perpajakan dan multinasional dengan
sukarela merumuskan metodologi penetapan harag transfer yang disepakati dan bersifat
mengikat. Di dalam perjanjian ini, risiko dapat dikurangi atau dihapus dalam audit penetapan
harga transfer, hemat waktu dan biaya.

E. Praktik Penetapan Harga Transfer


Perusahaan multinasional memiliki berbagai dimensi meliputi, ukuran, industri, kebangsaan,
struktur organisasi, tingkat keterlibatan internasional, teknologi, produk atau jasa, dan
persaingan. Keberagaman metode harga transfer banyak ditemukan dalam praktiknya
dibandingkan dengan metode pasar (Cravens dalam Choi, 2010). Penetapan harga transfer
internasional terlebih dahulu dengan mengidentifikasi tujuan atau sasaran seperti mengatur
beban pajak yang dipengaruhi oleh tujuan lain dalam lingkup operasional, seperti menjaga
posisi persaingan perusahaan, mempromosikan evaluasi kelayakan proforma, dan
memotivasi pegawai. Selain itu dengan mengatur inflasi, risiko valas, serta mengurangi
transfer kas. Terkait hal di atas, masalah operasional memiliki prioritas penting dibandingkan
pajak dan penetapan harga saat ini memainkan perananan yang lebih penting dalam proses
perencanaan multinasional (Ernst & Young, dalam Choi 2010).

F. Masa Depan Transfer Pricing


Tantangan teknologi dan ekonomi global tidak terlepas dari perpajakan internasional. Setiap
negara memiliki hak dalam memutuskan besarnya penarikan pajak dalam masyarakat dan
lingkungan bisnis yang berlaku di negara tersebut. Kemampuan menarik pajak bergantung
informasi atas WP yang harus membayar. Akses internet memudahkan perusahaan
multinasional untuk memindahkan aktivitas ke negara yang berpajak rendah sehingga akan
menyuliotkan untuk mengawasi transaksi pajak internasional.

Metode penetapan harga yang diharuskan oleh negara-negara secara global berdasarkan
prinsip arm’s length. Usaha multinasional di negara berbeda dikenakan pajak apabila
perusahaan tersebut independen , yang menjalankan arm’s length satu sama lain.
Kelemahannya adalah perhitungan kompleks dari harga arm’s length saat ini kurang relevan
untuk perusahaan global. Beberapa peneliti menganjurkan sebuah pajak kesatuan sebagai
alternatif dalam menggunakan harga transfer untuk menentukan pemasukan yang wajib
dikenakan pajak.

Demikianlah materi tentang Mengenal Apa itu Transfer Pricing yang sempat kami berikan
dan jangan lupa juga untuk menyimak materi seputar Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis
Sistem Perekonomian yang telah kami posting sebelumnya. semoga materi yang kami berikan
dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah kasih.

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar…!!!

http://www.jejakakuntansi.net/2017/09/mengenal-apa-itu-transfer-pricing.html

Anda mungkin juga menyukai