Pada bab ini di jelaskan bahwa terdapat tiga permasalahan pokok yang terdapat pada
organisasi global yaitu, perbedaan budaya, harga transfer, dan perbedaan nilai tukar mata uang
yang kesemuanya diuraikan sebagi sebuah masalah yang harus ditemukan solusinya dalam proses
pengendalian manajemen dan praktik-praktik organisasi multinasional. Proses perencanaan dan
pengendalian yang harus kita lakukan antara lain meliputi, perencanaan strategis, penyiapan
anggaran, operasi, analisis varians dan pelaporan, evaluasi kinerja, dan kompensasi manajemen
yang umumnya dapat kita gunakan pada organisasi multinasional.
1. Perbedaan Budaya
0
termasuk Jepang, Portugal, dan Yunani. Budaya penghindaran ketidakpastian terendah
termasuk Singapura, Hongkong, dan Denmark.
d. Maskulinitas atau feminisme, merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang
dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut apakah pengaruh yang dimiliki
oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut berupa.
2. Harga Transfer
Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologu merupakan salah satu dari perbedaan
besar yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestik dan luar negeri. Namun
dalam operasi luar negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat
sampai kepada suatu harga transfer. Pertimbangan-pertimbangan tersebut termasuk
perpajakan, peraturan pemerintah, tarif pengendalian devisa, akumulasi dana, dan joint
venture.
a. Perpajakan, tingkat pajak penghasilan efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh
di masing-masing Negara-negara asing, sistem harga transfer yang memungkinkan
pengalihan keuntungan ke Negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat
mengurangi jumlah pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
b. Peraturan Pemerintah, jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan
harga transfer untuk meminimalkan laba kena pajak di Negara-negara dengan tingkat pajak
penghasilan yang tinggi. Namun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya
kemungkinan ini dan mengeluarkan peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer
dapat dihitung.
c. Tarif, tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu
produk. Semakin rendah harganya senakin rendah pula tarif yang akan dikenakan.
Timbulnya tarif biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan
di dalam harga transfer. Meskipun tariff untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu
Negara tertentu akan lebih rendah jika harga transfernya juga rendah, keuntungan yang
dicatat di Negara itu dan karenanya pajak penghasilan lokal atas laba akan ikut tinggi. Jadi,
efek bersih dari faktor-faktor ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga
transfer yang tepat. Karena pajak penghasilan umumnya memiiki jumlahnya yang lebih
besar daripada tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak didasarkan pada
pajak penghasilan daripada tarif.
1
d. Pengendalian Devisa, beberapa Negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk
mengimpor beberapa komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih
rendah memungkinkan anak perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam
jumlah yang lebih besar.
e. Akumulasi Dana, Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu Negara
tertenttu daripada di Negara lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk mengalihkan
dana tersebut ke dalam atau ke luar Negara tertentu.
f. Joint Venture, joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer.
Andai kata sebuah perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di Jepang dengan
perusahaan local Jepang. Jika induk perusahaan AS membebankan harga lebih tinggi bagi
komponen yang dikirimkan ke Jepang, mitra joint venture Jepang kemungkinan besar akan
menolak harga tersebut karena harga itu akan memperkecil laba operasinya dan
mengakibatkan bagian keuntungan dari mitra joint venture Jepang tersebut juga semakin
kecil.
Enam hal diatas merupakan pertimbangan-pertimbangan yang harus kita perhitungkan ketika
kita akan menentukan harga transfer yang tepat terkait dengan pedagangan internasional.
Namun diluar enam hal diatas, masih terdapat setidaknya dua pertimbangan tambahan yang
perlu kita lakukan ketika akan menentukan besaran harga transer, yaitu
2
oleh perbedaan nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak diperhitungkan. Harga
yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga penuh, diizinkan dalam hal-
hal tertentu seperti selama penetrasi sebuah pasar baru atau dalam mempertahankan
pasar yang ada di suatu wilayah tertentu.
2) Metode harga jual kembali, bila tidak ada penjualan yang dapat dibandinkan, metode
berikutnya yang diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini,
wajib pajak bekerja mundur dari hargapenjualan final pada saat kekayaan yang dibeli
dari perusahaan afiliasi dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali.
Harga jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang
semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama atau oleh
penjual lain yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat diperbandingkan.
Persentase markup dari pesaing dan rata-rata industri juga dapat membantu dalam
kaitannya dengan hal ini.
3) Metode harga plus, menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara
ketiga metode yang diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah
biaya untuk memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke
dalam biaya ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang dinyatakan dalam presentase
tertentu dari biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang serupa yang
dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang berlaku untuk
industri tersebut.
b. Kepetingan minoritas, ketika kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas manajemen
puncak dalam mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat sangat dibatasi
karena pihak minoritas mempunyai hak hokum untuk memperoleh pembagian yang adil
dari laba perusahaan. Dalam kasus ini, anak perusahaan harus sebisa mungkin melakukan
transaksi secara wajar.
3. Nilai Tukar Mata Uang
Arus kas dari sebuah organisasi dalam dolar pada waktu yang sama akan mempunyai
nilai yang sama dengan nilai dolar yang sama pada tempat yang berbeda. Sebaliknya apabila
kita mengelola perusahaan multinasional, maka nilai arus kas perusahaan kita akan
didenominasikan ke dalam beberapa mata uang menggunakan acuan nilai relatif atau
perbandingan terhadap nilai dolar seiring dengan perbedaan waktu. Dalam bagian ini akan
dijelaskan mengenai nilai tukar dan tiga jenis eksposur dan implikasinya kepada perancangan
pengendalian.
3
a. Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang
yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang Negara
induk perusahaan yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (kita sebut
penawaran langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan.Nilai tukar yang
biasanya ditawarkan disebut nilai tukar nominal. Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal
yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar riil adalah nilai tukar spot setelah
penyesuaiaan perbedaan inflasi antara dua Negara yang dihitung. Ada juga nilai tukar
forward, yaitu nilai tukar hari ini yang dapat digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu
transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa depan.
4
pelacakan anggaran : nilai tukar yang berlaku pada saat anggara ditentukan (nilai tukar
awal), nilai tukar yang diproyeksikan pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar yang
diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku.
1) Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab atas dampak
fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?
2) Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang Negara induk perusahaan, atau
haruskah mereka menggunakan mata uang local dalam evaluasi kinerja? Selanjutnya,
haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar proyeksi, atau
nilai tukar akhir dalam menetapkan anggaran?
3) Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis eksposur nilai
tukar sembari mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika ya,
bagaimanakah caranya?
4) Bagaimana seharusnya perbedan jenis eksposur nilai tukar akan memengaruhi evaluasi
kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah seperti yang membedakan dari evaluasi
manajer yang bertanggung jawab atas anak perusahaan tersebut?
e. Efek Translasi
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai
contoh, kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan tersebut
tengah melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai
cara untuk mengatasi efek eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang
sederhana; jika sebuah perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan Prancis
5
dengan harga yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan membeli hak
untuk membeli franc Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi pada tanggal
di masa depan di mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut mengalami
rugi transaksi di dalam penjualan, maka ia akan mendapatkan keuntungan pasar opsi dan
menyamakan aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama.
Teknik lindung nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan,
juga pasar opsi valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah
apakah para manjer anak perusahaan bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung
nilai.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek
nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk
perusahaan harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu
memberikan artian ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk
meneruskan beroperasi di Negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan
bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan
lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah
keputusan independen.
g. Pertimbangan Manajemen
1) Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap
efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan
anggaran dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi
efek yang berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi
para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional
hendaknya memilih metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
2) Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan
lindung nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar
akan jauh lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan
menjadi peramal dan spekulan nilai tukar.
6
3) Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari
nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.
4) Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan
lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya
merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan
ekonomi.