Anda di halaman 1dari 13

Management Control Systems

Resume Chapter 15
Lecture:
Singgih Wijayana, M.Si, Ph.D

Disiapkan Oleh:
R. Purwedi Darminto (Eksekutif B 27 C)

Organisasi Multinasional
Terdapat tiga masalah khususu dalam organisasi global: perbedaan kebudayaan, harga transfer,
dan perbedaan nilai tukar mata uang. Bab ini akan secara khusus membahas ketiga topic ini. Mesipun
pembahasan yang kita lakukan dinyatakan dalam kondisi AS dan anak-anak perusahaannya di luar
negeri, masalah umum yang sama dapat ditemukan pada induk perusahaan dari Negara mana pun
beserta anak perusahaannya di luar negeri.
A. Perbedaan Budaya
Salah satu variabel konteksual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen di dalam
sebuah perusahaan multinasional adalah perbedaan budaya antar Negara. Menurut defiinisinya, sebuah
organisasi multinasional akan beroperasi di banyak Negara dan harus siap menghadapi perbedaan
budaya seiring dengan koodinasi dan pengendalian yang dilakukan oleh kantor pusat terhadap anakanak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu bangsa, kata budaya akan
merujuk kepada nilai-nilai, asumsi dan norma perilaku yang diakui bersama. Ketika sebuah organisasi
merentangkan operasinya melintasi berbagai Negara, perbedaan budaya yang sangat besar yang
berkaitan dengan karakter nasional dan regional yang ada, mempunyai hubungan yang penting dengan
pengendalian manajemen. Salah satu cara untuk memahami budaya diusulkan oleh Hofstede. Hofstede
membuat sebuah analisis yang sistematis atas perbedaan budaya berdasarkan sebuah kuesioner yang
dijawab oleh kurang lebih 80.000 karyawan IBM yang berlokasi di 64 negara. Menurut Hofstede,
budaya dapat berbeda pada empat dimensi:
1. Jangkauan kekuasaan
Merujuk kepada sejauh mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan secara tidak seimbang.
Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina, Venezuela, dan Meksiko.
Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel, Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/ koltivisme
Merujuk kepada sejauh mana seseorang mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang
individu atau sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Budaya individualistik yang
tinggi termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya kolektiitas yang tinggi
termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian
Merujuk sampai sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu
budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan Yunani. Budaya
penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura, Hongkong, dan Denmark.

4. Maskulinitas/feminitas
Merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai
dominant tersebut apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominant
tersebut berupa

B. Harga Transfer
Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologi merupakan salah satu dari perbedaan besar yang
terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestic dan luar negeri. Namun dalam operasi luar
negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga
transfer. Pertibangan-pertimbangan tersebut termasuk perpajakan, peraturan pemerintah, tarif
pengendalian devisa, akumulasi dana, dan joint venture.
Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di masing-masing
Negara-negara asing, sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan keuntungan ke Negaranegara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangu jumlah pajak penghasilan perusahaan
yang digabungkan dari seluruh dunia.
Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk meminimalkan
laba kena pajak di Negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang tinggi. Namun demikian,
otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini dan mengeluarkan peraturan yang
menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk. Semakin
rendah harganya senakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif biasanya memiliki
hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam harga transfer. Meskipun tariff untuk
barang-barang yang dikirimkan ke suatu Negara tertentu akan lebih rendah jika harga transfernya juga
rendah, keuntungan yang dicatat di Negara itu dan karenanya pajak penghasilan lokal atas laba akan
ikut tinggi.Jadi, efek bersih dari faktor-faktor ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga
transfer yang tepat. Karena pajak penghasilan umumnya memiiki jumlahnya yang lebih besar daripada
tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak penghasilan daripada
tarif.
Pengendalian Devisa
Beberapa Negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa komoditas
tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak perusahaan untuk
memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.

Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu Negara tertenttu daripada di Negara
lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk mengalihkan dana tersebut ke dalam atau ke luar
Negara tertentu.

Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Andai kata sebuah perusahaan
AS mempunyai operasi joint venture di Jepang dengan perusahaan local Jepang. Jika induk perusahaan
AS membebankan harga lebih tinggi bagi komponen yang dikirimkan ke Jepang, mitra joint venture
Jepang kemungkinan besar akan menolak harga tersebut karena harga itu akan memperkecil laba
operasinya dan mengakibatkan bagian keuntungan dari mitra joint venture Jepang tersebut juga
semakin kecil. Ford Motor Company, dengan sebagian maksudnya untuk menghindari perselisihan
tentang harga transfer, membeli sejumlah besar kepentingan minoritas Inggris di Ford Lid., pada tahun
1961. Untuk alas an yang sama, General Motors tidak pernah melakukan joint venture sampai
perjanjian yang dilakukannya dengan Toyota di akhir tahun 1980-an.
Penggunaan Metode Harga Transfer
Tampilan 1 memperlihatkan metode harga transfer yang digunakan oleh sebuah contoh perusahaan
multinasional yang memiliki kantor di Kanda, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat untuk pengiriman
antar perbatasan mereka.
Pertimbangan Hukum
Hampir semua Negara melakukan beberapa pembatasan pada fleksibilitas perusahaan dalam
menetapkan harga transfer untuk transaksi dengan anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya
adalah untuk mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaran pajak penghasilan di
Negara tuan rumah. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
Untuk meminimalkan pajak, perusahaan-perusahaan multinasional AS mengalihan assetasetnya ke Negara dengan pajak penghasilan yang rendah Misalnya, Cayman Islanda
yang memiliki 50 bank.
Perusahaan multinasional AS memindahkan kantor perusahaan di atas kertas mereka
ke Bermuda, yang tidak mengenakan pajak penghasilan perusahaan. Sebagai contoh,
Ingersoll-Rand, Accenture, dan Tyco International menempatkan kantor pusat mereka di
Bermuda sedangkan seluruh bisnis mereka dilakukan di Negara-negara lain.

Perusahaan yang memindahkan property intelektual (paten misalnya) ke Irlandia, sebuah


Negara dengan tingkat pajak yang rendah. Kantor pusat di AS akan membayar jumlah
yang cukup besar untuk membeli hak penggunaan propert intlektual tersebut, sehingga
akan mengalihkan laba kena pajak dan sebuah Negara dengan tingkat pajak yang tinggi
ke Negara dengan tingkat pajak yang rendah.

Tampilan
Metode Harga Transfer yang Digunakan oleh Perusahaan Multinasional
Metode Penetapan Harga

Kanada

Jepang

Inggris

Amerika Serikat

Metode Berbasis Biaya:


Biaya variable aktual/standar

5%

3%

5%

1%

Biaya penuh aktual

Biaya penuh standar

26

38

28

Biaya variable ditambah markup

Biaya penuh ditambah markup

28

Jumlah berbasis biaya

33%

41%

38%

41%

Harga pasar

26

Harga pasar dikurangi biaya penjualan

12

Lain-lain

Jumlah bebasis pasar

37%

37%

31%

46%

Harga Negoisasi

26%

22%

20%

13%

Lain-lain

4%

11

100%

100%

100%

100%

Metode Berbasis Pasar:

Section 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga transfer pada penjualan antar
anggota dari kelompok yang sepengendali. Metode-metode harga antar perusahaan sepengendali yang
dapat diterima, disusun menurut prioritasnya dari yang paling penting adalah sebagai berikut :
1. Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali

Harga yang wajar dapat dipastikan dari penjualan barang atau jasa yang dapat diperbandingkan
antara perusahaan multinasional dan pelanggan yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau antara
dua perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki hubungan istimewa.
Hal hal yang dapat memengaruhi harga adalah antara lain, kualitas produk, syarat penjualan,
tingkat pasar, dan wilayah geografis di mana jenis barang tersebut dijual, tetapi untuk diskon jumlah,
penyisihan promosi dari kerugian khusus yang disebabkan oleh perbedaan nilai tukar mata uang dan
selisih kredit tidak diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga penuh, diizinkan dalam hal-hal
tertentu seperti selama penetrasi sebuah pasar baru atau dalam mempertahankan pasar yang ada di
suatu wilayah tertentu.
2. Metode harga jual kembali.
Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandinkan, metode berikutnya yang diperbolehkan adalah
metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak bekerja mundur dari hargapenjualan final
pada saat kekayaan yang dibeli dari perusahaan afiliasi dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak
sepengendali. Harga jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang
semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama atau oleh penjual lain
yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat diperbandingkan. Persentase markup dari pesaing
dan rata-rata industri juga dapat membantu dalam kaitannya dengan hal ini.
Peraturan meminta metode ini digunakan jika (1) jika tidak tersedia penjualan tidak sepengendali
yang sebanding, (2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar sebelum atau
sesudah pembelian antar perusahaan sepengendali, (3) penjualan kembali tidak menambahkan nilai
yang berarti kepada barang yang bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan,
label, dan seterusnya, atau dengan penggunaan atas pemanfaatan kekayaan yang tak berwujud
(intangible property).
3. Metode harga-plus.
Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang diuraikan,
titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk memproduksi produk, dihitung
menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang
dinyatakan dalam presentase tertentu dari biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali
yang serupa yang dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang berlaku untuk
industri tersebut.
Gambaran skematis ketiga metode ini adalah sebagai berikut:
1. Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali:
Harga transfer = Harga yang digunakan dalam penjualan tidak sepengendali yang
sebanding penyesuaian
Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota kelompok
sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan anggota kelompok
sepengendali.
2. Metode harga jual kembali:
Harga transfer = Harga jual kembali yang berlaku Markup yang memadai Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku adalah harga di mana aktiva yang dibeli melalui penjualan
sepengendali, dijual kembali oleh pembeli dalam penjualan yang tidak sepengendali.
Markup yang memadai = Harga jual kembali yang berlaku * Presentase markup yang wajar

Presentase markup yang wajar = Persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari
penjualan) yang didapatkan oleh pembeli (atau penjual kembali) atau piha lain di dalam sebuah
pembelian dan penjualan kembali yang tidak sepengendali yang serupa dengan penjualan kembali
sepengendali.
3. Metode biaya-plus:
Harga transfer = Biaya + Markup memadai Penyesuaian
Markup yang memadai = Biaya * Persentase laba kotor yang memadai
Persen laba kotor yang memadai = Persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari biaya)
yang diperoleh oleh penjual kembali atau pihak lain pada enjualan tidak sepengendali yang sama
dengan penjualan sepengendali.
Implikasi dari Section 482
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat dua implikasi penting dari section 482, yang
masing-masing dibahas di bawah ini:
1. Meskipun terdapat pembatasan hukum terhadap fleksibilitas perusahaan dalam menentukan
harga transfer, namun masih terdapat cukup ruang gera di dalam pembatasan ini.

2. Dalam situasi tertentu, pembatasan hokum dapat mendikte jenis-jenis harga transfer yang
harus diterapkan.
Ruang Gerak dalam Harga Transfer
Ada dua kebijakan ekstrem dalam menangani masalah ini. Beberapa perusahaan mengizinkan
anak perusahaan berurusan satu sama lain sesuai dengan prinsip ekonomi yang wajar dan membiarkan
dampak akibat pajak serta tariff apa adanya. Dengan kebijakan ini, tak ada lagi keraguan tentang
legalitas harga transfer karena anak perusahaan mencoba melakukan hal ini sesuai dengan yang
diminta oleh peraturan yang berlaku melakukan transaksi secara wajar. Dengan kebijakan ini,
kebijakan harga transfer untuk Negara asing pada pokoknya akan sama dengan harga transfer untuk
domestic. Akibatnya, system harga transfer akan mendukung system pengendalian manajemen. Namun
pada sisi yang lain, kebijakan ini dapat menghasilkan total biaya yang lebih tinggi.
Pada sisi eksterm yang lain, harga transfer untuk Negara asing dapat hamper seluruhnya
dikontrol oleh kantor pusat perusahaan dengan maksud untuk meminimalkan biaya total perusahaan,
memaksimalkan arus kas dalam dolar atau memperoleh kombinasi yang optimum untuk posisi mata
uang. Akan tetapi, kebijakan semacam ini dapat sangat membatasi kegunaan system pengendalian,
karena dalam keadaan tertentu harga transfer tersebut tidak berhubungan dengan harga yang berlaku
jika unit-unit yang melakukan pembelian dan penjualan adalah independent.
Banyak perusahaan yang mengggunakan harga transfer untuk meminimalkan pajak dan tariff
menggunakan harga transfer yang sama untuk persiapan anggaran keuntungan dan pelaporan
sebagaimana yang digunakan untuk tujuan akuntansi dan perpajakan. Anggaran yang disetujui
merefleksikan segala ketidakseimbangan yang ditimbulkan oleh harga transfer. Sebagai ilustrasi, anak
perusahaan yang menjual lebih rendah dari harga normal dapat mengalami rugi sesuai anggaran. Jika
laporan atas kinerja actual menunjukkan bahwa kerugian anak perusahaan ternyata lebih kecil dari
yang dianggarkan, maka kinerjanya dapat dianggap memuaskan, dengan catatn hal yang lain tetap
sama. Singkatnya, harga transfer akan dipertimbangkan dalam baik penyiapan anggaran maupun
analisis hasil-hasilnya.
Pembatasan Hukum dalam Sistem Harga Transfer

Di dalam situasi tertentu, pembatasan hukum dapat memint digunakannya system harga transfer
tertentu, atau sebuah system transfer yang disukai untuk tidak digunakan.
Tampilan
Nilai Tukar untuk Berbagai Mata Uang Asing pada 19 Januari 2000

Negara

Unit moneter

Dolar per Unit atas


Mata Uang Asing
(penawaran
langsung)

Unit Mata Uang


Asing per Dolarnya
(penawaran
tidak
langsung)

Inggis

Pound

0,6128

1,6320

Jerman

Mark

0,5171

1,9337

Jepang

Yen

0,0095

104,85

Swiss

Franc

0,6265

1,5963

Eropa

Euro

0,9886

1,0115

Dalam situasi yang lain, pendekatan full cost yang implicit dalam Section 482 dapat
membatasi kemampuan perusahaan untuk mentransfer beberapa produk kurang dari full cost-nya.
Misalnya, departemen pemasaran mungkin inin memperkenalkan produk baru dalam pasar pada harga
yang lebih rendah dari harga normalnya, bahkan mungkin tidak cukup tinggi untuk menutupi full cost
tersebut. Ini mungkin merupakan taktik pemasaran yang jitu, tetapi IRS tidak dapat mengakuinya
sebagai dasar yang valid untuk sampai kepada harga transfer.
Kepentingan Minoritas
Ketika kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas manajemen puncak dalam
mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat sangat dibatasi karena pihak minoritas
mempunyai hak hokum untuk memperoleh pembagian yang adil dari laba perusahaan. Dalam kasus
ini, anak perusahaan harus sebisa mungkin melakukan transaksi secara wajar.
3. Nilai Tukar Mata Uang
Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu waktu tertentu,
setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya, arus kas perusahaan
multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai setiap mata uang relative
kepada nilai dlar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Variasi ini memperumit masalah
pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya. Lebih spesifik lagi, perusahaan
multinasional memiliki eksposur akibat translasi, transaksi dan ekonomi perubahan nilai tukar.
Pertama-tama kita akan membahas nilai tukar secara sinkat dan kemudian mendiskusikan tiga jenis
eksposur nilai tukar dan implikasinya kepada perancangan system pengendalian.

Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang yang
lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang Negara induk perusahaan
yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (kita sebut penawaran langsung) atau
sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan sebagai contoh, jika dolar AS($) adalah mata uang
induk perusahaan dan franc Prancis (FF) adalah mata uang asing, maka untuk menyatakan nilai tukar
dengan sebagai $0,20/FF adalah bentuk penaawaran langsung dan menyatakannya sebagai FF5/$
adalah bentuk penawaran tak langsung. Dalam pasar devisa, kedua jenis penawaran tersebut
dipergunakan, tetapi para pedagang biasanya menggunakan salah satu jenis untuk mata uang tertentu.
Tampilan 15.2 memberikan contoh mengenai kedua nilai tukar yang berlaku pada tanggal 19 Januari
2000 untuk mata-mata uang yang paling banyak diperdagangkan.
Nilai tukar yang biasanya ditawarkan (seperti tertera di atas) disebut nilai tukar nominal. Nilai
tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar riil adalah nilai
tukar spot setelah penyesuaiaan perbedaan inflasi antara dua Negara yang dihitung. Ada juga nilai
tukar forward, yaitu nilai tukar hari ini yang dapat digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu
transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa depan.
Berbagai Jenis Eksposur Nilai Tukar
Eksposur translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan
multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini dikarenakan
adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan pembukuan mereka dalam
satu mata uang (biasanya mata uang Negara induk perusahaan), meskipun arus kas mereka
didenominasi dalam banyak mata uang. Memahami eksposur translasi yang terjadi di dalam
perusahaan multinasional berarti memahmi pengertian dari jawaban atas pernyataan berikut ini: Jika
arus kas perusahaan didenominasi di dalam berbagai mata uang dan jika terjadi perubahan nominal di
dalam nilai tukar mata uang selama tahun berjalan, bagaimanakah seharusnya cara mengonsolidasikan
pendapatan, pengeluaran, aktiva, dan utang ke dalam satu jenis mata uang pada satu titik waktu?
Eksposur transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki oleh perusahaan untuk transaksitransaksi antarnegaranya ketika transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi penyelesaian
pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana pembayaran atau komitmen
penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar nominal dapat berubah dan menimbulkan adanya
resiko pada nilai dari transaksi. Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban dan utang
atau pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
Eksposur ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap perubahan
nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau eksposur kompetitif terhadap
nilai tukar.
Pilihan Metrik dalam Evaluasi Kerja
Dalam survey di perusahaan-perusahaan multinasional, Choi dan Czechowicz menemukan
bahwa hamper semua responden memiliki system evaluasi performa kinerja yang membandingkan
aktual terhadap anggarannya dalam menilai kinerja anak perusahaan. Pada dasarnya, terdapat tiga
kemungkinan pemilihan metric dalam penetapan dan pelacakan anggaran : nilai tukar yang berlaku
pada saat anggara ditentukan (nilai tukar awal), nilai tukar yang diproyeksikan pada saat anggaran
ditentukan (nilai tukar yang diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku
Tampilan Pemilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja
Menelusur Anggaran
Mempersiapkan
Anggaran

Awal

Proyeksi

Akhir

Awal

Proyeksi

Akhir

Pada saat anggaran dilacak (nilai tukar akhir). Terdapat 9 kemungkinan kombinasi metrik dalam
menentukan dan melacak anggaran seperti yang terlihat dalam tampilan
Namun demikian tidak semua 9 sel tersebut layak dipergunakan; hanya 5 sel yang diberi garis
bawah yang layak. Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel dimana anggaran ditetapkan dan dilacak
dengan menggunakan metric yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi ke proyeksi, sel 5; akhir ke
akhir, sel 9). Demikian pula dengan menetapkan anggaran dengan menggunakan nilai tukar awal dan
melacaknya dengan menggunakan nilai tukar proyeksi dan melacak pada nilai tukar akhir (sel 6).
Namun bagaimanapun, tidaklah logis jika menetapkan anggaran pada nilai tukar akhir dan melacak
aktualnya dengan menggunakan nilai tukar awal atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan
8). Begitu pula memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya
dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).
Permasalahan Dalam Perancangan Sistem Pengendalian
Dari Sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting di dalam
perancangan suatu system pengendalian:

Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab


atas dampak fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?

Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang Negara induk


perusahaan, atau haruskah mereka menggunakan mata uang local dalam evaluasi
kinerja? Selanjutnya, haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai
tukar proyeksi, atau nilai tukar akhir dalam menetapkan anggaran?

Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis


eksposur nilai tukar sembari mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika
ya, bagaimanakah caranya?

Bagaimana seharusnya perbedan jenis eksposur nilai tukar akan


memengaruhi evaluasi kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah seperti yang
membedakan dari evaluasi manajer yang bertanggung jawab atas anak perusahaan
tersebut?

Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan metric yang sama
sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak perusahaan akan terlihat telah menghasilkan
$1. alternatifnya, jika anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai tukar akhir sebesar FF11/$,
anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah menghasilkan laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik
yang sama dipergunakan untuk menetapkan dan melacak anggaran, maka pilihan metrik yang diambil
(apakah mata uang local/mata uang asing; apakah nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah

sesuatu yang relevan; kinerja yang dihasilkn akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang
independent terhadap dampak translasi.
Anggaran dan Aktual untuk Neraca ANak Perusahaan
(Nilai Tukar Awal:FF10/$; Nilai Tukar AKhir:FF11/$)
Anggaran

Aktual

FF

FF

Pendapatan

100

10

100

9,09

Laba

10

10

0,91

Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian translasi pada akhir tahun. Induk
perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika mereka menggunakan laba
atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja manajer anak perusahaan, maka akan timbul
beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat manajer anak perusahaan bertanggung jawab terhadap
factor-faktor yang berada diluar kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau
rugi akibat translasi; (3) hal ini tidak memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi
oleh anak perusahaan dan (4) hal ini akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan .
Kita akan menjelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua tipe
generic dari anak perusahaan dari perusahaan multinasional: importer murni dan eksportir murni.
Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar produknya di dalam
negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar negeri (baik itu dari
anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar) ; eksportir murni adalah anak perusahaan yang
menjual kebanyakan produknya keluar negeri (baik kepada anak perusahaan lain atau dari perusahaan
luar lainnya); tetapi membeli sebagian besar bahan mentahnya di dalam Negara tersebut. Seperti yang
ditunjukkan oleh contoh berikut ini, dalam terjadi pergerakan nilai tukar, anak perusahaan tersebut
tidak hanya akan menghadapi efek translasi, tetapi juga efek ketergantungan yang diakibatkan oleh
perubahan nilai tukar.
Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF, baik dari segi sasaran laba
maupun marginnya), unit yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira menyamai tingkat
anggaran (mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam $; mencapai sasaran margin
untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni tidak mencapai anggaran (baik dalam $
maupun FF, nilai laba dan margin).
Efek Transaksi
Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah dengan menggunakan strategi
lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung nilai (hedging) adalah transaksi-transaksi yang
dapat menurunkan kemungkinan risiko yang berhubungan dengan arus kas di masa depan. Dalam
prosesnya, perusahaan yang membeli instrument lindung nilai mengalihkan risiko kepada entitas yang
menjual instrument tersebut biasanya adalah bank komersial dalam kasus untuk pasar valuta. Tentunya
sudah pasti jasa semacam itu membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai contoh, kapan
saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan tersebut tengah melakukan

transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk mengatasi efek
eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang sederhana; jika sebuah perusahaan Amerika
menjual produknya kepada perusahaan Prancis dengan harga yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia
dapat secara bersamaan membeli hak untuk membeli franc Prancis dengan nilai tukar yang sama
seperti jika terjadi pada tanggal di masa depan di mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan
tersebut mengalami rugi transaksi di dalam penjualan, maka ia akan mendapatkan keuntungan pasar
opsi dan menyamakan aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama.
Teknik lindung nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan, juga pasar
opsi valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah apakah para manjer
anak perusahaan bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung nilai.
Kinerja Anak Perusahaan
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara kinerja
ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman yang dibicarakan di
atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar terhadap kinerja manajer anak
perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus
merefleksikan akibat-akibat negatif atau psositif atas eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek nilai tukar)
terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk perusahaan harus
mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu memberikan artian ekonomis secara
berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk meneruskan beroperasi di Negara tersebut, atau
apakah ia sebaiknya memindahkan bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan
kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya
merupakan sebuah keputusan independent.
Pertimbangan Manajemen
Dalam mendesain system evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan dapat
mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:
Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap efek
translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan anggaran
dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi efek yang
berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi para manajer
untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional hendaknya memilih
metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan lindung
nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh
lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi peramal
dan spekulan nilai tukar.

Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari nilai
tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.

Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan
lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya
merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan
ekonomi.

Pada survey yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella et al, menemukan dalam evaluasi kinerja
manajer anak perusahaan, 79% respondennya menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan
anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan beberapa peramalan atas nilai tukar untuk
menyiapkan anggaran dan menggunakan nilai tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan

kinerja anak perusahaan secara relative terhadap anggarannya; dan 13% mempergunakan nilai tukar
awal untuk mempersiapkan anggaran dan nilai tukar actual pada akhir periode untuk melaporkan
kinerja. Temuan-temuan ini tidak konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan untuk ketidakkonsistenan ini. Pertama, kebanyakan dari
system pengendalian ini dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika nilai tukar adalah
tetap; dimana nilai tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja diperkenalkan, perusahaan multinasional
tidak boleh menyesuaikan system evaluasi kinerja mereka dengan kenyataan yang baru. Kedua,
banyak perusahaan tidak dapat membedakan antara kinerja keuangan manajer dan kinerja keuangan
anak perusahaan multinasional.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan multinasional yang memilih
untuk menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran anak perusahaan dan
melaporkan kinerja aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang telah kita bahas sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai