Anda di halaman 1dari 17

ORGANISASI MULTINASIONAL

Perbedaan Budaya

Satu dari variabel kontekstual yang penting yang memengaruhi


pengendalian manajemen di dalam sebuah perusahaan multinasional adaah
perbedaan budaya antarnegara. Menurut definisinya, sebuah organisasi
multinasional akan beroperasi di banyak negara dan harus siap menghadapi
perbedaan budaya seiring dengan koordinasi dan pengendalian yang dilakukan
oleh kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah
organisasi atau suatu bangsa, kata “budaya” akan merujuk kepada nilai-nilai,
asumsi, dan norma perilaku yang diakui bersama.

Ketika sebuah organisasi merentakan operasinya melintasi berbagai


negara, perbedayaan budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan karakter
nasional dan regional yang ada mempunyai hubungan yang penting dengan
pengendalian manajemen. Salah satu cara untuk memahami budaya diusulkan
oleh Hofstede. Menurut Hofstede, budaya dapat berbeda pada 4 (empat) dimensi :

1. Jangkauan kekuasaan merujuk pada sejauh mana kekuasaan didistribusikan


dan dipusatkan secara tidak seimbang. Budaya dengan jangkauan kekuasaan
yang tinggi termasuk Filipina, Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan
jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel, Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/kolektivisme merujuk pada sejauh mana seseorang
mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian
dari kelompok yang lebih besar. Budaya individualistik yang tinggi termasuk
Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya kolektivitas yang tinggi
termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian merujuk pada sejauh mana seseorang akan
merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu. Budaya penghindaran
ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan Yunani. Budaya
penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura, Hongkong, dan
Denmark.

2
4. Maskulinitas/feminitas merujuk pada sampai sejauh apakah pengaruh yang
dimiliki oleh salah sat dari kedua nilai dominan tersebut berupa penekanan
ketegasan dan materialisme (maskulin) versus perhatian pada orang lain dan
kualitas hidup (feminin). Contoh dari budaya maskulin tinggi termasuk
Austria, Swiss, dan Halia. Budaya feminin yang tinggi termasuk Swedia,
Norwegia, Belanda, dan Denmark.

Skema klasifikasi lain diusulkan oleh Hall. Menurut pendapatnya,


kebudayaan berbeda satu sama lain dalam spektrum yang dimulai dari :

1. Budaya berkonteks rendah di mana orang langsung melaksanakan bisnisnya


dan bernegosiasi seefisien mungkin. Contoh dari budaya berkonteks rendah
termasuk Jerman, Swiss, Skandinavia, Amerika Utara, dan Inggris.
2. Budaya berkonteks tinggi di mana orang berusaha membangun hubungan
pribadi sebelum melakukan bisnis dan negosiasi berjalan dengan lambat dan
bersifat ritual. Contoh dari budaya berkonteks tinggi termasuk Cina, Korea,
Jepang, dan Saudi Arabia.

Beberapa kesimpulan dapat ditarik tentang jenis sistem perencanaan dan


sistem pengendalian yang akan lebih efektif di dalam budaya yang berbeda. Pada
budaya individualistis, pegawai mungkin lebih menyukai imbalan berdasarkan
prestasi individu, sedangkan imbalan yang berdasarkan kelompok mungkin lebih
disukai oleh pegawai di dalam budaya kebersamaan. Dalam budaya dengan
jangkauan kekuasaan yang rendah, desentralisasi dalam pengambilan keputusan
dan kesempatan berpartisipasi yang lebih besar pada penyiapan anggaran mungkin
lebih disukai. Adapun hal yang sebaliknya mungkin berlaku di dalam budaya
dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi. Evaluasi kinerja subjektif akan lebih
efektif pada budaya penghindaran ketidakpastian yang rendah daripada yang
tinggi. Sistem perencanaan dan pengendalian formal akan diterima dengan lebih
baik di dalam budaya berkonteks rendah, sedangkan di dalam budaya berkonteks
tinggi, membangun keakraban dan kepercayaan antarpersonal dirasakan sangat
penting sehingga pengendalian secara informal kemungkinan besar akan lebih
efektif. Para eksekutif di dalam organisasi multinasional harus memahami dan

3
menghormati perbedaan budaya dan menyesuaikan pengendalian manajemen
antarnegara.

Harga Transfer

Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologi merupakan salah satu dari
perbedaan besar yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestik
dan luar negeri. Dalam operasi luar negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan
penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga transfer. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan yang efektif dapat memiliki perbedaan yang
sangat jauh di masing-masing negara asing. Sistem harga transfer yang
memungkinkan pengalihan keuntungan ke negara-negara dengan tingkat pajak
yang rendah dapat mengurangi jumlah pajak penghasilan perusahaan yang
digabungkan dari seluruh dunia.
2. Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga
transfer untuk meminimalkan laba kena pajak di negara-negara dengan tingkat
pajak penghasilan yang tinggi. Meskipun demikian, otoritas pajak pemerintah
menyadari adanya kemungkinan ini dan mengeluarkan peraturan yang
menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
3. Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor
suatu produk. Semakin rendah harganya semakin rendah pula tarif yang akan
dikenakan. Timbulnya tarif biasanya memiliki hubungan terbalik dengan
timbulnya pajak pendapatan di dalam harga transfer. Meskipun tarif untuk
barang-barang yang dikirimkan ke suatu negara tertentu akan lebih rendah jika
harga transfernya juga rendah, keuntungan yang dicatat di negara itu serta
pajak penghasilan lokal atas laba, akan ikut tinggi. Jadi, efek bersih dari
faktor-faktor ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer
yang tepat. Karena pajak penghasilan umumnya memiliki jumlah yang lebih

4
besar daripada tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak
didasarkan pada pajak penghasilan daripada tarif.
4. Pengendalian Devisa
Beberapa negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor
beberapa komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih
rendah memungkinkan anak perusahaan untuk memasukkan komoditas
tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
5. Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu negara
tertentu daripada di negara lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk
mengalihkan dana tersebut ke dalam atau ke luar negara tertentu.
6. Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer.
Sebuah induk perusahaan akan membeli sejumlah besar kepentingan minoritas
anak perusahaan di negara lain, dengan maksud untuk menghindari
perselisihan tentang harga transfer.

Penggunaan Metode Harga Tranfer

Metode harga transfer yang digunakan oleh sebuah perusahaan


multinasional adalah :

a. Metode Berbasis Biaya (cost-based methods)


b. Metode Berbasis Pasar (market-based methods)
c. Harga Negosiasi (negociated prices)

Pertimbangan Hukum

Hampir semua negara melakukan beberapa pembatasan pada


fleksibilitas perusahaan dalam menetapkan harga transfer untuk transaksi
dengan anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya adalah untuk
mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaran pajak
penghasilan di negara tuan rumah. Saat ini, peraturan untuk Amerika
Serikat pada dasarnya dipaparkan dalam Bagian 482 dari Internal Revenue

5
Code (Undang-Undang Perpajakan AS). Umumnya, Bagian 482 mencoba
untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi finansial antara unit-unit dari
dari wajib pajak yang sepengendali (perusahaan yang dapat
mengendalikan transaksi yang terjadi antara pusat keuntungannya di dalam
negeri dan luar negeri) diselenggarakan seakan-akan unit-unit tersebut
merupakan wajib pajak yang tidak sepengendali (entitas independen yang
melakukan transaksi satu sama lain secara sesuai dengan pr mauinsip
ekonomi yang wajar).

Jika timbul perselisihan, Bagian 482 mengizinkan Internal


Revenue Service (Kantor Pajak AS) menghitung apa yang dianggap
sebagai harga transfer yang paling tepat, dan selanjutnya perusahaan
menanggung beban untuk membuktikan bahwa harga yang dihitung
tersebut adalah tidak wajar. Hal ini berbeda dengan kebanyakan ketetapan
dari Internal Revenue Code yang memperkenankan perusahaan memilih
apa saja alternative yang diizinkan yang diinginkannya dan meletakkan
beban pembuktian kepada IRS untuk memperlihatkan bahwa metode
perusahaan tersebut tidak dapat diterima.

Bagian 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga


transfer pada penjualan antaranggota dari kelompok yang sepengendali.
Metode-metode harga antarperusahaan sepengendali yang dapat diterima,
disusun menurut prioritasnya dari yang paling penting adalah sebagai
berikut :

1. Metode Perbandingan dengan Harga Tidak Sepengendali (comparable


uncontrolled price method)
Harga yang wajar dapat dipastikan dari penjualan barang atau jasa
yang dapat diperbadingkan antara perusahaan multinasional dan
pelangan yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau antara dua
perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki hubungan
istimewa.

6
Hal-hal yang dapat mempengaruhi harga adalah antara lain:
kualitas produk, syarat penjualan, tingkat pasar, dan wilayah geografis
di mana jenis barang tersebut dijual; tetapi untuk diskon jumlah,
penyisihan promosi, dan kerugian khusus yang disebabkan oleh
perbedaan nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak
diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga
penuh, diizinkan dalam hal-hal tertentu seperti selama penetrasi sebuah
pasar baru atau dalam mempertahankan pasar yang ada di suatu
wilayah tertentu.
Harga transfer = Harga yang digunakan dalam penjualan tidak
sepengendali yang sebanding ± Penyesuaian

Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara


dua anggota kelompok sepengendali. Dalam penjualan tidak
sepengendali, salah satu pihak bukan anggota kelompok sepengendali.

2. Metode Harga Jual Kembali (resale price method)

Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandingkan, metode


berikutnya yang diperbolehkan adalah metode harga jual kembali.
Dalam metode ini, wajib pajak bekerja mundur dari harga penjualan
final pada saat kekayaan yang dibeli dari perusahaan afiliasu dijual
kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali. Harga jual
kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang
semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang
sama atau oleh penjual lain yang menjual barang yang sama di pasar
yang dapat diperbandingkan. Persentase markup dari pesaing dan rata-
rata industri juga dapat membantu dalam kaitannya dengan hal ini.

Peraturan meminta metode ini digunakan jika :

1) tidak tersedia penjualan tidak sepengendali yang sebanding,

7
2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar
sebelum atau sesudah pembelian atarperusahaan sepengendali,

3) penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang berarti kepada


barang yang bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain
dari kemasan, label, dan seterusnya, atau dengan penggunaan atau
pemanfaatan aset tak berwujud (intangible property).

Harga transfer = harga jual kembali yang berlaku – Markup yang


memadai ± Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku adalah harga di mana aktiva yang
dibeli melalui penjualan sepengendali, dijual kembali oleh pembeli
dalam penjualan yang tidak sepengendali.

 Markup memadai = harga jual kembali yang berlaku * Persentase

markup yang wajar

 Persentase markup wajar = persentase dari laba kotor


(diekspresikan dalam persentase dari penjualan) yang didapatkan
oleh pembeli (atau penjual kembali) atau pihak lain di dalam
sebuah pembelian dan penjualan kembali yang tidak sepengendali
yang serupa dengan penjualan kembali sepengendali.
3. Metode Biaya-Plus (cost-plus method)

Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara


ketiga metode yang diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang
wajar adalah biaya untuk memproduksi produk, dihitung menurut
praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya ini ditambahkan laba
kotor yang wajar yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari biaya
dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang serupa yang
dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang
berlaku untuk industri tersebut.

Harga transfer = Biaya + Markup memadai ± Penyesuaian

8
 Markup memadai = Biaya * Persentase laba kotor yang memadai
 Persentase laba kotor yang memadai = persentase laba kotor
(diekspresikan dalam persentase dari biaya) yang diperoleh dari
penjual kembali atau pihak lain pada penjualan tidak sepengendali
yang sama dengan penjualan sepengendali.

Implikasi dari Bagian 482

Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat 2 (dua)


implikasi penting dari Bagian 482, yang masing-masing seperti berikut :

1. Ruang Gerak dalam Harga Transfer


Meskipun terdapat pembatasan hukum terhadap fleksibilitas
perusahaan dalam menentukan harga transfer, masih terdapat
cukup ruang gerak di dalam pembatasan ini. Di banyak perusahaan
multinasional terdapat perbedaan antara harga transfer yang murni
akan digunakan oleh manajemen hanya untuk tujuan pengendalian
dan harga transfer yang secara hukum diperkenankan untuk
meminimalkan akibat dari dampak jumlah pajak dan tarif. Karena
terdapat sejumlah subjektivitas yang berkaitan dengan penerapan
Bagian 482 untuk banyak barang dan jasa, mungkin terdapat
serangkaian harga transfer yang diizinkan untuk jenis barang
tertentu. Manajemen dapat meminimalkan jumlah pajak
penghasilan dan tarif dengan menetapkan harga transfer sejauh
mungkin dari ujung rangkaian yang memadai.
2. Pembatasan Hukum dalam Sistem Harga Transfer
Dalam situasi tertentu, pembatasan hukum dapat mendikte
jenis-jenis harga transfer yang harus ditetapkan. Pembatasan
hukum dapat meminta digunakannya sistem harga transfer tertentu,
atau sebuah sistem transfer yang disukai untuk tidak digunakan.
Dalam situasi yang lain, pendekatan “full cost” yang implisit dalam
Bagian 482 dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk
mentransfer beberapa produk kurang dari full cost-nya.

9
Kepentingan Minoritas

Sewaktu-waktu kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas


manajemen puncak dalam mendistribusikan laba antara anak-anak
perusahaan dapat sangan dibatasi karena pihak minoritas mempunyai hak
hukum untuk memperoleh pembagian yang adil dari laba perusahaan.
Dalam kasus ini, anak perusahaan harus mungkin melakukan transaksi
secara wajar.

Perbedaan Nilai Tukar Mata Uang

Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar,


dan pada suatu waktu tertentu, setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan
nilai dolar lainnya. Sebaliknya, arus kas perusahaan multinasional
didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai setiap mata uang relatif
kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Variasi ini
memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya.
Lebih spesifik lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi,
transaksi, dan ekonomi perubahan nilai tukar.

Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan
dengan mata uang yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai
jumlah unit dari mata uang negara induk perusahaan yang diperlukan
untuk membeli satu unit mata uang asing (penawaran langsung) atau
sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli satu unit
mata uang induk perusahaan (penawaran tidak langsung).

 Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang biasanya ditawarkan.


 Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari
tertentu.
 Nilai tukar riil adalah nilai tukar spot setelah penyesuaian perbedaan
inflasi antara dua negara yang dihitung.

10
 Nilai tukar forward adalah nilai tukar hari ini yang dapat digunakan
menjadi dasar penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di suatu waktu
di masa depan.

Jenis Eksposur Nilai Tukar

 Eksposur Translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan
laporan laba rugi perusahaan multinasional terhadap perubahan yang
terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini dikarenakan adanya fakta
bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan pembukuan
mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang negara induk
perusahaan), meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak
mata uang.
 Eksposur Transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki
perusahaan untuk transaksi-transaksi antarnegaranya ketika transaksi
semcam itu dicatat hari ini tetapi penyelesaian pembayarannya
dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana pembayaran atau
komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar nominal
dapat berubah dan menimbulkan adanya risiko pada nilai dari
transaksi. Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban,
dan utang atau pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam
mata uang asing.
 Eksposur Ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan
terhadap perubahan nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut
eksposur operasional atau eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.

Pilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja

Dalam survei di perusahaan-perusahaan multinasional, Choi dan


Czechowicz menemukan bahwa hamper semua responden memiliki sistem
evaluasi kinerja yang membandingkan aktual terhadap anggarannya dalam
menilai kinerja anak perusahaan. Pada dasarnya, terdapat 3 (tiga)
kemungkinan pemilihan metrik dalam penetapan dan pelacakan anggaran:

11
nilai tukar yang berlaku pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar awal),
nilai tukar yang diproyeksikan pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar
yang diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku pada saat
anggaran dilacak (nilai tukar akhir). Terdapat 9 (sembilan) kemungkinan
kombinasi metrik dalam menentukan dan melacak anggaran seperti yang
terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar Pemilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja


Mempersiapkan Anggaran

Awal Proyeksi Akhir


Awal 1 2 3
Proyeksi 4 5 6
Menelusuri Akhir 7 8 9
Anggaran

Meskipun demikian, tidak semua 9 sel tersebut layak


dipergunakan; hanya 5 sel yang diberi garis bawah yang layak. Yang jelas-
jelas layak terdiri dari 3 sel di mana anggaran ditetapkan dan dilacak
dengan menggunakan metrik yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi ke
proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula, bila kita menetapkan
anggaran dengan menggunakan nilai tukar awal dan melacaknya dengan
menggunakan nilai tukar akhir (sel 3), dan menentukan dengan
menggunakan nilai tukar proyeksi dan melacak pada nilai tukar akhir (sel
6). Bagaimanapun, tidaklah logis jika menetapkan anggaran pada nilai
tukar akhir dan melacak aktualnya dengan menggunakan nilai tukar awal
atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8). Begitu pula
memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian
melacaknya dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan
sel 4).

Permasalahan dalam Perancangan Sistem Pengendalian

12
Dari sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah
pertanyaan-pertanyaan penting di dalam perancangan suatu sistem
pengendalian :

 Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab


atas dampak fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?
 Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang negara induk
perusahaan, atau haruskah mereka menggunakan mata uang lokal dalam
evaluasi kinerja?
 Haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar
proyeksi, atau nilai tukar akhir dalam menetapkan dan menelusuri
anggaran?
 Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis
eksposur nilai tukar sambil mengevaluasi kinerja dari manajer anak
perusahaan? Jika ya, bagaimanakan caranya?
 Bagaimana seharusnya perbedaan jenis eksposur nilai tukar akan
memengaruhi evaluasi kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah hal
ini seperti yang membedakan dari evaluasi manajer yang bertanggung
jawab atas anak perusahaan tersebut?

Efek Translasi

Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan


metrik yang sama sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak
perusahaan akan terlihat telah menghasilkan $1. Alternatifnya, jika
anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai tukar akhir sebesar
FF11/$, anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah menghasilkan
laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik yang sama dipergunakan untuk
menetapkan dan melacak anggaran, maka pilihan metrik yang diambil
(apakah mata uang lokal/mata uang asing; apakah nilai tukar awal,
proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang relevan; kinerja yang
dihasilkan akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang
independen terhadap dampak translasi.

13
Gambar Anggaran dan Aktual untuk Neraca Anak Perusahaan
(Nilai Tukar Awal : FF10/$; Nilai Tukar Akhir : FF11/$)
Anggaran Aktual
FF $ FF $
Pendapatan 100 10 100 9,09
Laba 10 1 10 0,91

Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian “translasi”


pada akhir tahun. Induk perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan
nilai tukar tersebut. Jika mereka menggunakan laba atau rugi akibat
translasi di dalam mengevaluasi kinerja manajer anak perusahaan, maka
akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat manajer anak
perusahaan bertanggung jawab terhadap faktor-faktor yang berada di luar
kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau
rugi akibat translasi; (3) hal ini tidak memperhitungkan jenis eksposur
nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak perusahaan dan (4) hal ini akan
mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan.

Ketika perusahaan memberikan laporannya kepada para pemegang


saham, mereka harus mengonsolidasikan angka-angka akuntansi dari anak
perusahaan di negara asing dengan angka-angka akuntansi dari induk
perusahaan. Laba dan rugi akibat translasi yang ditimbulkan dari konversi
neraca dan laporan laba rugi anak perusahaan di luar negeri ke dalam unit
moneter dari induk perusahaan tidak seharusnya memengaruhi evaluasi
kinerja dari manajer anak perusahaan.

Eksposur Ekonomi

Dalam unit seimbang, nilai tukar hanya akan mengakibatkan efek


translasi. Namun, ketika anak perusahaan memiliki transaksi antarnegara,
mereka juga akan menjadi subjek dari eksposur ekonomi. Sebuah sistem
pengendalian yang secara efektif menangani eksposur ekonomi, memiliki
perbedaan cara yang fundamental dari yang telah diuraikan dalam

14
eksposur translasi. Dalam eksposur ekonomi, hal ini merupakan suatu hal
yang tepat bagi sistem pengendalian untuk mengevaluasi manajer anak
perusahaan atas keputusan-keputusan yang seharusnya memungkinkan
anak perusahaan merespons perubahan yang terjadi pada nilai tukar riil. Ini
akan dijelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
2 (dua) tipe generik dari anak perusahaan dari perusahaan multinasional,
yaitu :

 Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar


produknya di dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian
besar barang mentahnya dari luar negeri (baik itu dari anak perusahaan
lain atau dari perusahaan luar).
 Eksportir murni adalah anak perusahaan yang menjual kebanyakan
produknya keluar negeri (baik kepada anak perusahaan lain atau dari
perusahaan luar lainnya); tetapi membeli sebagian besar bahan
mentahnya di dalam negara tersebut.

Seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini, dalam terjadi


pergerakan nilai tukar, anak perusahaan tersebut tidak hanya akan
menghadapi efek translasi, tetapi juga efek “ketergantungan” yang
diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.

Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF,


baik dari segi sasaran laba maupun marginnya), unit yang seimbang
menunjukkan kinerja yang kira-kira menyamai tingkat anggaran
(mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam $; mencapai
sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni
tidak mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan
margin).

Efek Transaksi

Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah


dengan menggunakan strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat.

15
Lindung nilai (hedging) adalah transaksi-transaksi yang dapat menurunkan
kemungkinan risiko yang berhubungan dengan arus kas di masa depan.
Dalam prosesnya, perusahaan yang membeli instrumen lindung nilai
mengalihkan risiko kepada entitas yang menjual instrumen tersebut,
biasanya adalah bank komersial dalam kasus untuk pasar valuta. Tentunya
sudah pasti jasa semacam itu membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak
perusahaan, sebagai contoh, kapan saja perusahaan membeli asuransi,
secara tidak langsung perusahaan tersebut tengah melakukan transaksi
lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk
mengatasi efek eksposur transaksi. Untuk memberikan ilustrasi yang
sederhana; jika sebuah perusahaan Amerika menjual produknya kepada
perusahaan Prancis dengan harga yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia
dapat secara bersamaan membeli hak untuk membeli franc Prancis dengan
nilai tukar yang sama seperti jika terjadi pada tanggal di masa depan di
mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut mengalami
rugi transaksi di dalam penjualan, ia akan mendapatkan keuntungan yang
sama melalui lindung nilai. Teknik lindung nilai yang lain meliputi
penggunaan pasar opsi dan menyamakan aktiva/pasiva dan
pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama. Teknik lindung
nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan,
juga pasar opsi valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan
kuncinya adalah apakah para manajer anak perusahaan bertanggung jawab
atas eksposur dari transaksi lindung nilai.
Kinerja Anak Perusahaan

Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk


membedakan antara kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para
manajernya, dan pedoman-pedoman yang dibicarakan di atas semata-mata
hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar terhadap kinerja
manajer anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja

16
ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan akibat-akibat
negatif atau positif atas eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah
memasukkan efek nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja
manajernya memuaskan, maka induk perusahaan harus mengeluarkan
pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu memberikan artian
ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk
meneruskan beroperasi di negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya
memindahkan bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan
kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi
kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan independen.
Pertimbangan Manajemen

Dalam mendesain sistem evaluasi kinerja anak perusahaan


multinasional, perusahaan dapat mengunakan pedoman-pedoman berikut
ini:
 Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung
jawab terhadap efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan
ini adalah membandingkan anggaran dengan hasil aktual dengan
menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi efek yang
berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya
bagi para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat.
Perusahaan multinasional hendaknya memilih metrik apa saja yang ia
anggap lebih mudah untuk digunakan.
 Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari
kebutuhan lindung nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan.
Hal ini kemungkinan besar akan jauh lebih murah dan sederhana, dan
dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi peramal dan
spekulan nilai tukar.

17
 Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek
ketergantungan dari nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur
ekonomi.
 Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan
untuk menentukan lokasi operasi di sebuah negara atau merelokasi
operasi dari sebuah negara seharusnya merefleksikan konsekuensi-
konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Pada survei yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella dkk,
menemukan dalam evaluasi kinerja manajer anak perusahaan, 79%
respondennya menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan
anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan beberapa
peramalan atas nilai tukar untuk menyiapkan anggaran dan menggunakan
nilai tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja anak
perusahaan secara relatif terhadap anggarannya; dan 13% mempergunakan
nilai tukar awal untuk mempersiapkan anggaran dan nilai tukar aktual
pada akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-temuan ini tidak
konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan untuk ketidakkonsistenan
ini. Pertama, kebanyakan dari sistem pengendalian ini dikembangkan pada
tahun 1950-an dan 1960-an, ketika nilai tukar adalah tetap; dimana nilai
tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja diperkenalkan, perusahaan
multinasional tidak boleh menyesuaikan sistem evaluasi kinerja mereka
dengan kenyataan yang baru. Kedua, banyak perusahaan tidak dapat
membedakan antara kinerja keuangan manajer dan kinerja keuangan anak
perusahaan multinasional.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan
multinasional yang memilih untuk menggunakan metrik yang berbeda
untuk menyiapkan anggaran anak perusahaan dan melaporkan kinerja
aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang telah kita bahas
sebelumnya.

18

Anda mungkin juga menyukai