Satu dari variabel kontekstual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen
di dalam sebuah perusahaan multinasional adaah perbedaan budaya antarnegara. Menurut
definisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak negara dan harus siap
menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koordinasi dan pengendalian yang dilakukan oleh
kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu
bangsa, kata “budaya” akan merujuk kepada nilai-nilai, asumsi, dan norma perilaku yang diakui
bersama.
1. Jangkauan kekuasaan merujuk pada sejauh mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan
secara tidak seimbang. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina,
Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel,
Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/kolektivisme merujuk pada sejauh mana seseorang mendefinisikan dirinya
sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Budaya
individualistik yang tinggi termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya
kolektivitas yang tinggi termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian merujuk pada sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh
situasi yang tidak menentu. Budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang,
Portugal, dan Yunani. Budaya penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura,
Hongkong, dan Denmark.
4. Maskulinitas/feminitas merujuk pada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah
sat dari kedua nilai dominan tersebut berupa penekanan ketegasan dan materialisme (maskulin)
versus perhatian pada orang lain dan kualitas hidup (feminin). Contoh dari budaya maskulin
tinggi termasuk Austria, Swiss, dan Halia. Budaya feminin yang tinggi termasuk Swedia,
Norwegia, Belanda, dan Denmark.
Skema klasifikasi lain diusulkan oleh Hall. Menurut pendapatnya, kebudayaan berbeda
satu sama lain dalam spektrum yang dimulai dari :
1. Budaya berkonteks rendah di mana orang langsung melaksanakan bisnisnya dan bernegosiasi
seefisien mungkin. Contoh dari budaya berkonteks rendah termasuk Jerman, Swiss,
Skandinavia, Amerika Utara, dan Inggris.
2. Budaya berkonteks tinggi di mana orang berusaha membangun hubungan pribadi sebelum
melakukan bisnis dan negosiasi berjalan dengan lambat dan bersifat ritual. Contoh dari budaya
berkonteks tinggi termasuk Cina, Korea, Jepang, dan Saudi Arabia.
Beberapa kesimpulan dapat ditarik tentang jenis sistem perencanaan dan sistem
pengendalian yang akan lebih efektif di dalam budaya yang berbeda. Pada budaya individualistis,
pegawai mungkin lebih menyukai imbalan berdasarkan prestasi individu, sedangkan imbalan yang
berdasarkan kelompok mungkin lebih disukai oleh pegawai di dalam budaya kebersamaan. Dalam
budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah, desentralisasi dalam pengambilan keputusan
dan kesempatan berpartisipasi yang lebih besar pada penyiapan anggaran mungkin lebih disukai.
Adapun hal yang sebaliknya mungkin berlaku di dalam budaya dengan jangkauan kekuasaan yang
tinggi. Evaluasi kinerja subjektif akan lebih efektif pada budaya penghindaran ketidakpastian yang
rendah daripada yang tinggi. Sistem perencanaan dan pengendalian formal akan diterima dengan
lebih baik di dalam budaya berkonteks rendah, sedangkan di dalam budaya berkonteks tinggi,
membangun keakraban dan kepercayaan antarpersonal dirasakan sangat penting sehingga
pengendalian secara informal kemungkinan besar akan lebih efektif. Para eksekutif di dalam
organisasi multinasional harus memahami dan menghormati perbedaan budaya dan menyesuaikan
pengendalian manajemen antarnegara.
2.2 Harga Transfer
Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologi merupakan salah satu dari perbedaan besar
yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestik dan luar negeri. Dalam operasi luar
negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga
transfer. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan yang efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di
masing-masing negara asing. Sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan
keuntungan ke negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangi jumlah
pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
2. Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk
meminimalkan laba kena pajak di negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang tinggi.
Meskipun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini dan
mengeluarkan peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
3. Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk.
Semakin rendah harganya semakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif
biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam harga
transfer. Meskipun tarif untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu negara tertentu akan
lebih rendah jika harga transfernya juga rendah, keuntungan yang dicatat di negara itu serta
pajak penghasilan lokal atas laba, akan ikut tinggi. Jadi, efek bersih dari faktor-faktor ini harus
ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer yang tepat. Karena pajak penghasilan
umumnya memiliki jumlah yang lebih besar daripada tarif, harga transfer internasional
biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak penghasilan daripada tarif.
4. Pengendalian Devisa
Beberapa negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa
komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak
perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
5. Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu negara tertentu daripada di
negara lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk mengalihkan dana tersebut ke dalam
atau ke luar negara tertentu.
6. Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Sebuah induk
perusahaan akan membeli sejumlah besar kepentingan minoritas anak perusahaan di negara
lain, dengan maksud untuk menghindari perselisihan tentang harga transfer. Andai kata sebuah
perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di jepang denga perusahaan local jepang.
Jika induk perusahaan AS membebanka harga lebih tinggi agi komponen yang dikirimkan ke
jepang, mira joint venture jepang kemungkinan besar akan menolak harga tersebut karena
harga itu akan memperkecil harga operasinya dan mengakibatkan bagian keuntungan dari
mitra joint venture jepang tersebut juga semakin kecil.
Saat ini, peraturan untuk Amerika Serikat pada dasarnya dipaparkan dalam Bagian 482 dari
Internal Revenue Code (Undang-Undang Perpajakan AS). Umumnya, Bagian 482 mencoba untuk
memastikan bahwa transaksi-transaksi finansial antara unit-unit dari dari wajib pajak yang
sepengendali (perusahaan yang dapat mengendalikan transaksi yang terjadi antara pusat
keuntungannya di dalam negeri dan luar negeri) diselenggarakan seakan-akan unit-unit tersebut
merupakan wajib pajak yang tidak sepengendali (entitas independen yang melakukan transaksi
satu sama lain secara sesuai dengan pr mauinsip ekonomi yang wajar. Jika
Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota
kelompok sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan
anggota kelompok sepengendali.
Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandingkan, metode berikutnya yang
diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak
bekerja mundur dari harga penjualan final pada saat kekayaan yang dibeli dari
perusahaan afiliasu dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali. Harga
jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang semestinya
berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama atau oleh penjual lain
yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat diperbandingkan. Persentase
markup dari pesaing dan rata-rata industri juga dapat membantu dalam kaitannya
dengan hal ini.
2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar sebelum atau sesudah
pembelian atarperusahaan sepengendali,
3) penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang
bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan, label, dan
seterusnya, atau dengan penggunaan atau pemanfaatan aset tak berwujud (intangible
property).
Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang
diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk
memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya
ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari
biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang serupa yang dilakukan
oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang berlaku untuk industri tersebut.
Persentase laba kotor yang memadai = persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari
biaya) yang diperoleh dari penjual kembali atau pihak lain pada penjualan tidak sepengendali yang
sama dengan penjualan sepengendali.
Kepentingan Minoritas
Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu
waktu tertentu, setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya,
arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai
setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Variasi
ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya. Lebih spesifik
lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi, transaksi, dan ekonomi
perubahan nilai tukar.
Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata
uang yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang negara
induk perusahaan yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (penawaran
langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli satu unit
mata uang induk perusahaan (penawaran tidak langsung).
Apabila menggunakan penawaran langsung, jika jumlah dollar yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang asing mengalami kenaikan, maka dollar tersebut dikatakan telah
mengalami depresiasi relative terhadap mata uang asing sedangkan peristiwa sebaliknya disebut
dengan apresiasi.
Eksposur Translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi
perusahaan multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar
nominal. Hal ini dikarenakan adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus
mengonsolidasikan pembukuan mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang
negara induk perusahaan), meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata
uang.
Eksposur Transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki perusahaan untuk
transaksi-transaksi antarnegaranya ketika transaksi semcam itu dicatat hari ini tetapi
penyelesaian pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana
pembayaran atau komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar
nominal dapat berubah dan menimbulkan adanya risiko pada nilai dari transaksi.
Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban, dan utang atau
pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
Eksposur Ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap
perubahan nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau
eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.
Awal 1 2 3
Proyeksi 4 5 6
Akhir 7 8 9
Menelusuri
Anggaran
Meskipun demikian, tidak semua 9 sel tersebut layak dipergunakan; hanya 5
sel yang diberi garis bawah yang layak. Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel di mana
anggaran ditetapkan dan dilacak dengan menggunakan metrik yang sama (awal ke awal,
sel 1; proyeksi ke proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula, bila kita
menetapkan anggaran dengan menggunakan nilai tukar awal dan melacaknya dengan
menggunakan nilai tukar akhir (sel 3), dan menentukan dengan menggunakan nilai tukar
proyeksi dan melacak pada nilai tukar akhir (sel 6). Bagaimanapun, tidaklah logis jika
menetapkan anggaran pada nilai tukar akhir dan melacak aktualnya dengan menggunakan
nilai tukar awal atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8). Begitu pula
memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya
dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).
Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab atas dampak
fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?
Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang negara induk perusahaan, atau
haruskah mereka menggunakan mata uang lokal dalam evaluasi kinerja?
Haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar proyeksi, atau nilai
tukar akhir dalam menetapkan dan menelusuri anggaran?
Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis eksposur nilai tukar
sambil mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika ya, bagaimanakan
caranya?
Bagaimana seharusnya perbedaan jenis eksposur nilai tukar akan memengaruhi evaluasi
kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah hal ini seperti yang membedakan dari
evaluasi manajer yang bertanggung jawab atas anak perusahaan tersebut?
Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan metrik yang
sama sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak perusahaan akan terlihat telah
menghasilkan $1. Alternatifnya, jika anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai
tukar akhir sebesar FF11/$, anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah
menghasilkan laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik yang sama dipergunakan untuk
menetapkan dan melacak anggaran, maka pilihan metrik yang diambil (apakah mata uang
lokal/mata uang asing; apakah nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang
relevan; kinerja yang dihasilkan akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang
independen terhadap dampak translasi.
Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian “translasi” pada akhir
tahun. Induk perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika
mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja
manajer anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat
manajer anak perusahaan bertanggung jawab terhadap faktor-faktor yang berada di luar
kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi;
(3) hal ini tidak memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak
perusahaan dan (4) hal ini akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan.
Dalam unit seimbang, nilai tukar hanya akan mengakibatkan efek translasi. Namun,
ketika anak perusahaan memiliki transaksi antarnegara, mereka juga akan menjadi subjek
dari eksposur ekonomi. Sebuah sistem pengendalian yang secara efektif menangani
eksposur ekonomi, memiliki perbedaan cara yang fundamental dari yang telah diuraikan
dalam eksposur translasi. Dalam eksposur ekonomi, hal ini merupakan suatu hal yang tepat
bagi sistem pengendalian untuk mengevaluasi manajer anak perusahaan atas keputusan-
keputusan yang seharusnya memungkinkan anak perusahaan merespons perubahan yang
terjadi pada nilai tukar riil. Ini akan dijelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan 2 (dua) tipe generik dari anak perusahaan dari perusahaan
multinasional, yaitu :
Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar produknya di
dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar
negeri (baik itu dari anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar).
Eksportir murni adalah anak perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar
negeri (baik kepada anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar lainnya); tetapi
membeli sebagian besar bahan mentahnya di dalam negara tersebut.
Seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini, dalam terjadi pergerakan nilai
tukar, anak perusahaan tersebut tidak hanya akan menghadapi efek translasi, tetapi juga
efek “ketergantungan” yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.
Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF, baik dari segi
sasaran laba maupun marginnya), unit yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira
menyamai tingkat anggaran (mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam
$; mencapai sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni
tidak mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan margin).
2.3.7 Efek Transaksi
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara
kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman
yang dibicarakan di atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar
terhadap kinerja manajer anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja
ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau positif
atas eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek
nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk
perusahaan harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu
memberikan artian ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk
meneruskan beroperasi di negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan
bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan
lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah
keputusan independen.
2.3.9 Pertimbangan Manajemen
Perusahaan jasa, contohnya: akuntansi publik, servis atau reparasi sepeda motor, salon
kecantikan, dan sebagainya.
Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara tradisional di banyak perusahaan-
perusahaan profesional. Jika profesi tersebut merupakn salah satu profesi di mana para
anggotanya sudah terbiasa untuk mencatat jadwal waktu mereka, penentuan biaya profesional
yang harus dibayar biasanya dikaitkan dengan waktu profesional yang digunakan dalam
penugasan tersebut. Tarif tagihan per jam biasanya didasarkan pada kompensasi dari tingkat
profesional tersebut (dan bukannya kompensasi dari orang tertentu), ditambah dengan beban
untuk biaya overhead dan laba.
4. Pengendalian Operasi
Banyak perhatian yang, atau sebaiknya, dicurahkan pada penjadwalan waktu profesional.
Rasio waktu yang ditagih (billed time ratio), yang merupakan rasio dari jumlah jam yang dapat
ditagih terhadap jumlah jam yang tersedia, dipantau secara ketat. Jika ternyata
penggunaan waktu yang sebaliknya merupakan waktu menganggur atau untuk alasan pemasaran
atau pelayanan umum, beberapa penugasan dibebankan dengan tarif yang lebih rendah dari tarif
normal, maka varians harga yang ditimbulkan harus dipantau secara ketat.
Penilaian yang dibuat oleh atasan adalah penilaian yang paling umum. Untuk itu,
organisasi profesional semakin banyak yang menggunakan sistem formal untuk mengumpulkan
penilaian kinerja sebagai dasar keputusan personalia dan ùntuk diskusi dengan profesional
tersebut. Beberapa sistem memerlukan peringkat numerik atas atribut tertentu dari kinerja dan
memberikan rata-rata tertimbang bagi peringkat-peringkat ini. Kompensasi mungkin dikaitkan,
sebagian, pada peringkat numerik ini. Penilaian oleh rekan sekerja, atau oleh bawahan, kadang
kala merupakan bagian dan sistem pengendalian formal. Di beberapa organisasi, individu dapat
diminta untuk membuat penilaian atas diri sendiri. Ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan dari
kiien juga merupakan dasar yang penting untuk menilai kinerja, meskipun ekspresi semacam itu
mungkin tidak selalu tersedia.
Anggaran dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja biaya, dan waktu aktual
yang digunakan dapat dibandingkan dengan waktu yang direncanakan. Anggaran dan
pengendalian atas beban diskresioner di perusahaan profesional adalah sama pentingnya dengan
di perusahaan manufaktur. Tetapi, ukuran-ukuran keuangan semacam itu adalah relatif tidak
penting dalam menilai kontribusi dari seorang profesional terhadap profitabilitas perusahaan.
Kontribusi utama dari professional tersebut berkaitan dengan kuantitas dan berada di atas seluruh
kualitas pekerjaan, sehingga penilaiannya teñtu saja harus lebih banyak bersifat subjektif. Lebih
lanjut lagi, penilaian tersebut harus dilakukan saat itu juga.
1. Aktiva moneter.
Kebanyakan aktiva dari perusahaan jasa keuangan bersifat moneter. Nilai sekarang dari
aktiva moneter adalah jauh lebih mudah untuk diukur dibandingkan dengan nilai pabrik dan
aktiva fisik lainnya, atau paten dan aktiva tidak berwujud lainnya.
Banyak perusahaan jasa keuangan bergerak dalam bisnis yang menerima risiko sebagai ganti
atas imbalan yang diperoleh.
4. Teknologi.
Perusahaan jasa keuangan telah menggunakan teknologi informasi sebagai suatu cara untuk
menawarkan layanan yang inovatif.
1. Masalah sosial yang sulit. Sistem pemberian pelayanan kesehatan sekarang tidak berjalan
secara memadai.
2. Perubahan dalam bauran penyedia layanan. Dalam kenaikan keseluruhan dari biaya
layanan kesehatan, perubahan yang signifikan telah terjadi dalam cara dimana pelayanan
kesehatan diberikan dan, akibatnya, dalam kelayakan jenis tertentu dari penyedia
layanan.
3. Pembayar pihak ketiga. Semakin banyak organisasi pemeliharaan kesehatan yang
menyediakan layanan medis kepada karyawan.
4. Profesional. Para manajer departemental biasanya adalah profesional yang fungsi
manajemennya hanya bersifat paruh waktu.
5. Pentingnya pengendalian kualitas. Industri layanan kesehatan berurusan dengan nyawa
manusia, jadi kuaalitas layanan yang diberikannya merupakan hal yang paling penting.
Karena pergeseran dalam bauran produk dan karena peningkatan kuantitas serta biaya
peralatan baru, proses perencanaan strategis di rumah sakit adalah penting. Proses penyusunan
anggaran tahunan adalah secara konvensional. Sejumlah besar informasi tersedia dengan cepat
untuk pengendalian aktivitas operasi. Kinerja keuangan dianalisis dengan membandingkan
pendapatan dan beban aktual dengan anggaran, dengan mengidentifikasikan varians-varians
penting, dan mengambil tindakan yang sesuai atas varians-varians tersebut.
Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bisa
mengalihkan aktiva, pendapatan, atau keuntungannya kepada anggota, pegawai atau direktur
oeganisasi tersebut.Tetapi dalam hal ini, organisasi tentu saja bisa memberi semacam
kompensasi atas jasa ataupun barang yang diberikan oleh pegawai maupun anggota organisasi
tersebut. Definisi ini juga tidak berarti organisasi dilarang memperoleh pendapatan yang
diperhitungkan sebagai labanya. Yang dilarang adalah distribusi laba tersebut. Organisasi nirlaba
memerlukan laba yang tinggi untuk menyediakan modal kerja dan sebagai penjagaan di masa
paceklik perolehan dana.
Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi
pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba. Ketiadaan ukuran
kuantitas dalam penghargaan kinerja manajemen merupakan masalah yang serius bagi penerapan
pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba. Laporan keuangan merupakan laporan yang
sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba, sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja
keuangan tidak merupakantujuan dominan pada orgaisasi nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap
perlu karena tanpa pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba
untuk bertahan hidup.
2. Kontribusi modal
Hanya sedikit perbedaan utama pada pencatatan transaksi akuntansi pada unit usaha dan
organisasi nirlaba, yakni yang berkaitan dengan modal pada neraca. Sedangkan persamaannya
adalah baik organisasi laba maupun nirlaba menyatakan peningkatan modal jika terjadi
peningkatan pendapatan labanya. Ada dua kategori kontribusi modal yaitu dalam bentuk
bangunan dan sumbangan. Penerimaan kontribusi aktiva modal tidak merupakan pendapatan.
Organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan keuangan, bentuk pertama berkaitan dengan
kegiatan operasional dan termasuk di dalamnya adalah laporan operasional, neraca, dan laporan
cash flow, semuanya sama seperti yang ditemui di dunia usaha umumnya. Bentuk kedua
berkaitan dengan kontribusi modal, dan lapran ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan
outflow selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang
berkaitan dengan hutang dan modal.
3. Akuntansi dana
4. Aturan
Organisasi nirlaba biasanya diatur dan diawasi oleh dewan penyantun (trustee). Biasanya
dewan ini tidak mampu mengidentifikasi masalah sebenarnya. Untuk itulah diperlukan dewan
yang mengatur secara kuat dan bekerja secara efektif.
Sistem Pengendalian Manajemen
Pada organisasi nirlaba yang harus memutuskan alokasi sumber daya yang terbatas secara
bijaksana, perencanaan strategi lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dari pada jenis
usahanya itu sendiri. Alat pengendalian manajemen yang paling penting dalam organisasi seperti
ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan
maupun pengeluaran.)
Pada kebanyakan organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional
yang optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama dari
sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya pengendalian
manajemen.