Anda di halaman 1dari 26

ORGANISASI MULTINASIONAL

Organisasi multinasional adalah perusahaan yang memiliki usaha di banyak negara;


perusahaan ini biasanya sangat besar dan perushaan ini juga memiliki kantor-kantor, pabrik
ataupun kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat dimana
mereka mengkoordinasikan manajemen global.

2.1 Perbedaan Budaya

Satu dari variabel kontekstual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen
di dalam sebuah perusahaan multinasional adaah perbedaan budaya antarnegara. Menurut
definisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak negara dan harus siap
menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koordinasi dan pengendalian yang dilakukan oleh
kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu
bangsa, kata “budaya” akan merujuk kepada nilai-nilai, asumsi, dan norma perilaku yang diakui
bersama.

Ketika sebuah organisasi merentakan operasinya melintasi berbagai negara, perbedayaan


budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan karakter nasional dan regional yang ada
mempunyai hubungan yang penting dengan pengendalian manajemen. Salah satu cara untuk
memahami budaya diusulkan oleh Hofstede. Menurut Hofstede, budaya dapat berbeda pada 4
(empat) dimensi :

1. Jangkauan kekuasaan merujuk pada sejauh mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan
secara tidak seimbang. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina,
Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel,
Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/kolektivisme merujuk pada sejauh mana seseorang mendefinisikan dirinya
sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Budaya
individualistik yang tinggi termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya
kolektivitas yang tinggi termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian merujuk pada sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh
situasi yang tidak menentu. Budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang,
Portugal, dan Yunani. Budaya penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura,
Hongkong, dan Denmark.
4. Maskulinitas/feminitas merujuk pada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah
sat dari kedua nilai dominan tersebut berupa penekanan ketegasan dan materialisme (maskulin)
versus perhatian pada orang lain dan kualitas hidup (feminin). Contoh dari budaya maskulin
tinggi termasuk Austria, Swiss, dan Halia. Budaya feminin yang tinggi termasuk Swedia,
Norwegia, Belanda, dan Denmark.

Skema klasifikasi lain diusulkan oleh Hall. Menurut pendapatnya, kebudayaan berbeda
satu sama lain dalam spektrum yang dimulai dari :

1. Budaya berkonteks rendah di mana orang langsung melaksanakan bisnisnya dan bernegosiasi
seefisien mungkin. Contoh dari budaya berkonteks rendah termasuk Jerman, Swiss,
Skandinavia, Amerika Utara, dan Inggris.
2. Budaya berkonteks tinggi di mana orang berusaha membangun hubungan pribadi sebelum
melakukan bisnis dan negosiasi berjalan dengan lambat dan bersifat ritual. Contoh dari budaya
berkonteks tinggi termasuk Cina, Korea, Jepang, dan Saudi Arabia.

Beberapa kesimpulan dapat ditarik tentang jenis sistem perencanaan dan sistem
pengendalian yang akan lebih efektif di dalam budaya yang berbeda. Pada budaya individualistis,
pegawai mungkin lebih menyukai imbalan berdasarkan prestasi individu, sedangkan imbalan yang
berdasarkan kelompok mungkin lebih disukai oleh pegawai di dalam budaya kebersamaan. Dalam
budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah, desentralisasi dalam pengambilan keputusan
dan kesempatan berpartisipasi yang lebih besar pada penyiapan anggaran mungkin lebih disukai.
Adapun hal yang sebaliknya mungkin berlaku di dalam budaya dengan jangkauan kekuasaan yang
tinggi. Evaluasi kinerja subjektif akan lebih efektif pada budaya penghindaran ketidakpastian yang
rendah daripada yang tinggi. Sistem perencanaan dan pengendalian formal akan diterima dengan
lebih baik di dalam budaya berkonteks rendah, sedangkan di dalam budaya berkonteks tinggi,
membangun keakraban dan kepercayaan antarpersonal dirasakan sangat penting sehingga
pengendalian secara informal kemungkinan besar akan lebih efektif. Para eksekutif di dalam
organisasi multinasional harus memahami dan menghormati perbedaan budaya dan menyesuaikan
pengendalian manajemen antarnegara.
2.2 Harga Transfer

Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologi merupakan salah satu dari perbedaan besar
yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestik dan luar negeri. Dalam operasi luar
negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga
transfer. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan yang efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di
masing-masing negara asing. Sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan
keuntungan ke negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangi jumlah
pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
2. Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk
meminimalkan laba kena pajak di negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang tinggi.
Meskipun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini dan
mengeluarkan peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
3. Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk.
Semakin rendah harganya semakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif
biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam harga
transfer. Meskipun tarif untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu negara tertentu akan
lebih rendah jika harga transfernya juga rendah, keuntungan yang dicatat di negara itu serta
pajak penghasilan lokal atas laba, akan ikut tinggi. Jadi, efek bersih dari faktor-faktor ini harus
ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer yang tepat. Karena pajak penghasilan
umumnya memiliki jumlah yang lebih besar daripada tarif, harga transfer internasional
biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak penghasilan daripada tarif.
4. Pengendalian Devisa
Beberapa negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa
komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak
perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
5. Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu negara tertentu daripada di
negara lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk mengalihkan dana tersebut ke dalam
atau ke luar negara tertentu.
6. Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Sebuah induk
perusahaan akan membeli sejumlah besar kepentingan minoritas anak perusahaan di negara
lain, dengan maksud untuk menghindari perselisihan tentang harga transfer. Andai kata sebuah
perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di jepang denga perusahaan local jepang.
Jika induk perusahaan AS membebanka harga lebih tinggi agi komponen yang dikirimkan ke
jepang, mira joint venture jepang kemungkinan besar akan menolak harga tersebut karena
harga itu akan memperkecil harga operasinya dan mengakibatkan bagian keuntungan dari
mitra joint venture jepang tersebut juga semakin kecil.

2.2.2 Pertimbangan Hukum

Hampir semua negara melakukan beberapa pembatasan pada fleksibilitas perusahaan


dalam menetapkan harga transfer untuk transaksi dengan anak-anak perusahaan di luar negeri.
Alasannya adalah untuk mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaran pajak
penghasilan di negara tuan rumah. Perhatikan contoh-cotoh berikut ini :
 Untuk meminimalkan pajak, perusahaan-perusahaan multinasional AS
mengalihkan asset asetnya ke negara dengan pajak penghasilan yang rendah.
Misalnya, Cayman Islands yang memiliki 50 bank.
 Perusahaan multinasional AS memindahkan kantor perusahaan “diatas kertas”
mereka ke Bermuda, yng tidak mengenakan pajak penghasilan perusahaan.
Sebagai contoh, Ingersoll-Rand, Accenture, dan Tyco International menempatkan
kantor pusat mereka di Bermuda sedangkan seluruh bisnis mereka dilakukan d
Negara-negara lain.
 Perusahaan yang memindahkan property intelektual (paten misalnya) ke Irlandia,
sebuah negara dengan tingkat pajak yang rendah. Kantor pusat di AS akan
membayar jumlah yag cukup besar untuk membeli hak penggunaan property
intelektual tersebut, sehingga akan mengalihakan laba kena pajak dari sebuah
negara dengan tingkat pajak yang tinggi ke negara dengan tingkat pajak yang
rendah.

Saat ini, peraturan untuk Amerika Serikat pada dasarnya dipaparkan dalam Bagian 482 dari
Internal Revenue Code (Undang-Undang Perpajakan AS). Umumnya, Bagian 482 mencoba untuk
memastikan bahwa transaksi-transaksi finansial antara unit-unit dari dari wajib pajak yang
sepengendali (perusahaan yang dapat mengendalikan transaksi yang terjadi antara pusat
keuntungannya di dalam negeri dan luar negeri) diselenggarakan seakan-akan unit-unit tersebut
merupakan wajib pajak yang tidak sepengendali (entitas independen yang melakukan transaksi
satu sama lain secara sesuai dengan pr mauinsip ekonomi yang wajar. Jika

Jika timbul perselisihan, Bagian 482 mengizinkan Internal Revenue Service


(Kantor Pajak AS) menghitung apa yang dianggap sebagai harga transfer yang paling tepat,
dan selanjutnya perusahaan menanggung beban untuk membuktikan bahwa harga yang
dihitung tersebut adalah tidak wajar. Hal ini berbeda dengan kebanyakan ketetapan dari
Internal Revenue Code yang memperkenankan perusahaan memilih apa saja alternative
yang diizinkan yang diinginkannya dan meletakkan beban pembuktian kepada IRS untuk
memperlihatkan bahwa metode perusahaan tersebut tidak dapat diterima.

Bagian 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga transfer pada


penjualan antaranggota dari kelompok yang sepengendali. Metode-metode harga
antarperusahaan sepengendali yang dapat diterima, disusun menurut prioritasnya dari yang
paling penting adalah sebagai berikut :

1. Metode Perbandingan dengan Harga Tidak Sepengendali (comparable uncontrolled


price method)
Harga yang wajar dapat dipastikan dari penjualan barang atau jasa yang dapat
diperbadingkan antara perusahaan multinasional dan pelangan yang tidak memiliki
hubungan istimewa, atau antara dua perusahaan yang masing-masing tidak saling
memiliki hubungan istimewa.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi harga adalah antara lain: kualitas produk, syarat
penjualan, tingkat pasar, dan wilayah geografis di mana jenis barang tersebut dijual;
tetapi untuk diskon jumlah, penyisihan promosi, dan kerugian khusus yang disebabkan
oleh perbedaan nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga penuh, diizinkan
dalam hal-hal tertentu seperti selama penetrasi sebuah pasar baru atau dalam
mempertahankan pasar yang ada di suatu wilayah tertentu.

Harga transfer = Harga yang digunakan dalam penjualan tidak


sepengendali yang sebanding ± Penyesuaian

Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota
kelompok sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan
anggota kelompok sepengendali.

2. Metode Harga Jual Kembali (resale price method)

Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandingkan, metode berikutnya yang
diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak
bekerja mundur dari harga penjualan final pada saat kekayaan yang dibeli dari
perusahaan afiliasu dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali. Harga
jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang semestinya
berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama atau oleh penjual lain
yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat diperbandingkan. Persentase
markup dari pesaing dan rata-rata industri juga dapat membantu dalam kaitannya
dengan hal ini.

Peraturan meminta metode ini digunakan jika :

1) tidak tersedia penjualan tidak sepengendali yang sebanding,

2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar sebelum atau sesudah
pembelian atarperusahaan sepengendali,

3) penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang
bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan, label, dan
seterusnya, atau dengan penggunaan atau pemanfaatan aset tak berwujud (intangible
property).

Harga transfer = harga jual kembali yang berlaku – Markup yang


memadai ± Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku adalah harga di mana aktiva yang dibeli melalui
penjualan sepengendali, dijual kembali oleh pembeli dalam penjualan yang tidak
sepengendali.

 Markup memadai = harga jual kembali yang berlaku * Persentase


markup yang wajar

 Persentase markup wajar = persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam


persentase dari penjualan) yang didapatkan oleh pembeli (atau penjual kembali)
atau pihak lain di dalam sebuah pembelian dan penjualan kembali yang tidak
sepengendali yang serupa dengan penjualan kembali sepengendali.
3. Metode Biaya-Plus (cost-plus method)

Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang
diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk
memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya
ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari
biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang serupa yang dilakukan
oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang berlaku untuk industri tersebut.

Harga transfer = Biaya + Markup memadai ± Penyesuaian

 Markup memadai = Biaya * Persentase laba kotor yang memadai

Persentase laba kotor yang memadai = persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari
biaya) yang diperoleh dari penjual kembali atau pihak lain pada penjualan tidak sepengendali yang
sama dengan penjualan sepengendali.

Implikasi dari Bagian 482


Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat 2 (dua) implikasi penting
dari Bagian 482, yang masing-masing seperti berikut :

1. Ruang Gerak dalam Harga Transfer


Meskipun terdapat pembatasan hukum terhadap fleksibilitas perusahaan dalam
menentukan harga transfer, masih terdapat cukup ruang gerak di dalam pembatasan
ini. Di banyak perusahaan multinasional terdapat perbedaan antara harga transfer
yang murni akan digunakan oleh manajemen hanya untuk tujuan pengendalian dan
harga transfer yang secara hukum diperkenankan untuk meminimalkan akibat dari
dampak jumlah pajak dan tarif. Karena terdapat sejumlah subjektivitas yang
berkaitan dengan penerapan Bagian 482 untuk banyak barang dan jasa, mungkin
terdapat serangkaian harga transfer yang diizinkan untuk jenis barang tertentu.
Manajemen dapat meminimalkan jumlah pajak penghasilan dan tarif dengan
menetapkan harga transfer sejauh mungkin dari ujung rangkaian yang memadai.
2. Pembatasan Hukum dalam Sistem Harga Transfer
Dalam situasi tertentu, pembatasan hukum dapat mendikte jenis-jenis harga
transfer yang harus ditetapkan. Pembatasan hukum dapat meminta digunakannya
sistem harga transfer tertentu, atau sebuah sistem transfer yang disukai untuk tidak
digunakan. Dalam situasi yang lain, pendekatan “full cost” yang implisit dalam
Bagian 482 dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk mentransfer beberapa
produk kurang dari full cost-nya. Misalnya, dpartemen pemasaan mungkin ingin
mempekenalkan produk baru dalam pasar pada harga yang lebih rendah dari harga
normalnya, bahkan mungkin tidak cukup tinggi untuk menutupi full cost tersebut.
Hal ini mungkin merupakan taktik pemasaran yang jitu, tetapi IRS tidak dapat
mengakuinya sebagai dasar yang valid untuk smpai kepada harga transfer.

Kepentingan Minoritas

Sewaktu-waktu kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas manajemen puncak


dalam mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat sangan dibatasi karena
pihak minoritas mempunyai hak hukum untuk memperoleh pembagian yang adil dari laba
perusahaan. Dalam kasus ini, anak perusahaan harus mungkin melakukan transaksi secara
wajar.
2.3 Perbedaan Nilai Tukar Mata Uang

Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu
waktu tertentu, setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya,
arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai
setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Variasi
ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya. Lebih spesifik
lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi, transaksi, dan ekonomi
perubahan nilai tukar.

Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata
uang yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang negara
induk perusahaan yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (penawaran
langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan untuk membeli satu unit
mata uang induk perusahaan (penawaran tidak langsung).

 Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang biasanya ditawarkan.


 Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu.
 Nilai tukar riil adalah nilai tukar spot setelah penyesuaian perbedaan inflasi antara dua
negara yang dihitung.
 Nilai tukar forward adalah nilai tukar hari ini yang dapat digunakan menjadi dasar
penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa depan.

Apabila menggunakan penawaran langsung, jika jumlah dollar yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang asing mengalami kenaikan, maka dollar tersebut dikatakan telah
mengalami depresiasi relative terhadap mata uang asing sedangkan peristiwa sebaliknya disebut
dengan apresiasi.

Jenis Eksposur Nilai Tukar

 Eksposur Translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi
perusahaan multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar
nominal. Hal ini dikarenakan adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus
mengonsolidasikan pembukuan mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang
negara induk perusahaan), meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata
uang.
 Eksposur Transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki perusahaan untuk
transaksi-transaksi antarnegaranya ketika transaksi semcam itu dicatat hari ini tetapi
penyelesaian pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana
pembayaran atau komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar
nominal dapat berubah dan menimbulkan adanya risiko pada nilai dari transaksi.
Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban, dan utang atau
pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
 Eksposur Ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap
perubahan nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau
eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.

2.3.3 Pilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja

Dalam survei di perusahaan-perusahaan multinasional, Choi dan Czechowicz


menemukan bahwa hamper semua responden memiliki sistem evaluasi kinerja yang
membandingkan aktual terhadap anggarannya dalam menilai kinerja anak perusahaan.
Pada dasarnya, terdapat 3 (tiga) kemungkinan pemilihan metrik dalam penetapan dan
pelacakan anggaran: nilai tukar yang berlaku pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar
awal), nilai tukar yang diproyeksikan pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar yang
diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku pada saat anggaran dilacak (nilai tukar
akhir). Terdapat 9 (sembilan) kemungkinan kombinasi metrik dalam menentukan dan
melacak anggaran seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar Pemilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja


Mempersiapkan Anggaran

Awal Proyeksi Akhir

Awal 1 2 3
Proyeksi 4 5 6
Akhir 7 8 9

Menelusuri
Anggaran
Meskipun demikian, tidak semua 9 sel tersebut layak dipergunakan; hanya 5
sel yang diberi garis bawah yang layak. Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel di mana
anggaran ditetapkan dan dilacak dengan menggunakan metrik yang sama (awal ke awal,
sel 1; proyeksi ke proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula, bila kita
menetapkan anggaran dengan menggunakan nilai tukar awal dan melacaknya dengan
menggunakan nilai tukar akhir (sel 3), dan menentukan dengan menggunakan nilai tukar
proyeksi dan melacak pada nilai tukar akhir (sel 6). Bagaimanapun, tidaklah logis jika
menetapkan anggaran pada nilai tukar akhir dan melacak aktualnya dengan menggunakan
nilai tukar awal atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8). Begitu pula
memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya
dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).

2.3.4 Permasalahan dalam Perancangan Sistem Pengendalian

Dari sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan


penting di dalam perancangan suatu sistem pengendalian :

 Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab atas dampak
fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?
 Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang negara induk perusahaan, atau
haruskah mereka menggunakan mata uang lokal dalam evaluasi kinerja?
 Haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar proyeksi, atau nilai
tukar akhir dalam menetapkan dan menelusuri anggaran?
 Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis eksposur nilai tukar
sambil mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika ya, bagaimanakan
caranya?
 Bagaimana seharusnya perbedaan jenis eksposur nilai tukar akan memengaruhi evaluasi
kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah hal ini seperti yang membedakan dari
evaluasi manajer yang bertanggung jawab atas anak perusahaan tersebut?

2.3.5. Efek Translasi

Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan metrik yang
sama sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak perusahaan akan terlihat telah
menghasilkan $1. Alternatifnya, jika anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai
tukar akhir sebesar FF11/$, anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah
menghasilkan laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik yang sama dipergunakan untuk
menetapkan dan melacak anggaran, maka pilihan metrik yang diambil (apakah mata uang
lokal/mata uang asing; apakah nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang
relevan; kinerja yang dihasilkan akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang
independen terhadap dampak translasi.

Gambar Anggaran dan Aktual untuk Neraca Anak Perusahaan


(Nilai Tukar Awal : FF10/$; Nilai Tukar Akhir : FF11/$)
Anggaran Aktual
FF $ FF $
Pendapatan 100 10 100 9,09
Laba 10 1 10 0,91

Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian “translasi” pada akhir
tahun. Induk perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika
mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja
manajer anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat
manajer anak perusahaan bertanggung jawab terhadap faktor-faktor yang berada di luar
kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi;
(3) hal ini tidak memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak
perusahaan dan (4) hal ini akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan.

Ketika perusahaan memberikan laporannya kepada para pemegang saham, mereka


harus mengonsolidasikan angka-angka akuntansi dari anak perusahaan di negara asing
dengan angka-angka akuntansi dari induk perusahaan. Laba dan rugi akibat translasi yang
ditimbulkan dari konversi neraca dan laporan laba rugi anak perusahaan di luar negeri ke
dalam unit moneter dari induk perusahaan tidak seharusnya memengaruhi evaluasi kinerja
dari manajer anak perusahaan.

2.3.6 Eksposur Ekonomi

Dalam unit seimbang, nilai tukar hanya akan mengakibatkan efek translasi. Namun,
ketika anak perusahaan memiliki transaksi antarnegara, mereka juga akan menjadi subjek
dari eksposur ekonomi. Sebuah sistem pengendalian yang secara efektif menangani
eksposur ekonomi, memiliki perbedaan cara yang fundamental dari yang telah diuraikan
dalam eksposur translasi. Dalam eksposur ekonomi, hal ini merupakan suatu hal yang tepat
bagi sistem pengendalian untuk mengevaluasi manajer anak perusahaan atas keputusan-
keputusan yang seharusnya memungkinkan anak perusahaan merespons perubahan yang
terjadi pada nilai tukar riil. Ini akan dijelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan 2 (dua) tipe generik dari anak perusahaan dari perusahaan
multinasional, yaitu :

 Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar produknya di
dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar
negeri (baik itu dari anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar).
 Eksportir murni adalah anak perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar
negeri (baik kepada anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar lainnya); tetapi
membeli sebagian besar bahan mentahnya di dalam negara tersebut.

Seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini, dalam terjadi pergerakan nilai
tukar, anak perusahaan tersebut tidak hanya akan menghadapi efek translasi, tetapi juga
efek “ketergantungan” yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.

Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF, baik dari segi
sasaran laba maupun marginnya), unit yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira
menyamai tingkat anggaran (mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam
$; mencapai sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni
tidak mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan margin).
2.3.7 Efek Transaksi

Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah dengan


menggunakan strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung nilai (hedging)
adalah transaksi-transaksi yang dapat menurunkan kemungkinan risiko yang berhubungan
dengan arus kas di masa depan. Dalam prosesnya, perusahaan yang membeli instrumen
lindung nilai mengalihkan risiko kepada entitas yang menjual instrumen tersebut, biasanya
adalah bank komersial dalam kasus untuk pasar valuta. Tentunya sudah pasti jasa semacam
itu membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan, sebagai
contoh, kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan
tersebut tengah melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan
sebagai cara untuk mengatasi efek eksposur transaksi. Untuk memberikan ilustrasi yang
sederhana; jika sebuah perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan
Prancis dengan harga yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan
membeli hak untuk membeli franc Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi
pada tanggal di masa depan di mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut
mengalami rugi transaksi di dalam penjualan, ia akan mendapatkan keuntungan yang sama
melalui lindung nilai. Teknik lindung nilai yang lain meliputi penggunaan pasar opsi dan
menyamakan aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama.
Teknik lindung nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan,
juga pasar opsi valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah
apakah para manajer anak perusahaan bertanggung jawab atas eksposur dari transaksi
lindung nilai.
Transaksi lindung nilai mungkin paling baik dilakukan pada tingkat induk
perusahaa, daripada memberikan izin kepada masing-masing anak perusahaan untuk
melakukannya. Ada beberapa alasan mengapa hal ini dilakukan. Pertama, dibanyak
perusahaa multinasional terdapat utang dan piutang di berbagai bagian dari keeluruhan
perusahaan yang tentu dapat melakukan lindung nilaisatu sama lain, jika informasi atas
semua transaksi semacam itu di kumpulkan dan ditangani melalui satu lokasi pemusatan.
Hal ini akan mengurangi biaya transaksi yang berhubungan denan lindung nilai. Kedua,
induk peruahaan mungkin mempunyai akses yang luas (dan mungkin lebih canggih)
terhadap berbagai jenis instrument lindug nilai, dengan jangka waktu jatuh tempo yang
lebih lama, daripada yag iasanya dimiliki oleh anak perusahaan. Ketiga, tidak ada alasan
untuk menduga bahwa manajer dari anak peusahaan dapat meramalkan nilai tukar secara
lebih baik daripada eendahara korporat: bahkan, induk perushaan tidak menginginkan para
manajer anak perusahaan elakukan lindug nilai, karena hal ni dapat menimbulkan resiko
menjadi para manajer anak perusahaan menjadi spekulan nilai tukar. Jadi dari prospektif
kinerja membuat manajer anak perusahaan bertanggung jawab atas efek transaksi tidak
diperlukan.
Kinerja Anak Perusahaan

Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara
kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman
yang dibicarakan di atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar
terhadap kinerja manajer anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja
ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau positif
atas eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek
nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk
perusahaan harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu
memberikan artian ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk
meneruskan beroperasi di negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan
bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan
lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah
keputusan independen.
2.3.9 Pertimbangan Manajemen

Dalam mendesain sistem evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional,


perusahaan dapat mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:
 Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap
efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan
anggaran dengan hasil aktual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi
efek yang berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi
para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional
hendaknya memilih metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
 Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan
lindung nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar
akan jauh lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan
menjadi peramal dan spekulan nilai tukar.
 Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari
nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.
 Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan
lokasi operasi di sebuah negara atau merelokasi operasi dari sebuah negara seharusnya
merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan
ekonomi.
Pada survei yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella dkk, menemukan
dalam evaluasi kinerja manajer anak perusahaan, 79% respondennya menggunakan metrik
yang berbeda untuk menyiapkan anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan
beberapa peramalan atas nilai tukar untuk menyiapkan anggaran dan menggunakan nilai
tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja anak perusahaan secara relatif
terhadap anggarannya; dan 13% mempergunakan nilai tukar awal untuk mempersiapkan
anggaran dan nilai tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-
temuan ini tidak konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan untuk ketidakkonsistenan ini. Pertama,
kebanyakan dari sistem pengendalian ini dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an,
ketika nilai tukar adalah tetap; dimana nilai tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja
diperkenalkan, perusahaan multinasional tidak boleh menyesuaikan sistem evaluasi kinerja
mereka dengan kenyataan yang baru. Kedua, banyak perusahaan tidak dapat membedakan
antara kinerja keuangan manajer dan kinerja keuangan anak perusahaan multinasional.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan multinasional
yang memilih untuk menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran anak
perusahaan dan melaporkan kinerja aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang
telah kita bahas sebelumnya.
ORGANISASI JASA
Pengertian Perusahaan Jasa
Perusahaan Jasa merupakan suatu lembaga atau perkumpulan dari beberapa orang (selaku
pendiri) yang melakukan kegiatan bersifat ekonomi dan sosial pada suatu masyarakat dengan
tujuan memperoleh laba. Jadi, perusahaan jasa adalah suatu usaha atau lembaga yang
kegiatannya dibidang jasa.

Ciri-ciri perusahaan jasa, yaitu:

a. Usahanya terus menerus

b. Secara terang-terangan (mempunyai ijin usaha) dan

c. Yang dihasilkan berupa jasa.

Perusahaan jasa, contohnya: akuntansi publik, servis atau reparasi sepeda motor, salon
kecantikan, dan sebagainya.

Karakteristik Organisasi Jasa Secara Umum


Pengendalian manajemen dalam industri jasa agak berbeda dengan pengendalian
manajemen dalam perusahaan manufaktur. Karakteristik tersebut adalah:
1. Ketiadaan Persediaan Penyangga
Barang dapat disimpan dalam bentuk persediaan yang merupakan penyangga untuk
memperkecil dampak fluktuasi dalam volume penjualan terhadap proses produksi, jasa tidak dapat
disimpan. Perusahaan jasa tidak dapat melakukan apa yang dilakukan oleh perusahaan
manufaktur, sehingga perusahaan jasa harus mencoba untuk meminimalkan kapasitasnya yang
tidak terpakai. Lebih lanjut lagi, biaya dan banyak organisasi jasa pada dasarnya bersifat tetap
dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek, sebuah hotel tidak dapat mengurangi biaya-biayanya
secara substansial dengan menutup beberapa kamarnya. Kantor akuntan, kantor pengacara, dan
organisasi profesional lainnya enggan untuk memberhentikan karyawan profesionalnya ketika
volume penjualan rendah karena dampak moral dan biaya untuk merekrut dan melatih kembali
karyawan baru.
2. Kesulitan dalam Mengendalikan Kualitas
Perusahaan jasa tidak dapat menilai kualitas produk sampai pada saat jasanya diserahkan, dan
sering kali penilaian tersebut bersifat subjektif. Misalnya kualitas pendidikan, kualitas pendidikan
adalah hal yang sulit untuk diukur sehingga hanya beberapa Organisasi pendidikan yang memiliki
sistem pengendalian kualitas formal.
3. Padat Karya
Perusahaan manufaktur dapat menambah peralatan dan mengotomisasi lini produksi sehingga
dengan demikian, perusahaan menggantikan buruh dan mengurangi biaya. Hampir semua
perusahaan jasa bersifat padat karya dan tidak dapat melakukan hal semacam itu. Rumah sakit
memang dapat menambah peralatan yang mahal, tetapi kebanyakan hal itu ditujukan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik, dan hal ini menambah
biaya. Kantor pengacara memperluas usahanya dengan menambah rekan kerja dan
karyawan pendukung yang baru.
4. Organisasi Multi-Unit
Beberapa organisasi jasa mengoperasikan banyak unit di berbagai lokasi, di mana setiap
unit adalah relatif kecil. Kesamaan dari unit-unit yang terpisah memberikan dasar yang umum
untuk menganalisis anggaran dan mengevaluasi kinerja, yang tidak ada di perusahaan manufaktur.
Informasi dan setiap unit dapat dibandingkan dengan rata-rata sistem atau regional, dan karyawan
dengan kinerja tinggi dan rendah dapat diidentifikasikan.

Organisasi Jasa Profesional


Organisasi penelitian dan pengembangan, kantor pengacara, kantor akuntan, organisasi
kesehatan, perusahaan teknik, perusahaan, arsitektur, kantor konsultan, organisasi simfoni dan
organisasi kesenian lainnya, serta organisasi olahraga adalah contoh organisasi yang produknya
adalah jasa profesional.
Karakterístik Khusus
1. Sasaran
Organisasi profesional memiliki relatif sedikit aktiva yang berwujud; aktiva utamanya
adalah keterampilan dan staf profesionalnya, yang tidak muncul di neraca perusahaan. Tingkat
pengembalian atas aktiva ýang digunakan pada hakikatnya tidak berarti dalam organisasi. Sasaran
keuangan untuk memberikan kompensasi yang memadai kepada para profesional. Sasaran terkait
adalah meningkatkan ukuran organisasi. Hal ini mencerminkan tendensi alamiah untuk
mengaitkan keberhasilan dengan ukuran yang besar; skala ekonomi dalam menggunakan usaha
dan staf karyawan dan unit sentral yang bertanggung jawab untuk menjaga agar organisasi tetap
terkini.
2. Profesional
Organisasi profesional adalah organisasi yaig padat karya, dan karyawannya adalah orang-
orang yang khusus. Banyak profesional lebih menyukai bekerja secara independen daripada
sebagai bagian dan suatu tim. Profesional yang juga adalah manajer cenderung bekerja hanya
paruh waktu dalam aktivitas manajemen. Pendidikan bagi kebanyakan profesi tidak mencakup
pendidikan dalam manajemen tetapi pada umumnya menekankan kepada keterampilan profesi di
banding kepada keterampilan manajemen. Profesional cendrung meremehkan implikasi keuangan
dari keputusan mereka; mereka ingin untuk melakukan pekerjaan terbaik yang dapat mereka
lakukan, tanpa memperdulikan biayanya. Sikap ini mempengaruhi sikap dari staf pendukung dan
karyawan nonprofesional dalam organiasi tersebut; hal ini mengarah pada pengendalian biaya
yang tidak memadai.
3. Pengukuran Input dan Output
Output dari organisasi profesional tidak dapat diukur dengan ukuran fisik, seperti unit, ton,
atau galon. Seseorang dapat mengukur jumlah pasien yang dilayani oleh seorang dokter dalam
satu hari, dan bahkan dapat mengklasifikasikan pasien-pasien tersebut berdasarkan jenis
keluhannya; tetapi tidak dapat disamakan dengan jumlah atau kualitas layanan yang diberikan
oleh dokter tersebut. Yang terbaik yang dapat diukur adalah efisiensi dokter tersebut dalam
menangani pasiennya, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pekerja yang santai dan
pekerja keras. Pendapatan yang diperoleh adalah salah satu ukuran output di heberapa organisasi
profesional, tetapi angka moneter ini, paling-paling hanya berkaitan dengan kuantitas jasa yang
diberikan, namun bukan kualitasnya (meskipun kualitas yang buruk tercermin dalam pendapatan
yang berkurang dalam jangka panjang).
4. Perusahaan Kecil
Dengan beberapa perkecualian, seperti beberapa kantor pengacara dan kantor akuntan,
organisasi profesional biasanya relatif kecil dan beroperasi di satu lokasi saja. Manajemen senior
dalam organisasi semacam itu dapat secara pribadi mengamati apa yang sedang berlangsung dan
secara langsung memotivasi karyawannya. Dengan demikian, terdapat lebih sedikit kebutuhan
akan sistem pengendalian manajemen yang canggih, dengan pusat laba dan laporan kinerja formal.
Meskipun demikian, organisasi yang kecilpun tetap membutuhkan anggaran, perbandingan umum
antara kinerja terhadap anggaran, dan suatu cara untuk mengaitkan kompensasi dengan kinerja.
5. Pemasaran
Dalam suatu perusahaan manufaktur terdapat garis pemisah yang jelas antara aktivitas
pemasaran dengan aktivitas produksi; hanya manajemen senior yang menaruh perhatian pada
keduanya. Pemisahan yang jelas semacam itu tidak terdapat dalam organisasi proesional. Di
beberapa organisasi profesional, kode etik profesi membatasi jumlah dan karakter dan usaha
pemasaran yang terlalu kentara oleh para profesional. Tetapi, pemasaran adalah aktivitas yang
penting di hampir semua organisasi. Dalam situasi seperti ini, sangatlah sulit untuk memberikan
penghargaan yang sesuai kepada orang yang bertanggung jawab untuk “menjual” ke pelanggan
baru.
Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen Organisasi Profesional
1. Penentuan Harga

Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara tradisional di banyak perusahaan-
perusahaan profesional. Jika profesi tersebut merupakn salah satu profesi di mana para
anggotanya sudah terbiasa untuk mencatat jadwal waktu mereka, penentuan biaya profesional
yang harus dibayar biasanya dikaitkan dengan waktu profesional yang digunakan dalam
penugasan tersebut. Tarif tagihan per jam biasanya didasarkan pada kompensasi dari tingkat
profesional tersebut (dan bukannya kompensasi dari orang tertentu), ditambah dengan beban
untuk biaya overhead dan laba.

2. Pusat Laba dan Penetapan Harga Transfer

Unit-unit pendukung, seperti pemeliharaan, pemrosesan informasi transportasi,


percetakan, dan pengadaan barang dan jasa, membebankan layanan yang mereka berikan ke unit
yang mengonsumsi layanan tersebut.

3. Perencanaan Strategis dan Penyusunan Anggaran

Secara umum, sistem perencanaan strategis formal di organisasi profesional tidak


berkembang sebaik di perusahaan manufaktur dengan ukuran yang sama. Sebagian dari
penjelasan atas hal tersebut adalah bahwa organisasi profesional tidak memiliki kebutuhan yang
besar akan sistem semacam itu. Di perusahaan manufaktur, banyak keputusan program
melibatkan komitmen untuk membeli pabrik dan peralatan. Keputusan-keputusan tersebut
mempunyai dampak yang dapat diprediksikan, baik terhadap kapasitas maupun biaya selama
beberapa tahun ke depan, dan, sekali telah dibuat, keputusan tersebut pada hakikatnya tidak
dapat dibalik. Dalam suatu organisasi profesional, aktiva utamanya adalah manusia. Meskipun
organisasi tersebut menghindari fluktuasi jangka pendek dalam jumlah karyawan, perubahan
dalam ukuran dan komposisi karyawan lebih mudah untuk dilakukan dan lebih mudah untuk
dibalik dibandingkan dengan perubahan dalam kapasitas fisik pabrik

4. Pengendalian Operasi

Banyak perhatian yang, atau sebaiknya, dicurahkan pada penjadwalan waktu profesional.
Rasio waktu yang ditagih (billed time ratio), yang merupakan rasio dari jumlah jam yang dapat

ditagih terhadap jumlah jam yang tersedia, dipantau secara ketat. Jika ternyata
penggunaan waktu yang sebaliknya merupakan waktu menganggur atau untuk alasan pemasaran
atau pelayanan umum, beberapa penugasan dibebankan dengan tarif yang lebih rendah dari tarif
normal, maka varians harga yang ditimbulkan harus dipantau secara ketat.

Ketidakmampuan untuk menetapkan standar bagi kinerja tugas, keinginan untuk


melaksanakan pekerjaan dalam tim, masalah yang ditimbulkan karena mengelola organisasi
matriks, dan karakteristik perilaku dari profesional, semuanya memperumit perencanaan dan
pengendalian atas operasi sehari-hari dalam organisasi profesional. Ketika pekerjaan
dilaksanakan oleh tim proyek, maka pengendalian difokuskan pada proyek. Rencana tertulis
untuk setiap proyek dibutuhkan, dan laporan tepat waktu harus dibuat, yang membandingkan
kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan dalam hal biaya, jadwal, dan kualitas.

5. Pengukuran dan Penilaian Kinerja

Penilaian yang dibuat oleh atasan adalah penilaian yang paling umum. Untuk itu,
organisasi profesional semakin banyak yang menggunakan sistem formal untuk mengumpulkan
penilaian kinerja sebagai dasar keputusan personalia dan ùntuk diskusi dengan profesional
tersebut. Beberapa sistem memerlukan peringkat numerik atas atribut tertentu dari kinerja dan
memberikan rata-rata tertimbang bagi peringkat-peringkat ini. Kompensasi mungkin dikaitkan,
sebagian, pada peringkat numerik ini. Penilaian oleh rekan sekerja, atau oleh bawahan, kadang
kala merupakan bagian dan sistem pengendalian formal. Di beberapa organisasi, individu dapat
diminta untuk membuat penilaian atas diri sendiri. Ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan dari
kiien juga merupakan dasar yang penting untuk menilai kinerja, meskipun ekspresi semacam itu
mungkin tidak selalu tersedia.

Anggaran dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja biaya, dan waktu aktual
yang digunakan dapat dibandingkan dengan waktu yang direncanakan. Anggaran dan
pengendalian atas beban diskresioner di perusahaan profesional adalah sama pentingnya dengan
di perusahaan manufaktur. Tetapi, ukuran-ukuran keuangan semacam itu adalah relatif tidak
penting dalam menilai kontribusi dari seorang profesional terhadap profitabilitas perusahaan.
Kontribusi utama dari professional tersebut berkaitan dengan kuantitas dan berada di atas seluruh
kualitas pekerjaan, sehingga penilaiannya teñtu saja harus lebih banyak bersifat subjektif. Lebih
lanjut lagi, penilaian tersebut harus dilakukan saat itu juga.

Organisasi Jasa Keuangan


Organisasi jasa keuangan meliputi bank komersial dan institusi penghematan, perusahaan
asuransi, dan perusahaan efek. Perusahaan- perusahaan ini berada dalam bisnis yang terutama
bertujuan untuk mengelola uang. Beberapa dari perusahaan tersebut bertindak sebagai perantara,
yang lain bertindak sebagai pemindah risiko dan yang lainnya lagi adalah pedagang.
Karakteristik khususnya adalah :

1. Aktiva moneter.

Kebanyakan aktiva dari perusahaan jasa keuangan bersifat moneter. Nilai sekarang dari
aktiva moneter adalah jauh lebih mudah untuk diukur dibandingkan dengan nilai pabrik dan
aktiva fisik lainnya, atau paten dan aktiva tidak berwujud lainnya.

2. Jangka waktu transaksi.

Pengendalian memerlukan pengawasan yang berkalnjutan atas kelayakan dari transaksi


selama jangka waktu hidupnya, termasuk audit periodik atas semua pinjaman yang beredar.

3. Imbalan dan risiko.

Banyak perusahaan jasa keuangan bergerak dalam bisnis yang menerima risiko sebagai ganti
atas imbalan yang diperoleh.

4. Teknologi.

Perusahaan jasa keuangan telah menggunakan teknologi informasi sebagai suatu cara untuk
menawarkan layanan yang inovatif.

Organisasi Jasa Perawatan dan Kesehatan


Organisasi perawatan kesehatan terdiri atas rumah sakit, klinik, dan organisasi
kedokteran yang serupa; organisasi pemeliharaan kesehatan; panti wreda dan rumah perawatan;
organisasi pelayanan rumah; dan laboratorium medis adalah beberapa di antaranya. Meskipun
kesemuanya memiliki hampir semua karakteristik dari organisasi nirlaba, banyak di antaranya
yang merupakan perusahaan berorientasi laba.

Karakteristik khususnya adalah :

1. Masalah sosial yang sulit. Sistem pemberian pelayanan kesehatan sekarang tidak berjalan
secara memadai.
2. Perubahan dalam bauran penyedia layanan. Dalam kenaikan keseluruhan dari biaya
layanan kesehatan, perubahan yang signifikan telah terjadi dalam cara dimana pelayanan
kesehatan diberikan dan, akibatnya, dalam kelayakan jenis tertentu dari penyedia
layanan.
3. Pembayar pihak ketiga. Semakin banyak organisasi pemeliharaan kesehatan yang
menyediakan layanan medis kepada karyawan.
4. Profesional. Para manajer departemental biasanya adalah profesional yang fungsi
manajemennya hanya bersifat paruh waktu.
5. Pentingnya pengendalian kualitas. Industri layanan kesehatan berurusan dengan nyawa
manusia, jadi kuaalitas layanan yang diberikannya merupakan hal yang paling penting.

Sistem Pengendalian Manajemen

Karena pergeseran dalam bauran produk dan karena peningkatan kuantitas serta biaya
peralatan baru, proses perencanaan strategis di rumah sakit adalah penting. Proses penyusunan
anggaran tahunan adalah secara konvensional. Sejumlah besar informasi tersedia dengan cepat
untuk pengendalian aktivitas operasi. Kinerja keuangan dianalisis dengan membandingkan
pendapatan dan beban aktual dengan anggaran, dengan mengidentifikasikan varians-varians
penting, dan mengambil tindakan yang sesuai atas varians-varians tersebut.

Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bisa
mengalihkan aktiva, pendapatan, atau keuntungannya kepada anggota, pegawai atau direktur
oeganisasi tersebut.Tetapi dalam hal ini, organisasi tentu saja bisa memberi semacam
kompensasi atas jasa ataupun barang yang diberikan oleh pegawai maupun anggota organisasi
tersebut. Definisi ini juga tidak berarti organisasi dilarang memperoleh pendapatan yang
diperhitungkan sebagai labanya. Yang dilarang adalah distribusi laba tersebut. Organisasi nirlaba
memerlukan laba yang tinggi untuk menyediakan modal kerja dan sebagai penjagaan di masa
paceklik perolehan dana.

Karakteristik khususnya adalah:

1. Tidak ada ukuran dana

Tujuan utama dari kebanyakan usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan bagi
pemiliknya. Laba dalam hal ini merupakan ukuran prestasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dan ukuran seperti ini tidak kita jumpai pada organisasi nirlaba. Ketiadaan ukuran
kuantitas dalam penghargaan kinerja manajemen merupakan masalah yang serius bagi penerapan
pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba. Laporan keuangan merupakan laporan yang
sangat bermanfaat pada organisasi nirlaba, sama seperti pada dunia usaha. Walaupun kinerja
keuangan tidak merupakantujuan dominan pada orgaisasi nirlaba, tapi tujuan seperti ini tetap
perlu karena tanpa pendapatan yang sedikit melebihi biaya sulit bagi suatu organisasi nirlaba
untuk bertahan hidup.

2. Kontribusi modal

Hanya sedikit perbedaan utama pada pencatatan transaksi akuntansi pada unit usaha dan
organisasi nirlaba, yakni yang berkaitan dengan modal pada neraca. Sedangkan persamaannya
adalah baik organisasi laba maupun nirlaba menyatakan peningkatan modal jika terjadi
peningkatan pendapatan labanya. Ada dua kategori kontribusi modal yaitu dalam bentuk
bangunan dan sumbangan. Penerimaan kontribusi aktiva modal tidak merupakan pendapatan.
Organisasi nirlaba mempunyai dua bentuk laporan keuangan, bentuk pertama berkaitan dengan
kegiatan operasional dan termasuk di dalamnya adalah laporan operasional, neraca, dan laporan
cash flow, semuanya sama seperti yang ditemui di dunia usaha umumnya. Bentuk kedua
berkaitan dengan kontribusi modal, dan lapran ini berisikan laporan kontribusi modal inflow dan
outflow selama satu periode dan neraca yang melaporkan kontribusi aktiva modal dan yang
berkaitan dengan hutang dan modal.

3. Akuntansi dana

Banyak organisasi nirlaba menggunakan pencatatan system akuntansinya dengan cara


akuntansi dana. Rekening disimpan terpisah untuk beberapa dana yang masing-masing seimbang
dengan sendirinya.

4. Aturan

Organisasi nirlaba biasanya diatur dan diawasi oleh dewan penyantun (trustee). Biasanya
dewan ini tidak mampu mengidentifikasi masalah sebenarnya. Untuk itulah diperlukan dewan
yang mengatur secara kuat dan bekerja secara efektif.
Sistem Pengendalian Manajemen

1. Penentuan harga pokok

Kebanyakan organisasi nirlaba tidak memperhatikan dengan serius tentang kebijakan


harga. Harga atas jasa biasanya ditetapkan dengan system biaya penuh (full cost system). Prinsip
ini diterapkan pada jasa-jasa yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Pada umunya
pengendalian manajeman ditetapkan apabila harganya telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum
ditetapkannya kinerja atas jasa yang diberikan.

2. Penyusunan anggaran dan perencanaan strategi

Pada organisasi nirlaba yang harus memutuskan alokasi sumber daya yang terbatas secara
bijaksana, perencanaan strategi lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dari pada jenis
usahanya itu sendiri. Alat pengendalian manajemen yang paling penting dalam organisasi seperti
ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan
maupun pengeluaran.)

3. Operasi dan evaluasi

Pada kebanyakan organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional
yang optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama dari
sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya pengendalian
manajemen.

Anda mungkin juga menyukai