KEPUTUSAN
1. Informasi apakah yang diinginkan untuk mengenal dan mengidentifikasikan suatu masalah/suatu kesempatan?
2. Langkah manakah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusam. Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi hal ini?
3. Adakah komponen-komponen yang relevan dari motif kognitif dalam konteks pengambilan keputusan.
Mengapa motif ini adalah penting?
4. Apakah perbedaan antara keempat jenis model keputusan. Model pengambilan keputusan yang manakah yang
diambil dalam suatu organisasi?
5. Apakah keputusan terprogram itu?Bagaimana hal itu berbeda dengan keputusan yang tidak terprogram?
BAB 15
1. Diskusikan bagaimana fakta-fakta nonteknis audit mempengaruhi pertimbangan auditor !
2. Mengapa kedekatan dengan karyawan organisasi dapat membantu pelaksanaan audit ?
3. Apa yang menjadi kunci dalam pelaksanaan audit ?
4. Diskusikan mengenai hubungan antara aspek-aspek perilaku dan audit
5. Mengapa gaya manajemen menjadi bagian dalam pembahasan mengenai perilaku auditor ?
BAB 18
1. Apakah yang anda ketahui mengenai desentralisasi dalam konteks organisasi bisnis ?
2. Apa kondisi-kondisi yang menciptakan kebutuhan untuk desentralisasi ?
3. Bagaimana divisionalisasi/diversifikasi berhubungan dengan desentraisasi ?
4. Apakah keputusan-keputusan kunci yang harus dipertimbangkan dalam memilih struktur organisasi yang
sesuai?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendelegasian aktivitas sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar ?
6. Apa yang anda ketahui mengenai istilah struktur matriks? Bagaimana hal ini berpengaruh terhadap
desentralisasi?
7. Bagaimana anda menetukan sejauh mana suatu organisasi disentralisasi atau didesentralisasi ?
Bab 22
1. Bagaimana perusahaan membedakan antara
2. Diskusikan perbedaan antara
3. Mengapa dalam akutansi sosial aspek pengukuran biaya sosial dan manfaat sosial relatif sukar untuk
dilakukan?
4. mengapa akuntansi sosial relatif lama perkembangannya?
5. Mengapa akuntansi sosial relatif lama perkembangannya?
BAB 23
1. apa saja jenis-jenis keputusan strategis manajerial dan oprasional yang akan memperoleh manfaat dan
pertimbangan mengenai data biaya sumber daya manusia dan data nilai sekarang bersih dari sumber daya
manusia?
2. apa saja jenis-jenis perilaku dan sikap yang di dorong dengan mengkur dan melaporkan data akuntansi sumber
daya manusia?
3. Bagaimana pandangan anda mengenai perkembangan akuntansi SDM saat ini?
4. Organisasi yang berbeda membutuhkan tingkat investasi yang berbeda dalam sistem akuntansi SDM. Apa saja
faktor-faktor penentu dari tingkat investasi yang lengkap dalam suatu sistem?
BAB 12 ASPEK KEPERILAKUAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN
PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN
1. Informasi apakah yang diinginkan untuk mengenal dan mengidentifikasikan suatu masalah/suatu
kesempatan?
Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang, pembuat keputusanmembutuhkan informasi
lingkungan, keuangan, dan operasi. Informasi kondisi lingkungansekitar eksternal dapat mengungkapkan produk
baru atau peluang pasar atau ancaman terhadapstatus quo. Keuangan atau informasi operasional mungkin
mengingatkan manajemen untukmasalah yang membutuhkan perhatian segera mereka. Misalnya menutupi
anggaran, akanmenyoroti perbedaan antara kinerja aktual dan diharapkan dalam konteks tanggung jawab khusus.
2. Langkah manakah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusam. Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi hal ini?
Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah
satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhirsering didasarkan
pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi. Para manajer dalam membuat pilihan akhir
mungkin menghadapi beberapa alternativeyang layak, masing-masing memiliki kelebihan tertentu atas lainnya
dalam hal kriteria keputusanyang dipilih. Manajer juga menyadari manfaat "politik" dan biaya dari setiap
alternatif. Sebagaicontoh, beberapa alternatif mungkin berhubungan dengan kepentingan khusus atau aspirasi
darieksekutifperusahaan"penting".Dalamkasuslain,penolakanterhadapalternatifmungkinmengakibatkan rasa malu
secara pribadi untuk para sponsor.
3. Adakah komponen-komponen yang relevan dari motif kognitif dalam konteks pengambilan keputusan.
Mengapa motif ini adalah penting?
Dua komponen yang paling relevan dari motif kognitif dalam kontekspengambilan keputusan adalah: (1)
kebutuhan untuk keseimbangan atau kepastian, dan (2)kebutuhan akan kompleksitas dan keberagaman. Motif
kognitif sangat penting dalam pengambilan keputusan karena memberikan energi pada proses berpikir.
4. Apakah perbedaan antara keempat jenis model keputusan. Model pengambilan keputusan yang manakah
yang diambil dalam suatu organisasi?
a. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan oleh orang lain yang
bukan si pengambil keputusan. Model tersebut dilengkapi dengan aturan-aturan yang jelas dan
mengutamakan prioritas. Pencarian informasi difokuskan pada data-data yang relevan dari pengalaman lalu.
Data tersebut digunakan sebagai contoh dari alternatif tindakan yang pernah digunakan dengan berhasil.
Alternatif yang memuaskan, ketika pertama kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-alternatif
tersebut dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang
penerapannya dilakukan secara individu.
b. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang langsung memilih
alternatif tersebut. Masalah dan peluang selalu dilihat ketika terjadi atau hanya berdasarkan intuisi saja.
Urgensi dipandang sebagai suatu prioritas. Informasi bersumber dari prasangka melalui keyakinan-keyakinan
umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem informasi manajemen dengan akuntansi
yang menjadi komponen utama. Alternatif pertama yang dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan
tujuan laba jangka pendek yang diinginkan dengan mengabaikan risiko yang ada.
c. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang diantisipasi dengan skala
prioritas yang begitu hati-hati. Pencarian informasi dilakukan secara ekstensif dan sering kali menerapkan
pengambilan sampel secara statistik atau dengan alat-alat pencari dan kuantifikasi lainnya dirancang dalam
model matematika. Alternatif-alternatif yang ada dievaluasi berdasarkan pertimbangan memaksimalkan
manfaat jangka panjang. Hasil-hasil keputusan secara periodik untuk meningkatkan kemampuan dalam
proses pengambilan keputusan jika itu memungkinkan.
d. Model keputusan yang tidak diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang terlibat untuk
memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi. Tujuan direncanakan oleh semua pihak dan lingkungan
secara aktif dinilai untuk mencari masalah dan peluang. Kriteria-kriteriabaru dikenalkan untuk segala jenis
situasi baru yang muncul. Informasi diperoleh, baik secara eksternal maupun internal, kemudian dianalisis
secara rasional. Alternatif-alternatif dikembangkan dengan metode coba-coba atau simulasi. Pilihan
keputusan berdasakan kesepakatan kelompok yang menyatukan beragam pandangan atau dari orang-orang
yang terlibat (bersifat partisipasif)
5. Apakah keputusan terprogram itu?Bagaimana hal itu berbeda dengan keputusan yang tidak terprogram?
Keputusan terprogram adalah keputusan yang aturan-aturannya dapat dikembangkan dan digunakan. Hal ini
berbeda dengan keputusan yang tidak terprogram yang biasanya berhubungan dengan situasi di mana
ketidakpastian sudah menjadi ciri khasnya. Aturan-aturan dan kriteria dari keputusan yang tidak terprogram
bersifat definitif, tetapi dapat muncul secara tiba-tiba ketika kebutuhan akan itu muncul. Dalam keadaan
keputusan tidak terprogram atau terencana dengan baik, individu hanya dapat mencoba-coba atau mengira-ngira.
Bab 14 Aspek Keperilakuan dalam Penganggaran Modal (hal. 319)
1. Bagaimana fakta keperilakuan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan anggaran modal agar
menjadi acuan, faktor keperilakuan dilibatkan dalam perencanaan anggaran hingga evaluasi
kinerja, yaitu:
partisipasi anggota dalam proses penetapan tujuan karena akan memungkinkan mereka lebih
menerima tujuan yang turut mereka formulasikan. (komitmen bersama)
interaksi ekstensif antara manajer lini dan manajer staf orgasnisasi untuk membentuk tujuan
bersama
gaya kepemimpinan yang mendorong partisipasi anggota
b. Tahap Implementasi
Konsep utama perilaku yang berpengaruh terhadap tahap implementasi adalah komunikasi, kerja sama
dan koordinasi.
Mengkomunikasikan tujuan dan strategi untuk menghindari kesalahpahaman atau saling curiga
antara pihak yang berkepentingan.
Kerja sama antar kelompok/bagian yang ingin dimotivasi, setelah mendapatkan gambaran jelas
mengenai tujuan dan strategi yang ingin dicapai.
Koordinasi, merupakan usaha menggabungkan seluruh sumber daya organiasai termasuk bakat dan
kekuatan setiap parisipan organisasi dan membuatnya berjuang untuk mencapai tujuan yang sama
(mengkomunikasikan peran setiap partisipan)
c. Tahap Pengendalian dan Evaluasi kinerja
Setelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran berfungsi sebagai sistem pengendalian Beberapa
konsekuensi perilaku yang timbul pada tahapan ini adalah tekanan, motivasi, aspirasi dan kegelisahan
Realisasi anggaran menjadi tekanan bagi pihak yang terlibat bila tidak sesuai dengan harapan
(anggaran menjadi tolok ukur terhadap kinerja aktual/tingkat keberhasilan realisasi rencana menjadi
kegiatan nyata yang menghasilkan)
motivasi yang diberikan berupa tindakan-tindakan koreksi dipandang sebagai penghargaan terhadap
segala usaha anggota mewujudkan rencana menjadi kegiatan menghasilkan
aspirasi dan kegelisahan
Ketiadaaan respon manajemen terhadap usaha anggota, apakah individu berada di bawah kinerja
atau tidak ,sehingga menimbulkan kebimbangan dalam diri anggota akan kemampuan menjalankan
kepercayaan organisasi.
a. Faktor individu
persepsi individu berdasar penilaian pada informasi yang sudah ada
menilai dan menghubungkan keberhasilan pada kegiatan tertentu sebagai penyelesaian masalah
pada kegiatan lainnya
komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun dibentuk oleh ada informasi yang salah
b. Faktor organsiasi
Pemahaman/penafsiran yang berbeda terhadap tujuan dan strategi jangka panjang
Kendala kominuikasi yang efektif antara manajer operasi dengan manajemen puncak karena faktor
rantai komando yang berjenjang (keputusan mendesak dari manajemen puncak sulit diharapkan)
penghargaan organisasi terhadap tim, bukan individu (kurang termotivasi untuk memberikan
kualitas kerja terbaik)
koordinasi untuk memanfaatkan sumber daya organsisasi belum tecapai
c. Situasi/Lingkungan
Sumber daya departemen tertentu hanya mendukung pencapaian untuk kondisi terkini (berkaitan
dengan minimnya dukungan/koordinasi dengan departemen terkait).
Potensi perubahan peraturan pemerintah yang “memaksa” manajer belerja lebih cepat agar tidak
terpengaruh oleh tuntutan perubahan aturan tersebut
Anggaran modal menjadi “ritual” belaka jika menimbulkan rasa tidak percaya, penolakan, konflik
internal, dan efek samping lain yang menggangu aktivitas organisasi. Pada lain sisi:
Penganggaran berakibat pada terbatasnya ruang gerak pengguna annggaran, sebab di dalamnya
terdapat pembatasan hal yang diinginkan dan tuntutan jadwal pelaksanaan.
Para partisipan telah mengetahui keputusan akhir, sehingga apapun yang disampaikan tidak akan
memberikan perubahan berarti.
Tidak ada usaha serius untuk menjamin partisipasi dan kerja sama dari partisipan anggaran dengan
seluruh anggota organisasi
BAB 15
Fakta-fakta non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Faktor non teknis seperti aspek-
aspek perilaku individu yang dinilai dapat mempengaruhi audit judgment yaitu : gender,
tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman, pengetahuan.
Gender merupakan salah satu faktor yang dinilai mempengaruhi audit judgment.
Gender dalam hal ini tidak hanya diartikan perbedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan, tetapi lebih dilihat dari segi sosial dan cara mereka dalam menghadapi
dan memproses informasi yang diterima untuk melaksanakan pekerjaan dan membuat
keputusan. Dalam hal memberikan judgment, auditor selalu dihadapkan pada
informasi yang nantinya akan diproses dan melahirkan audit judgment.
Tekanan ketaatan juga diduga memiliki andil dalam mempengaruhi judgment auditor.
Auditor akan merasa berada dalam tekanan ketaatan pada saat mendapat perintah dari
atasan ataupun permintaan klien untuk melakukan apa yang mereka inginkan yang
mungkin bertentangan dengan standar dan etika profesi auditor. Auditor yang merasa
berada dibawah tekanan akan menunjukkan perilaku dysfunctional dengan menyetujui
melakukan kesalahan ataupun pelanggaran etika, termasuk dalam pembuatan
judgment.
Kompleksitas tugas. Dengan kerumitan dan kompleksnya suatu pekerjaan dapat
mendorong seseorang untuk melakukan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya.
Dalam bidang audit, kesalahan-kesalahan dapat terjadi pada saat mendapatkan,
memproses dan mengevaluasi informasi. Kesalahan-kesalahan tersebut akan
mengakibatkan tidak tepatnya keputusan maupun judgment auditor.
Pengalaman dinilai memiliki manfaat atau pengaruh yang besar terhadap penilaian
kinerja auditor. Pengalaman sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, karena
pengalaman seseorang yang bertambah akan meningkatkan pengetahuannya juga.
Semakin berpengalaman seorang auditor dalam bidangnya, maka auditor dinilai
mempunyai pengetahuan lebih dalam mengidentifikasi bukti atau informasi yang
relevan dan tidak relevan untuk mendukung penugasan auditnya termasuk dalam
pembuatan audit judgment-nya.
Kunci keberhasilan dari audit internal sehingga audit internal dapat memberikan dampak
yang positif bagi organisasi adalah perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Perencanaan
audit internal yang tepat pada sasarannya akan memberikan banyak kontribusi positif bagi
organisasi.
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-
aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor
dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang
dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang
mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Audit internal mengevaluasi aktivitas yang
dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi
dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor. Hubungan antara kedua kelompok
yang menjadi subjek konflik atau subjek sinergi saling berkaitan. Audit internal seharusnya
menguasai hubungan interpersonal dalam menawarkan penilaian terhadap keduanya dalam
usaha audit. Dengan mengetahui aktivitas interpersonal, auditor dapat menilai hubungan
positif dan diharapkan untuk berhasil dalam praktiknya.
5. Mengapa gaya manajemen menjadi bagian dalam pembahasan mengenai perilaku auditor ?
Gaya manajemen mencerminkan filosofi serta pendekatan manajemen terhadap para manajer.
Dengan mengetahui gaya manajemen yang diterapkan oleh suatu organisasi, maka auditor
dapat memilih pendekatan yang tepat yang membuatnya dapat bekerja sama dan
berhubungan baik dengan pihak yang diaudit.
Bab 16 Aspek Keperilakuan pada Etika Akuntan (356)
merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral dalam pengambilan keputusan etis
Untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya hanya dapat ditelusuri melalui penalarannya.
Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang kelihatan saja,
tetapi harus melihat pada kesadaran moral yang mendasari keputusan perilaku moral tersebut.
Pemahaman tentang isu moral dalam sebuah dilema etika (cara individu menaggapi adanya isu
moral)
Pengambilan keputusan etis (bagaimana seseorang membuat keputusan etis)
Perhatian terhadap moral (bagaimana seseorang bertujuan atau bermaksud berkelakuan etis dan
tidak etis
perilaku terhadap moral (bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku etis atau tidak etis).
b. Teori interaksi faktor individu dengan situasi (Trevino)
Keputusan etis merupakan interaksi antara faktor individu dengan faktor situasional. Faktor Individu
seperti locus of control, dominasi ego individu. Faktor situasional seperti budaya organiasasi,
karakteristik di tempat kerja, tuntutan pekerjaan.
Ketika seseorang dihadapkan pada dilema etika, maka individu akan mempertimbangkan secara
kognitif dalam pikirannya. Kesadaran kognitif moral seseorang akan tergantung pada tingkat
perkembangan moral. Pembentukan tentang pemahaman moral issue akan tergantung pada faktor
individual (pengalaman, orientasi etika dan komitmen pada profesi dan situasional organisas (nilai
etika organisasi)
Membuktikan nilai etika sebagai komponen utama kultur individu dan kultur komunitas profesi
akuntan yang merupakan acuan untuk mengarahkan anggota-angotanya dalam menghadapi lingkungan
internal dan eksternal (lingkungan yang terbentuk dari nilai etika individu dari manajemen formal
/informal terhadap situasi etika dalam organisasi
Mempertegas nilai etika sebagai patokan dalam menggambarkan aktivitas yang dikerjakan merupakan
hal yang etis atau tidak etis
5. Jelaskan beberapa studi pengembangan etika akuntan
a. Studi terhadap orientasi etika individu (Cohen, Pant, Sharp, dan Finegan)
Orientasi etika (ethical ideology) berarti mengenai konsep diri dan perilaku pribadi. Setiap orientasi
etika individu ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut akan berinteraksi dengan
pengalaman dan sistem nilai individu yang akan menentukan harapan atau tujuan dalam setiap
perilakunya, sehingga pada akhirnya individu tersebut akan menentukan tindakan apa yang akan
diambilnya.
menyatakan bahwa keselarasan antara strategi dan lingkungan bisnis eksternal menentukan kelangsungan
hidup dan kinerja perusahaan. Teori kontijensi juga bermakna bagaimana perencanaan strategi mampu
memenuhi tuntutan lingkungan seandainya tidak tercipta keselarasan antara perencanaan strategi dengan
lingkungan bisnis eksternal yang dapat berakibat turunnya kinerja, sehingga memunculkan krisis
organisasi.
Bertolak dari :
perlunya suatu desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat
digunakan perusahaan/organisasi untuk berbagai tujuan
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal (politik, teknologi, sosial-ekonmoi, budaya), termasuk
persaingan bisnis unutk mencegah menurunnya kinerja organisasi
3. Jelaskan variabel-variabel dasar kontijensi dan hubungannya
a. Lingkungan internal
Struktur
Bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus
kerja. merupakan rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan
organisasi
Budaya (norma)
merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai yang dibagikan oleh anggota organsisasi.
Norma-norma organisasi memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota
dari manajemen puncak sampai karyawan operatif
b. Lingkungan eksternal
Ekonomi
berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi dimana organisasi beroperasi. Dalam perencanaan
strategi organisasi harus mempertimbangkan kecenderungan faktor ekonomi dan segmen-segmen
yang mempengaruhinya, baik di tingkat nasional maupun internasional (misal inflasi, suku bunga)
Hukum
Arah dan stabilitas faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan penting dalam merumuskan
strategi, karena akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti penyalahgunaan wewenang,
gangguan keamanan, lemahnya pranata hukum. Kelemahan-kelemahan ini memungkinkan setiap
organisasi memanfaatkannya tanpa mengindahkan etika.
Teknologi
Perubahan teknologi menuntut organisasi untuk berhati-hati memutuskan teknologi yang tepat dan
tepat, menyesuaikan dengan lingkungan bisnis. Disamping itu patut diperhatikan antara teknologi
sebagai labour saving bertentangan dengan tersedianya tenaga kerja yang berlimpah
Sosial Budaya
Faktor sosial budaya, misal tradisi dan nilai akan membatasi praktik-praktik bisnis untuk jangka
panjang. Manajemen wajib memperhatikan pola-pola yang berlaku di masyarakat sebagai
konsekuensi agar masyarakat dapat menerima keberadaan dan aktivitas organisasi. Manfaat penting
mengelola masyarakat adalah organisasi dapat menyerap informasi guina mengantisipasi perubahan
mendadak dalam masyarakat
merumuskan keputusan dasar menyusun teori kontijensi (apakah perencaanan strategi tidak mampu
mengantisipasi perubahan atau ada infornasi yang salah)
menginventarisir faktor-faktor yang dihadapi organisasi dan sistem pengendalian yang tepat berkaitan
dengan kebutuhan akan rencana kontijensi ini
menetapkan faktor kritis sebagai standar pembanding dan disertai perkiraan resiko yang diterima
pelaksaan rencana kontijensi
umpan balik terhadap hasil operasi dan menghubungkannya dengan keputusan dasar organisasi
BAB 18
1. Apakah yang anda ketahui mengenai desentralisasi dalam konteks organisasi bisnis ?
Menurut H.A. Simon, suatu organisasi administratif dalam adalah tersentralisasi sejauh
keputusan dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; tedesentralisasi
sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang
eksekutif yang lebih rendah. Desentralisasi dalam konteks organisasi adalah suatu sistem
yang mendorong berbagai manajer dalam suatu hierarki berfikir dan bertindak secara
independen sementara pada saat yang sama merupakan bagian dari suatu tim filosofi
manajemen yang mencoba untuk mendorong pemikiran dan tindakan manajer yang
independen tanpa mengorbankan kebutuhan organisaional. Dengan demikian, desentralisasi
merupakan penyeimbangan antara independensi dari manajer dengan kebutuhan sebagai
pemain tim. Desentralisasi juga bertujuan untuk mengembangkan seorang manajer “yang
mempunyai keyakinan untuk bertindak sendiri pada beberapa kesempatan, kebijakan untuk
mencari nasihat pada kesempatan yang lain, dan akal sehat untuk membedakan satu
kesempatan dengan kesempatan yang lain”
Struktur divisional biasanya membagi suatu organisasi sepanjang lini produk. Hal ini
terutama sesuai untuk perusahaan dengan banyak produk atau perusahaan yang sangat
terdiversifikasi. Dalam kasus perusahaan dengan banyak produk, penghematan dalam biaya
koordinasi mengimbangi biaya duplikat fungsional yang diciptakan oleh divisionalisasi.
Dilain sisi perusahaan harus tetap meningkatkan labanya. Hal ini menjadi masalah bagi
manajer puncak yang harus mengambil kebijakan cepat dan tepat tetapi tidak mengetahui
informasi pasti yang dibutuhkan. Oleh karena itu manajer puncak mendelegasikan
pengambilan keputusan ke manajer lini produk (desentralisasi), karna keputusan dapat
dilakukan lebih cepat oleh pihak-pihak yang lebih dekat dengan aktivitas tersebut
dibandingkan dengan pengambilan keputusan oleh manajer yang lebih tinggi yang tidak
terlibat secara langsung dengan kegiatan-kegiatan itu.
6. Apa yang anda ketahui mengenai istilah struktur matriks? Bagaimana hal ini berpengaruh
terhadap desentralisasi?
Struktur matriks ialah struktur organisasi yang memadukan garis wewenang vertikal dan
horizontal . Struktur matriks terjadi ketika pembentukan departemen produk di tindihkan
pada organisasi yang membentuk departemennya dilakukan seecara fungsional. Struktur
matriks pada umumnya berkembang melalui 4 tahap. Mula-mula perusahaan diorganisasikan
semata-mata sebagai sebuah stuktur fungsional. Kemudian sebuah kelompok kecil antar
departemen dibentuk untuk diperkerjakan pada proyek penting tertentu. Selanjutnya dibentuk
lebih banyak kelompok lagi dan menjadi bagian perusahaan yang penting dan integral.
Terakhir, perusaahan menjadi matriks yang mapan. Dalam matriks mapan, mager proyek dan
manager fungsional mempunyai wewenang yang sama. Sementara karyawan pindah dari satu
kelompok ke kelompok lain tanpa terikat pada departemen fungsional tertentu.
Struktur organisasi matriks sering diterapkan pada suatu pekerjaan yang merupakan proyek-
proyek besar. Secara nyata terlihat bahwa untuk menangani suatu proyek yang cukup besar
dengan permasalahannya yang sangat kompleks, diperlukan suatu upaya penyelesaian yang
tepat, baik ditinjau dari segi waktu, tenaga maupun biaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu
perusahaan membutuhkan informasi yang tepat dan akurat sehingga untuk mencapai
tujuannya, dalam organisasi matriks wewenang di delegasikan baik kebawah maupun
mendatar. Pendegasian wewenang ke bawah tersebut disebut dengan desentralisasi.
7. Bagaimana anda menetukan sejauh mana suatu organisasi disentralisasi atau didesentralisasi
?
Suatu organisasi administratif dalam adalah tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada
tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; terdesentralisasi sejauh keputusan itu
didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang eksekutif yang lebih
rendah, tetapi masih terdapat masalah mengenai keputusan-keputusan manakah yang harus
didesentralisasikan. Simon et al menggunakan istilah “ penting” untuk menandai keputusan-
keputusan yang akan didelegasikan jika suatu perusahaan akan melakukan desentralisasi. Hal
ini tidak terlalu membantu, karena dapat dibuat argumentasi bahwa keputusan-keputusan
yang penting sebaiknya disentralisasikan dan keputusan-keputusan yang tidak penting
didelegasikan.
Dalam mengukur sejauh mana organisasi telah melakukan desentralisasi adalah dengan
menggunakan evaluai kinerja, ukuran-ukuran yang dapat digunakan adalah :
Kontrolabilitas dianggap diinginkan karena kontrolabilitas mengeluarkan aspek-aspek
kinerja yang tidak dapat dikendalikan oleh seorang manajer dari pengukuran. Dengan
demikian, dikatakan bahwa tidak sesuai bagi unit-unit manufaktur untuk dianggap
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang berasal dari unit penjualan dan
sebaliknya.
Kelengkapan mengacu pada tingkat sejauh mana suatu ukuran dapat mencakup semua
dimensi kinerja yang relevan. Sebagai contoh, ukuran, seperti biaya atau laba standar
mungkin tidak mencakup usaha-usaha suatu unit unutk meningkatkan pangsa pasar.
Pemisahan aktivitas dan evaluasi manajerial dirancang untuk membedakan daya tarik
ekonomi dari suatu aktivitas dengan cara aktivitas tersebut dikelola. Sebagai contoh,
profitabilitas dari suatu bank cabang atau department store terutama dapat merupakan
fungsi dari lokasinya dibandingkan dengan manajemennya
Bab 22
1. Bagaimana perusahaan membedakan antara
a. Biaya pribadi dan biaya sosial
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh A.C.
Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C.Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik yang
memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro pada
tahun 1920.
Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, serta
biaya yang berkaitan dengan siapa yang membiayanya. Menurut United States Environmental
Protection Agency (EPA) biaya sosial merupakan biaya dari pengaruh bisnis pada lingkungan
dan masyarakat disekitarnya, biaya ini juga disebut biaya eksternal atau externalities.
Biaya sosial (lingkungan) menurut Schaltegger terbagi menjadi dua, yaitu biaya internal
perusahaan dan biaya eksternal.
1. Biaya lingkungan yang bersifat internal perusahaan meliputi biaya penanganan limbah, biaya
pelatihan yang berhubungan dengan permasalahan lingkungan, biaya pelabelan yang
berhubungan dengan lingkungan, biaya pengurusan perijinan, biaya sertifikasi lingkungan,
dan sebagainya.
2. Sedangkan biaya lingkungan yang bersifat eksternal meliputi biaya berkurangnya sumber
daya alam, biaya polusi suara, biaya tercemarnya air, dan sebagainya.
Sedangkan Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh produsen disebut biaya privat (biaya pribadi).
Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak
dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, Perusahaan yang
melakukan pencemaran maka perusahaan akan dikenakan biaya terhadap masyarakat, tetapi
tidak dikenakan biaya ganti rugi masyarakat.
3. Mengapa dalam akutansi sosial aspek pengukuran biaya sosial dan manfaat sosial relatif sukar
untuk dilakukan?
Karena pada aspek pengukuran biaya dan manfaat sosial relative tidak memiliki standard
ukuran dan penilaian yang baku dan mudah digunakan untuk mengukur kriteria sosial tertentu. Lebih
dalam lagi dibutuhkan suatu keahlian dan skill khusus untuk melakukan penilaian. Misalnya keahlian
appraisal dalam penialaian aset akuntansi dan biaya sosial dan sebagainya. Menurut Harahap (1993),
masalah pengukuran akuntansi sosial memang rumit, karena jika dibandingkan dengan transaksi
biasa yang langsung dapat dicatat dan mempengaruhi posisi keuangan, maka dalam akuntansi
sosialterlebih dahulu harus diukur dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
perusahan.
Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat social.Menentukan apa yang merupakan biaya
dan manfaat social bukanlah hal yangmudah, karena hal itu membutuhkan pemahaman mengenai
berbagai systemnilai.
Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya
dan manfaat social ditentukan dankerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasiikan, maka
dampak padamanusia dapat dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsungatau
tidak langsung. Walaupun perhitungan ini dapat dilakukan pada beberapakasus, seringkali sulit untuk
memberikan lebih dari sekadar estimasi kasar atauukuran pengganti.
Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
BAB 23
1. apa saja jenis-jenis keputusan strategis manajerial dan oprasional yang akan memperoleh manfaat
dan pertimbangan mengenai data biaya sumber daya manusia dan data nilai sekarang bersih dari
sumber daya manusia?
2. apa saja jenis-jenis perilaku dan sikap yang di dorong dengan mengkur dan melaporkan data
akuntansi sumber daya manusia?
jawab : Smoothing, biasing, gaming, fokus dan kisah ilegal, perbandingan kinerja aktual dan diharapkan,
analisis varian, dan tindakan korektif.
a. Smoothing mencakup semua kegiatan yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi aliran
data. Hal ini dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pesan. Manajer dapat
mengirimkan pada periode berjalan tentang peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang atau
mereka dapat menunda mengirim pesan tentang peristiwa terkini sampai periode mendatang.
b. Biasing, Metode lain adalah data umum manipulasi biasing, dimana manajer pilih dari satu set
kemungkinan pesan yang mungkin menghasilkan gambar yang paling menguntungkan kinerja
mereka. Berbagai metode akuntansi yang berlaku umum tersedia memberikan kesempatan yang luas
untuk jenis kegiatan.
c. Gaming, yaitu manipulasi hasil performa yang sebenarnya juga dapat dicapai dengan memanfaatkan
berbagai aspek hubungan atasan-bawahan. Kegiatan ini disebut game dan mengacu pada perilaku di
mana pengirim bertindak untuk menyebabkan pesan yang diinginkan untuk dikirim. Jika atasan
menetapkan aturan main (anggaran tingkat, standar biaya, kuota produksi, aturan untuk alokasi
pahala), bawahan memilih salah satu tindakan beberapa kemungkinan yang menjanjikan untuk
memaksimalkan dampak positif.
d. Fokus dan Kisah Ilegal, Strategi lain melalui mana pengirim dapat memanipulasi pesan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri egois yang fokus dan tindakan-tindakan ilegal. Fokus terjadi
dengan menyorot pesan baik dan menyembunyikan yang tidak menguntungkan. Pertunjukan
evaluasi berdasarkan beberapa kriteria yang paling rentan terhadap praktek-praktek tersebut. Jika
manajer segmen merasa bahwa pencapaian tujuan menerima bobot tertinggi oleh manajemen puncak
dalam perhitungan evaluasi kinerja dan penghargaan, mungkin resor untuk konspirasi.