UNIVERSITAS HASANUDDIN 2022 Latar Belakang Mayoritas perusahaan besar memiliki sistem perencanaan yang sudah terstruktur. Salah satunya, perusahaan-perusahaan tersebut sudah memiliki tujuan yang akan dicapai dan rencana- rencana yang akan dilakukan di masa depan. Perencanaan yang bersifat jangka panjang, biasanya tiga atau lima tahunan, diesebut dengan rencana stratejik (strategic plan), sedangkan rencana tahunan salah satunya diwujudkan dalam bentuk anggaran. Namun demikian, banyak perusahaan mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan rencana mereka, terutama yang berkaitan dengan rencana stratejik.
Arti dan Definisi Pengendalian Stratejik
Menurut Anthony dan Govindarajan (2007), sistem pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana manajer berusaha untuk memengaruhi anggota-anggota organisasi untuk menjalankan strateji perusahaan. Karena fokusnya pada implementasi strateji, maka seringkali sistem pengendalian manajemen juga disebut sebagai sistem pengendalian stratejik. Ada beberapa konsep sistem pengendalian stratejik, konsep yang terbaru yang dikemukakan oleh Robert Simons, yaitu konsep Four Levers of Control. Kesulitan dalam membuat orang bekerja untuk menjalankan stratejik perusahaan dapat dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama merupakan pendekatan agency theory. Dalam pendekatan ini yang bertindak sebagai principal adalah manajemen, sedangkan yang bertindak sebagai agen adalah karyawan dalam perusahaan. Menurut teori ini karyawan memiliki tujuan yang berbeda dengan tujuan perusahaan (yang diwakili oleh manajemen), sehingga jika tidak diawasi atau dikendalikan, maka karyawan atau anggota organisasi tersebut akan melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan diri mereka sendiri dan tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan perusahaan. Pendekatan kedua, adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Simons (2000). Simons mengatakan bahwa pada dasarnya orang-orang yang bekerja di perusahaan memiliki itikad yang baik, yaitu: 1. Orang ingin memberikan kontribusi bagi perusahaan. 2. Orang ingin melakukan hal-hal yang benar bagi perusahaan. 3. Orang ingin menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskan pada mereka dengan baik 4. Orang ingin melakukan inovasi. Pada dasarnya orang-orang tersebut ingin melakukan pekerjaan yang kompeten bagi perusahaan. Namun demikian, ada hal-hal yang menghambat orang-orang itu untuk melakukan hal-hal di atas. Hal-hal yang menghambat itu disebut dengan organizational block. Agar orang- orang tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka organizational block tersebut harus dihilangkan. Untuk menghilangkan organizational block tersebut dapat dilakukan dengan konsep sistem pengendalian stratejik yang disebut dengan Four Levers of Control. Konsep Four Levers of Control mengatakan bahwa ada empat sistem yang dapat dipergunakan untuk membuat orang-orang bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan, yaitu: 1. Belief System Belief system adalah suatu kumpulan dari definisi organisasi yang senantiasa dikomunikasikan secara formal oleh senior manajer pada perusahaan tersebut, dan diupayakan untuk dijalankan secara sistematis dalam rangka memberikan nilai-nilai dasar, tujuan dan arah bagi perusahaan. Definisi organisasi yang dipakai dalam belief system adalah pernyataan misi (mission statement), dan nilai (values) yang dimiliki perusahaan. Dengan mempergunakan pernyataan misi manajer berusaha memberikan arahan bagi para karyawan dalam melakukan tindakan-tindakannya. Menurut Niven (2010), pernyataan misi yang baik harus mengandung unsur-unsur berikut: 1. Menginspirasikan perubahan (inspire change), meskipun misi pada dasarnya jarang berubah, namun misi tersebut harus dapat menginspirasikan perubahan dalam organisasi. Misalkan misi dari 3M, yaitu to solved unsolved problem innovatively. Misi ini yang mendorong orang-orang yang ada dalam oganisasi untuk tetrus menerus melakukan inovasi-inovasi produk baru yang dapat mempermudah kehidupan orang 2. Bersifat jangka panjang (long term in nature), misi ditulis untuk jangka waktu yang lama, bahkan sampai 100 tahu. Meskipun visi dan strateji perusahaan terus berubah, namun misi tetap akan dijadikan landasan bagi organisasi tersebut untuk beroperasi 3. Mudah dimengerti dan dikomunikasikan, misi akan dikomunikasikan kesemua tingkatan yang ada dalam organisasi, maka sebaiknya misi dibuat dengan kata-kata yang mudah dimengerti, dikomunikasikan, dan diingat. Belief system yang baik seharusnya dapat membuat agar orang-orang yang ada dalam perusahaan memiliki misi yang sama dengan misi perusahaan, sehingga apa yang dilakukan orang-orang tersebut memang akhirnya bertujuan untuk menjalankan misi perusahaan. Salah satu contoh misi yang paling terkenal adalah misi dari Disneyland. Penyederhanaan misi dari Disneyland adalah to make people happy. Salah satu upaya dari Disneyland untuk menjalankan misinya adalah dengan selalu mengingatkan pada karyawan mereka, bahwa apapun posisi mereka dalam perusahaan, mereka adalah aktor dan aktris yang bertugas untuk menyenangkan orang-orang yang berkunjung ke Disneyland. Namun demikian, hampir semua misi dari perusahaan yang berorientasi pada profit adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, atau meminjam istilah dari orang-orang manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Bahkan dalam pernyataan misi dari Disneyland, disebutkan bahwa misi dari Disneyland adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun hal itu dilakukan dengan cara making people happy. Apakah diperbolehkan perusahaan hanya memiliki satu misi yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham? Jawabannya tentu saja diperbolehkan. Namun menurut penelitian yang dikemukakan oleh Collin and Porras (2002) bahwa perusahaan- perusahaan yang berumur panjang adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki sekumpulan misi, dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham hanya merupakan salah satu dari misi tersebut, dan bukan yang terutama. 2. Boundary System Levers of control yang kedua adalah boundary system. Boundary system bertugas untuk memberikan pagar pada pernyataan misi dan nilai, sehingga orang-orang yang ada dalam perusahaan dapat lebih memahami apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam perusahaan. Ada dua jenis boundary system, yaitu: 1. Strategic Boundary Strategic boundary memberikan batasan mengenai keputusan-keputusan strategis yang dapat diambil perusahaan dalam rangka menjalankan misinya. Ada empat macam strategic boundaries yang biasa dipakai, yaitu: 1. Minimal posisi persaingan 2. Minimal tingkat pengembalian yang diperoleh 3. Produk atau jasa yang bukan merupakan kompetensi perusahaan 4. Posisi dan pesaing yang harus dihindari.
2. Business Conduct Boundary
Business conduct boundaries dibutuhkan untuk lebih memperjelas hal-hal apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam kaitannya dengan perilaku orang-orang yang ada dalam perusahaan. Landasan dari perusahaan agar karyawan bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan adalah dengan menjelaskan apa misi perusahaan, dan kemudian berupa untuk menyamakan misi karyawan dengan misi perusahaan melalui belief system. Memengaruhi orang agar bekerja untuk menjalankan strategi untuk mencapai visi perusahaan merupakan bagian dari menjalankan misi perusahaan. Namun demikian, pelaksanaan belief system tersebut, harus diperjelas dengan batasan-batasan (boundaries) untuk lebih memastikan agar semua orang yang ada dalam organisasi, dalam menjalankan misi organisasi, tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh perusahaan. 3. Diagnostic Control System Diagnostic control system berfungsi untuk memeriksa atau mendiagnosa apakah strateji perusahaan sudah dijalankan, serta apakah tujuan dan visi perusahaan sudah tercapai atau belum. Visi merupakan cita-cita perusahaan, apa yang akan diharapkan dicapai perusahaan dalam suatu waktu tertentu, biasanya bersifat jangka panjang, yaitu lima tahunan. Pernyataan visi yang baik, menurut Niven (2010) sebaiknya: 1. Tidak bertele-tele (concise), visi yang sederhana dapat diingat selalu oleh orang-orang yang ada dalam organisasi. Contohnya adalah visi awal Starbuck yaitu 2000 by 2000, yaitu 2000 gerai toko pada tahun 2000. 2. Tidak memihak (appeal to stakeholders), visi yang baik seharusnya tidak memfokuskan pada pihak tertentu, seperti pemegang saham saja, namun dapat mewakili semua stakeholders penting perusahaan. 3. Konsisten dengan misi dan nilai perusahaan, Visi dibuat dalam rangka menjalankan misi perusahaan, karena itu visi tidak boleh bertentangan dengan misi perusahaan. 4. Dapat dibuktikan (verifiable)– visi yang baik harus dapat dibuktikan dan diukur, karena itu visi yang baik harus memiliki KPI untuk mengukur apakah visi tersebut sudah tercapai atau belum. Selain itu, visi juga harus memiliki tenggat waktu pencapaian visi tersebut. 5. Dapat dicapai (feasible) – visi yang baik haruslah membumi, dalam artian visi tersebut dapat dicapai perusahaan dalam suatu waktu tertentu. 6. Inspirasional Visi yang baik adalah visi yang terukur, sehingga memilki tolak ukur untuk melihat apakah visi tersebut sudah tercapai atau belum. Visi juga sebaiknya memiliki rentang waktu yang mengindikasikan kapan visi tersebut akan tercapai. Contoh visi yang baik adalah misalnya menjadi perusahaan kecap yang memiliki pangsa pasar terbesar di Pulau Jawa pada tahun 2019. Tindakan atau cara yang akan dipilih perusahaan untuk mencapai visi adalah strateji. Baik visi maupun strateji merupakan produk dari proses perencanaan stratejik yang tertuang dalam rencana stratejik perusahaan. Agar pencapaian visi dan tujuan, serta pelaksanaan strateji dapat diawasi monitor, maka dalam diagnostic control system dibuatlah tolak ukur (Key Performance Indicator) untuk memonitor hal-hal tersebut. Konsep yang paling baik untuk memilih tolok ukur yang sesuai dengan strateji perusahaan adalah balanced scorecard. 4. Interactive Control System Dalam pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa sifat daripada diagnostic control system hanyalah untuk memastikan apakah strateji sudah dijalankan, dan apakah tujuan perusahaan sudah tercapai. Namun jangan dilupakan bahwa strateji perusahaan disusun berdasarkan suatu asumsi tertentu. Kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang terus berubah, bisa membuat strateji yang disusun perusahaan menjadi usang. Perubahan lingkungan tersebut akan menimbulkan ancaman dan kesempatan yang baru bagi perusahaan, yang dapat menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan strategic uncertainties atau ketidakpastian strateji. Tujuan dari interactive control system adalah untuk mendeteksi strategic uncertainties tersebut sehingga dapat ditemukan sedini mungkin. Menurut Simons (2000), terdapat empat elemen yang harus diperhatikan agar perusahaan dapat memiliki interactive control system yang baik. Elemen-elemen tersebut adalah: 1. Informasi yang terkandung dalam interactive control system harus mudah dimengerti 2. Interactive control system harus memberikan informasi mengenai ketidakpastian strateji (strategic uncertainties) 3. Interactive control system harus dapat dipakai oleh seluruh tingkatan dalam organisasi 4. Interactive control system harus menghasilkan rencana baru. Informasi dalam interactive control system diperoleh melalui KPI. Dalam hal ini, KPI yang harus dipilih adalah KPI yang mudah dimengerti dan mencerminkan ketidakpastian stratejik perusahaan. Artinya KPI yang dipilih harus dapat menangkap potensi adanya kemungkinan ancaman atau peluang baru yang dihadapi perusahaan. Misalkan, jika strategic uncertainties yang dihadapi adalah masalah teknologi, maka KPI yang dipilih untuk interactive control system adalah KPI yang dapat memonitor perubahan teknologi tersebut. Jika perusahaan berada dalam industry yang sudah mature, maka strategic uncertainties yang dihadapi berkaitan dengan tindakan-tindakan yang akan diambil oleh pesaing seperti promosi, diskon dan sebagainya, dan juga perubahan kebiasaan membeli dari pelanggan. Karena itu KPI yang dipilih untuk interactive control system harus bisa menangkap perubahan-perubahan tersebut. Dalam hal ini KPI yang dapat dipilih adalah market share, pendapatan per produk, dan pengiriman barang per produk. KPI yang dipilih untuk interactive control system akan dimonitor sesering mungkin, sehingga KPI tersebut harus dapat diperbaharui (up-date) sesering mungkin. Dengan mempergunakan KPI tersebut diharapkan perusahaan dapat menangkap ancaman dan kesempatan yang dihadapi perusahaan sedini mungkin. Sering apa yang dilakukan dalam interactive control system ini akan menghasilkan emergent strategy, yaitu strateji yang tidak terdapat dalam rencana stratejik perusahaan, namun muncul karena adanya perubahan lingkungan yang dihadapi perusahaan. Akhirnya, strateji yang benar-benar dijalankan perusahaan (realized strategy) adalah gabungan antara strateji awal perusahaan dengan emergent strategy tersebut. Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan Indonesia, Modul Chartered Accountant: Akuntansi Manajemen Lanjutan, 2015.