Anda di halaman 1dari 8

RMK MATERI PERTEMUAN X:

LANDASAN SISTEM PENGENDALIAN STRATEJIK

Disusun oleh:
PRAYOGA CAHAYANDA (A014212010)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Latar Belakang
Mayoritas perusahaan besar memiliki sistem perencanaan yang sudah terstruktur. Salah
satunya, perusahaan-perusahaan tersebut sudah memiliki tujuan yang akan dicapai dan rencana-
rencana yang akan dilakukan di masa depan. Perencanaan yang bersifat jangka panjang, biasanya
tiga atau lima tahunan, diesebut dengan rencana stratejik (strategic plan), sedangkan rencana
tahunan salah satunya diwujudkan dalam bentuk anggaran. Namun demikian, banyak perusahaan
mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan rencana mereka, terutama yang berkaitan
dengan rencana stratejik.

Arti dan Definisi Pengendalian Stratejik


Menurut Anthony dan Govindarajan (2007), sistem pengendalian manajemen merupakan
suatu proses dimana manajer berusaha untuk memengaruhi anggota-anggota organisasi untuk
menjalankan strateji perusahaan. Karena fokusnya pada implementasi strateji, maka seringkali
sistem pengendalian manajemen juga disebut sebagai sistem pengendalian stratejik.
Ada beberapa konsep sistem pengendalian stratejik, konsep yang terbaru yang
dikemukakan oleh Robert Simons, yaitu konsep Four Levers of Control.
Kesulitan dalam membuat orang bekerja untuk menjalankan stratejik perusahaan dapat
dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama merupakan pendekatan agency theory. Dalam
pendekatan ini yang bertindak sebagai principal adalah manajemen, sedangkan yang bertindak
sebagai agen adalah karyawan dalam perusahaan. Menurut teori ini karyawan memiliki tujuan
yang berbeda dengan tujuan perusahaan (yang diwakili oleh manajemen), sehingga jika tidak
diawasi atau dikendalikan, maka karyawan atau anggota organisasi tersebut akan melakukan
tindakan-tindakan yang menguntungkan diri mereka sendiri dan tidak melakukan sesuatu untuk
kepentingan perusahaan.
Pendekatan kedua, adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Simons (2000). Simons
mengatakan bahwa pada dasarnya orang-orang yang bekerja di perusahaan memiliki itikad yang
baik, yaitu:
1. Orang ingin memberikan kontribusi bagi perusahaan.
2. Orang ingin melakukan hal-hal yang benar bagi perusahaan.
3. Orang ingin menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskan pada mereka dengan baik
4. Orang ingin melakukan inovasi.
Pada dasarnya orang-orang tersebut ingin melakukan pekerjaan yang kompeten bagi
perusahaan. Namun demikian, ada hal-hal yang menghambat orang-orang itu untuk melakukan
hal-hal di atas. Hal-hal yang menghambat itu disebut dengan organizational block. Agar orang-
orang tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka organizational block tersebut
harus dihilangkan. Untuk menghilangkan organizational block tersebut dapat dilakukan dengan
konsep sistem pengendalian stratejik yang disebut dengan Four Levers of Control.
Konsep Four Levers of Control mengatakan bahwa ada empat sistem yang dapat
dipergunakan untuk membuat orang-orang bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan, yaitu:
1. Belief System
Belief system adalah suatu kumpulan dari definisi organisasi yang senantiasa
dikomunikasikan secara formal oleh senior manajer pada perusahaan tersebut, dan
diupayakan untuk dijalankan secara sistematis dalam rangka memberikan nilai-nilai dasar,
tujuan dan arah bagi perusahaan.
Definisi organisasi yang dipakai dalam belief system adalah pernyataan misi (mission
statement), dan nilai (values) yang dimiliki perusahaan. Dengan mempergunakan
pernyataan misi manajer berusaha memberikan arahan bagi para karyawan dalam
melakukan tindakan-tindakannya.
Menurut Niven (2010), pernyataan misi yang baik harus mengandung unsur-unsur
berikut:
1. Menginspirasikan perubahan (inspire change), meskipun misi pada dasarnya jarang
berubah, namun misi tersebut harus dapat menginspirasikan perubahan dalam
organisasi. Misalkan misi dari 3M, yaitu to solved unsolved problem innovatively.
Misi ini yang mendorong orang-orang yang ada dalam oganisasi untuk tetrus
menerus melakukan inovasi-inovasi produk baru yang dapat mempermudah
kehidupan orang
2. Bersifat jangka panjang (long term in nature), misi ditulis untuk jangka waktu
yang lama, bahkan sampai 100 tahu. Meskipun visi dan strateji perusahaan terus
berubah, namun misi tetap akan dijadikan landasan bagi organisasi tersebut untuk
beroperasi
3. Mudah dimengerti dan dikomunikasikan, misi akan dikomunikasikan kesemua
tingkatan yang ada dalam organisasi, maka sebaiknya misi dibuat dengan kata-kata
yang mudah dimengerti, dikomunikasikan, dan diingat.
Belief system yang baik seharusnya dapat membuat agar orang-orang yang ada dalam
perusahaan memiliki misi yang sama dengan misi perusahaan, sehingga apa yang dilakukan
orang-orang tersebut memang akhirnya bertujuan untuk menjalankan misi perusahaan.
Salah satu contoh misi yang paling terkenal adalah misi dari Disneyland. Penyederhanaan
misi dari Disneyland adalah to make people happy. Salah satu upaya dari Disneyland untuk
menjalankan misinya adalah dengan selalu mengingatkan pada karyawan mereka, bahwa
apapun posisi mereka dalam perusahaan, mereka adalah aktor dan aktris yang bertugas
untuk menyenangkan orang-orang yang berkunjung ke Disneyland.
Namun demikian, hampir semua misi dari perusahaan yang berorientasi pada profit
adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, atau meminjam istilah dari orang-orang
manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Bahkan dalam
pernyataan misi dari Disneyland, disebutkan bahwa misi dari Disneyland adalah untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun hal itu dilakukan dengan cara making
people happy. Apakah diperbolehkan perusahaan hanya memiliki satu misi yaitu
memaksimalkan kekayaan pemegang saham? Jawabannya tentu saja diperbolehkan. Namun
menurut penelitian yang dikemukakan oleh Collin and Porras (2002) bahwa perusahaan-
perusahaan yang berumur panjang adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki
sekumpulan misi, dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham hanya merupakan
salah satu dari misi tersebut, dan bukan yang terutama.
2. Boundary System
Levers of control yang kedua adalah boundary system. Boundary system bertugas untuk
memberikan pagar pada pernyataan misi dan nilai, sehingga orang-orang yang ada dalam
perusahaan dapat lebih memahami apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam
perusahaan. Ada dua jenis boundary system, yaitu:
1. Strategic Boundary
Strategic boundary memberikan batasan mengenai keputusan-keputusan strategis yang
dapat diambil perusahaan dalam rangka menjalankan misinya. Ada empat macam strategic
boundaries yang biasa dipakai, yaitu:
1. Minimal posisi persaingan
2. Minimal tingkat pengembalian yang diperoleh
3. Produk atau jasa yang bukan merupakan kompetensi perusahaan
4. Posisi dan pesaing yang harus dihindari.

2. Business Conduct Boundary


Business conduct boundaries dibutuhkan untuk lebih memperjelas hal-hal apa yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam kaitannya dengan perilaku orang-orang yang
ada dalam perusahaan.
Landasan dari perusahaan agar karyawan bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan
adalah dengan menjelaskan apa misi perusahaan, dan kemudian berupa untuk menyamakan
misi karyawan dengan misi perusahaan melalui belief system. Memengaruhi orang agar
bekerja untuk menjalankan strategi untuk mencapai visi perusahaan merupakan bagian dari
menjalankan misi perusahaan. Namun demikian, pelaksanaan belief system tersebut, harus
diperjelas dengan batasan-batasan (boundaries) untuk lebih memastikan agar semua orang
yang ada dalam organisasi, dalam menjalankan misi organisasi, tidak melakukan hal-hal
yang dilarang oleh perusahaan.
3. Diagnostic Control System
Diagnostic control system berfungsi untuk memeriksa atau mendiagnosa apakah
strateji perusahaan sudah dijalankan, serta apakah tujuan dan visi perusahaan sudah tercapai
atau belum.
Visi merupakan cita-cita perusahaan, apa yang akan diharapkan dicapai perusahaan
dalam suatu waktu tertentu, biasanya bersifat jangka panjang, yaitu lima tahunan.
Pernyataan visi yang baik, menurut Niven (2010) sebaiknya:
1. Tidak bertele-tele (concise), visi yang sederhana dapat diingat selalu oleh orang-orang
yang ada dalam organisasi. Contohnya adalah visi awal Starbuck yaitu 2000 by 2000,
yaitu 2000 gerai toko pada tahun 2000.
2. Tidak memihak (appeal to stakeholders), visi yang baik seharusnya tidak
memfokuskan pada pihak tertentu, seperti pemegang saham saja, namun dapat
mewakili semua stakeholders penting perusahaan.
3. Konsisten dengan misi dan nilai perusahaan, Visi dibuat dalam rangka menjalankan
misi perusahaan, karena itu visi tidak boleh bertentangan dengan misi perusahaan.
4. Dapat dibuktikan (verifiable)– visi yang baik harus dapat dibuktikan dan diukur, karena
itu visi yang baik harus memiliki KPI untuk mengukur apakah visi tersebut sudah
tercapai atau belum. Selain itu, visi juga harus memiliki tenggat waktu pencapaian visi
tersebut.
5. Dapat dicapai (feasible) – visi yang baik haruslah membumi, dalam artian visi tersebut
dapat dicapai perusahaan dalam suatu waktu tertentu.
6. Inspirasional
Visi yang baik adalah visi yang terukur, sehingga memilki tolak ukur untuk melihat
apakah visi tersebut sudah tercapai atau belum. Visi juga sebaiknya memiliki rentang waktu
yang mengindikasikan kapan visi tersebut akan tercapai. Contoh visi yang baik adalah
misalnya menjadi perusahaan kecap yang memiliki pangsa pasar terbesar di Pulau Jawa
pada tahun 2019. Tindakan atau cara yang akan dipilih perusahaan untuk mencapai visi
adalah strateji. Baik visi maupun strateji merupakan produk dari proses perencanaan
stratejik yang tertuang dalam rencana stratejik perusahaan.
Agar pencapaian visi dan tujuan, serta pelaksanaan strateji dapat diawasi monitor, maka
dalam diagnostic control system dibuatlah tolak ukur (Key Performance Indicator) untuk
memonitor hal-hal tersebut. Konsep yang paling baik untuk memilih tolok ukur yang sesuai
dengan strateji perusahaan adalah balanced scorecard.
4. Interactive Control System
Dalam pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa sifat daripada diagnostic control
system hanyalah untuk memastikan apakah strateji sudah dijalankan, dan apakah tujuan
perusahaan sudah tercapai. Namun jangan dilupakan bahwa strateji perusahaan disusun
berdasarkan suatu asumsi tertentu. Kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang terus
berubah, bisa membuat strateji yang disusun perusahaan menjadi usang. Perubahan
lingkungan tersebut akan menimbulkan ancaman dan kesempatan yang baru bagi
perusahaan, yang dapat menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan strategic
uncertainties atau ketidakpastian strateji. Tujuan dari interactive control system adalah
untuk mendeteksi strategic uncertainties tersebut sehingga dapat ditemukan sedini
mungkin.
Menurut Simons (2000), terdapat empat elemen yang harus diperhatikan agar
perusahaan dapat memiliki interactive control system yang baik. Elemen-elemen tersebut
adalah:
1. Informasi yang terkandung dalam interactive control system harus mudah dimengerti
2. Interactive control system harus memberikan informasi mengenai ketidakpastian
strateji (strategic uncertainties)
3. Interactive control system harus dapat dipakai oleh seluruh tingkatan dalam organisasi
4. Interactive control system harus menghasilkan rencana baru.
Informasi dalam interactive control system diperoleh melalui KPI. Dalam hal ini, KPI
yang harus dipilih adalah KPI yang mudah dimengerti dan mencerminkan ketidakpastian
stratejik perusahaan. Artinya KPI yang dipilih harus dapat menangkap potensi adanya
kemungkinan ancaman atau peluang baru yang dihadapi perusahaan. Misalkan, jika
strategic uncertainties yang dihadapi adalah masalah teknologi, maka KPI yang dipilih
untuk interactive control system adalah KPI yang dapat memonitor perubahan teknologi
tersebut. Jika perusahaan berada dalam industry yang sudah mature, maka strategic
uncertainties yang dihadapi berkaitan dengan tindakan-tindakan yang akan diambil oleh
pesaing seperti promosi, diskon dan sebagainya, dan juga perubahan kebiasaan membeli
dari pelanggan. Karena itu KPI yang dipilih untuk interactive control system harus bisa
menangkap perubahan-perubahan tersebut. Dalam hal ini KPI yang dapat dipilih adalah
market share, pendapatan per produk, dan pengiriman barang per produk.
KPI yang dipilih untuk interactive control system akan dimonitor sesering mungkin,
sehingga KPI tersebut harus dapat diperbaharui (up-date) sesering mungkin. Dengan
mempergunakan KPI tersebut diharapkan perusahaan dapat menangkap ancaman dan
kesempatan yang dihadapi perusahaan sedini mungkin.
Sering apa yang dilakukan dalam interactive control system ini akan menghasilkan
emergent strategy, yaitu strateji yang tidak terdapat dalam rencana stratejik perusahaan,
namun muncul karena adanya perubahan lingkungan yang dihadapi perusahaan. Akhirnya,
strateji yang benar-benar dijalankan perusahaan (realized strategy) adalah gabungan antara
strateji awal perusahaan dengan emergent strategy tersebut.
Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia, Modul Chartered Accountant: Akuntansi Manajemen Lanjutan, 2015.

Anda mungkin juga menyukai