Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fariz Ilmi

NPM : 18311072

Kelas : KH B BJB

1. Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk menentukan harga
transfer atas suatu transaksi, baik harga atas barang, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial
yang dilakukan oleh perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan sebagai besaran harga yang
dibebankan pada unit usaha individu pada perseroan multi atas transaksi yang terjadi di antara mereka.

Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk menentukan harga transfer
atas suatu transaksi, baik harga atas barang, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan sebagai besaran harga yang dibebankan
pada unit usaha individu pada perseroan multi atas transaksi yang terjadi di antara mereka.

Tujuan Penerapan Transfer Pricing

1. Pengoptimalan atas tahap global setelah dipotong pajak.

2. Evaluasi kinerja cabang perusahaan mancanegara.

3. Mengupayakan cara kompetitif.

Upaya keamanan ini bertujuan untuk memaksimalkan tahap global, yang bertanggung jawab atas
cabang perusahaan, kinerja cabang perusahaan mancanegara, menghindari pengendalian perangkat,
mengurangi risiko moneter, pembinaan arus perusahaan, membina hubungan baik dengan administrasi
setempat, mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah, mengurangi beban beban pengenaan
pajak dan bea masuk.

4. mengurangi risiko keuangan.

5. arus kas pada cabang perusahaan.

6. pengurangan risikoalihan pemerintah.

7. beban beban tanggungan pajak dan bea masukber, Diskon 30%, hanya di bulan ini →

Transfer Pricing, Istilah Finansial Ini dan Tujuan Penerapannya!

Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk menentukan harga transfer
atas suatu transaksi, baik harga atas barang, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan sebagai besaran harga yang dibebankan
pada unit usaha individu pada perseroan multi atas transaksi yang terjadi di antara mereka.

Tujuan Penerapan Transfer Pricing


Apa sebenarnya tujuan dari penerapan transfer pricing ? Ada 7 hal yang menjadi tujuan dari transaksi
ini, di antaranya:

1. Pengoptimalan atas tahap global setelah dipotong pajak.

2. Evaluasi kinerja cabang perusahaan mancanegara.

3. Mengupayakan cara kompetitif.

Upaya keamanan ini bertujuan untuk memaksimalkan tahap global, yang bertanggung jawab atas
cabang perusahaan, kinerja cabang perusahaan mancanegara, menghindari pengendalian perangkat,
mengurangi risiko moneter, pembinaan arus perusahaan, membina hubungan baik dengan administrasi
setempat, mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah, mengurangi beban beban pengenaan
pajak dan bea masuk.

4. mengurangi risiko keuangan.

5. arus kas pada cabang perusahaan.

6. pengurangan risikoalihan pemerintah.

7. beban beban tanggungan pajak dan bea masuk

Jenis dan Harga Transfer Aspek

Berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya, transaksi ini dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu:

Penetapan harga transfer antar perusahaan

Transaksi yang terjadi antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.

Penetapan harga transfer antar perusahaan

Transaksi yang terjadi antar divisi dalam suatu perusahaan.

Transfer pricing dapat dilakukan pada suatu perusahaan dalam suatu negara ( transfer pricing
domestik ), maupun dengan negara yang berbeda ( harga transfer internasional ).

Transfer pricing termasuk beberapa aspek, di antaranya:

Harta Berwujud

Harta berwujud pada semua aset fisik bisnis, yang dapat termasuk persediaan (bahan mentah, barang
setengah jadi & barang jadi, serta barang dagangan lainnya), mesin & peralatan, inventaris, tanah &
bangunan, barang modal & bidang keperluan usaha lainnya.

Harta Tidak Berwujud


Harta tak berwujud dari aspek transfer pricing dibedakan antara manufaktur tak berwujud (yang timbul
karena kegiatan pabrikasi atau upaya peneliatan dan pengembangan oleh produsen) dan pemasaran tak
berwujud (yang berasal dari upaya pemasaran, distribusi dan jasa purna jual)

Penyerahan Jasa

Dari aspek transfer, penyerahan jasa kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat berkisar
dari yang sederhana, seperti jasa rutin akuntansi dan hukum, jasa teknis antar perusahaan, hingga
pengiriman karyawan.

Contoh Kasus

PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak perusahaan di Indonesia, yaitu
PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi mainan yang dijual di Indonesia, PT Abadi jaya Makmur
merekomendasikan bahan baku dari Abadi Jaya Esa.

PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak perusahaan di Indonesia yaitu
PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi mainan yang dijual di Indonesia, PT Abadi jaya Makmur
merekomendasikan bahan baku dari Abadi Jaya Esa. Jika harga wajar bahan baku tersebut misalnya US $
10 / buah, dalam transaksi antara PT Abadi Jaya Esa dan PT Abadi Jaya Makmur harga bahan baku yang
sama dijual dengan harga US $ 30 / buah.

Maka, harga yang di- markup terjadi karena prinsip harga pasar wajar (Prinsip Harga Panjang Lengan).
Mengapa perusahaan menerapkan prinsip ini?

Untuk menghindari pemungutan pajak di Indonesia dari keuntungan yang didapat oleh PT Abadi Jaya
Makmur, maka dikenakan harga bahan baku yang setinggi-tingginya sehingga pendapatan yang tercatat
kecil. Tidak jarang juga tercatat rugi untuk menghindari pengenaan pajak.

Perusahaan lebih memilih keuntungan dialirkan ke anak perusahaan lainnya harus dipotong untuk
membayar pajak.

2. 4 aspek

1. Financial Perspective (Perspektif Keuangan)

2. Customer Perspective (Perspektif Pelanggan)

3. Internal Process Perspective (Perspektif Proses Bisnis Internal)

4. Learning and Growth Perspective (Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan)

3. activity based costing system Menurut Garrison 2006 ada beberapa tahapan dalam menetapkan
metode activity based costing, yaitu:

1 . Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada setiap aktivitas.


2 . Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

3 . Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas.

4 . Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.

6 . Menyiapkan laporan manajemen.

4. Produk bersama (joint products) adalah adalah semua produk yang memiliki nilai jual tinggi tapi tidak
bisa diidentifikasi secara terpisah sebagai produk individual sampai ke splitt off point (titik pemisahan).
Ketika satu proses tunggal menghasilkan dua atau lebih produk dan hanya menghasilkan satu produk
yang memiliki nilai jual yang relatif tinggi, maka produk itu disebut produk utama (main product).

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat atau tidaknya produk tersebut dijual pada
saat terpisah dari produk utama yaitu :

1. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama tanpa memerlukan
pengolahan lebih lanjut

2. Produk sampingan yang tidak dapat dijual setelah terpisah dari produk utama dan memerlukan
pengolahan lebih lanjut. Contoh produk ini adalah produk seperti bulu ayam yang dihasilkan dari proses
penyembelihan ayam.

Di samping istilah produk bersama terdapat pula produk yang dinamakan dengan produk sekutu (co-
product) yaitu dua atau lebih produk yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari
kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama.

5. Biaya relevan (relevant cost) adalah suatu konsep biaya yang dapat digunakan dalam keputusan
tertentu yang berhubungan dengan alternative yang akan dipilih.

dua kriteria biaya relevan adalah :

1. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. dari sisi pandang ini biaya relevan
merupakan biaya taksiran

2. berbeda diantara berbagai alternative yang dipertimbangakan. suatu biaya dapat dikategorikan
sebagai biaya relevan jika sudah menjadi unsur masuk dalam sebagai item yang diperbandingkan
diantara alternative yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai