Oleh
Kelompok 9
Dicky Erva Balia (180810301253)
Anggreda Ratih Swastika Devi (180810301252)
Putri Mey Diyanawati (180810301251)
Nadiya Az Zahra (180810301239)
Beberapa penulis menggunakan harga transfer untuk mengacu pada jumlah yang
digunakan dalam akuntansi untuk semua transfer barang dan jasa antar pusat tanggung
jawab.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar adalah harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan
dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu, sama
lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari
pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing.
2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga brapakah produk tersebut akan
ditransfer antar pusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer.
Penentuan sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai
yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya. Dalam hal ini, pembahasan dimulai dengan
situasi yang ideal, kemudian melangkah kebagian yang paling rumit.
Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika
kondisi dibawah ini :
1. Orang-orang yang Kompeten.
Secara ideal, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat
tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Adapun staf yang terlibat
dalam negoisasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
2. Atmosfer yang baik
Semua manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan
laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam
penilaian kinerja mereka. Mereka harus memandang bahwa harga transfer tersebut harus adil.
3. Harga Pasar
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari
produk identik yang sedang ditransfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk
mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
4. Kebebasan Memperoleh Sumber Daya
Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan
harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadan seperti ini, kebijakan harga transfer
tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan
pihak didalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilai mereka masing-masing.
Kemudian pasar akan membentuk sautu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan
pihak di dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak
mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber didalam perusahaan, mereka bebas untuk
membeli dari luar.
5. Informasi Penuh
Para manejer harus mengetahui semua alternatif yang ada serta biaya dan pendapatan
yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
6. Negoisasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negoisasi kontrak
antar unit usaha.
Jika semua kondisi diatas terpenuhi maka sistem harga trasnfer berdasarkan harga
pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.
Dengan hal ini, maka ada suatu batasan oleh kebijakan-kebijakan korporat yang akan
dipertimbangkan dengan situasi sekarang dimana manajer pusat laba tidak memiliki
kebebasan dalam mengambil keputusan tersebut dan akibat-akibat yang terjadi dengan
adanya hambatan- hambatan dalam perolehan sumber daya pada kebijakn harga transfer yang
ada.
Jika harga yang kompetitif tidak tersedia, maka harga tranfer dapat ditentukan
berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga trasnfer semacam ini sangat rumit untuk
dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga hersdasarkan harga.
Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya adalahi :
1. Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya akrual tidak boleh digunakan karena
faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang
digunakan, maka dibutukan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk
meningkatkan standar tersebut.
2. Markup Laba
Dalam hal ini, ada dua keputusan yaitu: (1) apa dasar markup laba tersebut, dan (2)
tingkat laba yang diperbolehkan.
Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam
perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar
mungkin tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang terkandung didalm
harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba terakhir menyadari adanya biaya tetap dan
laba tersebut, pusat laba itu mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna
mengoptimalkan laba perusahaan. Metode – metode yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengatasi masalah ini adalh dengan cara – cara yang digambarkan dibawah ini
Persetujuan Antarunit Usaha
Sejumlah perusahaan biasnaya membuat mekanisme secara formal. Dalam
mekanisme ini, wakil-wakil dari unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala
untuk memutuskan harga penjualan ke pihak luar dan pembagian laba untuk produk-
produk dengan biaya tetap dan laba bagian hulu yang signifikan.
Dua Langkah Penentuan Harga
Untuk mengetahui masalah penentuan harga, yang dapat digunakan adalah dengan
membuat harga transfer yang meliputi dua beban. Pertama, setiap unit yang terjual,
pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya variabel standar
produksi. Kedua, pembebanan biaya berkala (biasanya setiap bulan) dilakukan dalam
jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas yang disediakan
untuk unit pembelian. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan
metode penentuan harga dua langkah:
a. Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan
secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit
pembeli.
b. Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan
biaya.
c. Dengan system penentuan harga ini, inerja laba dari unit produksi tidak
dipengaruhi volume penjualan dari unit yang terakhir. Hal ini memecahkan
masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha yang lain
mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni.
d. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan
kepentingan perusahaan.(Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa
unit pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan kapasitas yang
terbatas)
e. Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pay” yang sering
digunakan oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan
batubara, dan dalam kontrak jangka panjang.
Pembagian laba
Jika sistem penentuan harga dua langkah tidak feasible, sistem pembagian laba
(profir sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara kepentingan unit
usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut :
Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada saat harga jual
di luar dan unit pembelian dibebankan biaya sebesar total biaya standar. Beberapa
kelamahan penggunaan sistem ini adalah :
1. Jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara
keseluruhan.
2. Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan
uang, sementara pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan
mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat.
3. Sistem ini dapat memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer
internal dimana mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya
penjualan ke luar.
4. Terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun
kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini
ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasi.
5. Fakta bahwa ada konflik diantaraa unit-unit bisnis akan membuat sistem
ini terlihat lemah. Dengan metode dua bentuk harga, konflik-konflik ini
dapat dikurangi sehingga tidak meghadapkan manajemen senior pada
permasalahan seperti ini.
Manajer unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf perusahaan yang
tidak dapat dikendalikan efisiensi kinerjanya (teknologi informasi dan riset &
pengembangan) tetapi dia tapi dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Teori
pertama menyatakan bahwa sebuah unit usaha harus membayar biaya variable standar dari
jasa yang diberikan.
Contoh : selama bertahun-tahun,para manajer dari corporate data prosesing service
atau (CDPS) di boise cascade corporation tidak mengalokasikan biaya pendukung personal
computer(pc) seperti pembelian,pemasangan,dan bantuan aplikasi para pengguna pc karena
mereka ingin medorong penggunaan Pc. Biaya tersebut dibebanka keseluruh pengguna lain
pada CDPS.terutama konsumen dari sumber daya main frame computer. Para manajer CDPS
tetap tidak membebankannya dengan tingkat biaya penuh.mereka menetapkan beban biaya
$100 per bulan per pc, dan bukan sebesar $121 per bulan seperti yang diiestimasikannya
untuk tahun ini.
Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah
porsi yang cukup memadai atas biaya tetap standar – yaitu biaya penuh (full cost). Teori
ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar
(standard full cost) ditambah dengan margin labanya.
Harga yang dibebankan untuk jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang
dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami
dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha.