Anda di halaman 1dari 11

Tugas Sistem Pengendalian Manajemen Transfer Pricing

Disusun oleh: Anita Putri K. Haris Indriyatmoko Lestari Handayani Novia Listiana (F0311017) (F0311057) (F0311067) (F0311085)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Penentuan Harga Transfer


Salah satu tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah dengan merancang suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang dalam perusahaan yang memiliki transaksi seperti ini dalam jumlah yang signifikan.

Tujuan Penentuan Harga Transfer


Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan, harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan beikut ini : Memberikan informasi yang releven kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

Metode Penentuan Harga Transfer


Beberapa penulis menggunakan harga transfer untuk mengacu pada jumlah yang digunakan dalam akuntansi untuk semua transfer barang dan jasa antar pusat tanggung jawab. Prinsip Dasar Prinsip dasar adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu, sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah : 1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing.

2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga brapakah produk tersebut akan ditransfer antar pusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer. Sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya. Pembahasan dimulai dengan situasi yang ideal, kemudian melangkah kebagian yang paling rumit.

Situasi Ideal Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasn cita-cita jika kondisi dibawah ini : 1. Orang-orang yang Kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negoisasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten. 2. Atmosfer yang baik Para manajer harus menjadika profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka harus memandang bahwa harga transfer tersebut harus adil. 3. Harga Pasar Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer- maksutnya, harga pasara mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas) dengan produk yang dikenakan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagai contoh, tidak akan ada beban piutang tak tertagih serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada di dalam perusahaan. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak identik, adalah lebih baik daripada tidak ada harga pasar sama sekali.

4. Kebebasan Memperoleh Sumber Daya Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternatif yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak didalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilai mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk sautu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar.Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber didalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar. 5. Informasi Penuh Para manejer harus mengetahui semua alternatif yang ada serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut. 6. Negoisasi Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negoisasi kontrak antar unit usaha. Jika semua kondisi diatas terpenuhi maka sistem harga trasnfer berdasrkan harga pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.

Hambatan-hambatan dalam Perolehan Sumber Daya Idealnya, manajer pembelian bebas mengambil keputusan untuk pembelian sumber daya yang dibutuhkan. Seperti halnya manajer penjualan yang bebas dalam menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan. Namun, pada kenyataannya, kebebasan dalam perolehan sumber daya tidak selalu mungkin dilakukan, atau jika itu terjadi pasti akan dibatasi oleh kebijakan-kebijakan korporasi. Sekarang akan dipertimbangkan dengan situasi dimana manajer pusat laba tidak memeiliki kebebasan dalam mengambil keputusan tersebut dan akibatakibat yang terjadi dengan adanya hambatan dalam perolehan sumber daya pada kebijakan harga transfer yang ada.

a. Pasar yang Terbatas Ada beberapa alasan yang menyebabkan pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli menjadi terbatas: 1. Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan eksternal. Industri pulp dan kertas yang kondisi perusahaannya terintegrasi akan ada kecenderungan sedikitnya kapasitas produksi yang independen untuk produk-produk menengah. Dengan demikian , produsen-produsen tersebut hanya mampu menangani dalam jumlah yang terbatas saja. 2. Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.. 3. Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali mendekati baya variabel perusahaan, dimana hal ini jarang sekali terjadi. b. Kelebihan dan kekurangan Kapasitas Industri Jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar bebas, itu artinya pusat laba tersebut memiliki kapasitas berlebih. Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Sebaliknya, jika pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi tersebut terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi dalam industry. Dalam kasus ini , output dari pusat laba pembelian terhalang dan kembali, laba perusahaan tidak dapat optimal.

Harga Transfer Berdasarkan Biaya Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer (transfer pricing) dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer ini rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga

berdasarkan pasar. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya:

1. Dasar Biaya Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut. 2. Markup Laba Dalam menghitung markup laba ada dua keputusan: a. Apa dasar markup tersebut Dasar yang paling mudah dan umum yang digunakan adalah preentase dari biaya. Meskipun demikian, jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada pertimbangan atas modal yang diperlukan. Dasar yang secara konsep lebih baik adalah presentase dari investasi, tetapi untuk menghitung investasi yang akan dikenakan ke setiap produk yang dihasilkan dapat menimbulkan permasalahan teknis. b. Besarnya jumlah laba Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukan oleh pusat laba tersebut. Solusi konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Biaya Tetap dan Laba Hulu. Penetatapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang terkandung didalm harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba terakhir menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, pusat laba itu mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba

perusahaan. Metode metode yang digunakan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara cara berikut ini: Persetujuan antar unit

Penggunaan mekanisme ini hanya bekerja bila proses peninjauannya terbatas pada keputusan-keputusan yang melibatkan jumlah bisnis yang signifikan bagi satu atau lebih pusat laba, sebab jika tidak demikian negosiasi yang dilakukan akan sia-sia. Dua Langkah Penentuan Harga.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode penentuan harga dua langkah : 1. Pembebanan biaya perbulan untuk biaya tetap dan laba harus digoisasikan secara berkala 2. Keakuratan alokasi investasi dan biaya. 3. Dengan sistem penntuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi volum penjualan dari unit final. 4. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan perusahaan. 5. Metode ini miri dengan penentuan harga ambil atau bayar ( take or pay )

Pembagian laba

System pembagian laba ini beroperasi dengan cara: 1. produk telah di transfer ke unit pemasaran pada biaya veriabel standar 2. setelah produk terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran. Pada umumnya, metode ini benar-benar membuat kepentingan unit system selaras dengan kepentingan perusahaan. Dua kelompok Harga

Ada beberapa kelemahan dari sistem yang mengunakan dua kelompok harga 1. jumlah laba unit usaha akan lebih besar darilaba perusahaan secara keseluruhan. Pihak manajemen senior harus menyadari situasi ini ketika mereka menyetujui anggaran untuk unit unit usaha dan harus

nmengadakan evaluasi secara berkala atas kinerja tersebut. 2. sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha menghasilkan uang, sementara pada kenyataanya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit kekantor pusat. 3. sistem ini tidak dapat memicu unit usaha untuk hanya berkosentrasi pada trasnfer internal karena terpaku pada marup yang bagus dengan

mengorbankan penjualan keluar. 4. ada tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian eliminasi atas akun ini ketika laporan keuangan unit usaha konsolidasi. 5. fakta bahwa konflik diantara unit bisnis akan berkurang dalam sistem tersebut dapat terlihat sebagai kelemahan.

Penentuan Harga Jasa Korporat


Terdapat dua jenis trasnfer : 1. untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima dinama unit penerima dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial. 2. untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakan atau tidak. Pengendalian atas Jumlah Jasa Unit usaha harus menggunakan stasf korporat untuk jasa-jasa seperti teknologi informasi sertariset dan pengembangan. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasajasa seperti ini : teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus

membayar biaya variabel standar dari jasa yang diberika. Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga harga yang sama dengan biaya variabel standar

ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar yaitu biaya penuh ( full cost ). Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar. Pilihan Penggunaan Jasa (Optional Use of Services) Pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit usaha dapat memilih apakah menggunakan jasa sentral atau tidak. Unit usaha dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Para manajer unit usaha mengendalikan amount dan efficiency dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan

pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain.

Kesederhanaan dari Mekanisme Harga (Simplicity of The Price Mechanism) Harga yang dibebankan kepada jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha.

Administration of Transfer Prices


Negosiasi (Negotiation) Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer tidak ditentukan oleh staf pusat. Alasan mendasar dalam hal ini merupakan kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi dari manajemen lini (line management). Apabila kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga transfernya adalah bahwa unit usaha biasanya memiliki informasi yang paling baik mengenai pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga merupakan pihak yang paling tepat untuk mencapai harga yang pantas. Unit-unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi harga tersebut. Para manajer lini tidak boleh banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan negosiasi harga transfer. Oleh karena

itu, aturan tersebut harus mengatur sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga yang paling pantas.

Arbitrase dan Penyelesaian Konflik (Arbitration and Conflict Resolution) Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga transfer (pricing rules), mungkin ada kasus dimana unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Maka, suatu prosedur harus dapat dibuat menengahi arbitrase harga transfer. Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer. Tingkat formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung pada jenis dan luasnya potensi harga transfer. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer merupakan tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat atu kantor pusat, Karena keputusan arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha. Arbitrase dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam sistem yang formal, kedua belah pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian, arbitrator disini akan melakukan peninjauan terhadap posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lain. Sedangkan untuk sistem yang lebih informal, presentasi sebagian besar dilakukan secara lisan. Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara penyelesaian konflik: 1. Memaksa (forcing); 2. Membujuk (smoothing); 3. Menawarkan (bargaining); dan 4. Penyelesaian masalah (problem solving).

Klasifikasi Produk (Product Classification) Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan

ketersediaan pasar serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan semakin spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehan sumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make or buy decision) yang melebihi jumlah tertentu. Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas: 1. Class I meliputi seluruh produk untuk manajemen senior yang ingin mengendalikan perolehan sumber daya. Cirinya: volume besar, sumber internal dan pengendalian manajemen senior bertujuan menjaga kualitas. Perolehan sumber daya dari jenis ini dapat diubah hanya dengan izin manajemen senior. 2. Class II meliputi seluruh produk lainnya yang ditransfer pada harga pasar. Cirinya: dapat diproduksi pihak luar tanpa gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan, volume relatif kecil dan diproduksi dengan peralatan umum (general purpose equipment). Perolehan sumber daya ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat baik dari dalam atau luar perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai