KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
Varaby
Muhammad alif
Arif Habibullah (14312446)
Abdul Malik aziz (14312442)
Pusat laba
Ketika kinerja finansial suatu pusat pertanggung jawaban di ukur dalam ruang lingkup
laba , maka pusat ini disebut sebagai pusat laba. Laba merupakan ukuran kinerja yang
berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu
indikator yang komprehenshif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator.
A. Pertimbangan umum
suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran
utama dilakaukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi
organisasi dimana setiap unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun
pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi. Sebagai aturan, perusahaan
membuat unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk melimpahkan wewenang
yang lebih luas kepada manajer-manajer operasi.
a. Kondisi-kondisi dalam mendelegasikan tanggung jawab laba.
Banyak keputusan manajemen melibatkan ususlan untuk meningkatkan beban dengan
harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan
penjualan. Keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbanagan biaya/pendapatan. Dua
kondisi yang harus dipenuhi dalam pusat laba.
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektivitasnya suatu trade-off yang dibuat
manajer.
b. Kelazimaan suatu pusat laba.
Sistem sistem pengendalian financial juga mendapat banayak kritikan selama lebih dari 20
tahun. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan tidak mengabaikan sistem-sistem tersebut
melainkan tetap menggunakannya sebagai alat untuk mengimplementasikan strategi. Pada
saat yang sama, perusahaan-perusahaan tersebut menyadari kelemahan-kelemahan yang ada,
dan banyak diantaranya yang mulai menggunakan suatu scorecard dengan kombinasi ukuran
kinerja financial dan nonfinansial.
c.
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membeban kan biaya dari
produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer
pemasarn dalam membuat trade-off pendapatan atau penegeluaran yang optimal, dan praktik
standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya akan memberikan
evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.
2. Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban. Dimana manajemen dini berdasarkan
inerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi, ukuran dapat menimbulkan
masalah. Karna ukuran tersebut tidak tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen
atas seluruh aspek dari pekerjaannya. Oleh karana itu, dimana kinerja proses manufaktur
diukur terhadap biaya standar dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas
aktivitas-aktivitas pengendalian mutu , penjadwalan produk dan keputusan buat atau beli.
b. Unit pendukung dan pelayanan
Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transfoertasi, teknik, konsultan, layanan
konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba. Hal ini dapat
dioperasikan kantor pusat dan divisi pelayanan perusahaan atau dapat dipenuhi didalam unit
bisnis itu sendiri. Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang diberikan, denga
tujuan financial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan setara
dengan pengeluaran.
c.
Organisasi lainnya.
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan diwilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara
alamiah.meskipun para manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau
pembelian, profitabilitasnya sering kali merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paling
baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang sempurna, karan
itu, toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan cepat saji dan hotelhotel pada rantai hotel merupakan pusat-usat laba.
D. Mengukur profitabilitas
Terdapat dua jenis pengukuran yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba, sama
halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama adalah
pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para
manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan, koordinasi, dan pengendalian
kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat
bagi manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada
bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.
a. Jenis-jenis ukuran kinerja.
1. Margin konstribusi
Margin konstribusi menunjukan rentang antara pendapatan dengan beban variabel.
Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja pusat laba adalah
bahwa karena beban tetap berada diluar kendali manajer tersebut. Sehingga para manajer
harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin konstribusi.
2. Laba langsung
laba langsung mencerminkan konstribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba
perusahaan. Ukuran ini menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang
dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebuttanpa
memperdulikan apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer [usat laba atau tidak.
Kelemahan pengukuran ini adalah bahwa ia tidak memasukkan unsur manfaat motivasi
dari biaya-biaya kantor pusat.
3. Laba yang dapat dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokkan menjadi dua teori yaitu dpat
dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuka dalam kategori pertama
adalah pengeluaran-pengluaran yang dapat dikendalikan, paling tidak pada tingkat
tertentu oleh manajer unit bisnis layanan teknologi informasi contohnya.
4. Laba sebelum pajak
Dalam ukuran ini seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan
jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat laba dibebankan
dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung berdasarkan biaya yang
telah dianggarkan, dan bukan biaya aktual, di mana kolom anggaran dan aktual
dalam laporan kinerja pusat laba menunjukkan jumlah yang hampir sama untuk pos
khusus ini.
5. Laba bersih
Disini perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih yaitu
laba setelah pajak. Ada dua argumen utama yang menentang penggunaan metode ini. (1)
laba setelah pajak sering kali merupakan persentase yang konstan atas laba sebelum
pajak, dalam kasus mana tidak terdapat manfaat dengan memasukkan unsur pajak
pengendlian dan (2) karena banyak keputusan mempengaruhi pajak penghasilan dibuat
dikantor pusat, maka tidaklah tepat jika para manajer pusat laba harus menanggung
konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.
b. Pendapatan
Memilih metode pengakuan pendapatan yang tepat sangatlah penting. Selain keputusan ini,
ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pendapatan umumnya yang memerlukan
pertimbangan. Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam
suatu penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus di berikan nilai yang sesuai
atas bagiannya dalam transaksi tersebut. Contoh seorang penjual dari unit A mungkin
merupakan penghubung utama antara perusahaan dengan konsumen, tetapi barang yang
dipesan konsumen melalui orang tersebut mungkin saja diproduksi oleh unit B. Penjual dari
unit A tersebut mungkin tidak terlalu termotivasi untuk menerima pesanan semacam ini, jika
seluruh pendapatan yang dihasilkan merupakan nilai bagi unit B.
c. pertimbangan manajemen
para manajer harus diukur berdasarkan pos-pos yang dapat mereka kendalikan. Bahkan jika
mereka tidak memiliki pengendalian penuh terhadap pos tersebut. Dalam perusahaan pada
umumnya, pos-pos ini mungkin meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pusat laba jika
para manajer dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan oleh unit mereka, maka
mereka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah pajak , dan pos-pos yang jelas tidak
dipengaruhi harus dieleminasi, seperti fluktuasi dalam nilai tukar mata uang.