Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fariz Ilmi

NPM : 18311072

Kelas : KH B BJB

Mata Kuliah : Ekonomi Koperasi

1. Undang-Undang  Nomor 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi adalah


Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi, sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat atas asas kekeluargaa
UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN. Dalam Undang-undang ini yang
dimaksud dengan :
1) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
3) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.
4) Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.
5) Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian
yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi.

Ciri Koperasi adalah:

 Memiliki Sifat Sukarela terhadap anggotanya


 Rapat atau musyawarah merupakan kekuasaan tertinggi dalam Koperasi
 Kegiatan Koperasi harus bersifat swadaya (usaha sendiri), swakerta (buatan
sendiri), swasembada (kemampuan sendiri).
 Memiliki Modal tidak tetap tergantung jumlah simpanan setiap anggota
 Pengurus adalah orang-orang yang bertanggung jawab pada keberlangsungan
koperasi
 Kerugian yang ditanggung Koperasi ditanggung oleh setiap anggota.
 Anggota koperasi tidak bersifat permanen atau tetap sehingga menyebabkan
modal koperasi juga tidak pasti

2. Kondisi pandemi menjadi tantangan besar bagi koperasi untuk dapat eksis
menjalankan usahanya. Peran koperasi sebagai wadah pelaku usaha dan sumber
permodalan dihadapkan pada tantangan berat. Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebutkan, terdapat 1.785 koperasi
terdampak pandemi. Kondisi pandemi berdampak pada kegiatan usaha
koperasi, turunnya penjualan, kekurangan modal, dan terhambatnya distribusi.
Namun, pandemi Covid-19 juga dapat menjadi momentum bagi koperasi untuk
membuktikan kiprahnya sebagai penyangga perekonomian nasional. Koperasi
dapat menjadi "pahlawan ekonomi" di tengah ketidakpastian ekonomi akibat
pandemi.

Di masa pandemi ini, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi


koperasi. Pertama, menurunnya penjualan dan permintaan pasar. Kebijakan
pemerintah untuk membatasi pergerakan manusia saat pandemi tentunya
memukul kegiatan usaha koperasi. Menurunnya permintaan pasar,
terganggunya proses produksi, dan terhambatnya distribusi barang adalah
berbagai konsekuensi logis dari kondisi pandemi. Di satu sisi, transaksi
perdagangan elektronik mengalami peningkatan selama pandemi. Hal ini bisa
menjadi tantangan bagi koperasi untuk bisa memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi melalui digitalisasi koperasi.
Metode penjualan koperasi juga dituntut mengikuti perkembangan zaman.
Transaksi jual-beli model konvensional yang biasa diterapkan, juga harus
dilengkapi dengan model elektronik commerce. Selain untuk menjaga
keberlangsungan usaha, upaya tersebut juga untuk membuktikan bahwa
koperasi bukanlah badan usaha yang ketinggalan zaman. Melalui pemanfaatan
teknologi informasi dapat memudahkan bisnis koperasi untuk terhubung
kepada konsumen, produsen, ataupun distributor. Digitalisasi koperasi
dilakukan untuk memudahkan transaksi jual-beli di tengah pandemi.

Tantangan kedua adalah masalah likuiditas. Kondisi pandemi tidak hanya


berdampak pada Koperasi secara kelembagaan, tetapi juga pada anggota
koperasi. Banyak anggota koperasi yang kesulitan membayar iuran anggota.
Bahkan dalam konteks koperasi simpan-pinjam, para anggota kesulitan untuk
membayar angsuran, seiring dengan itu pula banyak anggota yang mengambil
iuran sukarela untuk kebutuhan pandemi. Akibatnya, koperasi terkendala
likuiditas yang dapat berujung pada kebangkrutan usaha. Kondisi ini bisa
menjadi tantangan bagi koperasi untuk bisa menjaga likuiditas dan solvabilitas.

Menurut Saya untuk mengatasi hal tersebut, koperasi harus "cerdik" mengakses
berbagai bantuan permodalan dan dana likuiditas dari pemerintah, seperti
melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM. Apabila sumber
permodalan berasal dari bank, koperasi juga harus "cerdas" memanfaatkan
program relaksasi kredit dan restrukturisasi kredit yang diinisiasi oleh OJK.
Tentu saja, prinsip kehati-hatian dan profesionalitas harus senantiasa dilakukan
oleh koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya, khususnya ketika
memberikan fasilitas kredit kepada anggota.

Ketiga, adalah inovasi produk. Pada masa pandemi, banyak pelaku usaha yang
gulung tikar. Hal itu disebabkan permintaan pasar turun drastis. Menciptakan
produk kreatif dan inovasi sesuai kebutuhan pasar dapat menjadi strategi
koperasi untuk menjaga keberlangsungan usaha. Dalam konteks koperasi
produsen misalnya, melakukan inovasi produk berdasarkan kebutuhan
konsumen adalah strategi bertahan di tengah pandemi. Koperasi batik untuk
sementara dapat beralih untuk memproduksi masker kain yang saat ini
dibutuhkan masyarakat. Melalui sentuhan kreativitas, masker batik tidak
sekadar masker kain, tetapi juga masker yang bernuansa budaya. Selain
masker, koperasi produsen juga dapat memproduksi alat pelindung diri (APD)
dan kebutuhan para tenaga medis lainnya. Namun, selalu menjaga standar
kualitas produk menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan.

Selain digitalisasi koperasi, likuiditas, dan inovasi produk, tantangan koperasi


agar dapat bertahan di tengah pandemi adalah kemampuan SDM pengurus.
Digitalisasi koperasi tentu saja membutuhkan SDM yang menguasai IT dan
telekomunikasi. Sama halnya dengan menjaga likuiditas, juga membutuhkan
ahli akuntansi. Inovasi produk juga membutuhkan SDM yang
menguasai marketing, packaging, dan branding. Oleh karena itu, koperasi perlu
melakukan "upgrade " kemampuan SDM yang menguasai berbagai hal.

Peningkatan SDM tentu bukan hal mudah. Upaya tersebut perlu intervensi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan dan
pembinaan semua koperasi yang berada dalam binaannya. Diperlukan
sinergisitas program antara Kementerian Koperasi dan UKM, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, perguruan tinggi, dan
berbagai stakeholder lainnya.

Terakhir, penulis ingin menyampaikan bahwa sejarah krisis moneter yang


terjadi pada 1997-1998 membuktikan bahwa koperasi melalui kiprahnya dapat
menjadi "pahlawan ekonomi". Hal itu lantaran di dalam koperasi terkandung
nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong yang tidak sekadar mencari
keuntungan semata. Itulah yang membedakan koperasi dengan badan usaha
lainnya, sehingga koperasi dapat bertahan pada waktu krisis keuangan. Harapan
yang sama juga sedang digenggam oleh masyarakat Indonesia di masa pandemi
ini. Koperasi melalui implementasi nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong
diharapkan dapat tetap eksis dan menjadi penggerak perekonomian masyarakat
Indonesia.
3. KSP Sahabat Mitra Sejati, dan Koppas Serba Guna,

4. Syarat Menjadi Anggota Koperasi yang Paling Umum


 Warga Negara Indonesia;

 Keanggotaan bersifat perorangan dan bukan dalam bentuk badan hukum

 Bersedia membayar simpanan pokok dan simpanan wajib sesuai ketentuan

 Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan atau ketentuan yang
berlaku dalam koperasi.

Perbedaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi

AD ( anggaran Dasar) Koperasi adalah keseluruhan aturanlangsung tentang kehidupan


koperasi dan hubungan koperasi dan seluruh anggota.

Sedangkan Anggaran Rumah Tangga adalah aturan aturan mengenai tata tertib dan tata
laksana kegiatan Koperasi, baik organisasi maupun kegiatan usaha.

5. Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang
kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuan utama badan usaha yang dimiliki
bersama tersebut yaitu kepentingan kepentingan ekonomis para anggota kelompok.                   
Pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain, memberi bimbingan berupa penyuluhan,
pendidikan atau melakukanpenelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi
terhadappermasalahan koperasi, melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan
terhadapkoperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasildiusahakan
oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya, memberikan Fasilitas berupa
peningkatan permodalan, serta pengembangan jaringan usaha dan kerja sama.Perintah ini
sangat penting untuk perkembangan koperasi agar menjadi lebih baik lagi. Koperasi juga ikut
dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak dilaksanakan
dengan bidang usaha lainnya

Anda mungkin juga menyukai