ABSTRAK
Keberadaan koperasi sebagai jembatan penghubung dan juga salah satu yang bisa
membangkitkan perekonomian masyarakat kecil memang patut mendapat perhatian ekstra
dari pemerintah termasuk Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi sebagai kendaraan financial
memang terbukti sangat memberikan manfaat bagi anggota yang bergabung di dalamnya.
Koperasi menjadi salah satu alternatif dari sekian banyak pilihan untuk mencapai keadaan
ekonomi yang lebih baik. Koperasi adalah badan usaha yang anggotanya saling bekerja
sama dalam kegiatan ekonomi, Namun resiko koperasi simpan pinjam mengalami risiko
apalagi di tengah pandemi seperti ini dimana masyarakat banyak yang terkendala masalah
ekonomi termasuk untuk membayar pinjaman yang terlah diberikan oleh koperasi simpan
pinjam.
Kata Kunci: Koperasi Simpan Pinjam, Pembangunan ekonomi, Masyarakat kecil, Anggota
Koperasi
ABSTRACT
The existence of cooperatives as a bridge and also one that can raise the economy of
the small community deserves extra attention from the government, including the Savings
and Loans Cooperative. Cooperatives as financial vehicles have proven to be very beneficial
for members who join them. Cooperatives are an alternative of the many options to achieve a
better economic situation. Cooperatives are business entities whose me mbers work together
in economic activities, but the risk of savings and loan cooperatives is at risk, especially in
the midst of a pandemic like this where many people are constrained by economic problems,
including to pay for loans that have been given by savings and loan cooperatives.
Keywords: Savings and Loans Cooperatives, Economic development, small
communities, members of cooperatives
I. PENDAHULUAN
Branding adalah inti dari perusahaan sehingga harus dikelola dengan strategi
yang tepat, Hal ini juga harus diterapkan pada Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia
khususnya Jawa Barat. Partisipasi anggota dan Strategi yang diterapkan merupakan kunci
keberhasilan anggota dan usaha koperasi. Di era digital ini manajemen merek sebagai
salah satu pemasaran strategi dapat menjadi salah satu kualitas kompetitif khusus
untuk mengungguli persaingan yang semakin sengit dimana koperasi dituntut untuk
terus mengembangkan strategi sesuai dengan kemajuan tekhnologi yang ada sekarang ini
agar koperasi simpan pinjam bisa terus eksis dan terus mengalami kemajuan yang
tentunya akan mensejahterakan para anggotanya selian itu juga untuk menarik minat
masyarakat terhadap koperasi simpan pinjam. Secara umum, partisipasi berarti
meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi
mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Menurut Sitio dan Tamba (2001:30)
keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif anggota dalam
koperasinya akan maju dan berkembang sehingga koperasi dapat dikatakan berhasil.
Partisipasi anggota koperasi dapat diwujudkan dalam bentuk tertibnya anggota dalam
membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela, berbelanja di toko
koperasi, menghadiri rapat anggota koperasi serta memberikan kritik dan saran dapat
membangun perkembangan koperasi. Adanyapartisipasi yang aktif dari anggota koperasi
diharapkan akan meningkatkan perolehan sisa hasil usaha (SHU). 3 Dalam kenyataannya,
selain partisipasi anggota adapun pengaruh pelayanan kredit yang mampu mempengaruhi
keberhasilan usaha koperasi. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997:571) adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan proses jual beli barang
dan jasa. Sedangkan kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu usaha, dimana
terjadi kepercayaan antara orang dan badan usaha yang memberikan kredit dengan ikatan
perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang diperjanjikan untuk dipenuhi pada
waktunya (yang akan datang).
Walaupun koperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan baik, namun
koperasi khusunya koperasi simpan pinjam kerap terganjal masalah diantaranya adalah
bebrapa masalah seperti dibawah :
Masalah tersebut merupakan potensi risiko yang tampak dan teridentifikasi, sehingga
berangkat dari permasalahan umum tersebut
A. MANAJEMEN RESIKO
1. Risiko kredit risiko ini didepinisikan sebagai Risiko kerugian sehubungan dengan
pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk
membayar kembali dana yang dipinjam secara penuh pada saat jatuh tempo.
2. Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan koperasi tidak mampu memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Risiko operasional didepinisikan sebagai
risiko kerugian atau ketidakcukupan proses internal sumber daya manusia dan system
yang gagal atau dari pristiwa eksternal.
4. Risiko bisnis adalah yang terkait dengan posisi persaingan antara koperasi dan
prospek keberhasilan koperasi dalam perubahan pasar.
5. Risiko strategic adalah risiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang yang
dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Risiko Reputasional risiko kerusakan pada koperasi yang diakibatkan dari asal opini
publik yang negative atau citra koperasi yang buruk dimata masyarakat.
7. Risiko legal adalah risiko yang terkait dengan masalah hukum atau khasus hukum
yang menimpa organisasi.
8. Risiko polotik, adalah risiko yang mungkin terjadi karena masalah politik, misalnya
pengurus terseret kepada masalah politik sehingga koperasi terkena akibatnya.
9. Risiko kepatuhan, adalah risiko yang mumpung terjadi kareana terlalu patuh pada
aturan tertentu yang menghambat perkembangan koperasi. manajemen risiko dalam
operasional koperasi sejalan dengan pertumbuhan bisnisnya.
B. MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
Upaya tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan tidak semudah
membalikkan telapak tangan, terlebih jumlah koperasi di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai jutaan. Dengan meningkatkan kepercayaan dan respon masyarakat akan bisnis
koperasi maka koperasi harus menerapkan strategi yang tepat dan responsif, Responsif
adalah sejauh mana pelanggan melihat kesiapan penyedia layanan untuk membantu
mereka segera hal itu semakin memudahkaan koperasi merekrut anggota baru. yang lebih
penting dari itu semua para anggota koperasi simpan pinjam harus menyadari dan mulai
meningkatkan pelayanan yang disediakan. Manajemen risiko belum diterapkan dalam
operasional koperasi namun hendaknya sudah mulai melekat dalam bentuk budaya risiko
tak terkecuali kepada anggotanya.
MENGIDENTIFIKASI RISIKO
Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha. Manajemen risiko (risk management) berbeda dengan pengawasan atau
pengendalian risiko (risk control). Manajemen risiko adalah pengambilan keputusan yang
rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko, termasuk risk assessment, sebagaimana
tindakan untuk Analisis Komparasi Manajemen Risiko Pada Koperasi Syariah Di Kabupaten
Pangandaran membangun dan menerapkan pilihan-pilihan risiko. Sedangkan pengawasan
atau pengendalian risiko adalah tindakan yang dirancang untuk mengurangi risiko, seperti
perubahan prosedur, perbaikan fasilitas, supervisi ekstra dan sebagainya (Muhammad, 2005).
Bisnis lembaga keuangan termasuk koperasi akan berhadapan dengan berbagai jenis risiko
kredit, di antaranya adalah :
1. Risiko modal (capital risk) Risiko modal adalah merefleksikan tingkat leverage yang
dipakai. Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap
kerugian yang tejadi. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi para
penyimpan dana berhubungan dengan kualitas dan risiko dari aset. Koperasi yang
menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu
memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak
baik. Tingkat modal juga penting untuk menyangga risiko liquiditas.
2. Risiko Pembiayaan Risiko pembiayaan muncul jika tidak dapat memperoleh kembali
cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang
sedang dilakukannya.
3. Risiko Likuiditas
III.METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini,penulis menggunakan metode penelitian secara kualitatif yang
bersifat dimana dalam penelitian ini data dan informasi yang didapat berasal dari
berbagai jurnal ilmiah dan e-book yang berkaitan dengan pembahasan topik yang
berkenaan dengan analisis risiko pada sebuah koperasi di tengah pandemi covid-19
dengan memanfaatkan dan menggunakan beberapa teori yang berkaitan sebagai penjelas
2. Kurangnya Permodalan, hal ini dapat dilansir dari hal pada nomor satu karena
kurangnya kepedulian anggota maka berkurang pula masukan dana (modal) dari
para anggota yang diperoleh dari sumbangan sukarela maupun wajib.
3. Lemahnya pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan yang ada dalam
koperasi memang sangat lama karena harus melewati beberapa proses seperti rapat
anggota, menyatukan pendapatatau yang terbanyak kemudian kembali
dimusyawarahkan untuk menuju mufakat maka di perlukan waktu yang sangat
lama untuk mengambil keputusan, dan dalam proses pengambilan keputusan ini
terkadang masih ada campur tangan akan kepentingan pribadi.
4. Lemahnya Pengawasan, karena banyak hal yang harus diurus dalam segi modal,
bisnis, dan pelayanan sisi yang perlu disorot juga ialah segi pengawasan yang
terjadi pada koperasi. Pengawasan biasanya dilakukan oleh bagian khusus baik dari
intern maupun ekstern, pada prakteknya dalam pengawasan ini sangat jarang
dilakukan tinjauan lapangan tapi hanya berdasarkan laporan dari badan pengurus.
Hal ini yang menyebabkan pengawasan terhadap koperasi kurang.
6. Manajemen Resiko, jarang pada koperasi yang ada yang memiliki manajemen
resiko tapi hanya berdasarkan dari prosedur yang disepakati bersama oleh karena
itu sebaiknya setiap koperasi hendaknya memiliki manajemen resiko untuk
meminimalisir kerugian dan beberapa risiko risiko lainnya.
Beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen risiko sangat
diperlukan dalam berbagai bidang di koperasi guna meminimalisir resiko yang
mungkin terjadi dalam menjalankan proses operasionalnya.
Berikut adalah tabel jumlah koperasi yang ada di jawa barat namun di era pandemi
seperti ini banyak koperasi yang mengalami masalah khusunya koperasi simpan pinjam
dimana dengan keadaan ekonomi masyarakat yang sedang lumpuh otomatis masyarakat tidak
ada pemasukan atau pendapatan dan secara tidak langsung masyarakat yang meminjam dana
kepada koperasi pun setorannya akan macet karena lumpuhnya perekonomian di akibat
pandemi, Hal ini tidak hannya terjadi kepada koperasi hal ini juga terjadi dan berefek kepada
semua sektor karena dihentikannya roda perekonomian guna mencegah penyebaran virus.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari pembahasan mengenai Analisis risiko
pada koperasi simpan pinjam di tengah pandemi ini dapat disimpulkan bahwa Pada
dasarnya risiko masih dapat dikelola. Pengelolaan risiko adalah upaya yang sadar untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan bentuk kerugian yang dapat timbul. Ini
merupakan upaya yang terus-menerus, karena risiko akan dihadapi oleh siapa saja, baik
besar maupun kecil. Ada lima tindakan pokok dalam pengelolaan risiko, yaitu:
1. Identifikasi risiko dan Pemetaan Resiko . Tindakan ini erat kaitannya dengan
kemampuan kita untuk menganalisa dan memprediksi berbagai kejadian yang
senantiasa dihadapi oleh setiap orang atau Organisasi.
2. Pengukuran risiko dan Peringkat Resiko . Setelah semua kejadian kita analisa,
dan kemungkinan kerugiannya kita ketahui, langkah berikutnya adalah mengukur
kerugian-kerugian potensial untuk masa yang akan datang. Menegaskan profil
resiko dan rencana manajemen , hal ini terkait dengan gaya manajemendan visi
strategis dari organisasi.