Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erlangga Pratama Putra

NIM : 22210081
Prodi : Management / B

PENUGASAN MANAGEMENT KOPERASI

Penilaian Kesehatan Koperasi wajib dilakukan setelah Koperasi melaksanakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT). Penilaian Kesehatan Koperasi dilaksanakan untuk Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) atau Koperasi yang memiliki Usaha Simpan Pinjam (USP). Hal tersebut dilakukan untuk
mengukur tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi.
Tujuan dilaksanakannya Penilaian Kesehatan Koperasi adalah:
• Terwujudnya pengelolaan KSP dan USP Koperasi yang sehat dan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
• Terwujudnya pelayanan prima kepada pengguna jasa Koperasi;
• Meningkatnya citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola kegiatan usaha simpan pinjam
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
• Terjaminnya aset kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
• Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan kegiatan usaha simpan
pinjam oleh Koperasi; dan
• Meningkatnya manfaat ekonomi anggota dalam kegiatan usaha simpan pinjam oleh
Koperasi.
Indikator kesehatan kredit koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/PER/M.KUKM/XII/2009.
Peraturan Menteri ini mencakup 24 indikator yang mewakili tentang kondisi keuangan yang
terdiri dari :
1. Aspek Permodalan Terdiri dari :
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset
b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan yang berisiko
c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif Terdiri dari :
a. Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan
b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang diberikan
c. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah
d. Rasio Pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan

3. Aspek Manajemen Terdiri dari :


a. Manajemen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aktiva
e. Manajemen Likuiditas

4. Aspek Efisiensi Terdiri dari :


a. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto
b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor
c. Rasio efisiensi pelayanan

5. Aspek Likuiditas Terdiri dari :


a. Rasio Kas
b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima

6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan Terdiri dari :


a. Rentabilitas asset
b. Rentabilitas Modal Sendiri
c. Kemandirian Operasional Pelayanan
7. Aspek Jatidiri Koperasi Terdiri dari :
a. Rasio partisipasi bruto
b. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA)
Penetapan Kesehatan Koperasi Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 komponen
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan 7, diperoleh skor keseluruhan. Skor
dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi
yang dibagi dalam 5 golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat
tidak sehat.
Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP tersebut adalah sebagai berikut:
1. 80 < x < 100 – Sehat
2. 60 < x < 80 – Cukup Sehata
3. 40 < x < 60 – Kurang Sehat
4. 20 < x < 40 – Kurang Sehat
5. < 20 x 0 – Sangat Tidak Sehat

Permodalan
Modal adalah perbandingan antara modal sendiri terhadap total asset. Modal sendiri atau modal
yang menanggung risiko atau yang disebut modal ekuiti terdiri dari
1). Simpanan Pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2) Simpanan Wajib, adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar
oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan Wajib tidak
dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3) Dana Cadangan, adalah sejumlah uang yang diperoleh dan penyisihan sisa hasil usaha yang
digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasim bila
diperlukan.
4) Hibah, adalah sejumlah uang yang diberikan dari suatu badan atau orang perorangan kepada
Koperasi Simpan Pinjam /USP.

Kualitas Aktiva Produktif. Aktiva produktif sering juga disebut earning asset atau aktiva yang
menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk mencapai tingkat penghasilan yang
diharapkan. Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi
koperasi yang bersangkutan. Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah jumlah aktiva
produktif yang kolekbilitasnya tidak lancar. Oleh karena itu penanaman dana dan kesigapan
USP dalam menanggung kemungkinan timbulnya resiko kerugian penanaman dana tersebut,
mempunyai peranan penting dalam menunjang usaha operasional USP. Kualitas produktif
dinilai atas dasar pengolongan kolektibilitas yang terdiri atas lancar, kurang lancar, diragukan
dan macet. Kemudian untuk menutup kemungkinan resiko kerugian maka USP wajib
membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.

Manajemen.
Pada dasarnya manajemen koperasi tidak jauh berbeda dengan manajemen perusahaan industri
manufaktur, perdagangan, dan perusahaan non bank yang lain. Fungsi manajemen perusahaan
berikut juga diterapkan dalam manajemen koperasi, termasuk untuk unit simpan pinjamnya:
1. Menyusun rencana kerja jangka pendek dan panjang termasuk menentukan
sasaran usaha yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
2. Menyusun struktur organisasi yang efektif dan efisien.
3. Mengawasi pelaksanaan kegiatan bisnis
Secara ringkas ketiga fungsi manajemen diatas disebut kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan (Planning, Organizing, and controlling) Pada manajemen
Unit simpan pinjam, pengelolaan Unit Simpan Pinjam harus dilakukan secara professional
dengan prinsip pengelolaan yang sehat dan prinsip kehati-hatian. Pengelolaan kegiatan USP
dapat dilakukan oleh pengurus atau pengelola, Pengelola diangkat oleh pengurus dan
bertanggung jawab kepada pengurus. Pengelola dapat perorangan atau badan usaha, termasuk
yang berbentuk badan usaha, termasuk badan hukum dengan sistem kerja keterkaitan dalam
kontrak kerja.

Resiko Dalam Koperasi


Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk memperkecil ruang dan kesempatan para
pembobol koperasi untuk melancarkan aksinya adalah dengan, memberlakukan manajemen
risiko dalam praktek berkoperasi. Masalah ini sebenarnya masalah klise yang sudah dicoba
dipecahkan jauh hari sebelum meledaknya berbagai kasus di koperasi. Fenomena ini tentunya
sejalan dengan rencana penataan modal koperasi, yang seharusnya juga disesuaikan dengan
kemajuan bisnis Koperasi kredit yang bersangkutan. Semua risiko yang muncul di balik
gemerlapnya bisnis Koperasi kredit, harus bisa ditutup dengan modal koperasi. Itu berarti
manajemen risiko merupakan back bone menuju koperasi yang sehat. Maklum, pengalaman
tidak menyenangkan yang menimpa beberapa koperasi memperlihatkan bahwa persoalan
manajemen risiko tidak bisa dianggap enteng. Pengalaman memberi pelajaran berharga bahwa
pengelolaan risiko yang buruk dapat membahayakan kelangsungan koperasi. Faktor risiko
yang melekat pada bisnis koperasi khususnya Koperasi kredit, jika dikaji lebih jauh, ternyata
jumlahnya sangat banyak atau beragam, diantara lain sebagai berikut:

1. Risiko Kredit, risiko ini didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar
kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
2. Risiko Likuiditas, risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan Koperasi tidak
mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Risiko Operasional, risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian atau
ketidakcukupan proses internal, sumber daya manusia dan sistem yang gagal atau dari
peristiwa eksternal.
4. Risiko Bisnis, risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi persaingan antar
Koperasi dan prospek keberhasilan Koperasi dalam perubahan pasar.
5. Risiko Strategik, risiko strategik adalah risiko yang terkait dengan keputusan jangka
panjang yang dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Risiko Reputasional, resiko kerusakan pada Koperasi yang diakibatkan dari hasil opini
publik yang negatif atau citra koperasi yang buruk di mata masyarakat.
7. Risiko Legal, risikolegal adalah risiko terkait dengan masalah hukum atau kasus hukum
yang menimpa organisasi.
8. Risiko Politik, risiko politik adalah risiko yang mungkin terjadi karena masalah politik,
misalnya pengurusnya terseret kepada masalah politik sehingga koperasi terkena
akibatnya.
9. Risiko Kepatuhan, risiko adalah risiko yang mungkin terjadi karena terlalu patuh pada
aturan tertentu yang menghambat perkembangan koperasi atau karena
kekurangpatuhan pada aturan yang ada sehingga berdampak pada perkembangan
koperasi.
Analisa Koperasi

Dengan memperhatikan tabel 1, terlihat bahwa terjadi kenaikan keanggotaan dari tahun 2009
sampai tahun 2015, dan terjadi penurunan dari tahun 2015 sampai 2019. Demikian juga halnya
dengan sisa hasil usaha yang dibukukan dan dibagikan kepada anggota, terjadi peningkatan
dari tahun 2009 sampai 2012, namun tahun 2013 terjadi penurunan. Penurunan yang tajam
terjadi pada tahun 2012 sampai 2015 serta tahun 2016 sampai 2019. Perbandingan antara SHU
yang dibagikan dengan totalaktiva dari tahun 2009 sampai 2019 sangat kecil, bahkan pada
tahun 2017 sampai 2019 hanya 1,55%. Jika mengacu pada data ini lunturnya kepercayaan
anggota kepada pengurus bukanlah sesuatu yang mustahil. komitmen organisasi adalah sebuah
keadaan psikologi yang mengkarakteristikan hubungan karyawan dengan organisasi atau
implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau
tidak, yang teidentifikasi dalam tiga komponen yakni komitmen efektif, komitmen continue,
dan komitmen normatif. Komitmen Organisasi adalah suatu kondisi dimana seorang karyawan
memihak organisasi spesifik dan juga tujuan-tujuan dan kebutuhannya untuk melindungi dan
menjaga keanggotaan di dalam organisasi tersebut. Mengacu pada pendapat ahli tersebut,
jelaslah bahwa keberadaan koperasi dalam suatu institusi, tidak terlepas dari komitmen
anggota/pengurus serta manajemen yang menaungi institusi bersangkutan. Tanpa komitment
yang tinggi dari manajemen institusi, keberadaan koperasi tentu sukar untuk tumbuh dan
berkembang. Hal ini terkait dengan kebijakan dari manajemen untuk mendorong tumbuh dan
kembangnya koperasi akan sangat menentukan. Komitmen pengurus dan manajemen
Politeknik Negeri Balikpapan dalam pengelolaan koperasi berdasarkan wawancara dan
verifikasi yang dilakukan belum menunjukkan keberpihakan yang positip. Sebagai contoh,
kondisi koperasi Politeknik Balikpapan yang sudah mulai ditinggalkan oleh para anggotanya
pada tahun 2017, pengurus dan manajemen institusi seolah-olah menutup mata. Jelaslah dalam
hal ini bahwa komitmen manajemen Politeknik Negeri Balikpapan terkait keberadaan koperasi
belum optimal. Penerapan prinsip pengelolaan keuangan untuk mewujudkan tatakelola
koperasi yang baik dan akuntabel (good cooperative governance) akan meningkatkan
kepercayaan anggota dalam berkoperasi. Menurut beberapa ahli prinsip-prinsip tata kelola
keuangan yang baik dan akuntabel/bertanggung jawab, adalah transparansi, pencegahan
pemberian pinjaman berlebih, pelayanan yang adil, edukasi dalam pengelolaan keuangan baik
bagi pengurus/pengelola koperasi maupun anggotanya, kerahasiaan dan keamanan data
anggota, kepatuhan, penanganan sekaligus penyelesaian keluhan anggota, dan hubungan antar
jaringan. Peningkatan efisiensi, produktifitas, dan loyalitas anggota yang pada akhirnya
peningkatan kesejahteraan akan terwujud jika good cooperative governance dilaksanakan oleh
pengurus koperasi. Dengan mengacu data pada tabel 1, dimana jumlah anggota terus berkurang
dari tahun ke tahun, menunjukkan loyalitas anggota kepada koperasi tidak ada.

Dengan memperhatikan tabel 2, terlihat bahwa pada tahun 2019, koperasi masih mempunyai
kekayaan sebesar Rp 137. 250. 334, -. Hal ini berarti masih cukup besar dan sangat potensial
untuk dioperasionalkan. Dengan keberadaan koperasi dilingkungan institusi kampus, yang
mempunyai mahasiswa sekitar 2500 serta dosen dan tenaga kependidikan maupun karyawan
lain sekitar 200 orang, jelas merupakan pangsa pasar yang sangat potensial untuk dipenetrasi.
Potensi lain yang dapat dioptimalkan adalah adanya kewajiban bagi mahasiswa baru sebanyak
750 orang untuk membeli jas almamater dan pakaian praktikum serta kewajiban untuk ikut
asuransi kecelakaan kerja di kampus jelas menjadi pangsa pasar yang sangat potensial. Hal ini
berarti bahwa koperasi Politeknik Balikpapan mempunyai prospek yang cerah untuk
ditumbuhkembangkan, dengan catatan ada pembenahan dalam tata kelola keuangan koperasi,
serta komitmen dari semua stakeholder untuk peduli dengan keberadaan koperasi Politeknik
Balikpapan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Komitmen manajemen
Politeknik Negeri Balikpapan terkait keberadaan koperasi belum optimal, Pengurus tidak
melakukan tata kelola keuangan dengan baik dan akuntabel, Pengurus tidak transparan dalam
pengeluaran biaya dan pembuatan laporan keuangan, Ketidakpercayaan anggota kepada
pengurus koperasi, Pengurus tidak cermat dalam perencanaan awal tahun anggaran dan
keterbatasan pengetahuan pengurus tentang risiko bisnis, Kurangnya pemahaman tugas dan
wewenang pengawas maupun pengurus, Komunikasi antar pengurus dan pengawas sangat
kurang, Prospek Koperasi Politeknik Balikpapan untuk tumbuh dan berkembang sangat cerah.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah segera dilaksanakan Rapat Anggota Luar
Biasa. Selain itu komitmen dari manajemen Politeknik Negeri Balikpapan terkait keberadaan
koperasi serta pemahaman dan kemauan pengurus untuk melaksanakan prinsip pengelolaan
koperasi yang transparan, baik dan akuntabel perlu ditingkatkan. Dengan demikian dapat di
tarik kesimpulan bahwa dari data di atas dinyatakan Koperasi tidak dapat berkembang dengan
baik dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai