Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS RISIKO PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DITENGAH

PANDEMI COVID-19

Risk Anaysis In Cooperatives save borrowing in the midle


of the Covid-19

Muhammad Fuad Zeen (2121830)


fuad.21218233@mahasiswa.unikom.ac.id

Program Studi Manajemen


UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ABSTRAK
Keberadaan koperasi sebagai jembatan penghubung dan juga salah satu yang bisa
membangkitkan perekonomian masyarakat kecil memang patut mendapat perhatian ekstra
dari pemerintah termasuk Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi sebagai kendaraan financial
memang terbukti sangat memberikan manfaat bagi anggota yang bergabung di dalamnya.
Koperasi menjadi salah satu alternatif dari sekian banyak pilihan untuk mencapai keadaan
ekonomi yang lebih baik. Koperasi adalah badan usaha yang anggotanya saling bekerja
sama dalam kegiatan ekonomi, Namun resiko koperasi simpan pinjam mengalami risiko
apalagi di tengah pandemi seperti ini dimana masyarakat banyak yang terkendala masalah
ekonomi termasuk untuk membayar pinjaman yang terlah diberikan oleh koperasi simpan
pinjam.

Kata Kunci: Koperasi Simpan Pinjam, Pembangunan ekonomi, Masyarakat kecil, Anggota
Koperasi

ABSTRACT
The existence of cooperatives as a bridge and also one that can raise the economy of the
small community deserves extra attention from the government, including the Savings and
Loans Cooperative. Cooperatives as financial vehicles have proven to be very beneficial for
members who join them. Cooperatives are an alternative of the many options to achieve a
better economic situation. Cooperatives are business entities whose me mbers work together
in economic activities, but the risk of savings and loan cooperatives is at risk, especially in
the midst of a pandemic like this where many people are constrained by economic problems,
including to pay for loans that have been given by savings and loan cooperatives.

Keywords: Savings and Loans Cooperatives, Economic development, small


communities, members of cooperatives
I. PENDAHULUAN

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan


orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.

Keberadaan koperasi sebagai sebuah (kendaraan financial) terbukti mampu


memberikan manfaat bagi setiap orang yang bergabung didalamnya.koperasi menjadi
sebuah alternatif dari sekian banyak pilihan untuk mencapai suatu keadaan ekonomi yang
lebih baik. Koperasi adalah badan usaha atau badan hukum yang anggotanya saling
bekerja sama dalam kegiatan ekonomi. Risiko merupakan bahaya, risiko adalah ancaman
atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang
berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Di Indonesia, koperasi mempunyai
beberapa jenis, salah satunya adalah koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit. Tujuan
dari koperasi simpan pinjam adalah meniadakan praktek rentenir. Pengertian reantenir
adalah pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
seyogyanya tidak mengenakan bunga tinggi kepada anggotanya. Namun demikian KSP
juga tidak harus memberikan bunga yang sangat rendah 1 Nindyo Pramono, 1986,
Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di dalam
Perkembangan, sehingga KSP tidak bisa membiayai kehidupannya sendiri. Anggota harus
sadar bahwa pembayaran bunga pinjaman kepada KSP juga digunakan untuk
kesejahteraan mereka dan juga demi kesehatan KSP.2 Koperasi juga memerlukan modal
sebagai pembiyaan dari usahanya, besar kecilnya nilai modal yang ada pada koperasi
menentukan besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Mengenai
modal dalam koperasi diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Pengkoperasian. Dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia dapat bergerak
disegala kehidupan ekonomi dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat

Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan anggota dan usaha koperasi. Secara
umum, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan
misi yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Menurut Sitio
dan Tamba (2001:30) keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi
aktif anggota dalam koperasinya akan maju dan berkembang sehingga koperasi dapat
dikatakan berhasil. Partisipasi anggota koperasi dapat diwujudkan dalam bentuk tertibnya
anggota dalam membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela,
berbelanja di toko koperasi, menghadiri rapat anggota koperasi serta memberikan kritik
dan saran dapat membangun perkembangan koperasi. Adanyapartisipasi yang aktif dari
anggota koperasi diharapkan akan meningkatkan perolehan sisa hasil usaha (SHU). 3
Dalam kenyataannya, selain partisipasi anggota adapun pengaruh pelayanan kredit yang
mampu mempengaruhi keberhasilan usaha koperasi. Pelayanan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1997:571) adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan
proses jual beli barang dan jasa. Sedangkan kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal
suatu usaha, dimana terjadi kepercayaan antara orang dan badan usaha yang memberikan
kredit dengan ikatan perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang diperjanjikan
untuk dipenuhi pada waktunya (yang akan datang).

II. KAJIAN PUSTAKA

Masalah Klasik dalam Koperasi

Walaupun koperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan baik, namun
koperasi khusunya koperasi simpan pinjam kerap terganjal masalah diantaranya adalah
bebrapa masalah seperti dibawah :

1. Lemahnya partisipasi anggota


2. Kurangnya permodalan
3. Pemanfaatan
4. Pelayanan yang kurang maksimal
5. Lemahnya Pengambilan Keputusan
6. Lemahnya Pengawasan
7. Manajemen Risiko

Masalah tersebut merupakan potensi risiko yang tampak dan teridentifikasi, sehingga
berangkat dari permasalahan umum tersebut

MANAJEMEN RESIKO

merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, mengendalikan dan


berusaha mengindari, meminimalkan atau bahkan menghilangkan risiko yang tidak dapat
diterima. Dalam hal ini risiko berkaitan dengan pendekatan atau metodologi dalam
menghadapi ketidakpastian dalam bisnis.
Fonomena ini tentunya sejalan dengan rencana penataan modal koperasi, yang bisnis koperasi
kredit yang bersangkutan. Semua risiko yang muncul dibalik gemerlapnya bisnis koperasi
kredit, harus bisa dianggap enteng.
Faktor risiko yang melekat pada bisnis koperasi khususnya koperasi kredit, jika dikaji ada 9
faktor yaitu:

1. Risiko kredit risiko ini didepinisikan sebagai Risiko kerugian sehubungan dengan
pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk
membayar kembali dana yang dipinjam secara penuh pada saat jatuh tempo.
2. Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan koperasi tidak mampu memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Risiko operasional didepinisikan sebagai
risiko kerugian atau ketidakcukupan proses internal sumber daya manusia dan system
yang gagal atau dari pristiwa eksternal.
4. Risiko bisnis adalah yang terkait dengan posisi persaingan antara koperasi dan
prospek keberhasilan koperasi dalam perubahan pasar.
5. Risiko strategic adalah risiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang yang
dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Risiko Reputasional risiko kerusakan pada koperasi yang diakibatkan dari asal opini
publik yang negative atau citra koperasi yang buruk dimata masyarakat.
7. Risiko legal adalah risiko yang terkait dengan masalah hukum atau khasus hukum
yang menimpa  organisasi.
8. Risiko polotik, adalah risiko yang mungkin terjadi karena masalah politik, misalnya
pengurus terseret kepada masalah politik sehingga koperasi terkena akibatnya.
9. Risiko kepatuhan, adalah risiko yang mumpung terjadi kareana terlalu patuh pada
aturan tertentu yang menghambat perkembangan koperasi. manajemen risiko dalam
operasional koperasi sejalan dengan pertumbuhan bisnisnya.

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN

Upaya tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan tidak semudah membalikkan
tangan, terlebih jumlah koperasi di Indonesia sekarang ini sudah mencapai jutaan. Dengan
meningkatkan kepercayaan masyarakat akan bisnis koperasi, hal itu semakin memudahkaan
koperasi merekrut anggota baru. yang lebih penting dari itu semua awak koperasi simpan
pinjam harus menyadari,

manajemen risiko belum diterapkan dalam operasional koperasi namun hendaknya   sudah
mulai melekat dalam bentuk budaya risiko tak terkecuali kepada anggotanya

MENGIDENTIFIKASI RISIKO

Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha. Manajemen risiko (risk management) berbeda dengan pengawasan atau
pengendalian risiko (risk control). Manajemen risiko adalah pengambilan keputusan yang
rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko, termasuk risk assessment, sebagaimana
tindakan untuk Analisis Komparasi Manajemen Risiko Pada Koperasi Syariah Di Kabupaten
Boyolali membangun dan menerapkan pilihan-pilihan risiko. Sedangkan pengawasan atau
pengendalian risiko adalah tindakan yang dirancang untuk mengurangi risiko, seperti
perubahan prosedur, perbaikan fasilitas, supervisi ekstra dan sebagainya (Muhammad, 2005).
Bisnis lembaga keuangan termasuk koperasi akan berhadapan dengan berbagai jenis risiko
kredit, di antaranya adalah :
1. Risiko modal (capital risk) Risiko modal adalah merefleksikan tingkat leverage yang
dipakai. Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap
kerugian yang tejadi. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi para
penyimpan dana berhubungan dengan kualitas dan risiko dari aset. Koperasi yang
menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu
memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak
baik. Tingkat modal juga penting untuk menyangga risiko liquiditas.
2. Risiko Pembiayaan Risiko pembiayaan muncul jika tidak dapat memperoleh kembali
cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang
sedang dilakukannya.
3. Risiko Likuiditas

o Risiko Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan


dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Risiko
likuiditas muncul manakala koperasi mengalami ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang
sesuai, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk memenuhi
kebutuhan dana yang mendesak.
o Risiko Operasional Menurut definisi Bassle Committee, risiko operasional
adalah risiko akibat dari kurangnya (deficiencies) sistem informasi atau sistem
pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.
Risiko ini berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human error), kegagalan
sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.

III.METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini,penulis menggunakan metode penelitian secara kualitatif yang


bersifat dimana dalam penelitian ini data dan informasi yang didapat berasal dari
berbagai jurnal ilmiah dan e-book yang berkaitan dengan pembahasan topik yang
berkenaan dengan analisis risiko pada sebuah koperasi di tengah pandemi covid-19
dengan memanfaatkan dan menggunakan beberapa teori yang berkaitan sebagai penjelas

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Ada enam kunci utama mengendalikan risiko yang perlu diperhatikan oleh para
pelaku Koperasi.
1. Menghindari.  Menghindari risiko biasanya sulit dilakukan karena tidak praktis dan
tidak mungkin.
2. Mengurangi.  Mengurangi risiko dapat dilakukan untuk beberapa hal, misalnya
mempersiapkan sejumlah likuiditas pada jumlah tertentu untuk menjaga kemampuan
koperasi guna memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, dan memeriksa catatan-catatan
keuangan yang ada.
3.  Menyebarkan.  Menyebarkan risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
pada intinya mengurangi risiko kerugian yang akan terjadi. Misalnya, uang tunai yang ada
tidak disimpan pada satu tempat saja, sebagian di Bank sebagian di Koperasi.
4. Membuat anggapan.  Membuat anggapan terhadap risiko adalah alat yang paling
praktis andaikata alternatif-alternatif lain tidak dapat lagi ditemukan. Misalnya kita
membuat anggapan bahwa pada bulan – bulan tertentu Koperasi harus menghentikan atau
mengurangi aktivitas pembiayaannya karena berpotensi terjadi side streaming
atau sebaliknya.
5. Mengalihkan.  Mengalihkan risiko dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan
pihak lain untuk memikul tanggungan kerugian yang bisa terjadi. Misalnya penyimpanan
uang di Bank atau Koperasi adalah salah satu bentuk pengalihan risiko yang dapat
dilakukan.
6. Pemantauan . Terkait dengan implementasi dari manajemen resiko telah berjalan
baik dan senantiasi dilakukan kajian – kajian dalam upaya perbaiakn secara continue.

     Menurut masalah yang ada diatas beberapa analisis yang bisa di cermati adalah

1.    Kurangnya partipasi anggota Koperasi, kurangnya partisipasi tersebut


dikarenakan banyak anggota yang tidak peduli akan kesejahteraan koperasi dan
keberlangsungan operasional Koperasi. Anggota kurang memiliki rasa empati terhadap
Koperasi, hal ini mungkin disebabkan karena pelayanan koperasi atau sistem kerja
koperasi yang dinilai oleh anggota Koperasi tidak memuaskan.

2.    Kurangnya Permodalan, hal ini dapat dilansir dari hal pada nomor satu karena
kurangnya kepedulian anggota maka berkurang pula masukan dana (modal) dari para
anggota yang diperoleh dari sumbangan sukarela maupun wajib.

3.    Lemahnya pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan yang ada


dalam koperasi memang sangat lama karena harus melewati beberapa proses seperti  rapat
anggota, menyatukan pendapatatau yang terbanyak kemudian kembali dimusyawarahkan
untuk menuju mufakat maka di perlukan waktu yang sangat lama untuk mengambil
keputusan, dan dalam proses pengambilan keputusan ini terkadang masih ada campur
tangan akan kepentingan pribadi.

4.    Pemanfaatan pelayanan, pemanfaatan pelayanan yang didapat dari pengurus


haruslah memenuhi kepuasan anggota karena dengan pelayanan ini kepuasan anggota
akan terpenuhi dan akan mengoptimalkan umpan balik dari anggota.

5.    Lemahnya Pengawasan, karena banyak hal yang harus diurus dalam segi modal,
bisnis, dan pelayanan sisi yang perlu disorot juga ialah segi pengawasan yang terjadi pada
koperasi. Pengawasan biasanya dilakukan oleh bagian khusus baik dari intern maupun
ekstern, pada prakteknya dalam pengawasan ini sangat jarang dilakukan tinjauan lapangan
tapi hanya berdasarkan laporan dari badan pengurus. Hal ini yang menyebabkan
pengawasan terhadap koperasi kurang.
6.    Manajemen Resiko, jarang pada koperasi yang ada yang memiliki manajemen
resiko tapi hanya berdasarkan dari prosedur yang disepakati bersama oleh karena itu
sebaiknya setiap koperasi hendaknya memiliki manajemen resiko untuk meminimalisir
kerugian dan beberapa risiko risiko lainnya.
      Beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen risiko
sangat diperlukan dalam berbagai bidang di koperasi guna meminimalisir resiko yang
mungkin terjadi dalam menjalankan proses operasionalnya.
Jenis Koperasi Jumlah
Koperasi Konsumen 18.515
Koperasi Simpan Pinjam 4.113
Koperasi Jasa 778
Koperasi Produsen dan Pemasaran 2.179
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat

Berikut adalah tabel jumlah koperasi yang ada di jawa barat namun di era pandemi
seperti ini banyak koperasi yang mengalami masalah khusunya koperasi simpan pinjam
dimana dengan keadaan ekonomi masyarakat yang sedang lumpuh otomatis masyarakat tidak
ada pemasukan atau pendapatan dan secara tidak langsung masyarakat yang meminjam dana
kepada koperasi pun setorannya akan macet karena lumpuhnya perekonomian di akibat
pandemi, Hal ini tidak hannya terjadi kepada koperasi hal ini juga terjadi dan berefek kepada
semua sektor karena dihentikannya roda perekonomian guna mencegah penyebaran virus.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan mengenai Analisis risiko pada koperasi
simpan pinjam di tengah pandemi ini dapat disimpulkan bahwa Pada dasarnya risiko
masih dapat dikelola. Pengelolaan risiko adalah upaya yang sadar untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan mengendalikan bentuk kerugian yang dapat  timbul. Ini merupakan upaya
yang terus-menerus, karena risiko akan dihadapi oleh siapa saja, baik besar maupun kecil.
Ada lima tindakan pokok dalam pengelolaan risiko, yaitu:
1.    Identifikasi risiko dan Pemetaan Resiko . Tindakan ini erat kaitannya dengan
kemampuan kita untuk menganalisa dan memprediksi berbagai kejadian yang senantiasa
dihadapi oleh setiap orang atau Organisasi.
2.    Pengukuran risiko dan Peringkat Resiko . Setelah semua kejadian kita analisa,
dan kemungkinan kerugiannya kita ketahui, langkah berikutnya adalah mengukur
kerugian-kerugian potensial untuk masa yang akan datang. Menegaskan profil resiko dan
rencana manajemen , hal ini terkait dengan gaya manajemendan visi strategis dari
organisasi.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Alfred Henel. 2005. Organisasi Koperasi:Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi


Koperasi dan Kebijaksanaan Pengembangan di Negara
Berkembang. Bandung:Universitas Padjajaran
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. 2007. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak:Edukasi Press FKIP UNTAN
Hadari Nawawi. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press 14
Hendar dan Kusnadi. 2009. Ekonomi Koperasi: Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Universitas
Indonesia Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:CV.Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta
S. Munawir, Akuntan. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta:Liberty Undang-
Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992
Umi Narimawati, Eddy Soeryanto Soegoto, Dadang Munandar (2020). Leveraging
University Branding: Student’s Satisfaction and Performance
Through Learning Management System

Anda mungkin juga menyukai