Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN ANALISIS RISIKO TERHADAP

KEPUASAN ANGGOTA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM


MINASARI PANGANDARAN

Influence of work discipline and risk analysis on member satisfaction in


Cooperatives save and borrow Minasari Pangandaran

Muhammad Fuad Zeen (2121830)


fuad.21218233@mahasiswa.unikom.ac.id

Program Studi Manajemen


UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ABSTRAK

Keberadaan koperasi simpan pinjam sebagai jembatan penghubung dan juga salah
satu yang bisa membangkitkan perekonomian masyarakat kecil memang patut mendapat
perhatian ekstra dari pemerintah termasuk Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi sebagai
kendaraan financial memang terbukti sangat memberikan manfaat bagi anggota yang
bergabung di dalamnya. Koperasi menjadi salah satu alternatif dari sekian banyak pilihan
untuk mencapai keadaan ekonomi yang lebih baik. Koperasi adalah badan usaha yang
anggotanya saling bekerja sama dalam kegiatan ekonomi, Namun resiko koperasi simpan
pinjam sangatlah sulit dihindari apalagi di tengah pandemi seperti ini dimana masyarakat
banyak yang terkendala masalah ekonomi termasuk untuk membayar pinjaman yang telah
diberikan oleh koperasi simpan pinjam. Namun selalu ada solusi pada setiap masalah jika
pengelolaan yang dilakukan oleh koperasi tersebut baik dan sesuai dengan tujuan dengan
koperasi simpan pinjam yaitu khususnya mensejahterakan anggota dan umumnya
mensejahterakan masyarakat umum selain itu tujuan dari koperasi simpan pinjam juga untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.

Kata Kunci: Koperasi Simpan Pinjam, Pembangunan ekonomi, Masyarakat kecil, Anggota
Koperasi

ABSTRACT

The existence of cooperatives as a connecting bridge and also one that can generate
the economy of small communities deserves extra attention from the government, including
Savings and Loans Cooperatives. Cooperatives as financial vehicles have proven to be very
beneficial for members who join them. Cooperatives are an alternative from many options to
achieve a better economic situation. Cooperatives are business entities whose members work
together in economic activities, but the risk of savings and loan cooperatives is very difficult
to avoid, especially in the midst of a pandemic like this where many people are constrained
by economic problems, including paying off loans that have been given by savings and loan
cooperatives. However, there is always a solution to every problem if the management
carried out by the cooperative is good and in accordance with the objectives of the savings
and loan cooperative, namely the welfare of members and generally the welfare of the
general public

Keyword : Savings and Loans Cooperatives, Economic development, Small


communities, Members of Cooperatives

I. PENDAHULUAN

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan


orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.
Keberadaan koperasi sebagai (kendaraan financial) terbukti mampu memberikan
manfaat bagi para anggotanya dan juga masyarakat umum. Koperasi merupakan salah
satu alat yang efektif untuk membantu mensejahterakan perekonomian masyarakat
kecil. Di Indonesia ada bebrapi jenis koperasi diantaranya yaitu koperasi simpan pinjam
dan koperasi kredit. Tujuan adanya koperasi selain mensejahterakan perekonomian
rakyat kecil juga untuk memberantas praktik rentenir di indonesia. Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) seyogyanya tidak mengenakan bunga tinggi kepada anggotanya. Namun
demikian KSP juga tidak harus memberikan bunga yang sangat rendah 1 Nindyo
Pramono, 1986, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di
dalam Perkembangan, sehingga KSP tidak bisa membiayai kehidupannya sendiri.
Anggota harus sadar bahwa pembayaran bunga pinjaman kepada KSP juga digunakan
untuk kesejahteraan mereka dan juga demi kesehatan KSP.2 Koperasi juga memerlukan
modal sebagai pembiyaan dari usahanya, besar kecilnya nilai modal yang ada pada
koperasi menentukan besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut.
Mengenai modal dalam koperasi diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Pengkoperasian. Dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia
dapat bergerak disegala kehidupan ekonomi dan berperan utama dalam kehidupan
ekonomi rakyat
Lembaga keuangan mikro berbadan hukum koperasi merupakan salah satu
lembaga yang mampu membiayai kegiatan bisnis UKM, sebab lembaga keuangan
berbentuk koperasi mampu menyesuikan ritme dan karakter yang melekat pada usaha
mikro, kecil, dan menengah, artinya bahwa pendekatan dengan mengembangkan
lembaga keuangan mikro terutama dalam bentuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
adalah cukup bijaksana (Sumodiningrat, 2004) Walaupun koperasi simpan pinjam
memiliki peran strategis bagi pengembangan UKM, tetapi dalam menjalankan
usahanya belum mencapai keberhasilan seperti yang dilakukan oleh badan usaha
lainnya. Subandi (2007) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belum
optimalnya peran koperasi antara lain antara lain, sebagian pengelola koperasi belum
memiliki kepekaan bisnis (sense of bisnis)
Menurut Ibrahim (2002) mengelompokkan lembaga keuangan mikro menjadi dua jenis
yaitu yang bersifat formal dan informal. Lembaga keuangan mikro formal dalam
bentuk bank adalah BRI Unit, BPR dan BKD. Lembaga keuangan mikro formal dalam
bentuk bukan bank di antaranya koperasi simpan pinjam, unit simpan pinjam, dan
pegadaian. Kemudian lembaga keuangan mikro informal di antaranya adalah LSM dan
BMT yang belum berbentuk koperasi. Koperasi khususnya yang bergerak dalam usaha
simpan pinjam, baik Koperasi simpan Pinjam (KSP) maupun Unit Simpan Pinjam pada
Koperasi (USP), adalah lembaga keuangan mikro formal yang dapat melayani
masyakat terutama anggotanya dalam keperluannya untuk menyimpan dan meminjam
dana

Branding adalah inti dari perusahaan sehingga harus dikelola dengan strategi yang
tepat, Hal ini juga harus diterapkan pada Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia
khususnya Jawa Barat. Partisipasi anggota dan Strategi yang diterapkan merupakan
kunci keberhasilan anggota dan usaha koperasi. Di era digital ini manajemen merek
sebagai salah satu pemasaran strategi dapat menjadi salah satu kualitas kompetitif
khusus untuk mengungguli persaingan yang semakin sengit dimana koperasi dituntut
untuk terus mengembangkan strategi sesuai dengan kemajuan tekhnologi yang ada
sekarang ini agar koperasi simpan pinjam bisa terus eksis dan terus mengalami
kemajuan yang tentunya akan mensejahterakan para anggotanya selian itu juga untuk
menarik minat masyarakat terhadap koperasi simpan pinjam. Secara umum, partisipasi
berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang
sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi.

Menurut Sitio dan Tamba keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan
partisipasi aktif anggota dalam koperasinya akan maju dan berkembang sehingga
koperasi dapat dikatakan berhasil. Partisipasi anggota koperasi dapat diwujudkan dalam
bentuk tertibnya anggota dalam membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela, berbelanja di toko koperasi, menghadiri rapat anggota koperasi
serta memberikan kritik dan saran dapat membangun perkembangan koperasi.
Adanyapartisipasi yang aktif dari anggota koperasi diharapkan akan meningkatkan
perolehan sisa hasil usaha (SHU). 3 Dalam kenyataannya, selain partisipasi anggota
adapun pengaruh pelayanan kredit yang mampu mempengaruhi keberhasilan usaha
koperasi. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:571) Pelayanan
adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan proses jual beli barang dan jasa.
Sedangkan kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu usaha, dimana terjadi
kepercayaan antara orang dan badan usaha yang memberikan kredit dengan ikatan
perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang diperjanjikan untuk dipenuhi pada
waktunya (yang akan datang). Kepuasan anggota tentunya harus menjadi prioritas
utama koperasi simpan pinjam agar bisa terus bertahan dan berkembang di tengah
perekonomian yang sedang tidak stabil seperti saat sekarang ini, Selain itu juga
kepercayaan anggota terhadap pengelola koperasi juga menjadi bagian yang sangat
penting agar para pengelola bisa mengelola koperasi simpan pinjam ini dengan
maksimal karena diberi kepercayaan oleh para anggotanya dan hal lain seperti diskusi
dalam mengambil keputusan juga menjadi faktor utama yang bisa menentukan nasib
sebuah koperasi simpan pinjam

Tujuan penelitian ini adalah diantaranya sebagai berikut :

1. untuk mengetahui perkembangan koperasi simpan pinjam/unit di masa


pandemi seperti saat ini
2. Menganalisis resiko dan kepuasan anggota koperasi simpan pinjam yang ada di
indonesia khususnya di Jawa Barat, Selain itu juga

II. KAJIAN PUSTAKA

Masalah Klasik dalam Koperasi

Walaupun koperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan baik, namun
koperasi khusunya koperasi simpan pinjam kerap terganjal masalah diantaranya adalah
beberapa masalah seperti dibawah :

1. Lemahnya partisipasi anggota


2. Kurangnya permodalan
3. Pemanfaatan
4. Pelayanan yang kurang maksimal
5. Lemahnya Pengambilan Keputusan
6. Lemahnya Pengawasan
7. Manajemen Risiko

Masalah tersebut merupakan potensi risiko yang tampak dan teridentifikasi, sehingga
berangkat dari permasalahan umum tersebut

A. MANAJEMEN RESIKO

Pengertian Manajemen Risiko Menurut Siagian dan Sekarsari (2001) adalah manajemen
risiko luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga harus mengelola
keseluruhan risiko-risiko organisasi. Dalam hal ini risiko berkaitan dengan pendekatan
atau metodologi dalam menghadapi ketidakpastian dalam bisnis.
Fenomena ini tentunya sejalan dengan rencana penataan modal koperasi, yang bisnis
koperasi kredit yang bersangkutan. Semua risiko yang muncul dibalik gemerlapnya bisnis
koperasi kredit, tidak bisa dianggap enteng.
Faktor risiko yang melekat pada bisnis koperasi khususnya koperasi kredit, jika dikaji ada
9 faktor yaitu :

1. Risiko kredit risiko ini didefinisikan sebagai Risiko kerugian sehubungan dengan
pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk
membayar kembali dana yang dipinjam secara penuh pada saat jatuh tempo.
2. Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan koperasi tidak mampu memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Risiko operasional didefinisikan sebagai
risiko kerugian atau ketidakcukupan proses internal sumber daya manusia dan system
yang gagal atau dari pristiwa eksternal.
4. Risiko bisnis adalah yang terkait dengan posisi persaingan antara koperasi dan
prospek keberhasilan koperasi dalam perubahan pasar.
5. Risiko strategic adalah risiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang yang
dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Risiko Reputasional risiko kerusakan pada koperasi yang diakibatkan dari asal opini
publik yang negative atau citra koperasi yang buruk dimata masyarakat.
7. Risiko legal adalah risiko yang terkait dengan masalah hukum atau khasus hukum
yang menimpa  organisasi.
8. Risiko politik, adalah risiko yang mungkin terjadi karena masalah politik, misalnya
pengurus terseret kepada masalah politik sehingga koperasi terkena akibatnya.
9. Risiko kepatuhan, adalah risiko yang mumpung terjadi kareana terlalu patuh pada
aturan tertentu yang menghambat perkembangan koperasi. manajemen risiko dalam
operasional koperasi sejalan dengan pertumbuhan bisnisnya.

B. MENINGKATKAN KEPERCAYAAN

Upaya tentunya membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan tidak semudah
membalikkan telapak tangan, terlebih jumlah koperasi di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai jutaan. Dengan meningkatkan kepercayaan dan respon masyarakat akan bisnis
koperasi maka koperasi harus menerapkan strategi yang tepat dan responsif, Responsif
adalah sejauh mana pelanggan melihat kesiapan penyedia layanan untuk membantu
mereka segera hal itu semakin memudahkaan koperasi merekrut anggota baru. yang lebih
penting dari itu semua para anggota koperasi simpan pinjam harus menyadari dan mulai
meningkatkan pelayanan yang disediakan. Manajemen risiko belum diterapkan dalam
operasional koperasinamun hendaknya   sudah mulai melekat dalam bentuk budaya risiko tak
terkecuali kepada anggotanya.
C. MENGIDENTIFIKASI RISIKO

Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha. Manajemen risiko (risk management) berbeda dengan pengawasan atau
pengendalian risiko (risk control). Manajemen risiko adalah pengambilan keputusan yang
rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko, termasuk risk assessment, sebagaimana
tindakan untuk Analisis Komparasi Manajemen Risiko Pada Koperasi Syariah Di Kabupaten
Pangandaran membangun dan menerapkan pilihan-pilihan risiko. Sedangkan pengawasan
atau pengendalian risiko adalah tindakan yang dirancang untuk mengurangi risiko, seperti
perubahan prosedur, perbaikan fasilitas, supervisi ekstra dan sebagainya. Bisnis lembaga
keuangan termasuk koperasi akan berhadapan dengan berbagai jenis risiko kredit, di
antaranya adalah :
1. Risiko modal (capital risk) Risiko modal adalah merefleksikan tingkat leverage yang
dipakai. Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap
kerugian yang tejadi. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi para
penyimpan dana berhubungan dengan kualitas dan risiko dari aset. Koperasi yang
menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu
memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak
baik. Tingkat modal juga penting untuk menyangga risiko liquiditas.
2. Risiko Pembiayaan muncul jika tidak dapat memperoleh kembali cicilan pokok
dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang
dilakukannya.
3. Risiko Likuiditas
o Risiko Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow)
dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Risiko likuiditas muncul
manakala koperasi mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai, baik untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan dana
yang mendesak.
o Risiko Operasional
Menurut Djohanputro (2008:65), Risiko operasional adalah potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu
sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian secara kualitatif yang
dimana dalam penelitian ini data dan informasi yang didapat berasal dari berbagai jurnal
ilmiah dan e-book yang berkaitan dengan pembahasan topik yang berkenaan dengan
analisis risiko pada sebuah koperasi di tengah pandemi covid-19 dengan memanfaatkan
dan menggunakan beberapa teori yang berkaitan sebagai penjelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ada 6 kunci utama mengendalikan risiko yang perlu diperhatikan oleh para pelaku
Koperasi.
1. Menghindari. 
Menghindari risiko biasanya sulit dilakukan karena tidak praktis dan tidak
mungkin.
2. Mengurangi
Mengurangi risiko dapat dilakukan untuk beberapa hal, misalnya mempersiapkan
sejumlah likuiditas pada jumlah tertentu untuk menjaga kemampuan koperasi
guna memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, dan memeriksa catatan-catatan
keuangan yang ada.
3. Menyebarkan.
Menyebarkan risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang pada intinya
mengurangi risiko kerugian yang akan terjadi. Misalnya, uang tunai yang ada
tidak disimpan pada satu tempat saja, sebagian di Bank sebagian di Koperasi.
4. Mengalihkan.
Mengalihkan risiko dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan pihak lain
untuk memikul tanggungan kerugian yang bisa terjadi. Misalnya penyimpanan
uang di Bank atau Koperasi adalah salah satu bentuk pengalihan risiko yang dapat
dilakukan.
5. Pemantauan.
Terkait dengan implementasi dari manajemen resiko telah berjalan baik dan
senantiasi dilakukan kajian – kajian dalam upaya perbaiakn secara continue.

     Menurut analisis penulis diatas yang bisa di cermati adalah

1. Kurangnya partipasi anggota Koperasi, kurangnya partisipasi tersebut dikarenakan


banyak anggota yang tidak peduli akan kesejahteraan koperasi dan
keberlangsungan operasional Koperasi. Anggota kurang memiliki rasa empati
terhadap Koperasi, hal ini mungkin disebabkan karena pelayanan koperasi atau
sistem kerja koperasi yang dinilai oleh anggota Koperasi tidak memuaskan.

2. Kurangnya Permodalan, hal ini dapat dilansir dari hal pada nomor satu karena
kurangnya kepedulian anggota maka berkurang pula masukan dana (modal) dari
para anggota yang diperoleh dari sumbangan sukarela maupun wajib.

3. Lemahnya pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan yang ada dalam


koperasi memang sangat lama karena harus melewati beberapa proses seperti  rapat
anggota, menyatukan pendapatatau yang terbanyak kemudian kembali
dimusyawarahkan untuk menuju mufakat maka di perlukan waktu yang sangat lama
untuk mengambil keputusan, dan dalam proses pengambilan keputusan ini
terkadang masih ada campur tangan akan kepentingan pribadi.
4. Pemanfaatan pelayanan, yang didapat dari pengurus haruslah memenuhi kepuasan
anggota karena dengan pelayanan ini kepuasan anggota akan terpenuhi dan akan
mengoptimalkan umpan balik dari anggota.

5. Lemahnya Pengawasan, karena banyak hal yang harus diurus dalam segi modal,
bisnis, dan pelayanan sisi yang perlu disorot juga ialah segi pengawasan yang
terjadi pada koperasi. Pengawasan biasanya dilakukan oleh bagian khusus baik dari
intern maupun ekstern, pada prakteknya dalam pengawasan ini sangat jarang
dilakukan tinjauan lapangan tapi hanya berdasarkan laporan dari badan pengurus.
Hal ini yang menyebabkan pengawasan terhadap koperasi kurang.
6. Manajemen Resiko, jarang pada koperasi yang ada yang memiliki manajemen
resiko tapi hanya berdasarkan dari prosedur yang disepakati bersama oleh karena
itu sebaiknya setiap koperasi hendaknya memiliki manajemen resiko untuk
meminimalisir kerugian dan beberapa risiko risiko lainnya. Dari beberapa uraian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen risiko sangat diperlukan
dalam berbagai bidang di koperasi guna meminimalisir resiko yang mungkin terjadi
dalam menjalankan proses operasionalnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan mengenai Kepuasan anggota dan Analisis
risiko pada koperasi simpan pinjam di tengah pandemi ini dapat disimpulkan bahwa Pada
dasarnya risiko masih dapat dikelola. Pengelolaan risiko adalah upaya yang sadar untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan bentuk kerugian yang dapat  timbul. Ini
merupakan upaya yang terus-menerus, karena risiko akan dihadapi oleh siapa saja, baik besar
maupun kecil. Ada lima tindakan pokok dalam pengelolaan risiko yaitu Identifikasi risiko
dan Pemetaan Resiko . Tindakan ini erat kaitannya dengan kemampuan kita untuk
menganalisa dan memprediksi berbagai kejadian yang senantiasa dihadapi oleh setiap orang
atau Organisasi. Pengukuran risiko dan Peringkat Resiko . Setelah semua kejadian kita
analisa, dan kemungkinan kerugiannya kita ketahui, langkah berikutnya adalah mengukur
kerugian-kerugian potensial untuk masa yang akan datang. Menegaskan profil resiko dan
rencana manajemen , hal ini terkait dengan gaya manajemen dan visi strategis dari organisasi.

SARAN

Ada beberapa hal yang harus dilakukan koperasi simpan pinjam di era pandemi
seperti ini agar bisa terus bertahan dan berkembang guna bisa mensejahterakan khususnya
anggotanya dan umumnya masyarakat yang ada di sekitarnya. Hal yang harus dilakukan
diantaranya adalah dengan mengelola manajemen risiko dengan baik guna bisa
meminimalisir hal hal yang berlawanan dengan tujuan koperasi simpan pinjam, Selain itu
juga di era digitalisasi sekarang ini koperasi simpan pinjam harus mulai berani dan
memanfaatkan kemajuan tekhnologi yang ada sekarang ini dengan contohnya membuat
pelayanan koperasi simpan pinjam secara online dengan berbagai pertimbangan dan
manajemen risiko yang sudah dipikirkan dan dimusyawarahkan oleh para pengelola koperasi
simpan pinjam tersebut selain itu pengelolaan likuiditas juga harus menjadi perhatian penting
agar cashflow tetap terjaga dan koperasi simpan pinjam tetap sehat karena likuiditas terjaga
dan cashflow lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Henel. 2005. Organisasi Koperasi:Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi


Koperasi dan Kebijaksanaan Pengembangan di Negara Berkembang.
Bandung:Universitas Padjajaran
Sumodiningrat, Gunawan, 2004, Kebijakan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi dalam
Rangka Penguatan Ekonomi Kerakyatan.
Subandi, Slamet, 2007. Kedudukan dan Kiprah Koperasi dalam Mendukung Pemberdayaan
UMKM. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Nomor 1.
Ibrahim, Maulana. 2002. Strategi Pengembangan LKM Di Masa Mendatang. Lokakarya
Lembaga Keuangan Mikro Agro Berbasis Information and Communication
Technology (ICT) untuk Mendukung Pengembangan Usaha Mikro. Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta
S. Munawir, Akuntan. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta:Liberty Undang-
Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992
Setiaji, K ., Arsinta, Y. (2018). Strategy For Improving Cooperative Institutional Quality In
Semarang
Narimawati, U., Soegoto, E. S., & Munandar, D. (2020). LEVERAGING UNIVERSITY
BRANDING: STUDENT’S SATISFACTION AND PERFORMANCE
THROUGH LEARNING MANAGEMENT SYSTEM. PalArch's Journal of
Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(6), 7043-7061.
Supriyadi, S. G., Jatmika, D. (2021). An Analysis of Factors Affecting SHU In Cooperatives
of Micro Business and Labor Cooperative Department in Kediri City
Sarief, Saifuddin. 2004. Kebijakan untuk Meningkatkan Iklim yang Kondusif dalam
Mengembangkan UMKMK sebagai Kekuatan Ekonomi.
Sulaeman, Suhendar. 2004. Analisis Manfaat Lembaga Keuangan Berbentuk
Koperasi (KSP/USP). Jurnal Ekonomi & Bisnis. No. 2 Jilid 9
Supriyanto, Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah(UMKM) Sebagai
Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan, Jurnal Ekonomi
Pendidikan: No.1 Vol.3,2006
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997:571). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pelayanan
Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: Penerbit PPM dan
Erlangga
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai