Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

Ropke (1987) mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang para pemilik atau anggotanya
adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas suatu koperasi
akan merupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit yang lainnya.
Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan Kusnadi (2005), kegiatan koperasi secara ekonomis
harus mengacu pada prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai
pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola perusahaan bersama
yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi individu para anggotanya. Koperasi adalah
organisasi otonom, yang berada didalam lingkungan sosial ekonomi yang menguntungkan setiap anggota,
pengurus dan pemimpin dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin merumuskan tujuan-tujuannya
secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan
secara bersamasama (Hanel,1989).

Perkembangan koperasi di Indonesia terus berkembang, perkembangan tersebut ditandai dengan


banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia. Tetapi di dalam perkembangan tersebut banyak terjadi
hambatan-hambatan. Pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat
program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari lingkungan
pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber
pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya pesaing-
pesaing usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan
yang terjadi, namun sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian
terutama pangan, disamping sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati
latihan dengan mengurus dan mengelola KUD.

Posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru dominasi oleh koperasi kredit yang menguasaantara 55-60
persen dari kesuluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan
program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari koperasi aktif. Pada
akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar prekreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit
desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program
pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemendarian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen
untuk tumbuhnya kemendarian koperasi.

Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit
yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi

Manajemen Koperasi | 1
koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau sekitar
35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro
menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%.
Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada
pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada.
Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.

Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena sifat masyarakatnya
yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai dengan azas koperasi saat ini. Sejak
lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek
moyang yang turun- temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah
Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa
Barat, Mapalus di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan Subak untuk daerah
Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan
menunjukkan usaha atau kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan. Bentuk-bentuk
ini yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan, hubungan social, nonprofit dan kerjasama
disebut Pra Koperasi. Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih dijumpai,
meskipun arus globalisasi terus merambat kepedesaan.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana masalah yang dihadapi koperasi?

Peluang koperasi di Indonesia?

Tantangan apa saja yang dihadapi koperasi di Indonesia?

Manajemen Koperasi | 2
BAB 2 LANDASAN TEORI

MASALAH KOPERASI DI INDONESIA

Kurangnya partisipasi anggota

Bagaimana mereka bisa berpartisipasi lebih kalau mengerti saja tidak mengenai apa itu koperasi. Hasilnya
anggota koperasi tidak menunjukkan partisipasinya baik itu kontributif maupun intensif terhadap kegiatan
koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para
anggota koperasi ditengarai menjadi faktor utamanya, karena para pengurus beranggapan hal tersebut
tidak akan menghasilkan manfaat bagi diri mereka pribadi. Keguatan koperasi yang tidak akan
menghasilkan manfaat bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat
sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari
para anggotanya untuk ini akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk
berpartisipasu membuat koperasi seperti stagnan. Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada
partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan manfaat bagi seluruh
anggotanya, serta masyarakat sekitar.

Sosialisasi Koperasi

Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal.
Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tau koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti
biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tau esensi dari koperasi itu
sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikannya. Mereka belum tau betul bahwa
dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi
kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus, karena tanpa partisipasi anggota
tidak ada kontrol dari anggota sendiri terhadap pengurus.

Manajemen

Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi startegi dan gerakan koperasi harus memiliki
manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan
untuk memanfaatkan peluang usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti dalam memilih pengurus
maupun pengelola agar badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik.

Ketidak profesionalan manajemen koperasi banyak terjadi di koperasi yang anggota dan pengurusnya
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Contohnya banyak terjadi pada KUD yang notabene didaerah
terpencil, banyak sekali KUD yang bangkrut karena manajemennya kurang profesional baik itu dalam
sistem kelola usahanya dari segi sumberdaya manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD

Manajemen Koperasi | 3
yang hanya menjadi tempat bagi pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dan pemerintah yang
banyak mengucur.

Permodalan

Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha
tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dalam atau
bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari
masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan struktural, maksudnya dilakukannya restrukturasi
dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan.

Kepala Dinas Koperasi UKM perindustrian dan perdagangan Sulawesi Tengah Muhammad Hajir
Hadde,SE.MM menyebutkan salah satu hambatan yang dihadapi selama ini diantaranya manajemen dan
modal usaha. Hal ini dikatakannya dihadapan peserta Diklat Koperasi Simpan Pinjam KSP dan Unit
Simpan Pinjam USP yang saat ini sedang berlangsung di Palu. Untuk mengantisipasi berbagai hambatan
dimaksud khususnya manajemen Dinas Kumperindag selaku leading sektor terus berupaya mengatasinya
melalui pendidikan dan pelatihan serta pemberian modal usaha.

Sumber Daya Manusia

Banyaknya anggota pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi.
Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak profesional dalam artian tidak dijalankan
sesuai dengan kaidah sebagaimana usaha lainnya. Dari sisi kenggotaannya sering kali pendirian koperasi
itu didasarkan bukan dari bawah melainkan dari atas. Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota
seringkali dipilih berdasarkan status sosial dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian pengelolaan
koperasi dijalankan dengan kurang adanya kontrol yang ketat dari para anggotanya. Pengelolaan yang
ditunjuk oleh pengurus seringkali diambil dari kalangan yang kurang profesional. Sering kali pengelola
yang diambil dari yang berpengalan baik dari sisi akademis maupun penerapan dalam wirausaha.

Kurangnya Kesadaran Masyarakat

Perkembangan koperasi di Indonesia dimulai dari atas (top down) bukan dari bawah (bottom up) artinya
koperasi berkembang di Indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari dukungan
pemerintah yang disosialisasikan kebawah. Berbeda dengan yang diluar negeri, koperasi terbentuk karena
adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang
merupakan tujuan koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung
saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus mensosialisasikannya dulu
kebawah sehingga rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.

Manajemen Koperasi | 4
Pemajuan Koperasi

Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi Indonesia tidak
maju-maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana segar tanpa ada pengawasan terhadap
bantuan tersebut. Sifat bantuannya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang
tidak mendidik, koperasi menjadi “manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari
pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan menjadikan koperasi tidak bisa
bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan
dengan sistem pengawasannya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu
dikembalikan. Dengan demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu
bersaing.

Demokrasi ekonomi yang kurang

Dalam arti kata demokrasi ekonomi yang kurang ini dapat diartikan bahwa masih ada banyak koperasi
yang tidak diberikan keleluasaan dalam menjalankan setiap tindakannya. Setiap koperasi seharusnya
dapat secara leluasa memberikan pelayanan terhadap masyarakat, karena koperasi sangat membantu
meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat oleh segala jasa-jasa yang diberikan, tetapi hal tersebut sangat
jauh dari apa yang kita pikirkan. Keleluasaan yang dilakukan oleh badan koperasi masih sangat minim,
dapat dicontohkan bahwa KUD tidak dapat memberikan pinjaman terhadap masyarakat dalam
memberikan pinjaman untuk usaha masyarakat itu sendiri tanpa melalui persetujuan oleh tingkat
kecamatan dll. Oleh karena itu, seharusnya koperasi diberikan sedikit keleluasaan untuk memberikan
pelayanan terhadap anggotanya secara lebih mudah, tanpa syarat yang sangat sulit.

PELUANG KOPERASI DI INDONESIA

Peluang koperasi di Indonesia masih sangat minim apalabila tidak diatasi dengan menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh koperasi itu sendiri meskipun berdirinya Kementrian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah, ditambah dengan banyaknya pakar koperasi dan bahkan adanya perguruan tinggi
koperasi dan bahkan adanya perguruan tinggi koperasi (pencetak calon pengurus koperasi) ternyata belum
mampu membuat koperasi bangkit dari keterpurukannya. Koperasi masih saja terkesan sebagai proyek
ekonomi pinggiran. Koperasi dibentuk karena dibutuhkan oleh para anggotanya dan bukan sebaliknya
koperasi dibutuhkan oleh para anggotanya. Kalau hal terakhir itu yang terjadi, maka koperasi akan
tumbuh dengan pola top-down dan akhirnya akan mengalami kegagalan seperti yang sudah banyak terjadi
di Indonesia hingga saat ini.

Manajemen Koperasi | 5
TANTANGAN KOPERASI DI INDONESIA

Tantangan Yang Dihadapi Perkoperasian di Indinonesia

Dengan semakin berkembangannya perekonomian menuju kearah globalisasi ekonomi seperti dengan
adanya MEA,maka tantangan yang dihadapi antara lain:

Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing harga dan kualitas produk kita kalah dibanding
Negara lain di Asean.

Semakin banyaknya produk impor dipasaran dalam negeri yang akan mematikan usaha dinegara kita,
contohnya saja koperasi yang semakin harus dapat bersaing.

Masuknya SDM dari negara lain yang mungkin lebih berkualitas, yang akan menggusur tenaga kerja
dalam negeri.

Dengan semakin tingginya peluang koperasi yang semakin banyak dan berjalan dengan baik di Indonesia.
Banyak pula masalah/tantangan yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia memang masih belum
terselesaikan, apalagi dengan munculnya MEA. Seperti diantaranya:

Lemahnya kelembagaan koperasi

Lemahnya modal internal koperasi

Kurangnya inovasi dalam bisnis koperasi dan lambannya pemanfaatan IT

Lemahnya kualitas SDM dan kurangnya profesionalisme di koperasi

SOLUSI MASALAH KOPERASI DI INDONESIA

Setelah dilihat diatas, dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh koperasi, maka koperasi
harus melakukan peningkatan daya saing untukn menghadapi MEA, yaitu dari segi organisasi koperasi itu
sendiri, bisnis koperasinya, dan juga Sumber Daya Manusianya. Jika dilihat dari Organisasi Koperasi itu
bisa dilakukan diantaranya :

1. Memperkuat idiologisasi koperasi pada anggota

2. Penguatan kelembagaan koperasi sebagai entitas bisnis modern

3. Membangun kultur kreatif, inovatif dan nilai tambah damlam kerangka meningkatkan daya
saing koperasi

Manajemen Koperasi | 6
4. Memperkuat jaringan kemitraan koperasi dengan stake holder

Jika dilihat dari segi Bisnis Koperasinya, diantaranya :

1. Peningkatan modal sendiri berdasar skala ekonomi yang layak

2. Penerapan IT.

3. Kemitraan dengan pelaku bisnis lain

Jika dilihat dari segi Sumber Daya Manusia nya,antaralain :

1. Peningkatan kualitas SDM koperasi

2. Pengembangan system kompensasi yang menarik

3. Profesionalisasi manajemen

4. Pengukuran kinerja SDM yang unggul

Peran pemerintah dalam melakukan pembinaan pada koperasi juga berperan penting agar menciptakan
koperasi yang bisa semakin berkembang dalam MEA. Pemerintah merupakan aktor utama bagi
perkembangan koperasi, karena kebijakan-kebijakan yang dilakukan harus pro rakyat dan demi
kesejahteraan rakyat Indonesia semata jangan menguntungkan bagi bangsa lain. Disamping itu
pemerintah juga harus membantu dana dalam mengembangkan koperasi, tetapi tidak hanya memberikan
dana saja, pemerintah harus mengontrol pengguanaan dana tersebut. Selain cara-cara diatasakan menjadi
lebih baik dan efektif lagi bila diadakan program penelitian dan pengembangan koperasi.

1. Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan, yang meliputi seluruh aspek pengembangan
perkoperasian melalui pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral yang terkoordinasi dan terintegrasi.

2. Pengkajian dan perumusan pengetahuan perkoperasian dalam rangka penyusunan keilmuan


koperasi, sebagai bahan pengajaran ilmu koperasi dalam pendidikan formal.

3. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan perkoperasian untuk memberikan masukan yang
diperlukan bagi penyusunan pola pengembangan koperasi serta persiapan langkah-langkah bagi usaha
membangun koperasi.

4. Mengembangkan berbagai pola dan perangkat pembangunan koperasi baik perangkat lunak maupun
perangkat keras, yang meliputi aspek-aspek manajemen personil, permodalan dan perkreditan, produksi
serta pemasaran.

Manajemen Koperasi | 7
5. Mengkaji proyek rintisan/percontohan dalam rangka memperoleh sistem dan peralatan teknis yang
belum dijadikan pola atau sistem operasional.

6. Mengembangkan pusat dokumentasi ilmiah dan informasi perkoperasian yang didukung oleh
sistem dan jaringan informasi yang menyeluruh dan terpadu, guna memonitor dan mengevaluasi berbagai
perkembangan pembangunan koperasi serta dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya.

7. Meningkatkan kerjasama koperasi dengan lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, pengembangan


dan pengkajian baik di lingkungan pemerintah maupun swasta.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=tantangan+koperasi

http://kopmauns.ormawa.uns.ac.id/?p%3D7&ei=5PuXtRK3&lc=id-
ID&s=1&m=621&host=www.google.co.id&ts=1509463871&sig=ANTY_L2wRyJDQ-
TnQhQjcpXY4miYm8oRwA

Manajemen Koperasi | 8

Anda mungkin juga menyukai