Anda di halaman 1dari 21

Critical Jurnal Review Koperasi Nasional

ABSTRAK
Selama ini “koperasi” dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis sektor-sektor
primer yang memberikan lapangan kerja terbesar bagi penduduk Indonesia. KUD sebagai
koperasi program yang didukung dengan program pembangunan untuk membangun KUD. Di
sisi lain pemerintah memanfaatkan KUD untuk mendukung program pembangunan seperti yang
selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik pembangunan koperasi. Bahkan koperasi
secara eksplisit ditugasi melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh
pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan bea pemerintah,
TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru (cengkeh). Ciri utama perkembangan
koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada program yaitu : (i) Program
pembangunan secara sektoral; (ii) Lembaga-lembaga pemerintah; dan (iii) Perusahaan baik milik
negara maupun swasta. Sebagai akibat dari perkrmbangan koperasi yang semakin meluas,
koperasi mempunyai kekuatan yang lain karena koperasi dapat memberikan kemungkinan
pengenalan teknologi baru melalui kehematan dengan mendapatkan informasi yang langsung dan
tersedia bagi setiap anggota yang memerlukannya. Kesemuanya itu dilihat dalam kerangka
peranan koperasi secara otonom bagi setiap individu anggotanya yang telah memutuskan
menjadi anggota koperasi. Dengan demikian sepanjang koperasi dapat menghasilkan
kemanfaatan tersebut bagi anggotanya maka akan mendorong orang untuk berkoperasi karena
dinilai bermanfaat. Dukungan yang diperlukan bagi koperasi untuk menghadapi berbagai
rasionalisasi adalah keberadaan lembaga jaminan kredit bagi koperasi dan usaha kecil di daerah.
Dengan demikian kehadiran lembaga jaminan akan menjadi elemen terpenting untuk percepatan
perkembangan koperasi di daerah. Lembaga jaminan kredit yang dapat dikembangkan
Pemerintah Daerah akan dapat mendesentralisasi pengembangan ekonomi rakyat dan dalam
jangka panjang akan menumbuhkan kemandirian daerah untuk mengarahkan aliran uang di
masing-masing daerah. Dalam jangka menengah koperasi juga perlu memikirkan asuransi bagi
para penabung.

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1               Latar Belakang
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang
memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan
pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan
kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan
ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur
koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi
dirinya.
Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi
yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan
negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa
sendiri setelah kemerdekaan, berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan
dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan
koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.
Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh
secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan
kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah
kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi. Paling
tidak dengan dasar yang kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah
mencatat tiga pola pengembangan koperasi. Secara khusus pemerintah memerankan fungsi
“regulatory” dan “development” secara sekaligus (Shankar 2002). Ciri utama perkembangan
koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada program yaitu : (i) Program
pembangunan secara sektoral; (ii) Lembaga-lembaga pemerintah; dan (iii) Perusahaan baik milik
negara maupun swasta. Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan
kalau ada tidak diberikan tempat semestinya.
Selama ini “koperasi” dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis sektor-sektor
primer yang memberikan lapangan kerja terbesar bagi penduduk Indonesia. KUD sebagai
koperasi program yang didukung dengan program pembangunan untuk membangun KUD. Di
sisi lain pemerintah memanfaatkan KUD untuk mendukung program pembangunan seperti yang
selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik pembangunan koperasi. Bahkan koperasi
secara eksplisit ditugasi melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh
pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan bea pemerintah,
TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru (cengkeh).

2
1.2          PERUMUSAN MASALAH
Koperasi merupakan organisasi yang telah berkembang sejak dulu. Dari zaman ke zaman
terdapat beberapa potret atau perubahan perubahan yang membuat sebuah tantangan
bagi Koperasi.Untuk itu perlu dilakukan penelitian atau studi secara mendalam guna
memperoleh gambaran secara persis potret dan tantangan koperasi, yaitu : 1) Bagaimana potret
koperasi Indonesia dalam perkembangannya?, 2) Manfaat apa yang diperoleh dari organisasi
Koperasi?, 3) Bagaimana Posisi Koperasi dalam Perdagangan Bebas?, dan 4) Peranan apa yang
dilakukan Koperasi Dalam Era Otonomi Daerah?
1.3          TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai pada studi ini adalah :

1)      Menganalisis Potret Koperasi Indonesia

2)      Mengetahui manfaat dari organisasi Koperasi

3)      Mengetahui Posisi Koperasi dalam Perdaganag Bebas dan Era Otonomi Daerah

1.4          METODE PENELITIAN


1.4.1      Lokasi
Studi ini dilakukan di Indonesia khususnya di daerah Otonomi dan Desa.

1.4.2      Metode Studi


Tehnik pengumpulan data diperoleh dari studi pustaka, Dinas Koperasi dan UKM serta instansi
terkait baik tingkat propinsi maupun kabupaten berupa publikasi, dokumen, laporan kegiatan.

1.4.3      Pengolahan Analisis Data


Pengelolaan analisa data dilakukan secara diskriftif reflektif.

3
BAB II PEMBAHASAN
2.1      Potret Koperasi Indonesia
 Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggota ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika
dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua
kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Corak koperasi
Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat
program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari
kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive marketprogram
menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru
bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. 
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar harapan kita kepada
koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh
koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat
dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi
koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi dalam
pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa dengan pangsa sekitar
31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi
pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi
koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian
koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada
dasarnya tumbuh sebagai tanggapan  terhadap dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan
pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan
koperasi pada basis pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan koperasi sesuai
prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan ini menimbulkan
kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha koperasi kearah
penyatuan vertical maupun horizontal.
Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan
yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini  telah menunjukkan kurang efektif
nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi
instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus
diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan globalisasi.

4
2.2       Kemanfaatan Koperasi
Secara teoritis sumber kekuatan koperasi sebagai badan usaha dalam konteks kehidupan
perekonomian, dapat dilihat dari kemampuan untuk menciptakan kekuatan monopoli dengan
derajat monopoli tertentu. Tetapi ini adalah kekuatan semu dan justru dapat menimbulkan
kerugian bagi anggota masyarakat di luar koperasi. Sumber kekuatan lain adalah kemampuan
memanfaatkan berbagai potensi external economies yang timbul di sekitar kegiatan ekonomi
para anggotanya. Dan kehematan tersebut hanya dapat dinikmati secara bersama-sama, termasuk
dalam hal menghindarkan diri dari adanya external diseconomies itu.
Kehematan-kehematan yang dapat menjadi sumber kekuatan koperasi memang tidak terbatas
pada nilai ekonomis nya semata. Kekuatan itu juga dapat bersumber dari faktor non-ekonomis
yang menjadi faktor berpengaruh secara tidak langsung terhadap kegiatan ekonomi
anggota masyarakat dan badan usaha koperasi. Sehingga manfaat atau keuntungan koperasi pada
dasarnya selalu terkait dengan dua jenis manfaat, yaitu yang nyata (tangible) dan yang tidak
nyata (intangible). Kemanfaatan koperasi ini juga selalu berkaitan dengan keuntungan yang
bersifat ekonomi dan sosial. Karena koperasi selain memberikan kemanfaatan ekonomi juga
mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap aspek sosial seperti pendidikan, suasana sosial
kemasyarakatan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Pembahasan ini difokuskan kepada manfaat
yang mendasari digunakannya mekanisme koperasi.
Dalam hal ini koperasi mempunyai kekuatan yang lain karena koperasi dapat memberikan
kemungkinan pengenalan teknologi baru melalui kehematan dengan mendapatkan infor-
masi yang langsung dan tersedia bagi setiap anggota yang memerlukannya. Kesemuanya itu
dilihat dalam kerangka peranan koperasi secara otonom bagi setiap individu anggotanya yang te-
lah memutuskan menjadi anggota koperasi. Dengan demikian sepanjang koperasi dapat
menghasilkan kemanfaatan tersebut bagi anggotanya maka akan mendorong orang untuk ber-
koperasi karena dinilai bermanfaat.
Dalam konteks yang lebih besar koperasi dapat dilihat sebagai wahana koreksi oleh masyarakat
pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen, dalam memecahkan kegagalan pasar dan
mengatasi inefisiensi karena ketidaksempurnaan pasar. Secara teoritis koperasi akan tetap hadir
jika terjadi kegagalan pasar. Jika pasar berkembang semakin kompetitif secara alamiah koperasi
akan menghadapi persaingan dari dalam. Karena segala insentif ekonomi yang selama ini didapat
tidak lagi bisa dimanfaatkan. Sehingga sumber kekuatan untuk tetap mempertahankan hadirnya
koperasi terletak pada kemampuan untuk mewujudkan keuntungan tidak langsung
atau intangible benefit yang disebutkan di muka.
Dalam kerangka yang lebih makro suatu perekonomian merupakan suatu bangunan yang terdiri
dari berbagai pelaku yang dikenal dengan kelompok produsen dan kelompok konsumen. Di
dalam suatu negara berkembang organisasi ekonomi dari masing-masing pelaku tadi menjadi
semakin kompleks.

5
Karena selain pemerintah dan swasta (perusahaan swasta) sebenarnya masih ada dua kelompok
lain yaitu koperasi dan sektor rumah tangga. Kelompok yang disebut terakhir, perlu men-
dapatkan pencermatan tersendiri, karena mungkin ia dapat berada di dalam koperasi, atau
menjadi suatu unit usaha sendiri, atau merupakan pendukung usaha swasta yang ada. Inilah yang
sebenarnya perlu kita lihat dalam kerangka yang lebih luas.

Secara konseptual dan empiris, mekanisme koperasi memang diperlukan dan tetap diperlukan


oleh suatu perekonomian yang menganut sistem pasar. Besarnya peran tersebut akan sangat
tergantung dari tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat
serta struktur pasar dari berbagai kegiatan ekonomi dan sumber daya alam dari suatu
negara. Contoh klasik dari pentingnya kondisi pasar yang kompatibel dengan kehadiran koperasi
adalah pengalaman koperasi susu dimana-mana di dunia ini selalu menjadi contoh sukses (kasus
bilateral monopoli). Padahal sukses ini tidak selalu dapat diikuti oleh jenis kegiatan produksi
pertanian lainnya. Koperasi sebagai mekanisme kerjasama ekonomi juga tidak mengungkung
dalam sistemnya sendiri yang terbatas pada sistem dan struktur koperasi, tetapi dalam interaksi
dapat meminjam mekanisme bisnis yang lazim dipakai oleh badan usaha non-koperasi.
Termasuk dalam hal ini pembentukan usaha yang berbentuk non koperasi untuk memperta-
hankan kemampuan pelayanan dan menegakkan mekanisme koperasi yang dimiliki.

2.3      Posisi Koperasi dalam Perdagangan Bebas


Esensi perdagangan bebas yang sedang diciptakan oleh banyak negara yang ingin lebih maju
ekonominya adalah menghilangkan sebanyak mungkin hambatan perdagangan internasional.
Melihat arah tersebut maka untuk melihat dampaknya terhadap perkembangan koperasi di tanah
air dengan cara mengelompokkan koperasi ke dalam ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi.
Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar: (i) koperasi produsen atau koperasi yang
bergerak di bidang produksi, (ii) koperasi konsumen atau koperasi konsumsi, dan (iii) koperasi
kredit dan jasa keuangan. Dengan cara ini akan lebih mudah mengenali keuntungan yang bakal
timbul dari adanya perdagangan bebas para anggota koperasi dan anggota koperasinya sendiri.

Koperasi produsen terutama koperasi pertanian memang merupakan koperasi yang paling sangat
terkena pengaruh perdagangan bebas dan berbagai liberalisasi. Koperasi pertanian di seluruh
belahan dunia ini memang selama ini menikmati proteksi dan berbagai bentuk subsidi serta
dukungan pemerintah. Dengan diadakannya pengaturan mengenai subsidi, tarif, dan akses pasar,
maka produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat menikmati
perlindungan seperti semula, dan harus dibuka untuk pasaran impor dari negara lain yang lebih
efisien.

6
Untuk koperasi-koperasi yang menangani komoditi sebagai pengganti impor atau ditutup dari
persaingan impor jelas hal ini akan merupakan pukulan berat dan akan menurunkan perannya di
dalam percaturan pasar kecuali ada rasionalisasi produksi. Sementara untuk koperasi yang
menghasilkan barang pertanian untuk ekspor seperti minyak sawit, kopi, dan rempah serta
produksi pertanian dan perikanan maupun peternakan lainnya, jelas perdagangan
bebas merupakan peluang emas. Karena berbagai kebebasan tersebut berarti membuka peluang
pasar yang baru. Dengan demikian akan memperluas pasar yang pada gilirannya akan
merupakan peluang untuk peningkatan produksi dan usaha bagi koperasi yang bersangkutan.
Dalam konteks ini koperasi yang menangani produksi pertanian, yang selama ini mendapat
kemudahan dan perlindungan pemerintah melalui proteksi harga dan pasar akan menghadapi
masa-masa sulit. Karena itu koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya. Bahkan
mungkin harus mereorganisasi kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi.
Untuk koperasi produksi di luar pertanian memang cukup sulit untuk dilihat arah pengaruh dari
liberalisasi perdagangan terhadapnya. Karena segala sesuatunya akan sangat tergantung di posisi
segmen mana kegiatan koperasi dibedakan dari para anggotanya. Industri kecil misalnya
sebenarnya pada saat ini relatif berhadapan dengan pasar yang lebih terbuka. Artinya mereka
terbiasa dengan persaingan dengan dunia luar untuk memenuhi pemintaan ekspor maupun
berhadapan dengan barang pengganti yang diimpor. Namun cara-cara koperasi juga dapat
dikerjakan oleh perusahaan bukan koperasi.

Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya perdagangan
bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan selalu membawa pada persaingan yang
lebih baik dan membawa pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan
hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan terbukanya pilihan barang dari
seluruh pelosok penjuru dunia secara bebas. Dengan demikian konsumen akan menikmati
kebebasan untuk memenuhi hasrat konsumsinya secara optimal. Meluasnya konsumsi
masyarakat dunia akan mendorong meluas dan meningkatnya usaha koperasi yang bergerak di
bidang konsumsi. Selain itu dengan peniadaan hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui
peniadaan non torif barier dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi
sepenuhnya kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat untuk
melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas.
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti mempunyai kemampuan
untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang
sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi

7
kredit keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan merupakan kehadiran
pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap tidak dapat menjangkau para
anggota koperasi.

Apabila koperasi kredit mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk
pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus pesaing baru. Bagi
koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan
merupakan peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam
membangun sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di masa
mendatang akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan
lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan.

2.4    Koperasi Dalam Era Otonomi Daerah


Implementasi undang-undang otonomi daerah, akan memberikan dampak positif bagi koperasi
dalam hal alokasi sumber daya alam dan pelayanan pembinaan lainnya. Namun koperasi akan
semakin menghadapi masalah yang lebih intensif dengan pemerintah daerah dalam bentuk
penempatan lokasi investasi dan skala kegiatan koperasi. Karena azas efisiensi akan mendesak
koperasi untuk membangun jaringan yang luas dan mungkin melampaui batas daerah otonom.
Peranan advokasi oleh gerakan koperasi untuk memberikan orientasi kepada pemerintah di
daerah semakin penting. Dengan demikian peranan pemerintah di tingkat propinsi yang diserahi
tugas untuk pengembangan koperasi harus mampu menjalankan fungsi intermediasi semacam
ini. Mungkin juga dalam hal lain yang berkaitan dengan pemanfaatan infrastruktur daerah yang
semula menjadi kewenangan pusat.

Peranan pengembangan sistem lembaga keuangan koperasi di tingkat Kabupaten / Kota sebagai
daerah otonomi menjadi sangat penting. Lembaga keuangan koperasi yang kokoh di daerah
otonom akan dapat menjangkau lapisan bawah dari ekonomi rakyat. Disamping itu juga akan
mampu berperan menahan arus keluar sumber keuangan daerah. Berbagai studi menunjukan
bahwa lembaga keuangan yang berbasis daerah akan lebih mampu menahan arus kapital keluar.

Dukungan yang diperlukan bagi koperasi untuk menghadapi berbagai rasionalisasi adalah
keberadaan lembaga jaminan kredit bagi koperasi dan usaha kecil di daerah. Dengan demikian
kehadiran lembaga jaminan akan menjadi elemen terpenting untuk percepatan perkembangan
koperasi di daerah. Lembaga jaminan kredit yang dapat dikembangkan Pemerintah Daerah akan
dapat mendesentralisasi pengembangan ekonomi rakyat dan dalam jangka panjang akan menum-
buhkan kemandirian daerah untuk mengarahkan aliran uang di masing-masing daerah. Dalam
jangka menengah koperasi juga perlu memikirkan asuransi bagi para penabung.

8
Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi yang otonom,
namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi
seperti jasa keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama.

Dengan otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga terdapat potensi


benturan yang harus diselesaikan di tingkat daerah. Dalam hal ini konsolidasi potensi keuangan,
pengembangan jaringan informasi serta pengembangan pusat inovasi dan teknologi merupakan
kebutuhan pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi. Pemerintah di daerah dapat mendorong
pengembangan lembaga penjamin kredit di daerah.

9
BAB III    PENUTUP
3.1          Kesimpulan
    Pendekatan pengembangan koperasi sebagai instrumen pembangunan terbukti menimbulkan
kelemahan dalam menjadikan dirinya sebagai koperasi yang memegang prinsip-prinsip koperasi
dan sebagai badan usaha yang kompetitif. Reformasi kelembagaan koperasi menuju koperasi
dengan jati dirinya akan menjadi agenda panjang. Dalam kerangka otonomi daerah perlu
penataan lembaga keuangan koperasi (koperasi simpan pinjam) untuk memperkokoh
pembiayaan kegiatan ekonomi di lapisan terbawah dan menahan arus ke luar potensi sumberdaya
lokal yang masih diperlukan. Pembenahan ini akan merupakan elemen penting dalam
membangun sistem pembiayaan mikro di tanah air.

REVIEW
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggota ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika
dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua
kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Corak koperasi
Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Mengenai jumlah koperasi yang meningkat
dua kali lipat dalam waktu 3 tahun 1998 –2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan 
terhadap dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan
lahirnya Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis pengembangan
dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian koperasi. Kesulitannya
pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan koperasi sesuai prinsip dasar pendirian
koperasi atau insentif terhadap koperasi. Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada
pengembangan aliansi bisnis maupun pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical
maupun horizontal. Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip organisasi pemerintah/lembaga
kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini  telah menunjukkan
kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang
menjadi instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah pengumpulan. Fenomena ini dimasa
datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan
globalisasi.

10
Koperasi mempunyai kekuatan yang lain karena koperasi dapat memberikan kemungkinan
pengenalan teknologi baru melalui kehematan dengan mendapatkan informasi yang langsung dan
tersedia bagi setiap anggota yang memerlukannya. Kesemuanya itu dilihat dalam kerangka
peranan koperasi secara otonom bagi setiap individu anggotanya yang telah memutuskan
menjadi anggota koperasi. Dengan demikian sepanjang koperasi dapat menghasilkan
kemanfaatan tersebut bagi anggotanya maka akan mendorong orang untuk berkoperasi karena
dinilai bermanfaat.

Esensi perdagangan bebas yang sedang diciptakan oleh banyak negara yang ingin lebih maju
ekonominya adalah menghilangkan sebanyak mungkin hambatan perdagangan internasional.
Melihat arah tersebut maka untuk melihat dampaknya terhadap perkembangan koperasi di tanah
air dengan cara mengelompokkan koperasi ke dalam ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi.
Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar: (i) koperasi produsen atau koperasi yang
bergerak di bidang produksi, (ii) koperasi konsumen atau koperasi konsumsi, dan (iii) koperasi
kredit dan jasa keuangan. Dengan cara ini akan lebih mudah mengenali keuntungan yang bakal
timbul dari adanya perdagangan bebas para anggota koperasi dan anggota koperasinya sendiri.

Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi yang otonom,
namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi
seperti jasa keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan otonomi selain
peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga terdapat potensi benturan yang harus
diselesaikan di tingkat daerah. Dalam hal ini konsolidasi potensi keuangan, pengembangan
jaringan informasi serta pengembangan pusat inovasi dan teknologi merupakan kebutuhan
pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi. Pemerintah di daerah dapat mendorong pengem-
bangan lembaga penjamin kredit di daerah.

11
International Journal of Cooperative Economics

Abstract
Both textbook economics and management, spend enough time or space in the
cooperative form of business. The dominant paradigm is investor-owned, for profit
businesses compete for market share and profits. As a result of this, some graduate
business programs are well prepared to manage in a cooperative environment.
However, the cooperative represents most of the UK, the U.S., Canada and other
countries, is very competent management is important for the economy as a whole as
well as for cooperative owners, employees, suppliers and customers.
Expectations among cooperative leaders is that the graduate business program
(whether undergrads or MBA) has a very limited appreciation of how to manage the
cooperative, while imbued with the spirit of co-operatives but without formal business
training may have limited management skills. To fix this problem, a number of
cooperative leaders have come together with the Saint Mary's University in Halifax,
Canada to offer a web-based master's degree program in management of cooperatives
and credit unions.
This program involves a 1201-semester courses and a thesis. It targets mid-career
managers of cooperatives and credit unions.
This paper describes the program, how the paradigm shift in graduate business
programs, and how creative it is being financed.
Introduction
Lynch et al. (1989) reported that the cooperative is emphasized in introductory
economics textbooks used in the United States.
Parnell (1996) argues that since the cooperative form of business has been largely
ignored in the primary, secondary, and post-secondary schools, the school has become
a "choice much maligned and often overlooked."
 Bukit surveyed twenty-five introductory economics textbook used in Canada for their
content on cooperatives. Four of the 25 are U.S. texts, ten Canadianized U.S. version of
the text first, and the rest is Canadian. He's hoping to find a cooperative handled by
alternative forms of business, or comparative economic systems, or under the money
and banking, or in discussions that controls the company. (Hill, 2000, 282). What he
found was that while almost all the texts mentioned credit unions, only one discussing
why they are there. Non-financial cooperatives fared less well. About half of the texts do
not mention it at all, and if there is it tends to be cursory mention. Greatest coverage in
one text is one page. As Hill says, "Clearly, in most introductory textbooks, cooperative
economic organization is either entirely neglected or receive only passing mention. (Hill,
2000.283).
A survey of the texts of the most popular business instruction used in Canada (see
Table 1) showed the same pattern. Of the six texts surveyed, people should not mention
co-operative or credit union, the two have about two pages of material, and some of the
balance amount is lower. Of the two texts with the greatest coverage of the cooperative,
one has two pages in chapter twenty-nine pages of "Forms of Business Ownership,"
used the other half of the space allocated to co-operatives illustrate the steps of the
Canadian agricultural co-op to privatization and bankruptcy applauded Japanese
cooperative members who had allegedly gouged. In summary, treatment of co-
operatives in Canada introductory textbook business ranges from none to hostile. Only
Furhman (2000) have something like medicine, non-objective cursory co-ops.
A recent survey of business introductory text is stored in the U.S. Library of Congress to
strengthen these findings.
The dominant paradigm for both economy and business investors introduction to
competitive business advantage to maximize shareholder wealth. It is unfortunate
paradigm for a number of reasons:

12
· Cooperative has more than 700 million members in 100 countries (Williamson, 1994).
So those are the economic forces that can not or, at least, should not be overlooked.
· In the UK, Coop Group has 70,000 employees and an annual turnover of more than £
7 billion. It is important with any standards and, while the Coop Group is the largest
cooperative in the UK, it is by no means the only one (Co-op Group).
· In Canada, 10,000 non-financial co-operatives employ more than 150,000 people and
the largest of them had in 2001 revenues of CDN $ 3.3 billion (Agriculture Canada).
· In the U.S., the top 100 cooperatives had 1996 sales of more than U.S. $ 100 billion.
More citizens are members of the cage other than shares stock market alone, while
more than 2 million New York City residents living in housing cooperatives (Thompson,
1997). Based on the size and reach of economics alone, cooperatives are a significant
feature of everyday life, is a significant employer, and must be understood by graduate
students.
· As Hill (2000, 287) suggests, cooperative discussion can "increase the range of
positive and normative interesting questions" that should be part of the recognition a
business student to an understanding of economics. Among these are: the extent to
which democracy should be part of our economic life and the life of our society, how
economic units actually behave outside of economic theory, what impact does the
economic incentives form of business, there are alternative economic systems that go
beyond pure capitalism or planning centralized, in the real world, how it impacts the
cooperative form of power in the market?
· John Stuart Mill raised many of these questions in the middle of the 19th century. So
maybe it's time to make some effort to explain to the business students with arguments
that surround them. As Mill put it: form associations, however, that if human beings
continue to improve, must be expected to dominate in the end, is not that which can
exist between a capitalist as chief, and the people working without a voice in the
management, but the association of the workers themselves on terms of equality,
collectively they have the capital to continue their operations, and working under
managers elected and removable self. (Mill)
· Cooperative has abiding need for competent managers who embrace both the
principles of cooperation and the latest in managerial best practice. The need was
recognized almost 80 years ago:
. . . we have two theories about cooperative business administration, and they differ
sharply. . . . "We are interested in starting a store ... and we intend to get the best
technical experts that the business world has to offer ... [or] ... if we buy a superlatively
efficient manager of Private Business ... We have a body and Cooperation and have
lost the spirit. (---, 1924) and is echoed in a recent paper Australia: Council needs to be
careful that he does not consider that its role is to manage the cooperative and that the
role of the manager is to manage the business. It creates an unhealthy division that will
not necessarily be seen in the short term but will have long-term consequences are not
desirable. should be no separation between "cooperative" and "business." Instead,
there is a need to recognize that cooperative managers need to integrate values
cooperative in their management practices. Griffith (2003)

Presentation of current
There are currently three types of courses / programs available for post-secondary
school students with an interest in the cooperative:
· Program in Functional techniques for cooperative employees and supervisors.
Organizations such as the Co-operative College in the UK (which offers, for example,
training programs for retail sales clerks cooperative) or the Credit Union Institute of
Canada (CUIC) (a credit union employees trained in the technical aspects of their work)
did a great service to the cooperative sector to facilitate increased employee.

13
· A single program that can be taken as part of an MBA program or a B.Comm / BBA. It
gives students a sense of co-ops in much the same way that a single program in
insurance or tourism can scratch the surface of specific areas.
· What is the best it can be called a "co-op appreciation" course is usually offered as an
option in the BA program. This course is useful in spreading public appreciation of the
role of cooperatives and their communities.
Unfortunately, none of these types of offerings address the needs of managerial
cooperatives and credit unions as they struggle to survive and thrive in an increasingly
competitive world and multinational. Parnell (2000) wrote eloquently this requirement:
senior managers of large-scale co-operatives, recruited directly from business investors
frequently, rarely have access to the appropriate development or training, and as a
result they are often left to find their own how they should function in a cooperative
organization. Many never learn what it means to properly manage the cooperative
efforts, often with disastrous consequences.
Davis and Donaldson (1998) agree that:
"Cooperative management is quite different from the primary to ask their own principles,
concepts and training materials." And as a capitalist retail sounding as Edward Filene
said this about the cooperative store:
"A good cooperative manager should be familiar with the ideas and principles of
cooperation as it is with the principles of store management business."
But no, to the best of my knowledge, every program in the English language that
combines the principles and practices of cooperation and business in a way that will
produce hard-hearted managers imbued with the spirit of co-op.
Why not? Although there are a large number of cooperatives scattered throughout the
English-speaking world, they are not so concentrated geographically to be instantly
recognizable as a clear educational market. In addition, research and teaching skills
necessary for a decent program (especially at the graduate level) can not be found on a
single university. They, like the co-ops, scattered throughout the world.
This leads to a new paradigm of supporters - a mix of tight cooperative values and
managerial techniques - to come together to promote a program that reflects the new
paradigm. It was concluded that such a program can only be successful if it draws on
both students and faculty from all over the English-speaking world. The advocates,
through their co-operatives and credit unions came together to form the Cooperative
Management Education Cooperative (CMEC), which more later.
Program
To meet the expressed needs of cooperatives and credit unions, a new program, which
reflects the new paradigm, developed. It is organized by Saint Mary's University,
Halifax, Canada, and has attracted students from Canada, the U.S., and the UK second
intake will be in September 2004.
· Program: Master of Management - Cooperatives and Credit Unions
· Degree Granter: University of Saint Mary
· Target: Mid-career managers of cooperatives and credit unions. The first class
includes candidates from the U.S., UK and Canada, from banks, credit unions,
insurance, retail, and primary producers cooperative.
· Language Instruction: English
· Admission requirements: Bachelor's degree or significant managerial experience in
cooperatives or credit may be weighted in equality, while work by cooperatives or credit
unions, current employer willingness to provide sufficient time off to study, the
willingness of employers to facilitate the use of current workplace as an object of
research.
· Program: Eleven half-courses (11 x 3 semester hours) plus a study trip, plus a thesis
full course (1 x 6 semester hours). All programs are purpose built for this program. The
title alone is shown in Table 3.

14
· Delivery Mechanism: Distance Education, Web-based delivery using Web CT.
Candidates take four half-courses per calendar year.
· Developers Program and Faculty: Taken from academic institutions in Australia, New
Zealand, USA, UK, Ireland and Canada.
· Funding: The development program funded by cooperatives and credit unions through
CMEC (see below). Program delivery is based on full cost recovery.
Financing development program
Like most universities that have been involved in the development of webbed can attest,
web development program is an expensive proposition. It may be thought that the
shipping cost can be reduced and then as an administrator just less skilled just took
delivery of more skilled and more expensive
Academics (Is my bias towards universities that are trying to eliminate academic
positions show?). But there is a cost a bit more up-front when the web of technical skills
should be included and when, because of the program, academic work "out of the box."
Cost development of Saint Mary Master of Management - Cooperatives and Credit
Program States will never be covered from internal sources even if the university is
ready for future development costs in the hope of recovering later from what could be
called subtle "teaching efficiency." Infect, Saint Mary's had and not intended to take the
professor (and there's a strong faculty union to keep it that way), and delivery of the
program is on the basis of full cost recovery there is no significant "profit" is expected.
Fortunately, individual cooperatives and credit unions were first approached Saint
Mary's is to create a post-graduate degree program has been undertaken to finance the
development of the program. They began by establishing a Cooperative Education
Management Cooperative (CMEC), which has now grown to include co-operatives,
credit unions and members of educational institutions from Australia, New Zealand.
Ireland, U.K., U.S., and Canada. (See www.smu.ca / mmccu for a list of members).
Major funding increase initiatives are underway, with more than half of the target now
pledged.
It's obviously very satisfying to start the development program with a strong and tangible
demonstration of the demand for the program. Fundraising also serves as a means to
encourage participation in the program. On the one hand, the publicity surrounding the
fundraising to make the program known. On the other hand, co-operatives and credit
unions that have contributed to the development fund has a clear interest in sending
their own staff to take the course.
Conclusion
This program is an interesting example of the university and community partnerships to
achieve a variety of different purposes.
From the perspective of the cooperative sector, an international, developing a world-
class program is available to assist co-operatives and credit unions to compete
successfully in the global world. The program is encouraging, it symbolizes the
cooperation among cooperatives across the industry and political boundaries.
For academics and universities in general the program is an opportunity to develop
skills in working across boundaries and national institutions. The idea of collecting
lessons learned from various sources and then distribute to students spread not regular
but may become so.
For Saint Mary's program helps us make the logical progression of skill sets an
individual creates a web-based program to develop the entire program is based on
distributed learning. This also opens up significant new international markets.

15
Jurnal Ekonomi Koperasi Internasional

Abstrak

Baik ekonomi maupun buku cetak, manajemen cukup menghabiskan waktu atau


ruang pada koperasi bentuk bisnis. Paradigma yang dominan adalah milik investor,
untuk keuntungan bisnis bersaing untuk pangsa pasar dan keuntungan. Sebagai akibat
dari hal ini, lulusan beberapa bisnis program sudah dipersiapkan dengan baik untuk
mengelola dalam lingkungan koperasi.

Namun koperasi mewakili sebagian besar dari Inggris, AS, dan negara-negara
Kanada, manajemen pun sangat kompeten penting bagi perekonomian secara
keseluruhan serta untuk pemilik koperasi, karyawan, pemasok dan pelanggan.
Harapan antara koperasi pemimpin adalah bahwa lulusan program bisnis
(apakah undergrads atau MBA) memiliki apresiasi yang sangat terbatas bagaimana
mengelola koperasi, sedangkan yang dijiwai dengan semangat koperasi tetapi tanpa
pelatihan bisnis formal mungkin memiliki keterampilan manajemen yang terbatas. Untuk
memperbaiki masalah ini, sejumlah koperasi pemimpin telah datang bersama-sama
dengan Universitas Saint Mary di Halifax, Kanada untuk menawarkan berbasis web,
program tingkat master dalam pengelolaan koperasi dan credit union.
Program ini melibatkan 1201-semester kursus dan tesis. Ini target pertengahan
karir manajer koperasi dan credit union.
Makalah ini menjelaskan program, bagaimana pergeseran paradigma program
bisnis lulusan, dan cara kreatif itu sedang dibiayai.

Pengantar
Lynch et al. (1989) melaporkan bahwa koperasi itu ditekankan dalam buku ekonomi
pengantar yang digunakan di Amerika Serikat.
Parnell (1996) berpendapat bahwa karena bentuk koperasi usaha sebagian
besar telah diabaikan dalam primer, sekunder, dan pasca-sekolah menengah,sekolah
itu telah menjadi "pilihan banyak difitnah dan sering diabaikan."
 Bukit disurvei dua puluh lima buku teks pengantar ekonomi yang digunakan di
Kanada untuk konten mereka tentang koperasi. Empat dari 25 adalah US teks, sepuluh
orang Canadianized versi awalnya teks AS, dan sisanya adalah Kanada. Dia berharap
menemukan koperasi ditangani oleh bentuk-bentuk bisnis alternatif, atau sistem
ekonomi komparatif, atau di bawah uang dan perbankan, atau dalam diskusi yang
mengontrol perusahaan. (Hill, 2000, 282). Apa yang dia temukan adalah bahwa
sementara hampir semua teks menyebutkan serikat kredit, hanya satu membahas
mengapa mereka ada. Non-keuangan koperasi bernasib kurang baik. Sekitar setengah
dari teks-teks tidak menyebutkan sama sekali, dan bila ada menyebutkan hal itu
cenderung sepintas. Cakupan terbesar dalam salah satu teks adalah satu halaman.
Sebagai Hill mengatakan, "Jelas, dalam buku teks pengantar yang paling, organisasi
ekonomi koperasi adalah baik seluruhnya diabaikan atau menerima hanya
menyebutkan lewat. (Hill, 2000,283).

Sebuah survei dari teks-teks yang paling populer bisnis pengantar yang
digunakan di Kanada (lihat Tabel 1) menunjukkan pola yang sama. Dari enam teks
yang disurvei, orang harus tidak menyebutkan koperasi atau credit union, dua memiliki
sekitar dua halaman dari materi, dan beberapa keseimbangan jumlah yang lebih

16
rendah. Dari dua teks dengan cakupan terbesar dari koperasi, salah satu memiliki dua
halaman dalam bab dua puluh sembilan halaman tentang "Bentuk Kepemilikan Bisnis,"

digunakan yang lain setengah dari ruang yang dialokasikan untuk bersama-
koperasi menggambarkan langkah dari satu besar pertanian Canadian co-op untuk
privatisasi dan bertepuk tangan kebangkrutan koperasi Jepang yang telah diduga
mencungkil anggotanya. Singkatnya, pengobatan koperasi di Kanada rentang bisnis
buku teks pengantar dari tidak ada sampai bermusuhan. Hanya Furhman (2000)
memiliki sesuatu seperti pengobatan, objektif non-sepintas co-ops.
Sebuah survei terbaru dari teks pengantar bisnis disimpan di Amerika Serikat
Perpustakaan Kongres memperkuat temuan ini.

Paradigma yang dominan untuk kedua ekonomi dan bisnis pengantar investor,
untuk keuntungan bisnis bersaing untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang
saham. Ini adalah paradigma disayangkan untuk sejumlah alasan:
·         Koperasi memiliki lebih dari 700 juta anggota di 100 negara (Williamson, 1994). Jadi
mereka adalah kekuatan ekonomi yang tidak dapat atau, setidaknya, tidak boleh
diabaikan.
·         Di Inggris, Kelompok Coop memiliki 70.000 karyawan dan omset tahunan lebih dari
£ 7 miliar. Hal ini penting dengan standar apapun dan, sementara Grup Coop adalah
yang terbesar koperasi di Inggris, itu tidak berarti satu-satunya (Co-op Group).
·         Di Kanada, 10.000 non-keuangan koperasi mempekerjakan lebih dari 150.000 orang
dan yang terbesar dari mereka memiliki pada tahun 2001 pendapatan dari CDN $ 3,3
miliar (Pertanian Canada).
·          Di AS, atas 100 koperasi memiliki 1.996 penjualan lebih dari US $ 100 miliar. Lebih
banyak warga yang anggota kandang selain saham pasar saham sendiri, sementara
lebih dari 2 juta penduduk New York City tinggal di koperasi perumahan (Thompson,
1997). Berdasarkan ukuran dan jangkauan ekonomi saja, koperasi adalah fitur yang
signifikan dari kehidupan sehari-hari, adalah majikan yang signifikan, dan harus
dipahami oleh siswa lulus.
·         Sebagai Hill (2000, 287) menunjukkan, pembahasan koperasi dapat "meningkatkan
berbagai pertanyaan positif dan normatif menarik" yang harus menjadi bagian dari
pengenalan seorang mahasiswa bisnis untuk pemahaman ekonomi. Di antaranya
adalah: sejauh mana demokrasi harus menjadi bagian dari kehidupan ekonomi kita
serta kehidupan masyarakat kita, bagaimana unit-unit ekonomi sebenarnya berperilaku
di luar teori ekonomi, apa dampak apakah bentuk usaha terhadap insentif ekonomi, ada
ekonomi alternatif sistem yang melampaui kapitalisme murni atau perencanaan
terpusat, di dunia nyata, bagaimana dampak koperasi bentuk daya di pasar?
·          John Stuart Mill mengangkat banyak pertanyaan-pertanyaan ini pada pertengahan
abad ke-19. Jadi mungkin sudah saatnya untuk membuat beberapa upaya untuk
menjelaskan kepada para siswa bisnis dengan argumen yang mengelilingi mereka.
Sebagai Mill menaruhnya: Bentuk asosiasi, bagaimanapun, yang jika manusia terus
membaik, harus diharapkan pada akhir untuk mendominasi, bukankah itu yang bisa
eksis antara kapitalis sebagai kepala, dan orang-orang bekerja tanpa suara dalam
manajemen, tetapi asosiasi buruh sendiri pada istilah kesetaraan, secara kolektif
memiliki modal yang mereka melanjutkan operasi mereka, dan bekerja di bawah
manajer terpilih dan dilepas sendiri. (Mill)
·          Koperasi memiliki kebutuhan taat bagi manajer yang kompeten yang mencakup
kedua prinsip-prinsip kerjasama dan terbaru dalam praktik terbaik manajerial.
Kebutuhan ini diakui hampir 80 tahun yang lalu:

17
. . . kita memiliki dua teori mengenai administrasi koperasi bisnis, dan mereka berbeda
tajam. . . . "Kami tertarik untuk memulai sebuah toko. . . dan kami berniat untuk
mendapatkan ahli teknis terbaik yang dunia bisnis yang ditawarkan. . . [atau]. . . jika kita
membeli manajer superlatively efisien Usaha Swasta. . . Kami memiliki tubuh dan
bentuk Kerjasama dan telah kehilangan semangat. (---, 1924) Dan ini bergema dalam
sebuah makalah baru-baru ini Australia: Dewan perlu berhati-hati bahwa ia tidak
menganggap bahwa perannya adalah untuk mengelola koperasi dan bahwa peran
manajer adalah untuk mengelola bisnis. Hal ini menciptakan sebuah divisi yang tidak
sehat yang belum tentu akan terlihat dalam jangka pendek tetapi akan memiliki
konsekuensi jangka panjang yang tidak diinginkan. Seharusnya tidak ada pemisahan
antara "koperasi" dan "bisnis." Sebaliknya, ada kebutuhan untuk mengakui bahwa
koperasi manajer perlu mengintegrasikan nilai-nilai koperasi dalam praktek manajemen
mereka. Griffith (2003)

Penyajian saat ini

Saat ini ada tiga jenis kursus / program yang tersedia untuk pasca-siswa sekolah
menengah dengan minat dalam koperasi:
·         Program dalam teknik fungsional untuk koperasi karyawan dan supervisor.
Organisasi seperti College Co-operative di Inggris (yang menawarkan, misalnya,
program pelatihan untuk ritel panitera penjualan koperasi) atau Credit Union Institute of
Canada (CUIC) (yang melatih karyawan serikat kredit dalam aspek teknis dari
pekerjaan mereka) melakukan layanan besar kepada sektor koperasi dengan
memfasilitasi peningkatan karyawan.
·         Program tunggal yang dapat diambil sebagai bagian dari program MBA atau
B.Comm / BBA. Ini memberikan siswa rasa co-ops dalam banyak cara yang sama
bahwa program tunggal dalam asuransi atau pariwisata dapat menggores permukaan
daerah khusus.
·         Apa yang terbaik dapat disebut "co-op penghargaan" kursus biasanya ditawarkan
sebagai pilihan dalam BA Program. Kursus ini berguna dalam menyebarkan apresiasi
publik tentang peran koperasi dan masyarakat mereka.
Sayangnya, tidak satupun dari jenis persembahan menjawab kebutuhan manajerial
koperasi dan credit union karena mereka berjuang untuk bertahan hidup dan
berkembang dalam dunia yang semakin kompetitif dan multinasional. Parnell (2000)
menulis fasih kebutuhan ini: Manajer senior koperasi skala besar, langsung direkrut dari
bisnis investor sering, jarang memiliki akses ke pembangunan yang tepat atau
pelatihan, dan sebagai akibatnya mereka sering dibiarkan untuk menemukan sendiri
bagaimana mereka harus berfungsi dalam organisasi koperasi. Banyak yang tidak
pernah belajar apa artinya untuk benar mengelola usaha koperasi, seringkali dengan
konsekuensi bencana.

Davis dan Donaldson (1998) menyetujui bahwa:


"Koperasi yang cukup berbeda dari manajemen utama untuk meminta prinsip-
prinsip mereka sendiri, konsep dan materi pelatihan." Dan sebagai seorang kapitalis
terdengar ritel sebagai Edward Filene mengatakan ini tentang koperasi toko:

18
"Seorang manajer koperasi yang baik harus familiar dengan ide-ide dan prinsip-
prinsip kerjasama karena ia adalah dengan prinsip-prinsip bisnis manajemen toko."

Namun tidak ada, untuk yang terbaik dari pengetahuan saya, setiap program
dalam bahasa Inggris yang menggabungkan prinsip-prinsip dan praktek kerjasama dan
bisnis dengan cara yang akan menghasilkan keras hati manajer dijiwai dengan
semangat co-op.
Mengapa tidak? Meskipun ada sejumlah besar koperasi yang tersebar di seluruh
dunia berbahasa Inggris, mereka tidak begitu terkonsentrasi secara geografis untuk
menjadi langsung dikenali sebagai pasar pendidikan yang jelas. Selain itu, keterampilan
penelitian dan pengajaran yang diperlukan untuk program yang layak (terutama di
tingkat pascasarjana) tidak dapat ditemukan di sebuah universitas tunggal. Mereka,
seperti co-ops, tersebar di seluruh dunia.
Hal ini menyebabkan para pendukung paradigma baru - campuran ketat koperasi
nilai-nilai dan teknik manajerial - untuk datang bersama-sama untuk mendorong sebuah
program yang mencerminkan paradigma baru. Disimpulkan bahwa program seperti itu
hanya bisa berhasil jika itu menarik pada kedua mahasiswa dan fakultas dari seluruh
dunia berbahasa Inggris. Para advokat, melalui masing-masing koperasi dan credit
union datang bersama untuk membentuk Pendidikan Manajemen Koperasi Koperasi
(CMEC) yang lebih kemudian.

Program
Untuk memenuhi kebutuhan yang diungkapkan dari koperasi dan credit union, sebuah
program baru, yang mencerminkan paradigma baru, dikembangkan. Hal ini
diselenggarakan oleh Universitas Saint Mary, Halifax, Kanada dan telah menarik siswa
dari Kanada, AS, dan Inggris Asupan kedua akan pada bulan September 2004.
·         Program: Magister Manajemen - Koperasi dan Koperasi Kredit
·         Gelar Granter: Universitas Saint Mary
·         Target: Mid-karir manajer koperasi dan credit union. Kelas pertama meliputi kandidat
dari AS, Inggris dan Kanada, dari perbankan, credit union, asuransi, ritel, dan produsen
primer koperasi.
·          Bahasa Instruksi: Bahasa Inggris
·         Persyaratan Pendaftaran: gelar Sarjana atau pengalaman manajerial yang signifikan
dalam koperasi atau kredit yang mungkin dilakukan pembobotan dalam persamaan
derajat, saat kerja oleh serikat koperasi atau kredit, kemauan majikan saat ini untuk
memberikan waktu yang cukup off untuk studi, kesediaan arus majikan untuk
memfasilitasi penggunaan tempat kerja sebagai obyek penelitian.
·         Program: Sebelas setengah-program (11 x 3 jam semester) ditambah perjalanan
studi, ditambah tesis full course (1 x 6 jam semester). Semua program adalah tujuan
dibangun untuk program ini. Judul saja ditunjukkan pada Tabel 3.
·         Pengiriman Mekanisme: Pendidikan Jarak, berbasis web pengiriman menggunakan
Web CT. Calon mengambil empat setengah-mata kuliah per tahun kalender.
·         Pengembang Program dan Fakultas: Diambil dari lembaga akademis di Australia,
Selandia Baru, AS, Inggris, Irlandia dan Kanada.
·         Pendanaan: Program pembangunan yang dibiayai oleh koperasi dan serikat kredit
melalui CMEC (lihat di bawah). Program pengiriman adalah atas dasar pemulihan biaya
penuh.

19
Pembiayaan program pengembangan
Seperti kebanyakan universitas yang telah terlibat dalam pengembangan
berselaput bisa membuktikan, pengembangan program web adalah proposisi mahal. Ini
mungkin berpikir bahwa biaya pengiriman dapat dikurangi kemudian sebagai
administrator saja kurang terampil mengambil alih pengiriman saja dari lebih terampil
dan lebih mahal

Akademisi (Apakah bias saya terhadap perguruan tinggi yang mencoba untuk
menghilangkan posisi akademis menunjukkan?). Tapi ada biaya agak lebih up-depan
ketika keterampilan teknis web harus disertakan dan kapan, karena dengan program
ini, akademisi bekerja "di luar kotak."
Biaya pengembangan Master Saint Mary of Management - Koperasi dan Kredit
Program Serikat tidak akan pernah ditutupi dari sumber internal bahkan jika universitas
telah siap untuk biaya pengembangan depan dengan harapan pulih kemudian dari apa
yang halus bisa disebut " mengajar efisiensi. "Menginfeksi, Saint Mary punya dan tidak
berniat menggantikan kaum profesor (dan ada serikat fakultas yang kuat untuk tetap
seperti itu), dan pengiriman dari program ini adalah atas dasar pemulihan biaya penuh
tidak ada yang signifikan" profit "diharapkan.
Untungnya, individu koperasi dan credit union yang pertama mendekati Saint
Mary adalah untuk menciptakan program pasca-sarjana tingkat telah dilakukan untuk
membiayai upaya pengembangan program. Mereka mulai dengan membentuk
Pendidikan Koperasi Manajemen Koperasi (CMEC) yang kini telah berkembang untuk
memasukkan individu, koperasi, credit union dan anggota lembaga pendidikan dari
Australia, Selandia Baru. Irlandia, U.K., AS, dan Kanada. (Lihat www.smu.ca / mmccu
untuk daftar anggota). Dana utama meningkatkan inisiatif sedang berlangsung, dengan
lebih dari setengah dari target sekarang dijaminkan.
Hal ini jelas sangat memuaskan untuk memulai pengembangan program dengan
demonstrasi yang kuat dan nyata dari permintaan untuk program tersebut.
Penggalangan dana juga berfungsi sebagai sarana untuk mendorong partisipasi dalam
program. Di satu sisi, penggalangan dana publisitas seputar membuat adanya program
yang dikenal. Di sisi lain, koperasi dan serikat kredit yang telah memberi kontribusi
pada dana pembangunan memiliki kepentingan yang jelas dalam mengirimkan staf
mereka sendiri untuk mengambil kursus.

Kesimpulan

Program ini adalah contoh menarik dari kemitraan universitas dan masyarakat untuk
mencapai berbagai tujuan yang beragam.

Dari perspektif sektor koperasi, sebuah, internasional mengembangkan kelas


dunia program ini tersedia untuk membantu koperasi dan serikat kredit untuk bersaing
dengan sukses di dunia global. Program ini mendorong, memang melambangkan,
kerjasama antar koperasi di seluruh industri dan batas-batas politik.
Untuk akademisi dan universitas secara umum program ini merupakan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dalam bekerja sama melintasi batas-
batas kelembagaan dan nasional. Gagasan mengumpulkan pembelajaran dari berbagai
sumber dan kemudian mendistribusikannya kepada siswa yang tersebar belum biasa
tapi mungkin menjadi begitu.
Untuk Saint Mary program ini membantu kita membuat perkembangan
keterampilan set logis dari menciptakan individu berbasis web program untuk
mengembangkan program seluruh didasarkan pada pembelajaran didistribusikan. Hal
ini juga membuka pasar internasional baru yang signifikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1.Couture, M-F, D. Faber, M. Larim, A-B. Nippierd : Transition to Cooperative


Entrepreneurship, ILO and University of Nyeurode, of Nyenrode, Genewa, 2002.
2.Ravi Shankar and Garry Conan : Second Critical Study on Cooperative Legislation and policy 
Reform, ICA, RAPA, New Delhi, 2002.
3.Noer Soetrisno : Rekonstruksi Pemahaman Koperasi Merajut Kekuatan Ekonomi Rakyat
4.Rusidi, Prof. Dr. Ir. MS dan Maman Suratman, Drs. MSi : Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran
Tentang Koperasi, Institut Manajemen Koperasi Indonesia, Bandung 2002
https://riyanikusuma.wordpress.com/2011/10/10/jurnal-ekonomi-koperasi/
 http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_5.htm
http://vickydwicahyo.blogspot.com/2012/10/ekonomi-koperasi-internasional.html
(1924) Co-operation (Monthly publication of the Cooperative
League of the USA) Vol. X January/December
(1945) Manager’s Manual for Co-operative Stores
(Boston: Edward A. Filene Good Will Fund Inc.)
Berg, Ivar (ed.) (1968) The Business of America (Orlando:
Harcourt Brace)
Boone, Louise E., David L. Kutrz & Ronald A. Knowles
(1999) Business: First Canadian Edition – 1999 Update
(Toronto: Harcourt)
Sumber : http://leoagung16.blogspot.com/2012/10/jurnal-internasional-koperasi.html

21

Anda mungkin juga menyukai