Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Peran Koperasi dalam Program Pegembangan Ekonomi Secara


Nasional untuk Mewujudkan Kemakmuran yang Adil dan Merata
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
 

DISUSUN OLEH:

LALA LATIFAH

NIM:041161187

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2020.2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2
1.3 TUJUAN.........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................5

3.1 PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA...............................................................5

3.2 FAKTOR PENGHAMBAT KOPERASI.............................................................................6

3.3 KEBUTUHAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP KOPERASI SAAT INI............8

3.4 PERAN KOPERASI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL...........................................9

BAB IV PENUTUP................................................................................................................13

KESIMPULAN......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi pada dasarnya adalah pendirian badan usaha yang bertujuan untuk menjalin 
kerjasama di antara orang orang yang memliki keterbatasan ekonomi untuk mencapai tujuan
bersama. Pembentukan badan usaha koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan barang dan jasa bagi para anggota, baik yang bersifat individual maupun
kelompok. Namun dalam perkembangannya, koperasi yang salah satu lembaga ekonomi
harus siap mencari untung dan bukannya sekedar mengejar sisa hasil usaha (SHU) setia
berperan dalam perekonomian nasional. Perekonomian nasional dengan demikian menjadi
sangat vital dalam usaha pemenuhan cita-cita tersebut.  Perekonomian yang tujuan utamanya
adalah pemerataan dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, tanpa
perekonomian nasional yang kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita tersebut akan
tercapai.

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam
kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang
sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun
untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama,
melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para
anggotannya. Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka
usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas
tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
perkumpulan-perkumpulan Koperasi. Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan
Koperasi, karena Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di
Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan
kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam
penguasaan faktor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu perhatian
yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa
benar-benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem
perekonomian yang yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.Cita-cita Koperasi

1
memang sesuai dengan susunan kehidupan rakyat Indonesia. Meski selalu mendapat
rintangan, namun Koperasi tetap berkembang. Seiring dengan perkembangan masyarakat,
berkembang pula perundang-undangan yang digunakan. Perkembangan dan perubahan
perundang-undangan tersebut dimaksudkan agar dapat selalu mengikuti perkembangan
jaman.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Perkembangan Kondisi Koperasi di Indonesia saat ini?
1.2.2 Apa saja Kendala Berkembangnya Perkoperasian di Indonesia?
1.2.3 Apa Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terhadap Koperasi saat ini?
1.2.4 Bagaimana Peran Koperasi Indonesia dalam Program Pengembangan Ekonomi
Nasional?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Untuk Mengetahui Perkembangan Kondisi Koperasi di Indonesia saat ini
1.3.2 Untuk Mengetahui Kendala Berkembangnya Perkoperasian di Indonesia
1.3.3 Untuk Mengetahui Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terhadap Koperasi saat ini
1.3.4 Untuk Mengetahui Peran Koperasi Indonesia dalam Program Pengembangan
Ekonomi Nasional.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan koperasi di Indonesia terus berkembang. Perkembangan tersebut


ditandai dengan banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia. Tetapi di dalam
perkembangan tersebut banyak terjadi hambatan-hambatan. Sebelum mengetahuinya terlebih
dahulu kita perlu mengetahui sejarah awal pembentukan koperasi. Selain itu, kita juga dapat
mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa menghambat pertumbuhan koperasi di Indonesia.
Hal ini melatarbelakangi di dalam pembahasan pembuatan makalah koperasi Indonesia.
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat
sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang.
Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan
yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180
unit (88,14 persen). Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Satu
catatan yang perlu di ingat reformasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang
KUD telah melahirkan gairah masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan ekonomi yang
melalui koperasi.

Pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat


program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari
kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market
program menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi
tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus
berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, namun sumbangan terbesar
KUD adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian terutama pangan, disamping
sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan
mengurus dan mengelola KUD.

Posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang
menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari
populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi
koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi
dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa sebesar 46%

3
dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi.

Apabila dilihat dari kebijakan pengembangan koperasi secara nasional masih tetap
konsisten dengan kebijakan sebelumnya, bagaimana dengan kondisi koperasi sendiri pada
saat ini? Berdasarkan data dari Departemen Koperasi dan PKM, perkembangan koperasi
hingga 31 Desember 1997 adalah sebagai berikut.

Pada akhir tahun 1998 jumlah koperasi mencapai 59.441 unit (1997:52.458 unit),
terdiri dari 8.279 KUD dan 51.162 non KUD, sedangkan anggota perorangan mencapai
20.128 180 orang (1997: 29.139 500 orang) terdiri dari 10.082.970 orang anggota KUD dan
10.045 220 orang anggota non KUD.

Modal sendiri berjumlah Rp5,1 triliun (1997: Rp4,2 triliun), sedangkan modal luar
mencapai jumlah Rp4,8 triliun (1997: Rp4,6 triliun). Tentang aset-asetnya mencapai, jumlah
Rp9,9 triliun (1997: Rp8,9 triliun). Dari kegiatan usahanya dicapai volume usaha Rp12,9
triliun (1997: Rp13,5 triliun), kemudian menghasilkan SHU sebesar Rp455 miliar.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Koperasi di Indonesia

Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena


sifat masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai
dengan azas koperasi saat ini. Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan yang
bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan
dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun-
temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah Arisan untuk
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa
Barat, Mapalus di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan Subak
untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat merupakan sifat-sifat hubungan
sosial, nonprofit dan menunjukkan usaha atau kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi
dan kekeluargaan. Bentuk-bentuk ini yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan,
hubungan social, nonprofit dan kerjasama disebut Pra Koperasi.

Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih dijumpai,


meskipun arus globlisasi terus merambat kepedesaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan di
bidang teknologi ( revolusi industri ) melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan dunia
ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal
( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru
tersebutdengan sebaik-baiknya untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan
ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem
ekonomi kapitalis / liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik
modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomilemah. Dalam
kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran masyarakat untuk memperbaiki nasibnya
sendiri dengan mendirikan koperasi.

Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama
Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm
Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul
tokoh-tokoh kperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian

5
pula di Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam
mengembangkan ekonominya melalui koperasi.Kemajuan industri di Eropa akhirnya meluas
ke Negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bangsa Eropa mulai mengembangkan sayap
untuk memasarkan hasil industri sekaligus mencari bahan mentah untuk industri mereka.
Pada permulaannya kedatangan mereka murni untuk berdagang. Nafsu serakah kaum
kapitalis ini akhirnya berubah menjadi bentuk penjajahan yang memelaratkan masyarakat.
Bangsa Indonesia, misalnya dijajah oleh Belanda selama 3,5 abad dan setelah itu dijajah
Jepang selama 3,5 tahun. Selama penjajahan, bangsa Indonesia berada dalam kemelaratan
dan kesengsaraan. Penjajah melakukan penindsan terhadap rakyat dan mengeruk hasil yang
sebanyak-banyaknya dari kekayaan alam Indonesia. Penjajahan menjadikan perekonomian
Indonesia terbelakang. Masyarakat diperbodoh sehingga dengan mudah menjadi mangsa
penipuan dan pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan tukang ijon. Koperasi memang
lahir dari penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di Indonesia
pun koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang ditindas oleh
penjajah pada masa itu.Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah
perkembangan koperasi Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu
masa penjajahan dan masa kemerdekaan.

3.2 Faktor Penghambat Koperasi di Indonesia

Perkembangan koperasi masih menghadapi masalah-masalah baik di bidang


kelembagaan maupun di bidang usaha koperasi itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat
bersumber dari dalam koperasi sendiri maupun dari luar. Masalah kelembagaan koperasi juga
dapat dikelompokkan dalam masalah intern maupun masalah ekstern. Masalah intern
mencakup masalah keanggotaan, kepengurusan, pengawas, manajer, dan karyawan koperasi.
Sedangkan masalah ekstern mencakup hubungan koperasi dengan bank, dengan usaha-usaha
lain, dan juga dengan instansi pemerintah.

3.2.1 Dari Sisi Kelembagaan Koperasi

A. Masalah Internal :
 Keanggotaan dalam Koperasi Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas
tercermin dari jumlah anggota yang semakin lama semakin berkurang. Masalahnya
kenggotaan koperasi yang ada sekarang belum menjangkau bagian terbesar dari
masyarakat.
Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan koperasi tercermin dalam :

6
(a) Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah.
(b) Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas.
(c) Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka
sebagai anggota. Kebanyakan anggota koperasi belum menyadari bahwa
koperasi merupakan suatu wadah usaha yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Sebaiknya
dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai sebagai
penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi kearah sasaran
yang benar.
(d) Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus
ditingkatkan. Apabila suatu koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya keputusan-
keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang
mengikat.
(e) Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga
memiliki banyak utang kepada koperasi, hal ini menyebabkan modal yang
ada dikoperasi semakin berkurang.
 Pengurus Koperasi

Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan yang sama. masalah


yang menjadi penghambat berkembangnya koperasi dari sisi pengurus adalah:

Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih belum


memadai.

 Pengawas Koperasi

Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di
disebabkan oleh:

(a) Kemampuan anggoota pengawas yang belum memadai, terlebih jika


dibandingkan dengan semakin meningkatnya usaha koperasi
(b) Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap
untuk diperiksa.
(c) Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor
koperasi juga belum banyak membantu perkembangan kemampuan

7
anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi. Pemeriksaan
yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan permohonan
kredit.
B. Masalah Eksternal :
 Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak
anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belum efektif untuk koperasi,
sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.
 Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan
koperasi.
 Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan masih
banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai koperasi.

Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sangat berfungsi


dalam pengambilan keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota. Apabila
semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau mengambil
bagian di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat memberikan motifasi
yang baik, koperasi pasti dapat berjalan dengan lancar.

3.3 Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap koperasi saat ini

 Membantu Mengembangkan Kegiatan Usaha Masyarakat


Dengan adanya koperasi, baik anggota maupun masyarakat luas bisa dengan leluasa
menggali potensi diri dan mengembangkan usaha-usaha yang bersifat tradisional atau non-
tradisional di berbagai bidang. Untuk mengembangkan usaha tersebut, tentu mereka harus
memulainya dari nol dengan modal awal yang belum tentu besar. Berkat koperasi, mereka
dapat membeli kebutuhan dan peralatan yang diperlukan untuk merintis usaha tanpa perlu
merogoh kocek yang dalam.

 Memajukan Kecerdasan Masyarakat

Selain menyediakan berbagai fasilitas yang dapat membantu masyarakat, koperasi


juga berperan dalam meningkatkan kecerdasan bangsa melalui berbagai kegiatan edukatif
yang digelar bagi para anggotanya. Kegiatan tersebut diberikan dalam bentuk pelatihan
keterampilan di bidang perkoperasian termasuk manajemen, bisnis, dan keuangan.

8
 Menekan Angka Pengangguran

Seperti yang kita ketahui, tingginya angka pengangguran di Indonesia merupakan


salah satu permasalahan negara yang cukup sulit untuk ditanggulangi. Eksistensi koperasi
diharapkan dapat menjadi titik terang dengan menyediakan sejumlah lapangan pekerjaan bagi
masyarakat yang membutuhkan. Jika masyarakat ikut ambil bagian dalam mengelola
koperasi, maka secara otomatis angka pengangguran pun akan berkurang.

 Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat

Kegiatan-kegiatan koperasi dinilai dapat meningkatkan penghasilan para anggotanya.


Hal ini berarti koperasi bisa menaikkan taraf hidup masyarakat. Dengan bertambahnya
penghasilan, maka masyarakat akan semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
kian bertambah dan beraneka ragam.

 Menciptakan Demokrasi Ekonomi

Demokrasi ekonomi menuntut masyarakat untuk aktif berperan dalam kegiatan


koperasi. Kegiatan koperasi dilakukan harus dilakukan berdasarkan keputusan bersama para
anggota yang sebelumnya telah dicapai melalui musyawarah. Nah, musyawarah merupakan
salah satu bentuk perwujudan demokrasi ekonomi. Jika peran dan fungsi koperasi telah
diimplementasikan dengan baik, maka tujuan koperasi akan tercapai, yang pada akhirnya
akan turut menyumbang kontribusi dalam membangun tatanan perekonomian nasional,
karena koperasi merupakan salah satu faktor kunci yang cukup memengaruhi perekonomian
di Indonesia.

3.4 Peran Koperasi dalam Pembangunan Nasional

Koperasi di Tengah Pembangunan Nasion sesuai dengan ketentuan Pasal 33 UUD


1945, (sebelum diamandemen) koperasi (seharusnya) memainkan peranan dan kedudukan
sentral atau seperti yang sering dinyatakan oleh pejabat pemimpin gerakan koperasi, sebagai
soko guru (tiang utama) perekonomian nasional.

Dalam berbagai produk kebijaksanaan pembangunan perekonomian, perkoperasian


pada khususnya, ketentuan konstitusi tersebut diupayakan untuk tetap dipertahankan secara
konsekuen. Dalam UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian, misalnya disebutkan bahwa

9
fungsi dan peranan koperasi antara lain untuk "memperkokoh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi soko gurunya".
Demikian pula dalam Tap-tap MPR, cita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru
perekonomian nasional masih tetap dijadikan pegangan. Dengan demikian, secara politis dan
normatif, peranan dan keberadaan koperasi sampai saat ini masih tetap kuat.

Pada era Reformasi, komitmen terhadap pembangunan koperasi sesuai Pasal 33 UUD
1945 tetap besar. Hal ini tampak pada Tap-tap MPR, dalam Sidang Istimewa yang digelar
pada 10-13 November 1998. Berbeda dengan Tap-tap MPR sebelumnya, yang selalu
menempatkan peranam dan arah pembangunan koperasi pada Tap tentang GBHN, dalam
sidang Istimewa MPR tahun 1998 ini, peranan koperasi dimuat pada beberapa Tap (bersama
dengan usaha kecil dan menengah), seperti Tap Nomor XV/MPR/1998 tentang
"Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
Kesatuan Republik Indonesia", dan Tap Nomor XVI/MPR/1998 tentang "Politik Ekonomi
dalam Rangka Demokrasi Ekonomi". Dalam Tap No XV/MPR/1998, Pasal 3 ayat (2)
dinyatakan: "Pengelolaan sumber daya alam di lakukan secara efektif dan efisien,
bertanggung jawab, transparent, terbuka, dan dilaksanakan dengan memberikan kesempatan
yang luas kepada usaha kecil, menengah dan koperasi".

Sedangkan dalam Tap No. XVI/MPR/1998, sebagai salah satu pertimbangannya


disebutkan sebagai berikut: "bahwa sejalan dengan perkembangan, kebutuhan dan tantangan
Pembangunan Nasional, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha
kecil dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional". Dalam Tap ini
terdapat beberapa pasal yang memuat tentang peranan koperasi (dan usaha kecil menengah)
sebagai berikut:

1) Usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai pilar utama ekonomi nasional harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-
luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi
rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Milik Negara (pasal 5).
2) Pengelolaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya harus
dilaksanakan secara adil dengan menghilangkan segala bentuk pemutusan penguasaan

10
dan pemilikan dalam rangka pengembangan kemampuan ekonomi usaha kecil,
menengah dan koperasi serta mesyarakat luas.
3) Tanah sebagai basis usaha pertanian harus diutamakan penggunaannya bagi
pertumbuhan pertanian rakyat yang mampu melibatkan serta memberi sebesar-
besarnya kemakmuran bagi usaha tani kecil, menengah dari koperasi (Pasal U Ayat
(2)).
4) Perbankan dan Lembaga Keuangan wajib dalam batas-batas prinsip dan pengelolaan
usaha yang sehat, membuka peluang sebesar-besarnya, seadil-adilnya dan transparan
bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi (Pasal 8).

Menurut Prof. Dawan Raharjo (1999), dalam Tap tersebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh gerakan koperasi dan pelaku ekonomi koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), yaitu pertama, pemerintah akan membantu pengembangan dan
memberikan prioritas kepada pengusaha ekonomi yang masih lemah. Kedua, koperasi dan
UKM akan memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan.
Ketiga, BUMN dan usaha swasta besar akan didorong (atau diharuskan) bermitra kepada
koperasi dan UKM. Keempat, koperasi dan UKM diberi akses terhadap pengelolaan tanah,
terutama di bidang pertanian. Kelima, koperasi dan UKM diberikan kesempatan untuk
mengakses sumber daya perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Untuk pelaksanaan di lapangan pemerintah juga telah memberikan fasilitas atau


kemudahan-kemudahan dalam bentuk berbagai kebijakan seperti berikut:

1) Pencabutan Inpres No. 4 Tahun 1984 yang menetapkan KUD sebagai satu-satunya
organisasi koperasi di tingkat pedesaan, diganti dengan Inpres No. 18 Tahun 1998
yang memberikan kebebasan mendirikan koperasi yang dikehendaki masyarakat.
2) Pelimpahan wewenang pemberian pengakuan badan hukum koperasi kepada Kepala
Kantor Departemen Koperasi dan PKM di tingkat Kabupaten/Kota.
3) Dibukanya peluang bagi koperasi untuk menyalurkan sembilan bahan pokok sebagai
bagaian dari program jaringan pengamanan sosial pemerintah untuk kelancaran dan
pemerataab distribusi.
4) Diciptakannya 17 skema kredit bagi kperasi dan usaha kecil/menengah yang meliputi
Rp10,8 triliun dengan tingkat bunga yang rendah.

11
5) Diambil langkah-langkah konkret dan efektif untuk mempersatukan kembali gerakan
koperasi yang mengalami perpecahan akibat kebijakan pemerintah Orde Baru tahun
1997.
6) Dikeluarkannya Keputusan Menteri Koperasi dan PKM No. 351 Tahun 1998 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi.

12
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena


sifat masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai
dengan azas koperasi saat ini.

Perkembangan koperasi masih menghadapi masalah-masalah baik di bidang


kelembagaan maupun di bidang usaha koperasi itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat
bersumber dari dalam koperasi sendiri maupun dari luar. Masalah kelembagaan koperasi juga
dapat dikelompokkan dalam masalah intern maupun masalah ekstern. Masalah intern
mencakup masalah keanggotaan, kepengurusan, pengawas, manajer, dan karyawan koperasi.
Sedangkan masalah ekstern mencakup hubungan koperasi dengan bank, dengan usaha-usaha
lain, dan juga dengan instansi pemerintah.

Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap koperasi saat ini. 1). Membantu


Mengembangkan Kegiatan Usaha Masyarakat, 2). Memajukan Kecerdasan Masyarakat, 3).
Menekan Angka Pengangguran, 4). Menciptakan Demokrasi Ekonomi, 5). Meningkatkan Taraf Hidup
Masyarakat.

Koperasi di Tengah Pembangunan Nasion sesuai dengan ketentuan Pasal 33 UUD


1945, (sebelum diamandemen) koperasi (seharusnya) memainkan peranan dan kedudukan
sentral atau seperti yang sering dinyatakan oleh pejabat pemimpin gerakan koperasi, sebagai
soko guru (tiang utama) perekonomian nasional.

Dalam berbagai produk kebijaksanaan pembangunan perekonomian, perkoperasian


pada khususnya, ketentuan konstitusi tersebut diupayakan untuk tetap dipertahankan secara
konsekuen. Dalam UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian, misalnya disebutkan bahwa
fungsi dan peranan koperasi antara lain untuk "memperkokoh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi soko gurunya".
Demikian pula dalam Tap-tap MPR, cita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru

13
perekonomian nasional masih tetap dijadikan pegangan. Dengan demikian, secara politis dan
normatif, peranan dan keberadaan koperasi sampai saat ini masih tetap kuat.

DAFTAR PUSTAKA

BMP PERKOPERASIAN UNIVERSITAS TERBUKA ADPU4330

https://www.scribd.com/doc/164848988/Peranan-Koperasi-Dalam-Perekonomian-Indonesia

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/
publications/209656-dampak-terhadap-putusan-mahkamah-
konstit.pdf&ved=2ahUKEwiQu_D5kbPsAhUJA3IKHWfkAnMQFjAAegQICxAC&usg=AO
vVaw1d7zWdbAQ8gheSkMsvV0DC

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/niagawan/article/download/10751/9644

https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/koperasi-indonesia/

14

Anda mungkin juga menyukai