DISUSUN OLEH:
LALA LATIFAH
NIM:041161187
UNIVERSITAS TERBUKA
2020.2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB IV PENUTUP................................................................................................................13
KESIMPULAN......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi pada dasarnya adalah pendirian badan usaha yang bertujuan untuk menjalin
kerjasama di antara orang orang yang memliki keterbatasan ekonomi untuk mencapai tujuan
bersama. Pembentukan badan usaha koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan barang dan jasa bagi para anggota, baik yang bersifat individual maupun
kelompok. Namun dalam perkembangannya, koperasi yang salah satu lembaga ekonomi
harus siap mencari untung dan bukannya sekedar mengejar sisa hasil usaha (SHU) setia
berperan dalam perekonomian nasional. Perekonomian nasional dengan demikian menjadi
sangat vital dalam usaha pemenuhan cita-cita tersebut. Perekonomian yang tujuan utamanya
adalah pemerataan dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, tanpa
perekonomian nasional yang kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita tersebut akan
tercapai.
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam
kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang
sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun
untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama,
melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para
anggotannya. Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka
usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas
tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
perkumpulan-perkumpulan Koperasi. Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan
Koperasi, karena Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di
Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan
kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam
penguasaan faktor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu perhatian
yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa
benar-benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem
perekonomian yang yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.Cita-cita Koperasi
1
memang sesuai dengan susunan kehidupan rakyat Indonesia. Meski selalu mendapat
rintangan, namun Koperasi tetap berkembang. Seiring dengan perkembangan masyarakat,
berkembang pula perundang-undangan yang digunakan. Perkembangan dan perubahan
perundang-undangan tersebut dimaksudkan agar dapat selalu mengikuti perkembangan
jaman.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang
menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari
populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi
koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi
dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa sebesar 46%
3
dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi.
Apabila dilihat dari kebijakan pengembangan koperasi secara nasional masih tetap
konsisten dengan kebijakan sebelumnya, bagaimana dengan kondisi koperasi sendiri pada
saat ini? Berdasarkan data dari Departemen Koperasi dan PKM, perkembangan koperasi
hingga 31 Desember 1997 adalah sebagai berikut.
Pada akhir tahun 1998 jumlah koperasi mencapai 59.441 unit (1997:52.458 unit),
terdiri dari 8.279 KUD dan 51.162 non KUD, sedangkan anggota perorangan mencapai
20.128 180 orang (1997: 29.139 500 orang) terdiri dari 10.082.970 orang anggota KUD dan
10.045 220 orang anggota non KUD.
Modal sendiri berjumlah Rp5,1 triliun (1997: Rp4,2 triliun), sedangkan modal luar
mencapai jumlah Rp4,8 triliun (1997: Rp4,6 triliun). Tentang aset-asetnya mencapai, jumlah
Rp9,9 triliun (1997: Rp8,9 triliun). Dari kegiatan usahanya dicapai volume usaha Rp12,9
triliun (1997: Rp13,5 triliun), kemudian menghasilkan SHU sebesar Rp455 miliar.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama
Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm
Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul
tokoh-tokoh kperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian
5
pula di Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam
mengembangkan ekonominya melalui koperasi.Kemajuan industri di Eropa akhirnya meluas
ke Negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bangsa Eropa mulai mengembangkan sayap
untuk memasarkan hasil industri sekaligus mencari bahan mentah untuk industri mereka.
Pada permulaannya kedatangan mereka murni untuk berdagang. Nafsu serakah kaum
kapitalis ini akhirnya berubah menjadi bentuk penjajahan yang memelaratkan masyarakat.
Bangsa Indonesia, misalnya dijajah oleh Belanda selama 3,5 abad dan setelah itu dijajah
Jepang selama 3,5 tahun. Selama penjajahan, bangsa Indonesia berada dalam kemelaratan
dan kesengsaraan. Penjajah melakukan penindsan terhadap rakyat dan mengeruk hasil yang
sebanyak-banyaknya dari kekayaan alam Indonesia. Penjajahan menjadikan perekonomian
Indonesia terbelakang. Masyarakat diperbodoh sehingga dengan mudah menjadi mangsa
penipuan dan pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan tukang ijon. Koperasi memang
lahir dari penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di Indonesia
pun koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang ditindas oleh
penjajah pada masa itu.Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah
perkembangan koperasi Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu
masa penjajahan dan masa kemerdekaan.
A. Masalah Internal :
Keanggotaan dalam Koperasi Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas
tercermin dari jumlah anggota yang semakin lama semakin berkurang. Masalahnya
kenggotaan koperasi yang ada sekarang belum menjangkau bagian terbesar dari
masyarakat.
Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan koperasi tercermin dalam :
6
(a) Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah.
(b) Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas.
(c) Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka
sebagai anggota. Kebanyakan anggota koperasi belum menyadari bahwa
koperasi merupakan suatu wadah usaha yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Sebaiknya
dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai sebagai
penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi kearah sasaran
yang benar.
(d) Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus
ditingkatkan. Apabila suatu koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya keputusan-
keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang
mengikat.
(e) Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga
memiliki banyak utang kepada koperasi, hal ini menyebabkan modal yang
ada dikoperasi semakin berkurang.
Pengurus Koperasi
Pengawas Koperasi
Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di
disebabkan oleh:
7
anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi. Pemeriksaan
yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan permohonan
kredit.
B. Masalah Eksternal :
Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak
anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belum efektif untuk koperasi,
sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.
Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan
koperasi.
Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan masih
banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai koperasi.
8
Menekan Angka Pengangguran
9
fungsi dan peranan koperasi antara lain untuk "memperkokoh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi soko gurunya".
Demikian pula dalam Tap-tap MPR, cita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru
perekonomian nasional masih tetap dijadikan pegangan. Dengan demikian, secara politis dan
normatif, peranan dan keberadaan koperasi sampai saat ini masih tetap kuat.
Pada era Reformasi, komitmen terhadap pembangunan koperasi sesuai Pasal 33 UUD
1945 tetap besar. Hal ini tampak pada Tap-tap MPR, dalam Sidang Istimewa yang digelar
pada 10-13 November 1998. Berbeda dengan Tap-tap MPR sebelumnya, yang selalu
menempatkan peranam dan arah pembangunan koperasi pada Tap tentang GBHN, dalam
sidang Istimewa MPR tahun 1998 ini, peranan koperasi dimuat pada beberapa Tap (bersama
dengan usaha kecil dan menengah), seperti Tap Nomor XV/MPR/1998 tentang
"Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
Kesatuan Republik Indonesia", dan Tap Nomor XVI/MPR/1998 tentang "Politik Ekonomi
dalam Rangka Demokrasi Ekonomi". Dalam Tap No XV/MPR/1998, Pasal 3 ayat (2)
dinyatakan: "Pengelolaan sumber daya alam di lakukan secara efektif dan efisien,
bertanggung jawab, transparent, terbuka, dan dilaksanakan dengan memberikan kesempatan
yang luas kepada usaha kecil, menengah dan koperasi".
1) Usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai pilar utama ekonomi nasional harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-
luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi
rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Milik Negara (pasal 5).
2) Pengelolaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya harus
dilaksanakan secara adil dengan menghilangkan segala bentuk pemutusan penguasaan
10
dan pemilikan dalam rangka pengembangan kemampuan ekonomi usaha kecil,
menengah dan koperasi serta mesyarakat luas.
3) Tanah sebagai basis usaha pertanian harus diutamakan penggunaannya bagi
pertumbuhan pertanian rakyat yang mampu melibatkan serta memberi sebesar-
besarnya kemakmuran bagi usaha tani kecil, menengah dari koperasi (Pasal U Ayat
(2)).
4) Perbankan dan Lembaga Keuangan wajib dalam batas-batas prinsip dan pengelolaan
usaha yang sehat, membuka peluang sebesar-besarnya, seadil-adilnya dan transparan
bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi (Pasal 8).
Menurut Prof. Dawan Raharjo (1999), dalam Tap tersebut terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh gerakan koperasi dan pelaku ekonomi koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), yaitu pertama, pemerintah akan membantu pengembangan dan
memberikan prioritas kepada pengusaha ekonomi yang masih lemah. Kedua, koperasi dan
UKM akan memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan.
Ketiga, BUMN dan usaha swasta besar akan didorong (atau diharuskan) bermitra kepada
koperasi dan UKM. Keempat, koperasi dan UKM diberi akses terhadap pengelolaan tanah,
terutama di bidang pertanian. Kelima, koperasi dan UKM diberikan kesempatan untuk
mengakses sumber daya perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
1) Pencabutan Inpres No. 4 Tahun 1984 yang menetapkan KUD sebagai satu-satunya
organisasi koperasi di tingkat pedesaan, diganti dengan Inpres No. 18 Tahun 1998
yang memberikan kebebasan mendirikan koperasi yang dikehendaki masyarakat.
2) Pelimpahan wewenang pemberian pengakuan badan hukum koperasi kepada Kepala
Kantor Departemen Koperasi dan PKM di tingkat Kabupaten/Kota.
3) Dibukanya peluang bagi koperasi untuk menyalurkan sembilan bahan pokok sebagai
bagaian dari program jaringan pengamanan sosial pemerintah untuk kelancaran dan
pemerataab distribusi.
4) Diciptakannya 17 skema kredit bagi kperasi dan usaha kecil/menengah yang meliputi
Rp10,8 triliun dengan tingkat bunga yang rendah.
11
5) Diambil langkah-langkah konkret dan efektif untuk mempersatukan kembali gerakan
koperasi yang mengalami perpecahan akibat kebijakan pemerintah Orde Baru tahun
1997.
6) Dikeluarkannya Keputusan Menteri Koperasi dan PKM No. 351 Tahun 1998 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi.
12
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
13
perekonomian nasional masih tetap dijadikan pegangan. Dengan demikian, secara politis dan
normatif, peranan dan keberadaan koperasi sampai saat ini masih tetap kuat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/164848988/Peranan-Koperasi-Dalam-Perekonomian-Indonesia
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/
publications/209656-dampak-terhadap-putusan-mahkamah-
konstit.pdf&ved=2ahUKEwiQu_D5kbPsAhUJA3IKHWfkAnMQFjAAegQICxAC&usg=AO
vVaw1d7zWdbAQ8gheSkMsvV0DC
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/niagawan/article/download/10751/9644
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/koperasi-indonesia/
14