Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOPERASI DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPUH :
SULAIMAN LUBIS S.E.Mm
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NURUL RAMADAN
7203210016
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KEBIJAKSANAAN
PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
SULAIMAN LUBIS SE. Mm. pada mata kuliah Ekonomi Koperasi UMKM. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pembangunan koperasi di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak SULAIMAN
LUBIS SE. Mm selaku Dosen Ekonomi Koperasi dan UMKM yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
1. Pembangunan Koperasi dan Perundang-undangan.
2. Tantangan,kendala,dan peluang dalam pembangunan koperasi.
3. Arahan,sasaran dan kebijakan koperasi
TUJUAN
Agara mahasiswa dapat memahami secara keseluruhan berbagai kebijaksanaan yang ada
sehingga mampu menerapkan strategi diperusahaan atau organisasi koperasi yang dapat menunjukkan
contoh penerapat strategi dan contoh penerapan strategi dan kebijaksanaan.
BAB II
ISI
PEMBANGUNAN KOPERASI DALAM PJP I
Koperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah
koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar),
1.569 buah koperasi di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
1.541 buah koperasi serba usaha (KSU), 1.176 buah koperasi industri
kerajinan rakyat (Kopinkra), 894 buah koperasi simpan pinjam (KSP), 642
buah koperasi pedagang pasar (Koppas), 73 buah koperasi produksi tahu
tempe, 31 buah koperasi pelayaran rakyat, 658 buah koperasi wanita, dan 73
buah koperasi di lingkungan generasi muda (koperasi pemuda), serta
sebanyak 6.529 aneka koperasi lainnya.
Dari sebanyak 8.749 buah KUD yang ada di seluruh Indone-sia, 47,3 persen di
antaranya atau sebanyak 4.140 buah telah memenuhi kriteria sebagai KUD
mandiri yang tersebar di 2.705 kecamatan. Ini berarti di setiap kecamatan
rata-rata terdapat lebih dari satu buah KUD mandiri.
Sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi pun
telah tumbuh dengan pesat. Pada akhir tahun keempat Repelita V terdapat
sebanyak 33,7 juta orang anggota koperasi primer yang terdiri dari 20,5 juta
orang anggota KUD dan 13,2 juta orang anggota koperasi non-KUD.
Dengan demikian, secara keseluruhan jumlahnya telah mencapai lebih dari
sebelas kali lipat dari jumlah anggota koperasi pada akhir Repelita I.
1. Tantangan
Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama
PJP I, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus
dilanjutkan dan ditingkatkan penanganannya dalam PJP II, sebagai tantangan
untuk mewujudkan cita-cita perkoperasian seperti yang diamanatkan dalam
UUD 1945.
Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non ekonomi, koperasi
pada umumnya belum dapat melaksanakan
sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, sehingga
koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat
mengembangkan sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan
perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
Di samping itu berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih
menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi
untuk meraih dan memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi secara
optimal. Sementara itu dengan terbukanya perekonomian nasional terhadap
perkembangan perekonomian dunia, akan menghadirkan perubahan-
perubahan besar dalam kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan
makin ketat, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan
akan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mengantisipasi
dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan keberadaan
koperasi akan makin mantap apabila koperasi makin terintegrasi dan
berperan menentukan ke dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu,
tantangan dalam pembangunan koperasi adalah mengembangkan koperasi
menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, dan mandiri serta memiliki
daya saing sehingga mampu meningkatkan perannya dalam perekonomian
nasional sekaligus kesejahteraan anggotanya.
ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi
rakyat.
Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipasi aktif dalam
organisasi koperasi, dan kesadaran masyarakat untuk bergabung 6dalam
wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan masyarakat terhadap koperasi
makin meningkat, tetapi belum cukup memadai antara lain disebabkan
oleh masih adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan manfaat
koperasi bagi anggotanya. Hal ini antara lain telah menyebabkan lambatnya
koperasi mengakar dalam masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat,
koperasi masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan
dan menampung peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu,
mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berakar kuat
dalam masyarakat juga merupakan tantangan pembangunan koperasi dalam
PJP II.
2. Kendala
Kendala utama yang dihadapi, yang juga merupakan kendala bagi dunia
usaha pada umumnya, adalah tingkat kemampuan dan profesionalisme
sumber daya manusia koperasi yang umumnya belum memadai. Kendala ini
menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan koperasi dalam
menjalankan fungsi dan peranannya dan berakibat antara lain pada kurang
efektif dan efisiennya organisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin
pada pengelolaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang belum
optimal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme antara lain melalui berbagai pelatihan,
hasilnya masih jauh dari memadai.
Berkaitan dengan kendala utama tersebut, terdapat pula kendala lain yang lebih
spesifik, yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan koperasi.
Kendala tersebut adalah lemahnya struktur permodalan koperasi, rendahnya
usaha pemupukan permodalan dari anggota dan dari 6dalam koperasi, serta
terbatasnya akses koperasi ke sumber permodalan dari luar. Meskipun
permodalan bukan faktor utama yang menentukan keberhasilan koperasi,
kelemahan permodalan ditambah dengan kendala lainnya akan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Kendala penting lainnya adalah
terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi
koperasi, yang berpengaruh antara lain pada rendahnya kemampuan koperasi
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahanya, sehingga
menyebabkan pula terbatasnya daya saing koperasi.
Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang seharusnya berpijak pada
prinsip koperasi, belum berjalan dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan
oleh kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum
berfungsinya secara penuh mekanisme kerja antarpengurus dan antara
pengurus dengan pengelola koperasi.
Masih kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama, merupakan kendala
pula bagi terwujudnya kerja sama dan terbentuknya jaringan usaha antara
koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya.
3. Peluang
Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam pembangunan koperasi
dalam Repelita VI, di antaranya adalah kemauan politik yang kuat dari
Pemerintah dan berkembangnya tuntutan masyarakat untuk lebih membangun
koperasi dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai hasil
pembangunan yang berkelanjutan sejak PJP I juga akan menciptakan peluang
bagi berkembangnya usaha koperasi di masa depan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA