DOSEN PENGEMPU Sapta Rini Widyawati S. Psi., MM OLEH KELOMPOK 6
Ni Kadek Dwi Juniari (16 / 2102612010213)
Ni Luh Sari Tirtawati (17 / 2102612010214) Ni Luh Putu Yunia Camistin (18 / 2102612010215)
KELAS MANAJEMEN G PAGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MAHASARASWATI TAHUN AJARAN 2023 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB II PEMBAHASAN A. PERAN PEMERINTAH BAGI KOPERASI Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang yang secara sukarela menggabungkan diri untuk mencapai suatu tujuan bersama dalam bidang perkoperasian. Berkembangnya koperasi yang ada di Indonesia sekarang ini, tidak lepas dari bantuan atau peran pemerintah. Dalam mengembangkan koperasi, pemerintah telah berperan besar, seperti memberikan bantuan modal, memberikan pendidikan tentang koperasi kepada masyarakat dan melindungi koperasi, agar usaha yang telah dijalankan oleh koperasi tidak diambil alih oleh badan usaha lainnya. Pemerintah memiliki peran penting dalam keberlansungan serta pertumbungan sebuah koperasi. Penumbuhan, pengembangan, dan pemasyarakatan koperasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat luas memahami gagasan koperasi sehingga dengan penuh kesadaranan mendirikan dan memanfaatkan koperasi guna memenuhi kepentingan ekonomi dan sosialnya. Peranan memerintah antara lain yaitu memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap permasalahan koperasi, melakukan pengawasan terhadap koperasi seperti penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya, memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan usaha dan kerja sama. Fasilitas tersebut juga dapat berupa pemberian sesuatu, baik dalam bentuk uang atau subsidi, sarana, ataupun jasa atau pemberian keistimewaan baik dalam bentuk keringanan ataupun kekuatan dalam lalu-lintas hukum seperti: 1. Keringanan bea materai bagi koperasi 2. Persamaan nilai pembukuan koperasi dengan buku-buku perdagangan yang di tentukan dalam KUHD Serta yang terakhir yaitu memberikan perindungan, perlindungan disini dimaksudkan untuk memberi pengamanan serta keselamatan kepentingan koperasi. Perlindungan koperasi seperti perlindungan terhadap nama koperasi yang tidak boleh disalah gunakan atau untuk maksud yang menyalahi azas koperasi dan nama baik koperasi. Peran pemerintah ini sangat penting untuk perkembangan koperasi agar menjadi lebih baik lagi. Koperasi juga ikut dilindungi oleh pemerintah, agar bidang usaha koperasi tetap terjaga. Dewan koperasi Indonesia merumuskan ada empat peranan pemerintah pusat dalam peningkatan perekonomian nasional terkait dengan keterlibatan gerakan perkoperasian dalam sistem perekonomian modern. Keempat peranan pemerintah tersebut terdiri dari: 1. Peran alokatif yaitu mengalikasokan sumber daya ekonomi agar pemanfaatannya bisa optimal serta mendukung efisiensi produksi 2. Peran distributif yaitu untuk mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil ekonomi secara adil dan wajar 3. Peran stabilitatif yaitu peran pemerintah dalam memrlihara stabilitas perekonomian serta memulihkannnya jika dalam keadaan yang tidak seimbang. 4. Peran dinamisatif yaitu berupa tugas pemerintah untuk menggerakan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju. Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat 2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional. 3. Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan yang seluas luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh permodalan 4. Kerjasama antar koperasi dan koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.
B. SASARAN KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
Pemberdayaan Koperasi Pemberdayaan koperasi harus terus dilakukan oleh pemerintah karena dengan adanya pemberdayaan koperasi menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yakni memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, penting adanya pembentukan regulasi atau peraturan yang memadai dari pemerintah terkait pemberdayaan koperasi. Baik pemerintah pusat maupun daerah menetapkan sebuah kebijakan dalam pemberdayaan koperasi melalui penumbuhan iklim usaha antara lain kebijakan tersebut meliput lima aspek yaitu: 1. Kebijakan dalam aspek kelembagaan Pemberdayaan koperasi dalam kebijakan pada aspek kelembagaan yakni tingkat baik buruknya (kualitas) partisipasi dari anggota koperasi, adanya daya tampung dan kemampuan dari sumber daya manusia dalam pengurus, pengelolaan dan" pengawasan koperasi, mempunyai kompetensi manajerial dalam tata kelola koperasi serta kompetensi dari anggota koperasi sebagai pengusaha koperasi atau pengusaha harus melalui inkubasi. 2. Kebijakan dalam aspek produksi Pemberdayaan koperasi dalam kebijakan pada aspek produksi meliputi kompetensi manajemen dalam meningkatkan teknik dan pengelolaan produksi, adanya pemberian kemudahan di dalam penyediaan sarana dan prasarana produksi seperti bahan baku, kemasan, dan bahan penolong yang dapat membantu kegiatan koperasi, memberikan dorongan kepada koperasi terkait dengan penerapan standardisasi dalam kegiatan produksi dan pengolahannya, serta kemampuan dalam meningkatkan rancangan bangunan dan perekayasaan pada produk dari anggota koperasi. 3. Kebijakan dalam aspek keuangan Dalam aspek keuangan pemberdayaan koperasi yaitu untuk meningkatkan partisipasi modal yang berasal dari hibah, menyertakan simpanan, serta sumber lainnya yang bersifat tidak mengikat dan sah berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu aspek keuangan juga meningkatkan akses ke sumber pembiayaan dalam imbalan jasa atau bunga, jumlah dan tenggat waktu tertentu yang bersumber dari anggota koperasi dan non anggota koperasi, bank dan keuangan non anggota, koperasi lain serta sumber lainnya yang bersifat tidak mengikat dan sah berdasarkan aturan perundang-undangan. 4. Kebijakan dalam aspek pemasaran Pemberdayaan koperasi dalam kebijakan pada aspek pemasaran yakni meliputi: menanamkan dan menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepedulian dari anggota koperasi, memajukan potensi pasar, melakukan kerja sama dan koneksi usaha koperasi yang saling memberikan keuntungan baik antar koperasi maupun koperasi dengan pihak lainnya, mendukung koperasi memiliki hak paten dan merek terhadap produk yang dibuat agar mempunyai daya saing di pasar mancanegara maupun domestik, serta melakukan proses penyeleksian terhadap produk unggulan daerah yang mempunyai potensi untuk menjadi waralaba. 5. Kebijakan dalam aspek inovasi dan teknologi Pemberdayaan koperasi dalam kebijakan pada aspek inovasi dan teknologi yaitu pemerintah mampu meningkatkan. riset, inovasi, pengembangan serta transformasi digital dalam usaha koperasi agar efektif dan efisien dalam kerja dan memiliki daya saing, serta memberikan insentif untuk koperasi dalam mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Pemberdayaan UMKM Merupakan suatu realitas yang tidak dapat di pungkiri lagi bahwa UMKM adalah sektor ekonomi nasional yang paling strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga menjadi tulang punggung perekonomian nasional. UMKM juga merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian di Indonesia dan telah terbukti menjadi kunci pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Itu artinya, usaha mikro yang memiliki omset penjualan kurang dari satu milyar, dan usaha kecil memiliki omset penjualan pada kisaran satu milyar, serta usaha menengah dengan omset penjualan di atas satu milyar pertahun, memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa ini. Menurut data Departemen Koperasi, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia saat ini sebanyak 60,7 juta unit usaha, menyerap 132,3 juta tenaga kerja, dan menyumbang diatas 50% PDB nasional. Dari jumlah tersebut 98,73 % merupakan usaha mikro dan kecil. Jadi hanya 1.27 % yang merupakan usaha menengah. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya pengusaha mikro dan kecil yang harus diberdayakan. Apabila setiap unit usaha mikro dan kecil mampu difasilitasi dan diberdayakan untuk menciptakan 1 (satu) orang kesempatan kerja atau kesempatan usaha tambahan baru, maka akan tercipta sekitar 60 juta kesempatan kerja baru. Hal ini berarti, jika kita mampu memberdayakan UMKM tersebut, berarti upaya pemberantasan kemiskinan akan berhasil secara signifikan. Gerakan pemberdayaan UMKM tersebut harus menjadi perhatian pemerintah secara serius, tentunya bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi maupun dunia usaha. Kegagalan pola pembangunan ekonomi yang bertumpu pada konglomerasi usaha besar telah mendorong para perencana ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan dengan bertumpu pada pemberdayaan usaha kecil dan menengah. UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti meniadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Dalam perkembangannya, UMKM memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, di antaranya keterbatasan mengakses informasi pasar, keterbatasan jangkauan pasar. keterbatasan jejaring kerja, dan keterbatasan mengakses lokasi usaha yang strategis. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan akses UMKM pada informasi pasar, lokasi usaha dan jejaring usaha agar produktivitas dan daya saingnya meningkat. Oleh karena itu menuntut adanya peran dan partisipasi bebagai pihak terutama pemerintah daerah dan kalangan perguruan tinggi serta dunia usaha yang berskala besar untuk membantu dan memfasilitasi akses informasi bagi para UMKM yang sebagian besar berada di daerah pedesaan atau kota-kota kecil. Menurut Suparnyo et al (2013) Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) model kebijakan yang dibutuhkan dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif (conducive business climate) sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan UMKM secara sistemik, mandiri, dan berkelanjutan. 2. Menciptakan sistem penjaminan (guarantee sistem) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh UMKM. 3. Menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha UMKM agar "feasible" sekaligus "bankable" dalam jangka panjang. Kebijakan dan Strategi Pertama pada dasarnya merupakan penerjemahan dari fungsi pemerintah sebagai regulator dalam kegiatan ekonomi dimasyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus mampu mengembangkan regulasi-regulasi ekonomis yang dapat memberikan tingkat kepastian usaha sekaligus memberikan pemihakan yang tepat kepada segenap pelaku UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Kebijakan dan Strategi Kedua pada dasarnya merupakan solusi terobosan terhadap adanya gap antara UMKM, dan perbankan/lembaga keuangan bukan bank, dalam hal permodalan/pembiayaan usaha. Secara empiris, selama ini UMKM terutama usaha mikro sangat sulit untuk memenuhi kriteria 5-C (character, condition of economy, capacity to repay, capital, collateral) yang merupakan aturan mekanisme baku perbankan dalam penyaluran kredit untuk membiayai usaha dan permodalan. Oleh karenanya wajar apabila selama ini pemerintah melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan lebih cenderung menciptakan sekaligus menyediakan skema kredit program yang lebih banyak bersifat dana hibah bergulir kepada berbagai kelompok masyarakat (pokmas) yang bergerak dalam usaha mikro. Skema kredit program tersebut merupakan salah satu alternatif strategi untuk membiayai kegiatan UMKM dan koperasi (terutama usaha mikro) yang berkesan lebih cenderung untuk mengabaikan rigiditas kriteria 5-C yang diberlakukan kalangan perbankan. Dalam rangka implementasi CSR, maka perusahaan yang berskala besar dapat memilih model kedua dan ketiga, yaitu dapat membantu dalam hal bantuan modal dan dalam hal pendampingan pada UMKM di bidang manajemen usaha. C. UPAYA PEMERINTAH DALAM MEMAJUKAN KOPERASI DAN UMKM Perhatian pemerintah terhadap sektor usaha kecil dan menengah sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari komitmen pemerintah dalam memajukan sektor usaha ini untuk semakin berdaya saing, baik dalam bentuk program simultan atau bauran kebijakan dan peraturan yang dijadikan sebagai payung hukum bagi UMKM. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah melalui program-program pemberdayaan untuk mengembangkan sektor riil yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dikatakan jadi main priority agar usaha kecil dan menengah tetap berkontribusi besar kepada ekonomi nasional. Pemerintah telah menjalankan sejumlah program dukungan UMKM, diantaranya bantuan insentif dan pembiayaan melalui program PEN, Kredit Usaha Rakyat, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), Digitalisasi pemasaran UMKM, Penguatan Wirausaha Alumni Program Kartu Prakerja Melalui Pembiayaan KUR, dan termasuk pula strategi jangka panjang menaikkan kelas UMKM melalui UU Cipta Kerja. Adapun upaya pemerintah dalam memajukan UMKM dengan membentuk beberapa program yaitu: 1. Menetapkan UU Cipta Kerja 64 juta orang UMKM di indonesia tergolong sektor tidak formal sehingga perlu didukung supaya menjadi sektor formal. Permasalahan yang ada terdapat kendala soal perizinan dan peraturan yang tumpang tindih antar pusat dan daerah. Untuk mengatasi hal ini dikeluarkan UU Cipta Kerja pada 2020, UU ini terkait dengan kenyamanan, pemberdayaan hingga perlindungan UMKM. 2. Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) PEN adalah program pemerintah untuk pemulihan ekonomi akibat pandemi guna menanggulangi menurunnya produktivitas masyarakat. PEN diatur pada PP No. 23 tahun 2020 yang diupdate menjadi No. 43 Tahun 2020. Program PEN UMKM memiliki rincian sebagai berikut: Subsidi atau margin bunga. Imbal jasa pinjaman (IJP). Peletakan dana pemerintah di perbankan. Pinjaman batas maksimum kredit UMKM. PPh Final UKM di tanggung pemerintah. LPDB (laporan pengelola dana bergulir) pembiayaan investasi pada koperasi. Banpres produk usaha mikro. 3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Dikeluarkan KUR adalah untuk membantu UMKM pada skema kredit korporasi rakyat melalui lembaga keuangan melalui model pinjaman. Service charge (bunga) untuk pembiayaan kredit/modal kerja bersubsidi pemerintah. Tujuan KUR untuk meningkatkan pembiayaan dan meningkatkan permodalan UMKM. 4. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BII) Gernas BII yang disahkan pada 2020 merupakan program untuk memajukan UMKM. Tujuannya adalah mempromosikan branding nasional produk hingga pada kualitas tinggi demi mengcreate industry new dalam mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga pemerintah berharap pelaku UMKM memanfaatkan platform digital. 5. Perluasan Ekspor Produk Indonesia pada AOSD (Asean Online Sale Day) AOSD merupakan belanja serentak pada platform e-commerce di 10 negara ASEAN. Pelaku AOSD adalah pelaku ekonomi yang berada dikawasan ASEAN yang melakukan perdagangan via sistem elektronik. AOSD merupakan kesempatan emas untuk Indonesia memasarkan citra produk lokal di Indonesia kepada ASEAN. Tidak hanya itu melaliu AOSD dapat meningkatkan ekspor, memajukan UMKM hingga pertumbuhan Indonesia semakin membaik.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro