Strategi dan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan koperasi dengan berbagai situasi
yang terjadi saat ini, pada pasca pemberlakuan BGHN 1999-2004 maka strategi
pengembangan mengacu pada UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009.
Dalam dokumen tersebut dikemukakan bahwa arah kebijakan pembangunan koperasi
ditujukan pada upaya-upaya untuk membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan
organisasi koperasi di tingkat makro, maupun mikro guna menciptakan iklim dan lingkungan
usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang menjamin
terlindunginya koperasi dan anggotanya dari praktek persaingan usaha yang tidak sehat,
meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders)
kepada koperasi, dan meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.
Dengan arah kebijakan tersebut maka program pembangunan koperasi difokuskan pada
program Peningkatan Kualitas dan Kelembagaan Koperasi. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu
tumbuh dan berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan
bersama bagi anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi
menjadi semakin baik.
Selain itu, adapula program unggulan yang merupakan ujung tombak untuk mempercepat
pengembangan koperasi adalah pengembangan kemitraan usaha dan gerakan kewirausahaan,
menurut Soeharto Prawirokusumo sebagai berikut:
b. Pengembangan Kewirausahaan
Upaya mengantarkan koperasi ke arah perubahan tatanan perekonomian yang
dicirikan oleh persaingan yang tajam bukanlah pekerjaan yang mudah. Kemampuan
yang bersumber dari dalam koperasi harus dijadikan sebagai kunci pokok bagi
keberhasilannya menghadapi tantangan serta dalam rangka menangkap berbagai
peluang yang tercipta. Oleh karena itu, membangun kekuatan dari dalam melalui
upaya penumbuhan kesadaran dan orientasi kewirausahaan menjadi program yang
sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Kewirausahaan dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas SDM penguasa sehingga pada akhirnya akan tumbuh dan
berkembang wirausaha baru, pemantapan pengusaha yang telah ada, serta terciptanya
lapisan menengah dalam struktur ekonomi nasional.
Sumber Referensi:
- BMP ISIP4310 Modul 4 Koperasi dalam Sistem Ekonomi Indonesia. Kegiatan Belajar 2
“Kebijakan dan Strategi Pengembangan Koperasi di Indonesia”. Hal 4.14-4.21.
Sebagaimana kita ketahui, Sistem Ekonomi Indonesia yang berdasarkan demokrasi ekonomi
melibatkan tiga pelaku ekonomi yakni usaha negara, koperasi, dan usaha swasta. Masing-
masing kekuatan ekonomi ini memiliki peran dan kedudukan yang penting dalam
perekonomian nasional. Peran BUMN ditunjukkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 1983 yang memuat tentang tujuan BUMN, diantaranya sebagai berikut:
Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian negara pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya.
Mengadakan pemupukan dana dari keuntungann yang diperoleh.
Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan
koperasi antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang
maupun jasa dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan memadai.
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi.
Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada sektor swasta, khususnya
pengusaha golongan ekonomi lemah, dan sektor koperasi.
Turut aktif di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya, termasuk penyebaran
pembangunan serta mengurangi timbulnya pengelompokan kekuatan ekonomi.
Dengan keberagaman tujuan yang hendak dicapai BUMN maka secara garis besar
terdapat dua peran utama BUMN (Fuad Bawazer, 1992), diantaranya sebagai berikut:
Adapun peran BUMN yang dipertegas oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dalam
konsepnya tentang Sistem Perekonomian Indonesia yang diserahkan kepada Presiden pada
tanggal 15 Agustus 1990. Dijelaskan dalam penjabaran Demokrasi Ekonomi oleh ISEI
tersebut, bahwa kelembagaan ekonomi diatur sebagai berikut:
Maka dengan ini, peran dan kedudukan BUMN sangat besar dalam Sistem Ekonomi
Indonesia saat ini, disamping mengemban misi sebagai agen pembangunan dan stabilisator
ekonomi, BUMN juga harus dapat memberikan kontribusi pendapatan negara. Namun dalam
kenyataannya banyak BUMN yang belum dapat bekerja secara efisien, sehingga memerlukan
pembenahan antara lain melalui perubahan status dan pemilikan yang biasa disebut
swastanisasi. Swastanisasi bukan hanya berarti perubahan pemilikan, namun yang penting
adalah misi BUMN tetap terwujud yakni pelayanan yang terbaik untuk kebutuhan
masyarakat.
BUMN yang bersifat public utilities menuntut bentuk pasar monopoli alamiah. Prinsip utama
yang harus dipertahankan adalah bahwa dalam mengawasi BUMN yang bersifat monopoli
tersebut mekanisme kontrol sosial tetap dapat berjalan. Bentuk BUMN yang bersifat public
utilities yang paling ideal adalah bentuk Perjan dan Perum. Sedangkan pada masa kini banyak
BUMN yang mulanya berstatus Perum berubah menjadi Persero, sehingga seolah-olah terjadi
kontradiksi dalam pencapaian misi sosial BUMN melalui kepentingan efisiensi, teknis dan
ekonomi.
Sumber Referensi:
- BMP ISIP4310 Modul 5 BUMN dalam Sistem Ekonomi Indonesia. Kegiatan Belajar 1
“Pengertian dan Peran Badan Usaha Milik Negara dalam Perekonomian”. Hal.5.4-5.10.