Anda di halaman 1dari 12

FINANSIAL

1. PROGRAM PEMERINTAH

Wirausaha masih menjadi mata pencaharian yang kurang diminati oleh sebagian
masyarakat Indonesia. Utamanya di kalangan pemuda, banyak yang berpandangan
menjadi wirausaha bukanlah impian atau cita-cita utama. Lebih banyak mereka para
pemuda mengejar impian untuk menjadi pekerja ataupun Pegawai Negeri Sipil. Padahal
menjadi wirausaha serta mandiri dengan usaha sendiri adalah salah satu jalan yang
bisa membawa mereka ke kesuksesan. Namun sayangnya, pandangan miring ini masih
menjadi hal yang lumrah dan juga terpelihara di tengah masyarakat. Pemerintah terus
menggencarkan supaya masyarakat memiliki minat untuk melakukan wirausaha. Salah
satunya adalah dengan menerbitkan Perpres No. 2 Tahun 2022 tentang
Pengembangan Kewirausahaan. Dalam perpres tersebut dijelaskan bahwa pemerintah
berupaya untuk mewujudkan ekosistem berwirausaha dan mencapai target rasio
kewirausahaan nasional 3,95 persen, dan pertumbuhan wirausaha baru sebesar 4
persen. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan
Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum menjelaskan, bahwa
Pengembangan Kewirausahaan Nasional yang efektif dapat dilakukan dengan cara
menghadirkan elemen Ekosistem Kewirausahaan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM),
yang mencakup individu yang memiliki jiwa Kewirausahaan dan tenaga kerja terampil
dan terlatih, sangat diperlukan dalam keberlanjutan Kewirausahaan.

Hal itu disampaikannya dalam Rapat Koordinasi "Monitoring Penyelenggaraan


Pengembangan Kewirausahaan Nasional (Wirausaha Tematik: Pemuda, Perempuan,
Sosial dan Desa) Pada Semester I 2023", di Kantor Kemenko PMK, pada Selasa
(18/72023). "Saya melihat upaya untuk mendorong kewirausahaan tidak hanya tugas
pemerintah pusat maupun daerah. Menjadi penting sekali kolaborasi dengan berbagai
pihak, kerja sama pentahelix sebagai upaya dalam memperluas wirausaha," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Deputi Kewirausahaan Kemenkop UKM Siti Azizah
menyampaikan, sebagai upaya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan hingga 3,95
persen di tahun 2024, Kemenkop UKM membentuk platform Entrepreneur Hub.
"Sehingga diharapkan mampu melahirkan entrepreneur yang andal, inovatif, dan
kompetitif dalam persaingan global," ujarnya. Menurut Woro, Upaya yang dilakukan
Kemenkop UKM dengan mengembangkan Entrepreneur Hub sebagai ekosistem
berwirausaha perlu disinergikan dan diselaraskan dengan berbagai stakeholder. Hal itu
juga menjadikan Entrepreneur Hubsebagai satu data induk kewirausahaan nasional.
"Kami berharap koordinasi bagi seluruh stakeholders terkait guna menghindari
pelaksanaan program kewirausahaan yang terpotong terpotong, melainkan untuk
menciptakan keberlanjutan program," ujarnya. Dalam rapat juga dibahas, pentingnya
peran pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi dilibatkan untuk bersama sama
mengawal program kewirausahaan melalui pengembangan keterampilan. Kemudian,
terkait Kewirausahaan Perempuan, secara khusus, akan dilakukan diskusi dan
pendekatan lebih lanjut dengan Kemen PPPA mengingat targetnya yang beragam dan
spesifik. Dalam Rapat Koordinasi, hadir Deputi Kewirausahaan Kemenkop UKM Siti
Azizah, Gatot Hari Priowirjanto dari Southeast Asian Minister of Education Organization
(SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement for Teacher and Education
Personnel (QITEP) in Science, dan perwakilan dari Kemenko Perekonomian,
Kemeterian PPPA, Bappenas, Kemenpora serta Kemendagri.

2. BUMN-PKBL

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan sebuah badan usaha berbadan
hukum yang dibentuk oleh negara, dengan sebagian besar atau keseluruhan modalnya
dimiliki oleh negara. Definisi BUMN termaktub dalam Undang-Undang No. 19 tahun
2003 pasal 1 yang berbunyi “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut
BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan”.

BUMN terbagi atas Persero dan Perum. Perusahaan Persero merupakan BUMN
yang modalnya terbagi atas saham. Tujuan pendirian Persero adalah untuk
menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan
mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.Perusahaan Umum, yang
selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham. Maksud dan tujuan didirikannya Perum adalah
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Maksud dan
tujuan didirikannya BUMN adalah untuk (1) Memberikan sumbangan bagi
perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
khususnya; (2) Mengejar keuntungan; (3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak; (4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha
yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; (5) Turut aktif
memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.

Pengertian Umum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah program


tanggungjawab sosial perusahaan BUMN yang merupakan perwujudan tujuan
didirikannya BUMN untuk turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Teknis pelaksanaan
PKBL diatur dalam Peraturan Menteri BUMN nomor Per-05/MBU/2007. Dalam Rakor
Penguatan Kerjasama Pengelolaan Peluang Kerja dan Peluang Usaha tahun 2010,
Asdep Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan menyatakan bahwa Peran PKBL
BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan
oleh perusahaan swasta karena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu
mewujudkan 3 pilar utama pembangunan (triple tracks) yang telah dicanangkan
pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan
jumlah pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah penduduk miskin (pro-poor)
dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (progrowth) PKBL terdiri dari dua jenis
program, yakni Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan
adalah program yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil melalui
pemanfaatan sebagian laba BUMN. Program Kemitraan bertujuan agar masyarakat,
khususnya pelaku usaha kecil, bisa mengembangkan usahanya dan menjadi usaha
mandiri. Perwujudan dari program ini adalah dengan pemberian kredit lunak bagi
pelaku UKM dan pemberian pembinaan untuk meningkatkan kemampuan kerja
usahanya. Sumber dana utama untuk program kemitraan berasal dari penyisihan 2%
dari laba bersih BUMN dan pengembalian pinjaman.

Program yang kedua adalah program Bina Lingkungan. Program Bina


Lingkungan adalah program pemberdayaan sosial masyarakat yang dananya
bersumber dari penyisihan dana dari bagian hasil laba BUMN. Perwujudan dari
program ini adalah bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan/atau
pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana
dan/atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam, dan bantuan
sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Dana untuk kegiatan
bina lingkungan merupakan alokasi laba BUMN sebesar 2%. BUMN juga bisa
bekerjasama dengan beberapa BUMN lain melalui ketetapan Menteri BUMN untuk
melaksanakan program Bina Lingkungan secara bersama-sama yang disebut dengan
program BUMN Peduli.

3. Perusahaan Swasta-CSR

Perusahaan swasta banyak yang menjalankan program Corporate Social


Responsibility (CSR) untuk membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi,
pengentasan kemiskinan, dan semacamnya. Kegiatan CSR di Indonesia telah diatur
dalam Undang-Undang Perseoran No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Undang-undang tersebut menjadi
acuan perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR.

Dengan adanya CSR, maka perusahaan akan membantu pemerintah ikut


berperan dalam pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan semacamnya.
CSR juga memberikan keuntungan bagi perusahaan sendiri. Dengan adanya CSR
perusahaan akan lebih dekat dengan masyarakat sekitar sekaligus mendapatkan
dukungan operasional.CSR juga memberikan keuntungan bagi perusahaan sendiri,
seperti membangun citra brand yang positif, mendekatkan perusahaan dengan
masyarakat sekitar, serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap brand.

Di Indonesia, perusahaan swasta masih mendominasi penerapan CSR.


Beberapa perusahaan yang terkenal sukses dengan program CSR-nya bahkan
mendapatkan penghargaan dalam bidang CSR karena telah menjalankan program
sesuai standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan dapat mencakup banyak bidang, seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Beberapa contoh kegiatan CSR yang bisa diterapkan oleh 5perusahaan antara lain
program penanaman pohon atau pengelolaan limbah di bidang lingkungan hidup,
program pendidikan, program Filantropi Perusahaan, dan lain-lain.

Hubungan Financial Perusahaan Swasta dengan CSR

Hubungan antara keuangan perusahaan swasta dengan Corporate Social


Responsibility (CSR)

Hubungan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek. Beberapa penelitian


menunjukkan adanya hubungan positif antara jarak tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan, diantaranya:
 Pengungkapan CSR yang baik dapat memperkuat hubungan antara kinerja CSR
dan kinerja keuangan perusahaan
Dukungan operasional.

Dengan adanya CSR, perusahaan akan lebih dekat dengan masyarakat sekitar
sekaligus mendapatkan dukungan operasional. Dalam hal ini, Perusahaan swasta
masih mendominasi penerapan CSR di Indonesia.

Akses ke Modal dan Pembiayaan

Banyak investor, termasuk dana investasi sosial dan lingkungan, lebih cenderung
untuk berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki komitmen yang kuat terhadap
CSR. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki fokus CSR yang baik dapat lebih
mudah mendapatkan akses ke modal dan pembiayaan yang mereka butuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan.

Pengembangan Merek dan Reputasi

Praktik CSR yang kuat dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan menciptakan nilai
merek yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, ini dapat membantu perusahaan untuk
mendapatkan lebih banyak pelanggan, mempertahankan pelanggan yang ada, dan
mengungguli pesaing.

4. LMS/NGO

1. LMS (Learning Management System)

- LMS adalah Learning Management System adalah sebuah software yang dirancang
sebagai pusat pengelolaan sistem pembelajaran secara online. Perangkat lunak ini
umumnya digunakan untuk membuat, menyalurkan, sekaligus mengelola penyampaian
bahan belajar peserta didik.

Dalam kata lain, arti Learning Management System adalah suatu bentuk manajemen
pembelajaran terintegrasi berbasis digital yang mana lebih sering kita kenal dengan
sebutan e-learning.

- Tujuan utama LMS adalah untuk membantu institusi pendidikan, organisasi, atau
perusahaan dalam mengorganisasi, menyampaikan, dan melacak pembelajaran online.

- LMS menyediakan alat untuk membuat, menyusun, dan mengelola kursus online,
serta melacak kemajuan siswa atau peserta pelatihan.

- Contoh LMS populer termasuk Moodle, Blackboard, Canvas, dan banyak lagi.
2. *NGO (Non-Governmental Organization)

- NGO adalah organisasi non-pemerintah yang bertujuan untuk menjalankan program


atau kampanye dalam rangka mencapai tujuan sosial, kemanusiaan, lingkungan, atau
lainnya.

- Tujuan utama NGO adalah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
mencapai perubahan sosial yang lebih baik melalui berbagai program dan proyek.

- NGO dapat berfokus pada berbagai isu, seperti hak asasi manusia, kesehatan,
pendidikan, konservasi lingkungan, dan banyak lagi.

- Contoh organisasi NGO terkenal meliputi Amnesty International, Greenpeace,


UNICEF, dan banyak lainnya.

Keduanya memiliki peran dan tujuan yang unik dalam masyarakat. LMS lebih berfokus
pada penyediaan pembelajaran online dan pengembangan kompetensi, sementara
NGO berusaha untuk mencapai perubahan sosial positif melalui berbagai program dan
kampanye.

Hubungan financial dengan LMS/NGO

1.LMS dapat membantu perusahaan menciptakan budaya pembelajaran dan


pengembangan, meningkatkan kepuasan karyawan, kinerja, dan retensi.Dengan
berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan melalui LMS, perusahaan
dapat mengurangi tingkat pergantian karyawan dan meningkatkan laba bersih mereka.

2.Efisiensi Operasional LMS dapat membantu mengurangi biaya operasional dalam


pendidikan dan pelatihan. Misalnya, dengan menyediakan pelatihan online, institusi
dapat mengurangi biaya perjalanan dan penginapan peserta pelatihan.

3. Pendapatan melalui Pelatihan Online, Banyak institusi pendidikan dan bisnis dapat
menghasilkan pendapatan tambahan dengan menjual kursus atau pelatihan online
melalui LMS. Ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan yang signifikan.
5. Impact dan Angel Investor

Secara tradisional, angel investor didefinisikan sebagai individu yang memanfaatkan


dana pribadinya untuk berinvestasi pada usaha kecil yang mereka identifikasi memiliki
potensi pertumbuhan.

Angel impact investor adalah segalanya dan banyak lagi. Mereka tidak hanya mencari
keuntungan finansial atas investasi mereka, namun strategi investasi inti mereka
dipadukan dengan keinginan untuk melihat perubahan nyata di dunia dengan
berinvestasi pada wirausaha sosial yang menjalankan bisnis dengan memajukan tujuan
sosial dan lingkungan secara positif. Dengan kata lain, angel impact investor
memanfaatkan kekuatan kapitalisme untuk berbuat baik.

Dengan menjadi angel impact investor, Anda akan menjadi aset fundamental bagi
ekosistem wirausaha sosial yang sedang berkembang. Anda tidak hanya akan
mengembangkan portofolio Anda sendiri tetapi Anda secara pribadi akan mendorong
dunia yang lebih baik di masa depan melalui wirausaha sosial.

Namun sebelum kita melangkah lebih jauh, langkah terpenting yang perlu Anda lakukan
untuk menjadi angel impact investor adalah menemukan bisnis perantara yang dapat
menghubungkan Anda dengan wirausaha sosial yang memenuhi visi Anda tentang
keuntungan finansial atas investasi Anda. baik tujuan sosial dan lingkungan pribadi
Anda.

Konsultan usaha berdampak sosial seperti Fundie melakukan semua pekerjaan penting
untuk memastikan Anda mendapatkan hasil maksimal dari investasi Anda. Fundie
menyelaraskan kesepakatan yang telah diperiksa secara internal agar sesuai dengan
selera investasi para mitranya.
6. Sosial enterprise

Social enterprise adalah sebuah organisasi atau perusahaan yang menggunakan


strategi komersial guna meningkatkan kesejahteraan finansial, sosial, dan lingkungan,
untuk memaksimalkan profit sekaligus dampak baik bagi setiap elemen yang terlibat di
dalam usahanya. Beberapa ahli mendefinisikan social enterprise sebagai berikut:

Gendron

Kewirausahaan sosial adalah mekanisme yang efektif untuk menghasilkan nilai dalam
bentuk kemasyarakatan, ekonomi, dan lingkungan. Kewirausahaan sosial melibatkan
promosi dan pembangunan perusahaan atau organisasi yang menciptakan kekayaan
dengan tujuan menguntungkan masyarakat.

Mair dan Marti

Perushaan sosial memiliki perbedaan dengan perusahaan konvensional karena


perusahaan sosial bertujuan guna mengoptimalkan nilai untuk tujuan sosial.

Wawan Dhewanto

Social enterprise adalah konsep di mana pengusaha menyesuaikan kegiatan mereka


dengan tujuan menciptakan nilai sosial.

Social Enterprise Alliance

Perusahaan sosial adalah organisasi yang mengkolaborasikan misi sosial dari program
nirlaba atau pemerintah dengan pendekatan bisnis yang didorong oleh pasar

British Council

Perusahaan sosial adalah bisnis yang berdagang untuk mengatasi masalah sosial dan
lingkungan di mana sebagian besar keuntungan yang dihasilkan akan diinvestasikan
kembali ke dalam misi sosial mereka.

Sebagai kesimpulan, usaha sosial (social enterprise) adalah setiap usaha bisnis yang
dibuat untuk tujuan sosial-mengurangi masalah sosial atau kegagalan pasar dan untuk
menghasilkan nilai sosial saat beroperasi dengan disiplin keuangan, inovasi, dan tekad
bisnis sektor swasta.
Dalam penggunaan istilah yang luas, “wirausaha sosial” adalah individu dan
“perusahaan sosial” adalah organisasi. Maka dari itu, social enterprise adalah ekspresi
dalam bentuk institusional dari istilah social entrepreneur.

Ciri-Ciri Social Enterprise

Guna membedakan perusahaan sosiall dengan jenis usaha lainnya, kita perlu
memahami apa saja yang menjadi ciri-ciri atau karakteristik dari social enterprise.
Terdapat empat unsur utama yaitu, social value, civil society, innovation, dan economic
activity. Berikut penjelasan lengkapnya:

Social value

Unsur ini bisa dibilang berbeda ketimbang unsur social enterprise lainnya, di mana
unsur ini menciptakan nilai sosial yang tidak dapat diperebutkan serta hadir dalam
sebagian pendekatan untuk perusahaan sosial.

Civil Society

Pada dasarnya, civil society penting digunakan untuk membedakan social


enterprise dari kegiatan sosial di sektor komersial swasta dan di sektor publik. Karena,
prinsipnya perusahaan sosial muncul dari inisiatif serta partisipasi dari civil
society sebagai upaya pengoptimalan sosial yang ada.

Innovation

Keberadaan innovation dalam social enterprise lebih menekankan soal bagaimana


perusahaan sosial sebagai bidang baru mampu hadir dalam pendekatan dengan
metode baru serta memberikan tuntutan, meskipun dengan sumber daya yang ada
tetap bisa melakukan pembaharuan agar dapat terus bertahan.

Economic Activity

Kegiatan ekonomi dalam social enterprise tidak selalu berkaitan tentang keuntungan
atau menekankan pada orientasi profit. Pada dasarnya, jenis usaha ini membutuhkan
keseimbangan antara keuntungan bisnis dan sosial sehingga social enterprise mampu
terus bertahan.

Selain karakteristik yang berbeda, social enterprise juga memiliki lima elemen penting
yang mesti ada, yaitu:

o Misi atau dampak sosial,


o Pemberdayaan,
o Prinsip bisnis yang etis,
o Reinvestasi dana untuk misi sosial,
o Kesinambungan.

Lebih lanjut, tiga indikator dari perusahaan sosial adalah:

o Memiliki misi untuk kepentingan sosial,


o Performa atau value yang dibangun perusahaan bersifat sosial,
o Pemanfaatan sumber daya,

Perbedaan Social Enterprise dan Social Entrepreneurship

Walaupun di antara keduanya terdapat kesamaan dalam proses mengembangkan


produk atau layanan. Akan tetapi, terdapat ada beberapa perbedaan yang signifikan
yaitu:

Business Purpose

Tujuan utama dalam entrepreneur berbisnis yaitu memaksimalkan keuntungan


perusahaan, sedangkan tujuan utama social enterprise, produk atau jasa yang
ditawarkan harus memiliki kekuatan atau value untuk melakukan misi sosial.

Funding Sources

Pendonor dalam social enterprise yang memberikan donasi pastinya mempunyai tujuan
khusus untuk mengatasi masalah sosial. Maka dari itu, perlu adanya keselarasan
kebutuhan antara pendonor dengan klien yang akan diberikan bantuan.

Customer Acquisition and Marketing

Social enterprise dapat memanfaatkan misi sosial dan jaringan pendukungnya guna
menghasilkan proposisi penjualan yang menarik dengan menggabungkan produk atau
pelayanan yang diberikan dengan urgensitas tujuan sosial.

Operation plan

Maksudnya social enterprise akan mengambil potensi sumber daya manusia secara
luas untuk turut berkontribusi dalam memberikan sumbangsihnya yang bermanfaat bagi
perusahaan. Ekspansi brand awareness perusahaan juga dapat dilakukan dengan
memanfaatkan jejaring dengan banyak orang yang terlibat dalam perusahaan.

Tujuan Social Enterprise

Tujuan utama dari perusahaan sosial adalah menghasilkan dampak sosial yang baik.
Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan dan dapat dilihat
dari bagaimana perusahaan secara konsisten menyampaikan serta
mengkomunikasikannya kepada publik mengenai komitmennya untuk dampak sosial.

Tujuan yang dimiliki social enterprise lalu diwujudkan dalam bentuk konkret seperti
menciptakan lapangan kerja, memberikan pelatihan, komitmen membangun
keterampilan dalam komunitas lokal, ataupun penyediaan layanan lokal. Adapun dana
yang digunakan guna mewujudkan tujuan tersebut merupakan hasil keuntungan yang
kemudian diinvestasikan kembali untuk memberi dampak sosial.

Manfaat Social Enterprise

Kehadiran perusahaan sosial tidak hanya memberikan manfaat kepada perusahaan


semata. Namun, juga kepada masyarakat ataupun komunitas masyarakat yang dibina.
Konsep usaha ini jelas memberikan manfaat yang menyeluruh.

Misalkan, kita membuat perusahaan sosial yang berfokus pada penangan sampah.
Produk yang kita jual berupa produk fashion yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan sampah sebagai bahan bakunya. Dengan begitu, makin banyak orang
yang membeli produk kita, selain untung secara finansial, semakin sedikit pula sampah
yang ada.

Belum lagi jika kita menggandeng masyarakat untuk memproduksi produk fashion yang
kita jual. Tentunya, seiring bertambahnya jumlah klien juga akan memberikan
pemasukan dan membantu perekonomian masyarakat tersebut.

Contoh Social Enterprise di Indonesia

Berikut beberapa contoh social enterprise di Indonesia:

Du Anyam

Brand ini menyediakan produk souvenir berbahan material pohon lontar yang
dikerjakan secara dianyam. Du Anyam memanfaatkan keberadaan pohon lontar yang
melimpah di NTT. Alhasil, Du Anyam berhasil meningkatkan pendapatan penganyam
hingga 40% serta memberikan bantuan beasiswa pendidikan kepada anak cucu para
ibu penganyam.

SukkhaCitta

Brand fashion ini menyediakan berbagai macam jenis produk yang lahir dari tangan
perajin di desa-desa. Dari hasil kolaborasi tersebut, SukkhCitta sukses meningkatkan
60% pendapatan desa binaan dengan sekitar 340 ibu-ibu yang menjadi perajin.

Anda mungkin juga menyukai