Anda di halaman 1dari 13

A.

One Village One Product (OVOP)


1. Pengertian, Konsep, dan Dasar Hukum
Satu Desa Satu Produk adalah pendekatan pengembangan daerah di satu
wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah
dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Satu desa yang dimaksud bisa
diartikan atau diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun
kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usahan secara
ekonomis.
Produk yang dihasilkan adalah produk yang memanfaatkan sumberdaya
lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
OVOP memiliki tiga prinsip utama:
1. Local Yet Global
Yaitu menghasilkan produk atau jasa yang bernilai lokal dan dapat
diterima secara global.
2. Self Reliance and Creativity
Yaitu memanfaatkan potensi yang dimiliki secara kreatif dengan
usaha-usaha yang mandiri.
3. Human Resource development
Yaitu mengembangkan kapasitas dan kompetensi masyarakat agar
memiliki semangat untuk kreatif dan mampu menghadapi berbagai
tantangan perkembangan zaman.
Dalam konsep One Village One Product (OVOP) adalah suatu
gerakan revitalisasi daerah untuk mengembangkan potensi asli daerah
supaya mampu bersaing di tingkat global, serta disesuaikan dengan
kompetensi daerah akan produk unggulan yang unik dan khas untuk menjadi
produk kelas global. Dalam konsep OVOP masyarakat diberikan
pemahaman untuk dapat menghasilkan barang-barang terpilih dengan nilai
tambah yang tinggi. Satu desa diharapkan mampu menghasilkan satu
produk utama yang kompetitif dan mampu bersaing ditingkat global namun
tetap memiliki ciri khas keunikan karakterisktik dari daerah tersebut.
Intruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 Tentang Fokus Program
Ekonomi Tahun 2008-2009 sebagai kelanjutan dari Inpres Nomor 6 Tahun
2007 Tentang Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Inpres tersebut mengamanatkan
pengembangan melalui pendekatan OVOP. Kegiatan rintisan dikembangkan
melalui kerja sama UMKM setempat yang produknya memiliki keunggulan
komparatif yang berkoordinasi dengan kepala daerah dari tingkat Gubernur
dan Bupati/Walikota secara bersama-sama. Nomor 25 tahun 1992 Tentang
Perkoperasian dan Undang-undang nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Keputusan rapat kerja Kementrian
Koperasi dan UKM dengan komisi VI DPR-RI tahun 2008 agar program
OVOP dapat dikembangkan di Provinsi lain. Arahan Menteri Negara
Koperasi dan UKM dalam Rapat Pimpinan (Rapim) dan Rapat Koordinasi
Nasional Tahun 2010.

2. Sejarah Gagasan OVOP

Pertama kali OVOP diperkenalkan dan dikembangkan di jepang


khususnya di kawasan Oita, timur laut pulau Kyushu oleh Morihiko
Hiramatsu seorang gubernur dengan masa bakti di Oita selama 6 periode
(1979-2003) dengan Istilah Isson Ippin Undo tujuannya untuk
mengentaskan kemiskinan warganya dengan menerapkan konsep
pembangunan wilayah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program
ini menjadikan wilayan Iota yang sebelumnya termasuk wilayah termiskin
di Jepang sekarang menjadi wilayah terkaya ke 3.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian Menkop dan UKM sehingga
mengunjungi kita untuk mencermati dan menduplikasi program tersebut
sekaligus menerapkannya secara optimal di Indonesia. Di Indonesia saat ini
program OVOP telah dikembangkan di 34 daerah dengan berbagai potensi
setempat, langkah tersebut mengembangkan komoditas unggulan di 100
daerah di Indonesia.
Melalui President of the OVOP Internasional Exchange Promotion
Commite, Morihiko Hiramatsu mendukung penerapan program itu di
Indonesia melalui bantuan teknis dan promosi. Pendekatan dan pelaksanaan
program OVOP dilakukan secara lintas sektoral maupun lintas pelaku antar
instansi pusat dan daerah dibawahan koordinasi Kementrian Koordinator
Bidang Perekonomian. Disini keterlibatan pemerintah daerah sangat
menetukan melalui Direktorat Pengembangan Daerah Kementrian Dalam
Negeri, ke depannya ada kemungkinan merambah ke daerah tertinggal dan
komoditas unggulan akan ditumbuh kembangkan di 100 titik daerah.

5. Sasaran Program OVOP


Keberhasilan sasaran penetapan sasaran didalam suatu program sangat
penting dilakukan. Sasaran dibentuk untuk menuju suatu target utama yang
akan dicapai didalam suatu program. Sasaran berarti suatu yang menjadi
tujuan didalam suatu tindakan maupun kegiatan. Program OVOP memiliki
sasaran utama yaitu untuk membentuk wirausaha baru dan meningkatkan
pendapatan masyarakat miskin sehingga mampu untuk memenuhi segala
kebutuhan baik itu kebutuhan primer dan skundernya.
Secara menyeluruh telah memiliki acuan atau tolak ukur sebagai dasar
untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari program OVOP tersebut.
Acuan tingkat keberasilan program OVOP ini dibentuk sebagai bahan untuk
pengukuran tingkat keefektifan dan efisiensi dari program OVOP yang di
jalankan.
Tingkat efektivitas dan efisiensi dari program OVOP dapat dilihat dari
kapasitas produksi yang mampu dihasilkan oleh kelompok usaha serta
tingkatan produk yang mampu untuk di pasarkan baik itu didalam daerah
maupun keluar daerah.

B. Corporate Social Responsibility (CSR)


1. Pengertian dan Dasar Hukum
Corporate Social Responsibility dalam koperasi merupakan wujud
pengejawantahan sistem ekonomi kerakyatan. Program ini merupakan
bentuk komitmen perusahaan atau dunia bisnis dalam hal ini UMKM dan
Koperasi untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara aspek ekonomis, sosial dan
lingkungan. Program CSR atau PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) merupakan salah satu sumber dana atau modal dalam
mengembangkan usaha mikro dan kecil dan hal tersebut di kalangan
masyarakat belum populer.
Melalui program CSR dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) ini selain dapat menciptakan dan memperkuat keseimbangan
dalam perekonomian nasional, juga akan memberikan manfaat besar bagi
perusahaan yaitu mendatangkan laba, kinerja finansial yang kokoh,
meningkatkan akuntabilitas, mendorong komitmen dan loyalitas karyawan,
mengurangi kerentanan gejolak dengan masyarakat umum dan terciptanya
reutasi perusahaan dalam masyarakat.

Dasar Hukum CSR


1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
PM).
Pasal 15 huruf b UUPM menyatakan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pasal 16 huruf d menyatakan bahwa setiap penanam modal
bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup.
*Pasal 16 huruf e UUPM menyatakan bahwa setiap penanam modal
bertanggungjawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.
Selanjutnya Pasal 17 UUPM menentukan bahwa penanam modal yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU
PT).
UU No 40 tahun 2007 Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4), bunyi pasal tersebut
sebagai berikut :
a) Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan segala
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan
lingkungan;
b) Tanggung jawab social dan lingkungan itu merupakan kewajiban
perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran;
c) Perseroan Terbatas tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 1
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab social dan lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 232/KMK.013/1989 tanggal 11
November 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah
dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba BUMN sebesar
1%-5% (dari laba setelah pajak). Nama program saat itu lebih dikenal
dengan Program Pegelkop (Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan
Koperasi).
Pada Tahun 1994, nama program Pegelkop diubah menjadi Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994
tentangPedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui
pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan


Pengembangan Usaha Kecil.
Penjelasan Pasal 16, lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal
untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain meliputi
sekema modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan
kredit modal kerja usaha kecil, kredit kemitraan, modal ventura, dana dari
bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anjak piutang dan kredit
lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari PP No. 32 Tahun1998 ini dikeluarkanlah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina
BUMN No.Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN.
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Pasal 2, … salah satu tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif
memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
*Pasal 88 ayat (1). …BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya
untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN.
Sebagai tindak lanjut UU No. 19 Tahun 2003 ini dikeluarkanlah Keputusan
Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni2003 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.

2. Prinsip – Prinsip dan Peran CSR


Orientasi Kedermawanan Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) bisa berbeda-beda. Seorang ahli manajemen, Archie B.
Carrol, menyebutkan tiga prinsip pokok bagi CSR. CSR harus menjadi
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan
istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet (3P), ini. Ketiga
prinsip ini diuraikan sebagai berikut:
 Profit
Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi
yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
 People
Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian
beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan
dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada
perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi
warga setempat.
 Planet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan
keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip
ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana
air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata
(ekoturisme).
Semakin diakui bahwa perusahaan, sebagai pelaku bisnis, tidak akan
bisa terus berkembang, jika menutup mata atau tak mau tahu dengan situasi
dan kondisi lingkungan sosial tempat ia hidup. Dalam kaitan itulah,
penerapan CSR dipandang sebagai sebuah keharusan. CSR bukan saja
sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah suatu
peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka, bisnis
tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai sebuah institusi
pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran sosial terhadap
lingkungan sekitar.
Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas
maupun kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin
ber- variasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar.

Peran CSR
Berkaitan dengan prinsip CSR yang diuraikan diatas maka secara teknis,
pelaksanaan CSR Seyogyanya mampu:
a. Menghormati hak asasi manusia, dimana dalam CSR selalu dipandu
oleh pedoman hak asasi manusia yang berlaku universal.
b. Berkontribusi terhadap keberlanjutan melalui pengembangan bisnis
yang menguntungkan serta aktif terlibat dengan masyarakat setempat
dengan tujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi dan sosial
jangka panjang.
c. Bekerjasama/berkoordinasi dengan pemerintah dan masyarakat
setempat untuk mendefinisikan peran dan tanggung jawab sosialnya.
d. Keragaman, yaitu tidak melakukan diskriminasi gender, ras, etnik, latar
belakang budaya, kelompok sosial, kecacatan, status pernikahan, umur
dan pendapat politik.
e. Mengakui nilai- nilai intrinsik dari keragaman budaya dalam semua
praktik bisnisnya.
f. Dialog, yaitu selalu mengembangkan dialog dengan semua pemangku
kepentingan untuk memperoleh manfaat bagi perusahaan dan
masyarakat setempat.
g. Memperhatikan inisiatif dan masukan yang akan digunakan sebagai
dasar pengembangan layanan dan praktik yang bisa
dipertanggungjawabkan
h. Mengutamakan kejujuran dan keterbukaan dalam setiap kesepakatan
yang dibangun, sehingga tidak akan mengizinkan atau mentolerir segala
bentuk korupsi.
Jadi secara singkat CSR, mempunyai peran penting untuk:
a. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan
perusahaan baik internal maupun lingkungan masyarakat sekitar.
b. Menguatkan masyarakat ekonomi sekitar.
c. Pemeliharaan hubungan relasional antara perusahaan dengan
lingkungan perusahaannya dengan lingkungan sosialnya.
d. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik.
e. Pelestarian lingkungan.
Princes of Wales menegaskan tentang 5 hal penting yang dapat
mempengaruhi perusahaan dalam implementasi CSR maupun PKBL agar
sesuai dengan peran dan tujuannya (Hendrik Budi Untung dalam limbong,
2010:3110), yaitu:
a. Human Capital
Yaitu suatu bentuk program dalam memperdayakan sumber daya
manusia agar lebih berkualitas dan mandiri.
b. Environment
Yaitu suatu program dalam menciptakan keseimbangan lingkungan.
c. Good Corporate Govenance
Merupakan bentuk pengelolaan atau bisnis yang melibatkan
kepentingan serta penggunaan sumber daya yang berprinsip pada
keadilan, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas.
d. Social Cohession
Suatu bentuk program yang menciptakan keseimbangan kepentingan
dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
e. Economic strength
Merupakan bentuk memberdayakan lingkunagan menuju kemajuan
ekonomi.

3. Bentuk CSR danSumber Dana CSR Koperasi


Pada dasarnya untuk tanggung jawab sosial perusahaan dan atau
koperasi dapat beraneka ragam, dari yang bersifat charity sampai ke
kegiatan yang bersifat pengembangan masyarakat, dari yang bernuansa
abstrak sampai ke bentuk konkrit. Utamannya bahwa, keseluruhan kegiatan
CSR pada dasarnya tidak berkaitan dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Kegiatan progam CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat
dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu: public relations, strategi defensif
dan kegiatan tulus dan baik yang berasal dari visi misi perusahaan ( Rudito
dan Famiola, 2013 : 107-110 )
 Public relations

Merupakan upaya penanaman persepsi positif kepada masyarakat


tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Bentuk ini
menekankan kepada penanaman persepsi positif atau image pada
masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan, dimana
masyarakat “digiring” untuk berpersepsi bahwa perusahaan “ini”
banyak melakukan kegiatan sosial atau menyisihkan sebagian
keuntungan usaha untuk kegitan sosial.
 Strategi defensif

Merupakan upaya perusahaan menangkis anggapan negatif masyarakat


luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan, karyawannya
maupun hal negatiflainnya. Bentuk ini dilakukan dengan sasaran
merubah anggapan masyarakat yang berkembang sebelumnya dengan
mengganti dengan yang baru sebagai anggapan yang bersifat positif.
 Kegiatan tulus dan baik

Bentuk kegiatan CSR tulus yang berasal dari visi misi perubahan
merupakan program untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
komunitas atau lingkungan yang benar-benar berbeda dari hasil
(produk) perusahaan. Kegiatan pada model ini benar-benar tidak
mengambil keuntungan (baik eksplisit maupun implisit) tetapi berusaha
untuk menanamkan kesan baik terhadapkomunitas atau masyarakat atas
keinginan CSR yang dilakukan.

Kegiatan atas dasar ketulusan perusahaan (corporate culture). Jadi


kegiatan CSR yang dilakukan didorong oleh budaya yang berlaku di
perusahaan, maka secara otomatis CSR perusahaan bersangkutan sudah
tersirat dari etika perusahaan sehari-hari.

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR maka, perusahaan dapat menjalankan


dalam beberapa bentuk, yaitu :

a. Terlibat langsung.
b. Melalui organisasi sosial perusahaan atau yayasan ( yayasan coca cola
dan yayasan sahabat aqua ).
c. Bermitra dengan pihak lain (misal: LSM, Perguruan Tinggi, media
massa, PMI, Dompet Duafa dan LIPI ).
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Sedangkan penerapan CSR dalam koperasi dapat melakukan beberapa


bentuk kegiatan riil atau nyata yang memiliki dampak positif sesuai dengan
prinsip CSR maupun koperasi yaitu :
a. Pemberian santunan kepada yayasan seperti : yayasan yatim piatu
berupa bantuan biaya pendidikan bagi anak yang berprestasi.
b. Bazar murah, sembako gratis.
c. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti pengobatan gratis,
khitanan massal, pembangunan sarana sanitasi.
d. Bantuan yang sifatnya insidentil seperti bantuan kepada masyarakat
yang terkena bencana alam.

Tabel 1.1
Contoh koperasi pelaksana CSR
No Nama Koperasi Domisili Wilayah
1 Koperasi warga semen Gresik Gresik, JawaTimur
2 Koperasi Astra Indonesia Jakarta
3 Kopdit Lantang Tipo Sanggau, Kalimantan Barat
4 KSPPS UGT sidogiri Pasuruan, JawaTimur
5 Koperasi Setia Bakti Wanita Surabaya Surabaya, JawaTimur
6 Koperasi Telkomsel (Kisel) Indonesia Jakarta
7 Kospin Jasa Pekalongan Pekalongan, Jawa Tengah
8 Koperasi Pusat Susu Bandung Utara Lembang, Jawa Barat
9 Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia Tanggerang, Banten
10 Koppas Srinadi Klungkung, Bali
11 Koperasi Agro Niaga Jabung Malang, JawaTimur
12 KSP Sejahtera Bersama Jakarta
13 Healthcare Mandiri Jakarta Jakarta
14 Koperasi Keling Kumang Sintang, Kalimantan Barat

Sember :dikutip dari berbagai sumber, 2019

Beberapa contoh koperasi diatas beberapa tahun telah


melaksanakan program CSR secara rutin. Pada umumnya melaksanakan
CSR yang mereka laksanakan secara langsung yakni pembagian sembako,
beasiswa pendidikan, santunan ke sekolah anak yatim, pengobatan gratis,
bantuan sarana prasarana di TPG dan masjid atau tempat ibadah lainnya.
Pelaksanaan program CSR tentunnya membutuhkan dana atau biaya
yang harus dikeluarkan, sehingga dalam pelaksanannya koperasi penting
untuk melakukan anggaran pelaksanaan program CSR lebih dini. Dana CSR
dapat dihimpun sedikit melalui 2 (dua) cara, yaitu :
a. Selisih hasil usaha (SHU) yang dialokasikan 2,5% dan laba bulanan
yang disisihkan sebesar 2,5%.
b. Penggalang dana dari anggota.

Seperti pada konsep keberadaan koperasi yang memiliki peran manfaat


lingkungan atau masyarakat sekitar, maka program CSR koperasi
merupakan salah satu wujud nyata bagaimana koperasi benar-benar
memiliki kepedulian dan kemanfaatan terhadap lingkungan sebagai
organisasi berwatak sosial.

Anda mungkin juga menyukai