Anda di halaman 1dari 16

1.

GAMBARAN UMUM
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY
DAN PROGRAM KEMITRAAN & BINA LINGKUNGAN (PKBL)

Komitmen dari pimpinan-pimpinan negara diseluruh dunia untuk membantu


mengurangi dampak yang semakin meluas dan merugikan masyakarat di seluruh
dunia, telah membuat kesepakatan bersama merealisasikan program MDGs di tahun
2014 akan tercapai target program, yaitu 8 tujuan program yaitu :
1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan,
2. Menuntaskan pendidikan dasar,
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
4. Mengurangi tingkat kematian anak,
5. Meningkatkan kesehatan Ibu,
6. Memerangi penyakit HIV/AIDS serta penyakit menular/berbahaya lainnya,
7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup,
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan

Di Indonesia bentu tanggungjawab perusahaan sudah dituangkan ke dalam undang-


undang dan peraturan pemerintah sebagai bentuk komitmen Pemerintah dalam
mendukung program tersebut. Materi ini akan mengupas apa itu program tanggung
jawab PLN yang sudah dilaksanakan sejak jaman orde baru.

1.1. Pengertian dan Tujuan

CSR adalah kebijakan strategis perusahaan untuk meningkatkan reputasi


perusahaan dan memberikan kembali (give back) kepada masyarakat dari
keuntungan yang diperoleh Perusahaan, Maria R. Nindita Radita Radyati
PHD, Program Direktor MM-CSR Univ. Trisakti

CSR berhubungan dengan memperlakukan pemangku kepentingan dari


suatu organisasi dengan etis atau dalam perilaku yang bertanggung jawab
sosial. Pemangku kepentingan ada di dalam dan di luar perusahaan.
Tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk menciptakan standar
kehidupan yang lebih tinggi bagi pemangku kepentingan di dalam dan di
luar perusahaan sekaligus menjaga profitabilitas perusahaan (Hopkins
2007)

1
Arti CSR : bagaimana keseluruhan operasi perusahaan, yakni fungsi
bisnis utama (core business functions) dapat memberikan dampak positif
terhadap lingkungan, dan para pemangku-kepentingan serta masyarakat
pada umumnya.
Fungsi bisnis utama termasuk: produksi, pemasaran, manajemen
keuangan, pengadaan bahan baku, manajemen sumber daya manusia,
logistik, dst.

DASAR IMPLEMENTASI PROGRAM CSR DAN PKBL

PT PLN (Persero) dalam menjalankan usahanya mempunyai taggung jawab


dalam melaksanakan program sosial kemasyarakatan bagi lingkungan sekitar
hal ini sesuai dengan UU No 40 tahun 2007, tanggal mengenai Perseroan
Terbatas pasal 74 disebutkan bahwa :
1. Perseroan yang menjalankan kgiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ada ayat
(1) merupaka ewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diprhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggungjawab sosial dan lingkungan
diaturdengan peraturan Pemerintah

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa perusahaan baik yang mengelola,


mengeksploitasi, memanfaatkan sumber daya serta dalam proses
menjalankan usahanya memberikan terganggunya fungsi sumber daya alam
mempunyai kewajiban dalam menjalankan tanggung jawab sosial kepada
lingkungan dan masyarakat.

Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai tanggung jawab sosial adalah


tertuang di PP No. 47 Tahun 2012, tanggal 4 April 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Di dalam PP ini dijelaskan

2
bahwa Perseroan Terbatas (PT) adalah subyek hukum yang mempunyai
kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Program tanggung jawab sosial dan lingkungan di dalam dan di luar


lingkungan perusahaan, yang mana setiap tahun direncanakan sesuai dengan
kewajaran dan kepatutan yang disahkan dalam RKAP (dianggarkan dalam
biaya perusahaan). Realisasi pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan dituangkan ke dalam laporan tahunan dan
dipertangungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Bagi Perseroan/ Perusahaan yang tidak melaksanakan program tanggung


jawab sosial dan lingkungan, maka akan dikenai sanksi sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan. Demikian pula sebaliknya jika Perseroan/
Perusahaan melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan
akan diberikan penghargaan / apresiasi dari instansi yang berwenang.

Pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan / Corporate


Social Responsibility (CSR) di PT PLN (Persero) sudah dilaksanakan sejak
tahun 1992 dengan dasar hukum dari Kementerian BUMN, yang sekarang
bernama PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).

1.2. Perbedaan CSR dan PKBL

Kegiatan Program Kemitraan Bina Lingkungan di BUMN dapat dikatakan


bagian dari kegiatan CSR perusahaan, Namun diantara keduanya terdapat
beberapa perbedaan, antara lain dilihat dari :
1. Dasar Hukum
Kegiatan CSR dilatarbelakangi oleh adanya UU NO 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, khususnya pasal 74 dan Peraturan Pemerintah No 47
tahun 2012.
UU 40 tahun 2007 Pasal 74, Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan
menyatakan bahwa :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau
berkaitan dengan SDA wajib melaksanakan Tanggungjawab sosial
dan lingkungan.

3
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah

Kegiatan PKBL dilakukan berdasarkan Permen BUMN No. PER- 05/


MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan tanggal 27 April 2007
dan Permen No. PER-08/MBU/2013 tentang perubahan ke 4 Permen No.
PER-05/ MBU/2007. Dengan dasar Peraturan Menteri tersebut BUMN
menjalankan kegiatan PKBL.

2. Sasaran dan Tujuan


Program CSR memiliki sasaran dan tujuan Menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma dan budaya
setempat secara berkelanjutan (Penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun
2007.
Sedangkan Program Kemitraan Bina Lingkungan memiliki sasaran dan tujuan
sebagai berikut :
Program Kemitraan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri dan Program Bina Lingkungan dimaksudkan untuk
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat.

3. Lingkup dan Tanggung Jawab


Kegiatan CSR lebih terbatas di lingkungan/ masyarakat di wilayah kegiatan
usaha Perusahaan atau biasa disebut dengan ring 1 perusahaan.

4
Kegiatan PKBL jauh lebih luas dari lingkup tanggung jawab sosial dan
lingkungan, tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha persero atau ring 1
perusahaan saja.

4. Kewenangan / Pengambil Kebijakan


Kegiatan CSR sepenuhnya menjadi kewenangan perusahaan ( Direksi )
sedangkan PKBL terdapat kewenangan dari Kementerian BUMN dan Direksi
PLN dan Ketua Unit PKBL (Sekper)

1.3. Dasar Hukum pelaksanaan kegiatan PKBL PT PLN (Persero) adalah :


1. Kepmen BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat
Penyehatan BUMN tanggal 4 Juni 2002, dimana terdapat perhitungan
kinerja PKBL menyumbang 6 poin
2. Permen BUMN no. PER- 05/ MBU/2007 tentang program PKBL tanggal 27
April 2007
3. Permen no. PER-20/MBU/2012 tentang perubahan atas Permen No. PER-
05/MBU/2007 mengenai program PKBL tertanggal 27 Desember 2012
4. Permen No. PER-05/MBU/2013, tentang perubahan ke 2 atas Permen No.
PER- 05/MBU/2007 mengenai program PKBL
5. Permen No. Per-07/MBU/2013, perubahan ke 3 atas Permen No. PER-
05/MBU/2007 mengenai program PKBL
6. Permen No. Per-08/MBU/2013, perubahan ke 4 atas Permen No. PER-
05/MBU/2007 mengenai program PKBL

2. RUANG LINGKUP PROGRAM CSR PKBL

a. Ruang lingkup bantuan Program Bina Lingkungan :

Bantuan korban bencana alam dan bencana lainnya;


Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
Bantuan peningkatan kesehatan;
Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
Bantuan sarana ibadah
Bantuan pelestarian alam
Penanggulangan pengentasan kemiskinan

b. Ruang lingkup Program Kemitraan

5
Program Kemitraan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri

c. Ruang lingkup Program CSR


Program CSR memiliki sasaran dan tujuan Menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma dan budaya
setempat secara berkelanjutan (Penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun
2007.
1. Community Relation (pendidikan: Sosialisasi, penyuluhan, dll)
2. Community Services (Bencana alam, kesehatan, fasum fasos,
sarana ibadah, pelestarian alam)
3. Community Empowering (pendidikan/ pelatihan, penguatan
komunitas, pengentasan kemiskinan dll)

d. Program PKBL berdasarkan Permen 05/MBU/2007


Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam PK adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan temat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah)
b. Milik WNI
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
d. Berbentuk usaha orang perseroan, badan usaha yang tida berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan
f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun
g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable)

Mitra binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :


1. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program BL
2. Penyusunan Standard Operating Proedure (SOP) untuk pelaksanaan
PKBL yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi
3. Menyusun RKA PKBL

6
4. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menerapkan
calon mitra binaan
5. Menyiapkan dan menyalurkan dana PK kepada mitra binaan dan dana
Program BL kepada masyarakat
6. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap mitra binaan
7. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan
8. Melakukan pembukaan atas PKBL
9. Menyampaikan laporan pelaksanaan PKBL yang meliputi laporan berkala
baik triwulanan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada
Koordinator BUMN Pembina di wilayah masing-masing

Koordinator BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut :


a. Melakukan koordinasi atas perencanaan dan pengalokasian dana PKBL
yang diakukan oleh BUMN Pembina
b. Memberikan informasi kepada BUMN Pembina mengenai calon mitra
binaan untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana PK
c. Menyampaikan laporan triwulanan dan tahunan pelaksanaan PKBL di
wilayah koordinasinya kepada Menteri dengan tembusan kepada BUMN
Pembina di Wilayahnya.

Dana PK bersumber dari :


a. Anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya, maksimal 2%
dari laba bersih tahun sebelumnya, dan bagi BUMN yang tidak
memperoleh laba, besarannya ditetapkan tanpa memperhatikan
prosentase tertentu dari laba bersih.
b. Saldo dana PK yang berasal dari penyisihan laba BUMN yang teralokasi
sampai dengan akhir tahun 2012
c. Jasa administrasi pinjaman/ marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
jasa giro dari dana PK setelah dikurangi beban operasional
d. Pelimpahan dana PK dari BUMN lain, jika ada

Dana BL bersumber dari :


a. Anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya, maksimal 2%
dari laba bersih tahun sebelumnya, dan bagi BUMN yang tidak
memperoleh laba, besarannya ditetapkan tanpa memperhatikan
prosentase tertentu dari laba bersih
b. Saldo dana BL yang berasal dari penyisihan sebagian laba BUMN yang
teralokasi sampai dengan akhir tahun 2012
c. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana BL yang masih tersisa

7
dai dana BL tahun sebelumnya, apabila ada
Besarnya dana PKBL dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya dan
ditetapkan oleh RUPS

Dana PK diberikan dalam bentuk :


a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan
b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan
usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka
pendek dalam rangka memenuhi pesanan dan rekanan usaha mitra binaan
c. Beban pembinaan :
Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas
mitra binaan serta untuk pengkajian/ penelitian yang berkaitan
dengan PK
Beban pembinaan bersifat hibah dan besaarnya maksimal 20% (dua
puluh persen) dari dana PK yang disalurkan pada tahun berjalan
Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk
kepentingan mitra binaan
Dana Program BL :
e. Dana BL yang teredia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, biaya
yang dialokasikan, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang
terealisir serta pendapatan lainnya.
f. Ruang lingkup bantuan program BL :
Bantuan korban bencana alam
Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan
Bantuan peningkatan kesehatan
Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum
Bantuan sarana ibadah
Bantuan pelestarian alam
Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan
kemiskinan

Tata cara pemberian pinjaman dana PK :


1. Calon mitra binaan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman
dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN
pembina atau BUMN Peyalur atau lembaga penyalur, dengan memuat
sekurang-kurannya data sebagai berikut :
a. Nama dan alamat unit usaha

8
b. Nama dan alamat pemilik/ pengurus unit usaha
c. Bukti identitas diri pemilik/ pngurus
d. Bidang usaha
e. Ijin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang
f. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan
dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan
serta hasil usaha)
g. Rencana usaha dan kebutuhan dana
2. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur melaksnakan
evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon mitra
binaan
3. Calon mitra binaan yang layak bina menyelesaikan proses administrasi
pinjaman dengan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga
penyalur
4. Pemberian pinjaman kepada calon mitra binaan dituangkan dalam surat
perjanjian/ kontrak sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau
lembaga penyalur dan mitra binaan
b. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalr atau
Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan
c. Jumlah pinjaman dan peruntukannya
d. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran
pokok dan jasa administrasi pinjaman).
5. Besarnya biaya administrasi pinjaman dana PK per tahun sebesar 6%
(enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan lain oleh Menteri
6. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur ata lembaga penyalur dilarang
memberikan pinjaman kepada calon mitra binaan yang menjadi mitra
binaan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga Penyalur lain.

Tata cara penyaluran bantuan dana program BL BUMN Pembina :


a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survei dan identifikasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN
Pembina setempat
b. Pelaksanaan program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang
bersangkutan

Kualitas Pinjaman :
Kualitas pinjaman dana PK dinilai berdasarkan pada ketetapan waktu
pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman mitra binaan

9
Dalam hal mitra binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka
pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pemayaran jasa
administrasi pinjaman da sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman.

Penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut :


a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi
pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan angsuran pokok dan/atau
jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan pinjaman yang
telah disetujui bersama
b. Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok
dan/atau jasa administrasu pinjaman yang teah melampaui 30 (tiga puluh)
hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal
jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama,
c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/
atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus
delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 dua ratus tujuh puluh) hari
dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian
yang telah disetujui bersama
d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaan angsuran pokok dan/atau
jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua rats tujuh
puluh) hari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan
perjanjian yang telah disetujui bersama

Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet dapat


dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali
(rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila
memenuhi kriteria
a. Mitra binaan beritikat baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan
yang akan dilakukan
b. Usaha mitra binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha
c. Mitra binaan masih mempunyai kemampuan ntuk membayar angsuran

Dalam hal dilakukan tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning),


tuangkan jasa adminsitrasi pinjaman dapat dihapuskan dan/atau beban jasa

10
administrasi pinjaman selanjutnya yang belum jatuh tempo. Tindakan
penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah adanya tindakan
penjadwalan kembali (rescheduling)

Kinerja PKBL :
Indikator yang dinilai adalah :
No Indikator Bobot
Infrastruktur Non Infrastruktur
1 Efektivitas penyaluran 3 3
2 Tingkat kolektibilitas pengembalian 3 3
pinjaman

Rumus Efektivitas penyaluran dana :


Jumlah dana yang disalurkan x 100%
Jumlah dana yang tersedia

Daftar penilaian tingkat penyerapan dana PK :


Penyerapan >90 85 s.d 90 80 s.d 85 <80
(%)
skor 3 2 1 0

Rumus Kolektibilitas penyaluran pinjaman :


Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PK x 100%
Jumlah pinjaman yang disalurkan

Daftar penilaian tingkat pengembalian dana PK :


Pengembalian >70 40 s.d 70 10 s.d 40 <10
(%)
skor 3 2 1 0

4. PENGELOLAAN DAN EVALUASI PROPOSAL EKSTERNAL

4.1 Pengelolan Proposal Ekternal


Pengelolaan proposal ekternal perlu memperhatikan beberapa hal,
diantaranya :
Sumber/ asal proposal
Manfaat buat PLN secara langsung
Jenis Program
Jumlah penerima manfaat langsung (banyak/ sedikit)
Program di dilengkapi dengan exit strategy/ kemandirian/ tidak

11
bergantung pada PLN (manfaat untuk komunitas)
Potensi materi layak Publikasi media

4.2 Kriteria Standar Proposal

Proposal program perlu disusun secara sistematis sehingga


kerangka program terbangun dengan baik.
1. NAMA PROGRAM
2. TUJUAN
3. SASARAN
4. MANFAAT
a. MANFAAT BAGI PLN
b. MANFAAT BAGI MASYARAKAT
7. IDENTIFIKASI PROGRAM KEBUTUHAN SOSIAL,
EKONOMI, LINGKUNGAN, / PERMASALAHAN YANG
MENGHAMBAT PROSES BISNIS PLN ( ISUE YANG
DIANGKAT dalam Program )
8. PROGRAM YANG DIUSULKAN
9. RENCANA JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
10. RENCANA INDIKATOR EVALUASI KEBERHASILA
PROGRAM & INDIKATOR PENGUKURAN
KEBERLANJUTAN MANFAAT PROGRAM
11. RENCANA ANGGARAN BIAYA (dibuat rinci)
12. RENCANA MONITORING
13. RENCANA EVALUASI PENGUKURAN KEBERHASILAN
PENGUKURAN KEBERLANJUTAN MANFAAT PROGRAM
14. RENCANA DOKUMEN PENDUKUNG LAINNYA (foto
sebelum program, guntingan koran/ publikasi, testimoni
penerima manfaat dan dokumen lain)

4.3 Penilaian Kelayakan Proposal

12
5. PERENCANAAN PROGRAM CSR PKBL

4.1 Identifikasi Masalah

Sosial Mapping adalah cara/ metode untuk memetakan potensi


wilayah baik potensi sosial, ekonomi, pendidikan, sarana fasilitas
umum serta stakeholder yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
program.

Cara Identifikasi masalah


a. Melakukan pemetaan infrastruktur fisik penunjang pelayanan
masyarakat Infrastruktur, sarana jalan, saluran air,

13
perumahan, tempat pembuangan sampah, tempat ibadah,
pendidikan, balai kesehatan, dll
1. Potensi ekonomi sosial budaya : sarana perdagangan,
jenis pekerjaan laki-laki dan perempuan, kearifan lokal,
dsb
2. Masalah yang timbul dari kondisi fisik dan sosial
ekonomi.
b. Melakukan stakeholder analysis di wilayah studi.
c. Memetakan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia di lokasi studi.
d. Memetakan Permasalahan sosial/kemiskinan
e. Peta Potensi Ekonomi yang dikelola oleh Masyarakat
(IRT,UMKM, dll) dan Skala Usahanya.

Keluaran (Output) Social Mapping


a. Peta stakeholder di wilayah studi yang menggambarkan
tentang:
b. Peta posisi aktor-aktor yang yang terdiri dari stakeholder
kunci, stakeholder primer dan stakeholder sekunder.
c. Kapasitas stakeholder (power, financial dan relasi
kekuasaan).
d. Jaringan stakeholder.
e. Kepentingan stakeholder yang memetakan potensi mereka
dalam implementasi program perusahaan, baik yang
mendukung maupun menghambat program, termasuk potensi
dalam memunculkan konflik.

4.2 Identifikasi stakeholder diciptakan oleh pemangku kepentingan,


Dimana manfaat setelah melakukan pemetaan sosial maka
perusahaan dapat melakukan analisis hasil pemetaan yang
disebut analisis hasil pemangku kepentingan. Analisis ini
bertujuan mengetahui tujuan, motivasi, dampak kepentingan
dan isu yang dapat diciptakan oleh pemangku kepentingan,
pengaruh yang dihasilkan, resiko apa yang akan ditanggung
dan resiko apa yang ditanggung oleh perusahaan atas tindakan
yang mereka ambil.
Hasil analisis tersebut berguna bagi perusahaan untuk

14
menentukan strategi dan tindakan yang harus diambil, juga
program atau kebijakan CSR yang harus dirumuskan. Jadi
identifikasi, pemetaan dan hasil analisis pemangku kepentingan
dapat digunakan sebagai kegiatan pengelolaan resiko.

4.3 . Penyusunan Program CSR dan PKBL

Penyusunan program dimulai dari :


Mencari Ide yang bermula dari :
Menyelesaikan permasalahan perusahaan
Menjembatani kepentingan perusahaan dengan stakeholder
Menjaga keharmonisan masyarakat ring 1
Mengelola/ meminimalisir dampak negative lingkungan yang
dilakukan perusahaan

Melakukan survey awal untuk memotret potensi


SDA/SDM/ekonomi/sosial masyarakat untuk dapat dikembangkan
social mapping

Social mapping hasilnya adalah identifikasi potensi, identifikasi


stakeholder (yang paling berperan, yang membantu, menghambat,
berpotensi menimbulkan konflik), identifikasi sarana prasarana
daerah, kultur, kearifan local, permasalahan social, rekomendasi
program sampai ke perkiraan biaya (rekomendasi program masuk
dalam ruang lingkup program CSR PLN)

Mengusulkan program yang dituangkan dalam TOR/ Perencanaan


Program CSR (sesuai sistematika yang sudah disampaikan, dimana inline
antara grand desain/ tema dengan aksi program yang akan dilaksanakan)
yang selanjutnya dimintakan persetujuan atasan, persetujuan anggaran
dari Sekper.

5. KAJIAN BEST PRACTICES PROGRAM CSR

6. PEMBUATAN LAPORAN PROGRAM CSR DAN PKBL

6.1. Sistematika Pelaporan Program CSR dan PKBL


Sesuai dengan lampiran

15
6.2. Dokumen Pendukung Pertanggungjawaban progam CSR dan PKBL
Dokumen yang harus ada adalah :
1. Dokumen survey
2. Surat Komitmen/Perjanjian kerjasama
3. Kwitansi Bantuan
4. Berita Acara Serahterima Bantuan
5. Dokumentasi foto kegiata

Pengelolaan administrasi

Bukti dokumentasi penting lainnya (administrasi keuangan) - disimpan PKBL


jika sumber dana PKBL dan di bagian keuangan jika operasional PLN.
Rekonsiliasi Bank realisasi CSR dan PKBL antara bagian program dengan
bagian akuntansi/ keuangan.

2.1. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2. PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas
3. Peraturan Menteri BUMN NO. 05/MBU/2007 tentang tentang PKBL
4. Peraturan Menteri BUMN NO. 20/MBU/2012 tentang perubahan ke-1
Permen 05/MBU/2007 tentang PKBL
5. Peraturan Menteri BUMN NO. 05/MBU/2013 tentang perubahan ke-2
Permen 05/MBU/2007 tentang PKBL
6. Peraturan Menteri BUMN NO. 07/MBU/2013 tentang perubahan ke-3
Permen 05/MBU/2007 tentang PKBL
7. Peraturan Menteri BUMN NO. 08/MBU/2013 tentang perubahan ke-4
Permen 05/MBU/2007 tentang PKBL
8. SKDIR No. 366.K/DIR/2007 tentang SOP PKBL

16

Anda mungkin juga menyukai