Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PROGRAM CSR & CSR COMMUNICATION

ALLIANZ INDONESIA:

(A)
Survivor

Disusun oleh:

MUHAMMAD ARBIAN 071611533045


FERDYANSYAH GANDHI  071711533008
ALFINA WARDATUL H 071711533029
RUTH CHRISTIEN P  071711533052
A. Pendahuluan
Merujuk pada data Riset Kesehatan Dasar (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2018), prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosi) meningkat sebesar 0,03%, dari
0,15% di tahun 2013 dan 0,18% di tahun 2018. Sementara prevelansi gangguan mental emosional
pada penduduk usia 15 tahun keatas meningkat menjadi 9,8% pada tahun 2018, dimana
sebelumnya sebesar 6,1% di tahun 2013. Angka ini menunjukkan bahwa sekitar 12 juta penduduk
usia 15 tahun ke atas menderita depresi di Indonesia. Hasil survei lain yang bertujuan untuk
mengetahui angka dan penyebab kematian secara nasional pada tahun 2016 menunjukkan telah
terjadi 1.800 kematian akibat bunuh diri (Iro, 2020). Data tersebut sama dengan 5 kematian setiap
harinya. Anung Sugihantono, Dirjen pencegahan dan Pengenalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI (dikutip dalam Abdi, 2019), berpendapat bahwa:

“Sebab itu persoalan kesehatan jiwa tidak bisa dianggap sepele. Perlu dicegah dan
dikendalikan dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Perlu adanya
upaya kesehatan secara komprehensif dengan mendorong perlibatan serta tanggung
jawab bersama semua aktor pembangunan secara inklusi, tidak hanya berbasis fasilitas
kesehatan, individu, dan keluarga, namun juga komunitas di dalam satu wilayah,”

Dengan kata lain, isu kesehatan jiwa adalah isu yang berbicara tentang transformasi
kesehatan dari pengobatan menjadi tanggung jawab kepedulian. Menjadi penting bagi masyarakat
Indonesia untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan agar angka permasalahan kesehatan jiwa
dapsat menurun.

Sebenarnya, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu kesehatan jiwa dinilai terus
meningkat dalam beberapa tahun kebelakang. Naiknya kesadaran itu tercermin melalui maraknya
kemunculan sejumlah komunitas, kampanye, dan perbincangan di media sosial terkait kesehatan
mental (Tuasikal, 2019). Masyarakat Indonesia semakin sering menjumpai dan mendengar istilah
skizofrenia, bipolar, kecemasan, atau depresi. Namun terlepas dari meningkatnya kesadaran yang
semakin meningkat, isu kesehatan jiwa masih terganjal stigma yang melekat pada orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Stigma terhadap gangguan jiwa inilah yang menjadi tantangan besar untuk
mencari bantuan. Benny Prawira, koordinator komunitas pencegahan bunuh diri Into The Light,
(dikutip dalam Tuasikal, 2019) mengatakan, “Stigma gangguan jiwa itu mengganggu untuk
(A) Survivor 2

mencari bantuan, terus menyebabkan dia (ODGJ) terisolasi, terasing, terus merasa tidak ada
harapan…”. Benny menambahkan bahwa stigma terhadap gangguan jiwa tidak hanya menjadi
halangan untuk mencari bantuan namun juga mendorong ODGJ untuk suicidal (memikirkan bunuh
diri) dalam prosesnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, Allianz Indonesia tergerak untuk menjalankan program


corporate social responsibility (CSR) yang bergerak di isu kesehatan jiwa. Sejak awal, Allianz
Indonesia memaknai tanggung jawab lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan. Tanggung jawab
adalah komitmen yang Allianz Indonesia berikan untuk mendukung kehidupann masyarakat
Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang. Pandangan ini yang mendasari Allianz Indonesia
untuk menjalankan program yang bersifat pemberdayaan. Lewat pemberdayaan, Allianz Indonesia
percaya dapat mewujudkan masyarakat yang tumbuh mandiri menuju masa depan yang lebih
cerah. Sebagai wujud nyata kepedulian Allianz Indonesia, Perusahaan mendirikan lembaga
independen – Yayasan Allianz Peduli – sejak tahun 2010 lalu. Yayasan Allianz Peduli telah
menjadi wadah bagi Allianz Indonesia untuk menjalankan program-program sosial yang
didasarkan empat pilar CSR Allianz Indonesia; (1). Pilar pendidikan, (2). Pilar kesehatan, (3).
Pilah pemberdaayaan ekonomi, dan (4). Pilar lingkungan dan penanggulangan bencana.

Program CSR bertajuk (A) Survivor bergerak pada dua pilar CSR Allianz Indonesia, yakni
pendidikan dan kesehatan. Tujuan utama dari program tersebut adalah mensejahterakan dan
menyelamatkan anak di masa depan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya tubuh sehat.
Sesuai dengan tujuan pilar CSR Allianz Indonesia, program CSR yang diusung akan bergerak pada
kegiatan pemberdayaan dan pengedukasian masyarakat Indonesia. Kegiatan pemberdayaan
bertujuan untuk mendukung kualitas hidup yang lebih baik pada ODGJ. Pada kegiatan
pengedukasian bertujuan untuk mendorong masyarakat Indonesia agar memiliki respon yang baik
terkait isu kesehatan jiwa. Sehingga kesadaran pentingnya isu kesehatan jiwa turut dibarengi
dengan perilaku ramah pada ODGJ. Dengan kondisi lingkungan sosial yang positif dan inklusif,
ODGJ dapat mencari bantuan dan dukungan untuk sembuh.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 3

B. Analisis Situasi

Program CSR (A) Survivor yang dilakukan oleh Allianz Indonesia merupakan program
pertanggujawaban sosial yang berfokus kepada isu kesehatan jiwa. Isu mengenai kesehatan
jiwa menjadi isu yang sering dibicarakan dari mulai tentang keadaan mental hingga kurangnya
pengobatan dan stigma masyarakat Indonesie yang sangat negatif mengenai keadaan kesehatan
mental. Masyarakat Indonesia masih sangat tidak peduli dengan adanya isu kesehatan mental
yang ada saat ini. Hal ini menjadi sesuatu hal yang penting bagi masyarakat Indonesia untuk
memiliki perhatian dan kepedulian tinggi terhadap permasalahan Kesehatan jiwa di
masyarakat.

Kurangnya perhatian dan stigma negatif mengenai orang yang memiliki ganguan kesehatan
mental di Indonesia banyak memberikan perhatian lebih bagi masyarakat yang memiliki
gangguan kesehatan mental. Masyarakat Indonesia masih menganggap kesehatan mental
menjadi sebuah aib dan memiliki kesan negatif pada masyarakat. Sehingga tak sedikit
masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan mental yang tersudutkan dan dianggap sebelah
mata oleh masyarakat.

Adanya keinginan dan upaya untuk membangun informasi yang lebih detail dan konsep
mengenai kesehatan mental di Indonesia menjadi salah satu hal sangat dibutuhkan dan akan
memberikan banyak manfaat. Penentuan konsep yang akan digunakan yakni untuk
memberikan kesetaraan yang sama atau derajat yang ssama mengenai kesehatan mental bagi
setiap individu yang ada di masyarakat. Hal yang dilakukan pun beraneka ragam dari mulai
tindakan pencegahan, memberikan promosi kesehatan, penangangan dan rehabilitasi yang
nantinya akan dilaksanakan secara terpadu oleh berbagai pihak seperti pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat (Ayuningtyas, Misnaniarti & Rayhani, 2018).

Dari berbagai situasi kondisi Indonesia ini, terdapat hasil laporan dari Human Right Watch
Indonesiam. Dalam hasil laporan tersebut dijelaskan bagaimana situasi Indonesia yang masih
sangat buruk dalam pemberian penanganan bagi warga yang memiliki gangguan kesehatan
mental. Dari laporan tersebut dihasilkan bahwa lebih dari 57.000 orang yang memiliki
disabilitas psikososial atau kondisi kesehatan mental, setidaknya dari semua orang tersebut
setiap dari mereka pernah merasakan disudutkan bahkan diperlakukan tidak baik seperti

Allianz Indonesia
(A) Survivor 4

dipasung dan tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat (Ayuningtyas , Misnaniarti &
Rayhani, 2018).

Berdasarkan siatuasi Indonesia terkait kondisi kesehatan mental, Allianz Indonesia


tergerak untuk menjalankan program corporate social responsibility (CSR) yang bergerak di
isu kesehatan mental. Sejak awal, Allianz Indonesia memaknai tanggung jawab lebih dari
sekedar memenuhi kebutuhan. Allianz Indonesia melalui program (A) Survivor akan
menjalakan pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat Indonesia terutama untuk
memberikan berbagai penanganan yang memadai dan baik bagi masyarakat yang memiliki
gangguan kesehatan mental.

Setelah memaparkan situasi dan kondisi Indonesia yang menjadikan alasan Allianz
Indonesia menjalankan program CSR (A) Survivor. Selain itu perlu adanya niche position
dalam penentuan sebuah program CSR. Niche position merupakan posisi spesiifik perusahaan
yang terdapat di masyarakat. Dalam hal ini, niche position yang spesifik akan menentukan
program CSR yang tepat sesuai dengan perusahaan. Selain itu niche position juga memiliki
fungsi sebagai strategic positioning dan membantu memperkuat brand dan positioning
perusahaan yakni Allianz Indonesia. Melalui program CSR (A) Survivor Allianz Indonesia
yang bergerak di bidang asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan dana pensiun. Allianz Indonesia
melayani nasabah menengah ke bawah. Nasabah dari Allianz Indonesia beragam dari mulai
nasabah individual hingga korporasi.

Allianz Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidadng asuransi jiwa salah
satunya. Dalam fokusnya, Allianz Indonesia juga melayani berbagai macam nasabah dari
mulai individu hingga korporasi. Sehingga dalam penentuan program CSR, Allianz Indonesia
berfokus kepada masyarakat individu serta korporasi atau komunitas yang berniat membantu
dalam program CSR (A) Survivor. Dalam program ini, Allianz Indonesia memberikan
program dan membantu bagi masyarakat dari mulai usia anak-anak, remaja, dewasa, hingga
lansia yang berhubungan dengan kesehatan mental. Dan juga komunitas atau korporasi lain
yang berkeinginan dan memiliki tujuan yang sama dengan Allianz Indonesia untuk
menyadarkan pentingnya kesehatan mental di Indonesia.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 5

C. Tujuan
1. Program ini bertujuan untuk memberdayakan ODGJ di Indonesia untuk kualitas hidup
yang lebih baik.
2. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan membangun kepedulian
masyarakat Indonesia terhadap kesehatan jiwa di lingkungan masyarakat Indonesia
3. Program ini bertujuan untuk membangun stigma positif pada ODGJ dan isu kesehatan
jiwa

D. Deskripsi Program

Program (A) Survivor merupakan program corporate social responsibility Allianz yang
memiliki ruang likup pelaksanaan dalam bidang kesehatan. Program (A) Survivor memiliki arti
(A) yaitu Allianz dan ‘Survivor’ adalah orang yang berjuang/penyintas. Program ini berfokus pada
kepedulian Allianz terhadap isu kesehatan mental yang terjadi di Indonesia. Allianz memiliki
kepekaan untuk hadi dalam memberikan kekuatan kepada para penyintas gangguan kesehatan
mental yang ada di Indonesia. Program ini memiliki tujuan jangka panjang terhadap targetnya yang
mana sesuai dengan amanat Pasal 1 Nomor 3 UU No.40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas. Allianz memiliki
komitmen untuk berperan serta dalam pembangunan yang berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pembuatan program ini merupakan rencana aksi
Allianz untuk melakukan pembangunan berkelanjutan yang bedasarkan Sustainable Development
Goals (SDG’s), seperti;

Target dari program (A) Survivor yaitu para lansia, generasi muda, dan masyarakat usia
produktif yang memiliki masing-masing bentuk program berbeda.

• Sehat jiwa pada lansia. Program (A) Survivor memiliki komitmen untuk mewujudkan
lansia tangguh, serta membangun lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan produktif.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 6

• Sehat jiwa pada anak-anak & remaja. Melihat isu kesehatan mental yang terjadi pada genari
muda tentunya anak-anak dan remaja, (A) Survivor memberikan kekuatan kepada anak-
anak dan remaja dengan menciptakan #SelfLove. Dengan mengasihi diri sendiri ini akan
membangun ketahanan diri dan membuat hidup mereka menjadi lebih berarti.
• Sehat jiwa pada masyarakat usia produktif. Banyaknya isu kesehatan mental yang terjadi
akibat beban hidup dan tekanan yang terjadi pada masyarakat usia produktif membuat
orang-orang tersebut mengalami gangguan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan
keadaan yang terkait dengan kesejahteraan seseorang, di mana setiap individu tentunya
menyadari potensi dirinya, ia dapat mengatasi tekanan kehidupan sehari-hari, dapat bekerja
secara produktif dan berpenghasilan, seta mampu memberikan kontribusi kepada
komunitas masyarakat dimana dia berada. Melalui program ini (A) Survivor memiliki
dorongan untuk berkontribusi dalam membantu pemulihan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ).
E. Key Messages

Dalam program CSR (A) Survivor, Allianz Indonesi berkomitmen memberikan sepenuh
hati program pertanggungjawaban yang berfokus kepada pentingnya memperhatikan isu
kesehatan mental di Indonesia. Dengan mengusung isu kesehatan mental program (A)
Survivor memiliki tagline sebagai berikut:

(A) Survivor:

“We Have The Right To Survive Because We Are Worth To Live: So Do You!”

Allianz Indonesia ingin Indonesia dapat menjadi tempat yang ramah dan sadar akan
pentingnya kesehatan mental bagi masyarakat. Orang yang memiliki gangguan Kesehatan
bukan menjadi aib atau hal yang harus dijauhi. Namun mereka berhak untuk bertahan hidup
karena mereka pantas untuk hidup di dunia. Melalui program (A) Survivor kegiatan yang akan
dijalankan beraneka ragam. Dari mulai Tindakan pencegahan tentang pentingnya menjaga
kesehatan mental, perawatan dan penanganan bagi masyarakat yang telah memiliki gangguan
kesehatan mental, hingga pendayagunaan masyarakat mengenai kesehatan mental di
Indonesia.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 7

F. Target Sasaran

Dalam pelaksanaan program CSR (A) Survivor ini, Allianz Indonesia mencoba
memberikan target sasaran yang tepat di program CSR (A) Survivor yang dilaksanakan,
berikut beberapa target sasaran masyarakat pada program CSR (A) Survivor :

1. Lanjut Usia atau Lansia

Menurut kategori usia Departemen Kesehatan RI Tahun 2009. Terdapat berbagai


kategori usia yang termasuk dalam lanjut usia. Yakni Lansia Awal yang berusia sekitar
46 – 55 Tahun. Kedua Lansia Akhir yang berusia sekitar 56 – 65 Tahun. Dan terakhir
Manula yang berusia sekitar 65 Tahun keatas. Namun, sesuai dengan Rencana Aksi
Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019, Lanjut Usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Sehingga dalam program ini, Allianz Indonesia melalui program (A) Survivor
mentargetkan kepada masyarakat lansia yang berusia 60 tahun keatas. Saat ini, maasih
banyak Lansia yang terlantar dan merasa tidak cukup diperhatikan oleh keluarga atau
bahkan kerabat. Sehingga Allianz Indonesia ingin mewujudkan lansia tangguh, serta
membangun lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan produktif.

2. Anak-Anak & Remaja

Menurut Departemen Kesehatan RI 2009, kategori usia anak-anak dan remaja


bervariasi. Usia yang dapat dikategorikan sebagai Anak-Anak yakni yang berusia 5 –
11 Tahun. Sedangkan untuk usia Remaja, terbagi menjadi dua kategori yakni Remaja
Awal yang berusia 12 – 16 Tahun dan Remaja Akhir yang berusia 17 – 25 Tahun.

Dalam program CSR yang dilaksanakan oleh Allianz Indonesia melalui (A)
Survivor target sasaran yang dituju yakni usia anak-anak dan remaja melalui Sehat
Jiwa pada anak-anak dan remaja. Hal ini dilaksanakan karena melihat bagaimana
pentingnya menjaga Karena sering terjadi kekerasan yang terjadi pada usia anak-anak
dan remaja, Kesehatan mental bagi anak-anak dan remaja dan dapat menciptakan
arahan untuk memahami dan mencintai diri sendiri. (isu kekerasan pada anak,
perceraian, kekerasan seksual, dll).

Allianz Indonesia
(A) Survivor 8

3. Dewasa atau Usia Produktif

Usia produktif atau sering kita sebut dengan usia dewasa pun memiliki berbagai
kategorisasi mengenai rentang usia. Menurut Departemen Kesehatan RI 2009, kategori
dewasa terbagi menjadi dua bagian yakni Dewasa Awal yang berusia 26 – 35 Tahun
dan Dewasa Akhir yang berusia 36 – 45 Tahun.

Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa atau usia produktif merupakan usia yang
sering mendapatkan berbagai permasalahan di kehidupannya. Melalui program (A)
Survivor, Allianz Indonesia mencoba untuk membantu isu dan permasalahan yang
terjadi pada masyarakat usia produktif. Melalui Sehat Jiwa Dewasa, diharapkan dapat
menjadi target usia yang tepat untuk membantu usia produktif atau dewasa untuk
menjaga dan berkontribusi dalam kesehatan mental bagi masyarakat usia dewasa dan
usia produktif.

G. Strategi CSR
1. Community Assistance
Program (A) Survivor memberikan dukungan terhadap pembangunan yang
dilakukan oleh masyarakat dan pemerintahan setempat. Mengenai isu kesehatan yang
marak terjadi di Indonesia, kami akan memberikan bantuan masyarakat berupa kepedulian
kami terhadap kesehatan mental masyarakat. Dengan dukungan kami terhadap Dinas
Kesehatan dan BKKBN dalam menangani isu kesehatan mental masyarakat, diharapkan
dapat menurunkan dan berkontribusi dalam tanggung jawab sosial perusahaan
2. Community Relations
Untuk kesuksesan dalam program (A) Survivor perlu adanya kerjasama dari
berbagai komunitas terkait dan masyarakat. Salah satu publik yang akan memberikan
kontribusi dalam terbentuknya sebuah reputasi organisasi adalah komunitas. Disini kami
ingin menunjukan public responsibility yang berkaitan dengan niat Allianz untuk secara
aktif terlibat dalam berbagai isu publik seperti isu kesehatan mental ini. Kami ingin
mendapatkan dukungan kepada komunitas dan perlakukan kepada karyawan sebagai
indikator penting dari tanggung jawab sosial organisasi. Dengan menjalin komunikasi dua
arah bersama para stakeholder terkait dalam kegiatan bersama akan menyukseskan progam
ini.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 9

3. Community Empowerment
Kebijakan dan praktik promosi kesehatan mental yang dilakukan dalam program
kami ini akan mendukung proyek pengembangan masyarakat sebagai kendaraan untuk
mencapai Standar Kesehatan Nasional (SKN). Pemberdayaan masyarakat mengacu pada
proses meningkatkan kontrol atas kehidupan mereka. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat lebih dari sekedar keterlibatan dan partisipasi masyarakat. Secara eksplisit,
kepemilikan dan tindakan masyarakat bertujuan untuk perubahan sosial dan politik. (World
Health Organization, 2009).
Program (A) Survivor akan memberikan pemberdayaan kepada target yang
tujuannya yaitu memberikan akses yang lebih luas untuk menunjang kemandirianya.
Program ini sifatnya sustainable yang mana akan menciptkan tujuan jangka panjang untuk
masyarakat dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam menangani kesehatan
mentalnya ataupun memiliki manfaat dimasa yang akan datang.
4. Media Relations
Hubungan dengan para awak media juga akan dilakukan dalam program CSR ini.
Selain untuk sounding mengenai berbagai kegiatan CSR yang kami lakukan, kami juga
akan melakukan media visit pada media yang memiliki pengaruh dalam keefektifan dalam
penyampaian informasi mengenai program CSR ini. Untuk mencapai jangkauan informasi
yang luas kami menggunakan media perusahaan seperti majalah internal atau ekster, serta
media sosial agar informasi ini dapat tersampaikan kepada masyarakat umum sesaui
dengan praktik dan target yang telah ditentukan.
H. Taktik Program
1. Mewujudkan Lansia Tangguh di Panti Jompo Transgender Depok
Salah satu bentuk progam CSR (A) Survivor adalah mewujudkan lansia tanggu di
Panti Jompo Transgender Depok. Bentuk program ini merupakan keprihatinan Allianz
terhadap kesehatan jiwa para lansia yang ada di Indonesia. Menyikapi isu-isu mengenai
kesehatan mental yang terjadi pada lansia seperti loneliness, depresi akibat lingkungan
sosial dan keluarga yang tidak mendukung, serta post power syndrome mendorong kami
dengan bantuan pemerintah dan komunitas akan berupaya mengembangkan sistem
pelayanan long term care atau perawatan jangka panjang untuk membangun lansia yang
tetap sehat, mandiri, aktif, dan produktif.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 10

Bentuk program (A) Survivor ini adalah menargetkan para waria/transgender yang
merupakan orang-orang termarjinalkan dan membutuhkan kepedulian yang penuh dari
kami. Dengan melihat kesulitan hidup yang telah dialami akibat sanksi sosial, Allianz juga
melihat banyak waria lansia yang meninggal tanpa memiliki keluarga, merasakan kesepian,
serta akibat tidak diterima oleh masyarakat ataupun keluarganya. Untuk mewujudkan
‘Lansia Tangguh’ program dari BKKBN dalam mensejahterahkan para lansia, Allianz
akan memberikan pelatihan ketrampilan agar bisa terus produktif pada usia senja,
memberikan aktivitas spiritual, dan kesehatan, fisik para lansia.
• Pemberdayaan lansia menanam tanaman toga dan sayuran disekitar panti dan
melakukan manajemen pemasaran
• Mendukung aktivitas spiritual yang akan dilakukan oleh pendiri panti dengan
memberikan bantuan alat-alat spiritual (1 kali)
• Mengajak para tim relawan dari berbagai komunitas untuk bersama-sama dengan
Allianz untuk melakukan terapi aktivitas kelompok agar kesehatan jiwa Lansia
yang kesepian hilang.
• Cek kesehatan gratis dan bantuan kebutuhan pokok seperti sembako dan popok tiap
bulan sekaligus pemantauan dan evaluasi
2. Menciptakan kekuatan #SelfLove untuk masyarakat
Melihat kondisi saat ini banyak sekali isu kesehatan mental yang terjadi pada
masyarakat usia 15-30 tahun. Beberapa gangguan mental yang sering terjadi yaitu
gangguan kecemasan, depresi, bipolar, serta gangguan lain seperti body dysmorphic
disorder, borderline personality disorder, fear of missing out, narcissistic personaly
disorder, dan social media anxiety disorder. Tak heran gangguan tersebut membuat banyak
masyarakat mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri, mengasingkan diri dari
orang lain, serta menghakimi diri sendiri. Dari permasalahan tersebut merupakan latar
belakang Allianz membuat sebuah program (A) Survivor sebagai bentuk tanggung jawab
sosial kami dalam berkontribusi menyelamatkan generasi muda dari gangguan mental.
Allianz akan menciptakan sikap mengasihi diri sendiri kepada masyarakat umum
untuk menyayangi diri sendiri, hal ini akan menjauhkan masyarakat dari depresi dan
kecemasan. Mengasihi diri sendiri ini akan membangun ketahanan diri dan membuat hidup
mereka menjadi lebih berarti. Dengan bentuk kegiatan CSR yang dilakukan oleh kami,

Allianz Indonesia
(A) Survivor 11

maka akan menciptakan kekuatan masyarakat untuk merasa lebih damai, percaya diri, dan
kuat dalam menghadapi segala permasalahan. Kami akan melakukan edukasi mengenai
pentingnya #SelfLove melalui media sosial kami yaitu Youtube, Facebook, Instagram, dan
Twitter selama satu bulan yaitu sebelum acara puncak. Edukasi pada media sosial dapat
menggunakan konten-konten kreatif yang bersifat persuasif dan edukatif mengani
#SelfLove. Acara puncak dilakukan dengan membuat event kampanye #SelfLove dengan
kolaborasi bersama Get Happy dan Indonesia Mental Health Care Foundation. Kegiatan
tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati hari kesehatan mental dunia pada
tanggal 10 oktober.
3. Pengambangan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Melalui Pembentukan
Pusat Pelayanan Gangguan Jiwa oleh Allianz
Program pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh Allianz dengan bantuan
Yayasan Mentari Hati Taksikmalaya dengan membentuk pusat pelayanan gangguan jiwa
Allianz atau disingkat PPJA untuk membantu para ODGJ dapat membantu memulihkan
kembali para penderita gangguan jiwa. PPJA akan dikelola langsung oleh karyawan
Allianz dengan memberdayakan para ODGJ dan melakukan beberapa kegiatan rutin seperti
senam sehat bersama, pengobatan gratis (penyakit menular, penyakit umum, serta
identifikasi potensi ODGJ), dan kontroling kebersihan tempat ODGJ. Pemberdayaan yang
dilakukan oleh PPJA adalah penanaman sayuran disekitar yayasan yang nantinya dapat
menjadi tambahan bahan makanan untuk para ODGJ, selain itu juga pembuatan kelom
geulis dan payung geulis yang nantinya akan dijual dan sekaligus sebagai terapi okupasi
para penderita gangguan jiwa.
I. CSR Communication
Integrated CSR Communication Sebagai Strategi Jitu Allianz Merangkul
Keberpihakan Publik

Sebagai salah satu perusahaan terbesar dalam bidang asuransi dan managemen asset,
Allianz telah mencakup publik yang begitu luas. Oleh karena itu, pergerakan kebijakan perusahaan
dan bagaimana sikap perusahaan terhadap isu-isu tertentu akan menjadi sorotan banyak pihak dan
di saat yang sama dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesan perusahaan.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 12

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan
tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Dari sini bisa disimpulkan bahwa lansia
adalah segmen rentan yang perlu perhatian lebih terutama dari perusahaan yang berfokus pada
kesejahteraan dan sekuritas kesehatan seperti Allianz.

Allianz sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar di Indonesia perlu untuk
memberikan perhatian khusus terhadap segmen lansia. Selain karena rentannya kekuatan ekonomi
segmen lansia, dengan menaruh perhatian lebih dan khusus terhadap segmen lansia, Allianz dapat
membuktikan dirinya sebagai perusahaan yang benar-benar berkomitmen dalam nilai-nilai
perusahaannya.

Selain lansia, anak-anak dan remaja yang merupakan populasi terbesar di Indonesia juga
sangat sayang jika luput dari penglihatan Allianz. Kekerasan terhadap anak adalah semua
bentuk/tindakan perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual,
trafiking, penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual komersial anak yang
mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan
hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan
tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Tahun 2018, KPAI mencatat ada 4.885 kasus
kekerasan terhadap anak, bertambah 306 dibanding tahun 2017 yang 4.579 kasus. Komisioner
sekaligus Wakil Ketua KPAI, Rita Pranawati, mengatakan tahun lalu angka anak yang berhadapan
dengan hukum ada di urutan tertinggi. Merebaknya isu kekerasan dalam rumah tangga dan pola
asuh, dapat menjadi lahan bagi Allianz untuk menunjukkan komitmennya dalam dunia

Allianz Indonesia
(A) Survivor 13

kesejahteraan sosial. Sebagai perusahaan dengan nilai-nilai kesejahteraan dan keamaan hidup,
memberi perhatian pada isu yang sedang merebak dan jarang ditengok oleh perusahaan sejenis
akan memberi poin lebih bagi Allianz.

Terakhir, kalangan dewasa yang lekat dengan isu kebangkrutan dan ketidakamanan masa
pasca kerja adalah segmen yang kami kira perlu untuk diperhatikan pula dalam pengambilan
kebijakan terkait CSR yang akan dilakukan. kalangan dewasa inilah yang berpotensi menjadi
target pasar bagi Allianz yang dengan kata lain, memberikan dan menunjukkan kepedulian
terhadap segmen ini akan mempertebal nilai dan karakter Allianz sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang sekuritas masa depan.

Oleh karena itulah, diperlukan CSR communication untuk mewujudkan atau


mengartikulasikan kepedulian itu. CSR Communication adalah strategi mengomunikasikan
tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat
dan lingkungan, melalui prilaku yang transparan dan etis, yang: konsisten dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; memperhatikan kepentingan dari para stakeholder;
sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional; terintegrasi di
seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa
(Rusdianto, 2013). Melakukan dan mengomunikasikan dengan baik aktivitas CSR bagi Allianz
sebagai perusahaan internasional di bidang asuransi, adalah hal yang penting. Dengan demikian,
selain sebagai ajang pemenuhan tanggung jawab, CSR yang dikomunikasikan dengan baik akan
menjadi sarana menjalin hubungan yang baik dengan pada stake holder.

Dalam menerapkan strategi CSR Communication berbagai pihak harus turut andil agar
kegiatan ini dapat menimbulkan kesan yang tebal dan kuat di mata stake holder. Dari karyawan,
pihak ketiga, hingga top managemen harus menghidupi kegiatan CSR ini agar gerak progam bisa
berjalan dengan sinergis dan tepat sasaran. Selain itu pesan dalam progam CSR juga harus sampai
pada berbagai pihak mulai dari pihak internal hingga pihak external seperti media dan para
nasabah. Dengan demikian CSR bisa berjalan dan terkomunikasikan dengan baik. Terlebih
masyarakat atau public bisa turut terlibat dalam nuansa progam CSR yang dijalankan oleh Allianz.

Progam CSR yang kami usulkan, (A) Survivor, yang bergerak pada dua pilar CSR Allianz
Indonesia yang sudah berjalan yakni pendidikan dan kesehata, adalah progam yang bertujuan
untuk penyejahteraan dan pemberdayaan tiga kelompok rentan yakni, lansia, anak hingga remaja,

Allianz Indonesia
(A) Survivor 14

dan dewasa, dengan latar isu masing-masing. Progam ini akan dikomunikasikan dengan baik dan
terstruktur sehingga bisa membuahkan hubungan yang baik dengan public hingga media. Oleh
karena itu, pesan dari progam ini yang dikemas dalam tagline “bersama Allianz, kamu hebat
dengan kekuatanmu”, akan disesuaikan menjadi bentuk yang sesuai untuk masing-masing target
audiennya. Adapun target audien yang menjadi prioritas utama adalah Investor dikarenakan
mereka memiliki sumber daya dan perlu untuk tahu pada perusahaan seperti apa mereka
melakukan investasi. Dengan memberikan pesan yang baik pada investor akan meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan. Target kedua adalah klien yang merupakan unsur
penting dalam bisnis sekuritas dan managemen asset seperti Allianz. Pesan yang tersampaikan
dengan baik akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perusahaan. Kemudian pada
karyawan. Jika pesan dengan baik tersampaikan pada karyawan, perusahaan dapat menuai hasil
berupa peningkatan loyalitas yang mana akan berujung pada meningkatnya keeratan nuansa
bekerja dan peningkatan produktivitas. Dan terakhir pada masyarakat umum.

Dalam melakukan strategi CSR Communication yang terintegrasi, ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan dan didefinisikan.

1. Strategy of Integrated Communcation


Tahap pertama adalah pendefinisian ide utama dari progam CSR yang akan dijalankan. Ide
utama dari progam yang kami usulkan, (A) Survivor, adalah bagaimana membuat progam
yang dapat memberdayakan kalangan yang tersentuh oleh isu-isu yang telah disebutkan di
atas yakni kelompok lansia dengan isu kerentanan ekonominya, anak hingga remaja
dengan isu kekerasan dalam rumah tangga, serta kalangan dewasa dengan isu
ketidakamanan masa pasca kerja.
2. Target Platform
Ide utama yang telah dibentuk dalam kemasan progam CSR bertajuk (A) Survivor perlu
diarahkan pada target yang sesuai. Target dari pesan yang akan disampaiakan berdasarkan
prioritas diurutkan menjadi; 1) investor 2) klien 3) karyawan 4) masyarakat umum. Urutan
prioritas ditentukan dengan alasan yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga sumber daya
yang senantiasa terbatas dapat mencapai nilai gunanya yang maksimal
3. Massage Platform

Allianz Indonesia
(A) Survivor 15

Setelah menentukan target dari pesan yang akan disampaikan, pesan perlu dikemas sesuai
dengan target yang ditentukan. Dengan demikian pesan bisa sampai pada target dengan
sempurna. Tagline utama progam (A) Survivor yang kami usulkan yakni “We Have The
Right To Survive Because We Are Worth To Live: So Do You!” bisa dikemas dalam bentuk
yang berbeda-beda tergantung targetnya. Pada level investor pesan CSR akan disampaikan
dalam bentuk pelaporan pertanggungjawaban dan cerita soal perkembangan dari orang-
orang yang terbantu. Pada level klien, pesan dari progam ini bisa disampaikan dalam
bentuk kampanye halus yang mengesankan bagi klien bahwa mereka telah berlangganan
pada perusahaan yang tepat. Pada level karyawan, pesan bisa dikemas dalam bentuk jargon
dan poster-poster foto yang menggambarkan kondisi target dari progam ini dan bagaimana
merek terbantu. Pada lebel masyarakat umum, pesan bisa dikemas dalam bentuk yang lebih
komersil dalam bentuk iklan yang mengedepankan story telling alih-alih berjualan.
4. Instrument Platform
Pesan-pesan yang telah dikemas dengan berbagai macam bentuk kemudian harus dapat
disampaikan dengan instrument yang mendukung tiap public yang ditarget. Pada investor,
pesan bisa disampaikan berupa pelaporan progam yang rigid berupa majalah yang berisi
profil dan perkembangan segmen yang menjadi progam. Dengan begini investor dapat
turut merasa membantu segmen-segmen target progam CSR. Pada klien, pesan bisa
dikemas dalam bentuk surat berita yang up to date terkait perkembangan progam selama
berjalan sekaligus perkembangan dari orang-orang yang telah terbantu melalui progam ini.
Penyampaian progam tersebut dapat dikemas dalam bentuk lembaran, majalah, dan video
documenter. Pada karyawan pesan bisa disampaikan dalam bentuk pelibatan dalam
beberapa acara yang merupakan bagian dari rangkaian progam CSR ini. Selain itu juga
ditambah dengan surat berita internal yang memberikan laporan terbaru terkait
perkembangan progam. Pada masyarakat umum, penyampaian pesan dapat melalui
platform media yang jangkauannya lebih luas.
5. Rules for Corporation and Coordination
Terakhir setelah empat tahapan sebelumnya dilalui kemudian yang harus dilakukan adalah
memastikan segala hal berjalan. Hal ini akan melibatkan koordinasi dari internal dan public
perusahaan. Oleh karena itu, kami mengusulkan untuk menerapkan strategi media relation,
community assistance, community relations, dan community empowerment.

Allianz Indonesia
(A) Survivor 16

J. Timeline CSR

Mengasumsikan progam (A) Survivor yang kami usulkan akan berjalalan selama 3 bulan,
kami menyusun jadwal pelaksanaan progam ini dalam kurun waktu 12 minggu yang kami pisahkan
per minggu

Waktu Kegiatan Deskripsi kegiatan Goal Pihak yang


dilibatkan
Minggu 1 Launching Mengundang Awareness public Perwakilan Lansia,
progam perwakilan lansia, terhadap progam Komnas
(A) Survivor komnas (A) Survivor perlindungan anak,
perlindungan anak beberapa
dan perempuan, pensiunan,
beberapa pensiunan, investor, dan
investor, karyawan, beberapa karyawan
dan media dalam internal
sebuah acara
pembukaan yang
melibatkan
beberapa artis
penghibur
Minggu Aktivasi Menyebarkan Peningkatan Media, agensi
1-minggu kampanye kampanye baik awareness public periklanan
13 progam dalam bentuk terhadap progam
majalah, video (A) Survivor
komersil, surat
berita, serta press
release di media
Minggu 2 Pelatihan pijat Memberikan 1. Kelompok 34 panti jompo,
pada kelompok pelatihan memijat lansia bisa media, tim
lansia pada lansia oleh menguasai dokumentasi
praktisi di 34 tempat ilmu pijat

Allianz Indonesia
(A) Survivor 17

yang dilakaukan dengan


dalam durasi 1 harapan ilmu
minggu di lokasi tersebut
yang tersebar di dapat
seluruh Indonesia digunakan
dengan untuk
mengundang media mencari
serta tim nafkah atau
dokumentasi menyehatkan
internal orang
terdekat
2. Dokumentasi
3. Publikasi
media
Minggu 3 Seminar Bekerja sama Meningkatnya Perusahaan, media,
managemen dengan berbagai awareness golongan tim dokumentasi,
asset gratis perusahaan, progam menjelang pensiun pemateri expert
yang diadakan ini akan untuk melakukan
untuk golongan mengadakan managemen asset
menjelan seminar managemen untuk
pensiun asset bagi karyawan mempersiapkan
di perusahaan- amsa pensiunnya
perusahaan rekanan
dengan
mendatangkan
expert. Kegiatan ini
dilakukan dalam
kurun waktu 1
minggu secara
bergilir di

Allianz Indonesia
(A) Survivor 18

perusahaan yang
berbeda-beda.
Minggu 4 Pemberian Bekerja sama Terbantunya korban Kombas
bantuan dan dengan komnas kekerasan dalam perlindungan anak
pelatihan perlindungan anak rumah tangga yang dan perempuan,
menjahit serta dan perempuan, mengalami kesulitan pemateri, media,
jualan online kegiatan ini akan ekonomi tim dokumentasi
bagi korban memberikan
perceraian pelatihan serta
sepihak bantuan terhadap
korban perceraian
dan kekerasan
dalam rumah tangga
yang harus
mengalami
kesulitan ekonomi
dikarenakan
kekerasan.
Minggu 5 Jasa konsultasi Progam ini Awareness public Psikolog
psikologi gratis mengampanyekan terkait isu mental,
via daring self love bagi target dan awareness
csr yang mengalami public terkait
kesulitan dan kepedulian Allianz
penderitaan terhadap kesehatan
psikologis. Melalui mental dan jiwa
website yang
terintegrasi dengan
website Allianz
memungkinkan
orang-orang
melakukan

Allianz Indonesia
(A) Survivor 19

konsultasi psikologi
gratis
Minggu 6 Pembuatan Dengan mengikuti Video dokumentasi Tim dokumentasi
– minggu dokumenter perkembangan
12 seorang lansia,
seorang korban
kekerasan dalam
rumah tangga, dan
seorang yang telah
melalui trauma
psikologis, tim
dokumentasi
membuat seri
documenter yang
meliput bagaimana
orang-orang ini
bertahan dengan
bantuan Allianz
Minggu 7 Pelatihan Pelatihan lanjutan Kelompok lansia Panti jompo,
lanjutan untuk untuk melihat bisa mulai menjual pemateri, tim
lansia perkembangan keterampilan dokumentasi,
kelompok lansia memijatnya media
yang telah dilatih
skill memijat. Dan
pembukaan
kelompok lansia
yang telah dapat
memijat untuk
kemudian dibantu
dalam memasarkan

Allianz Indonesia
(A) Survivor 20

ke masyarakat
sekitar
Minggu 8 Pelatihan Pelatihan lanjutan Peserta pelatihan Komnas
lanjutan untuk menjahit bagi memiliki olshop perlindungan anak
kelompok yang perempuan dan sendiri dan perempuan,
terdampak remaja korban tim dokumentasi,
kekerasan kekerasan dalam media, pemateri
dalam rumah rumah tangga, serta
tangga pelatihan menjual
hasil kreasi mereka
oleh expert
Minggu 9 Seminar Sebagai bentuk Awareness pada isu Pemateri,
kesehatan tindak lanjut ril dari kesehatan mental pengunjung situs
mental situs konsultasi
psikologi gratis,
diadakan pula
seminar kesehatan
mental di beberapa
kota dengan
pengunjung website
terbanyak
Minggu Pembuatan Majalah dibuat Majalah Tim dokumentasi,
10 majalah dengan bahan tim design, tim
dokumentasi yang penulis
didapatkan selama
10 minggu, berisih
kisah-kisah dari
orang-orang yang
terbantu dan
terberdayakan
dengan progam ini

Allianz Indonesia
(A) Survivor 21

Minggu Launching Launching diadakan Publikasi terhadap Media, investor,


13 majalah dan tertutup dalam hotel konten yang telah pihak perwakilan
video yang mengundang dibuat komnas
dokumenter beberapa pihak perlindungan anak
perwakilan komnas dan perempuan,
perlindungan anak kelomok lansia,
dan perempuan, kelompok
kelomok lansia, pensiunan,
kelompok penyintas
pensiunan, kesehatan mental
penyintas kesehatan
mental, dan investor
beserta beberapa
karywan dan media.
Video documenter
akan diputar dan
diunggah di situs
resmi Allianz dan
menjadi konten
untuk kampanye
dalam waktu yang
mendatang.

K. Anggaran Dana

No Nama Kegiatan Satuan Total


Community Assistance
Penyediaan Bibit Tanaman 50 x Rp.30.000 Rp.1.500.000
1
Pelatihan Manajemen Pemasaran 5 x Rp.1.000.000 Rp.5.000.000
Penyediaan Alat Ibadah 50 x Rp.75.000 Rp. 3.750.000

Allianz Indonesia
(A) Survivor 22

Cek Kesehatan 50 x Rp.250.000 Rp.12.500.000


Konsumsi Kegiatan 10x75xRp.30.000 Rp.22.500.000
Community Relations
Penyediaan Bibit Tanaman 50 x Rp.30.000 Rp.1.500.000
Penyediaan Bahan Kelom dan
2
Payung Geulis 100x Rp.45.000 Rp.4.500.000
Pengobatan Gratis 75 x Rp.250.000 Rp.18.750.000
Pengadaan Pusat Pelayanan 1x Rp.150.000.000 Rp.150.000.000
Community Empowerment
3 Sarana Prasarana Acara 1x Rp.100.000.000 Rp.100.000.000
Hadiah Hiburan 100 x Rp.50.000 Rp.5.000.000
Media Relations
4 Media Visit 10 x Rp.250.000 Rp.2.500.000
Media Kit 100xRp.50.000 Rp.5.000.000
Total Rp.332.500.000

L. Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan monitoring dan evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui dan
mengukur kekurangan, kelemahan, dan kekuatan implementasi program yang dijalankan. Di
bawah berkut merupakan pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi program (A) Survivor:

1.1 Tujuan
1) Monitoring dan Evaluasi bertujuan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas
implementasi program
2) Monitoring dan Evaluasi bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin alternatif
implementasi bagi penguatan program
3) Monitoring dan Evaluasi bertujuan untuk memberikan data yang digunakan sebagai
bahan analisis sehingga program berjalan sesuai dengan perencanaan awal
1.2 Sasaran
1) Proses Pelaksanaan Program (A) Survivor

Allianz Indonesia
(A) Survivor 23

Agar program tetap mencapai tujuan yang diinginkan, proses pelaksanaan program perlu
menjadi sasaran monitoring dan evaluasi. Lewat monitoring dan evaluasi, manajemen
dapat mendapatkan gambaran mengenai bagaimana kegiatan berlangsung dan
kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan
efesiensi dan efektivitas program.
2) Dampak dari Program (A) Survivor
Tujuan utama dari pelaksanaan program (A) Survivor adalah untuk memiliki dampak yang
positif bagi masyarakat. Mengukur dampak setelah pelaksanaan program menjadi penting
untuk mengetahui keberhasilan dari sebuah program.
1.3 Tugas dan Fungsi
Tim Monitoring dan Evaluasi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Membantu tim pelaksana dalam perencanaan program
2. Memberikan analisis untuk meningkatkan kualitas hasil capaian program
3. Memberikan penyelesaian masalah yang dihadapi
4. Menunjukkan kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan program
5. Mengawasi pelaksanaan program agar tetap sesuai dengan tujuan program
1.4 Keanggotaan Tim Monitoring dan Evaluasi
Tim Monitoring dan Evaluasi terdiri dari 2 tipe anggota, yaitu (1). Anggota perencanaan dan
pelaksana program (A) Survivor dan (2) anggota independen yang ditentukan yayasan.
1.5 Inputs
Tahapan pertama dalam kegiatan monitoring dan evaluasi program berkaitan dengan
perencanaan program. Tinjauan akan berkaitan dengan:
1) Rencana Kinerja Masa Program
2) Penetapan Pembagian Kerja
3) Standar Operasional Prosedur Program
4) Laporan Kemajuan Kegiatan
1.6 Outputs
Tahapan kedua dalam kegiatan monitoring dan evaluasi program bertujuan untuk meninjau
proses dan pelaksanaan program. Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1) Capaian kinerja sumber daya manusia

Allianz Indonesia
(A) Survivor 24

2) Ketersediaan sarana/prasarana dalam setiap kegiatan program


3) Efektivitas daya serap dana yang dianggarkan
4) Keterlibatan target sasaran dalam kegiatan program
5) Self Assesment
Data diperoleh melalui observasi kegiatan program, wawancara mendalam pihak yang
terlibat, dan audit laporan pertanggung jawaban.
1.7 Outcomes
Tahapan terakhir dari kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan mengukur dampak program
bagi sasaran. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Pemberdayaan
2) Aspek Kebermanfaatan
3) Tingkat Kesadaran Sasaran
4) Keterlibatan Sasaran dalam Kegiatan Program

Allianz Indonesia
(A) Survivor 25

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Alfian Putra. (2019, Maret 5). Kesehatan: Kemenkes Sebut Masalah Kesehatan Jiwa Perlu Disikapi

Serius. Diakses melalui tirto.id

Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental pada Masyarakat di

Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1).

Fatmah, Dr, and M. Sc SKM. “Gizi Usia Lanjut.” Jakarta Erlangga (2010)

Iro. (2020, Januari 14). Berita: Menjawab Tantangan Kesehatan Mental di Era Milenial. Diakses melalui
fk.ugm.ac.id

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses melalui
kemkes.go.id

Tuasikal, Rio. (2019, Oktober 16). Kesehatan Jiwa: Indonesia Makin Sadar Tapi Terganjal Stigma.
Diakses melalui voaindonesia.com

Allianz Indonesia

Anda mungkin juga menyukai