Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL PEMETAAN SOSIAL

DUSUN TAMANJAYA, DESA TAMANJAYA, KECAMATAN CIEMAS,


KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh :

1) Amalia Khoiri Nisa 14/369696/SP/26504


2) Elizabeth Widya Nidianita 14/364943/SP/26263
3) Sharon Florencia Graceita F. 14/362432/PS/6733
4) Ropi Ropiurrutab 14/366757/FI/4004

KULIAH KERJA NYATA-PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(KKN-PPM) UNIVERSITAS GADJAH MADA
JBR-08 DESA TAMANJAYA KECAMATAN CIEMAS
SUKABUMI, JAWA BARAT
2017

1
PEMETAAN SOSIAL DUSUN TAMANJAYA, DESA TAMANJAYA KEC.
CIEMAS, KAB. SUKABUMI, PROV. JAWA BARAT

I. PROFIL DUSUN TAMANJAYA

Desa Tamanjaya merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Ciemas,
Kabupaten Sukabumi. Desa Tamanjaya memiliki luas 1.372.25 Ha dengan ketinggian kurang
lebih 400 mdpl. Desa Tamanjaya berpenduduk 6.462 orang terdiri dari 3.147 penduduk laki-laki
dan 3.315 penduduk perempuan. Desa tamanjaya terdiri dari 4 dusun atau 4 kemandoran, antara
lain Dusun Tamanjaya dan Dusun Cicurug yang terletak di dataran tinggi serta Dusun Pasir Baru
dan Dusun Ciseureuh yang terletak di dataran rendah. Kepala dusun atau mandor Dusun
Tamanjaya adalah Bapak Atu Supriyatna. Mandor Dusun Cicurug adalah Bapak Ajan. Mandor
Dusun Pasir Baru adalah Bapak Ujang Purnama dan Mandor Dusun Ciseureuh adalah Bapak
Sahidin.

Dusun Tamanjaya merupakan pusat pemerintahan Desa Tamanjaya. Selain itu Dusun
Tamanjaya masuk ke dalam zona inti Kawasan Pariwisata Taman Bumi Ciletuh atau Geopark
Ciletuh. Berdasarkan Data Profil Desa Tahun 2017, Kepala Keluarga (KK) sebanyak 758 KK
dengan jumlah penduduk 2.429 orang 1.183 orang laki-laki dan 1.246 orang perempuan.

A. Ragam profesi Masyarakat Dusun Tamanjaya adalah sebagai berikut :


B.

No Pekerjaan Perempuan Lak-Laki Jumlah


1 PNS 33 18 51
2 TNI/ Polri 2 2
3 Petani/ Buruh 787 797 1.584
4 Pedagang 35 5 40
5 Nelayan 0 0 0
6 Buruh/ Karyawan Perkebunan 7 15 22
7 Pensiunan 14 9 23
8 Pelajar 205 199 404
9 Mahasiswa 5 3 8
10 Pengangguran 85 93 178
Jumlah 1.173 1.139 2.312

2
Masyarakat Dusun Tamanjaya juga ada yang bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja
Indonesia). Jumlah TKI 15 orang perempuan dan menempati urutan tertinggi di Dusun
Tamanjaya sama dengan Cicurug. TKI tersebut bekerja di Arab Saudi. Sedangkan mantan TKI
berjumlah 28 orang perempuan dan 2 orang laki-laki dan semuanya bekerja di Arab Saudi.

Kemudian Tingkat Pendidikan Masyarakat Dusun Tamanjaya, antara lain :

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Tidak/ Belum Sekolah 53
2 Belum Tamat SD/Sederajat 55
3 Tamat SD/Sederajat 339
4 SLTA Sederajat 331
5 SLTA 294
6 D III Sarjana Muda 74
7 D IV Setrata I 136
8 Setrata II 6
Jumlah

C. Kondisi jalan di Dusun Tamanjaya adalah sebagai berikut :


1) Jalan Beraspal
Kedusunan Tamanjaya :
Tamanjaya–Ciletuh (Jln. Kab) :3 Km Sedang
Jalan Pramuka : 0,2 Km (Rusak Berat)
Jalan Ciwalang : 1,5 Km (Rusak Berat)
Jalan Cipiring : 0,5 Km (Rusak Berat)
Jalan Pasirluhur : 350 M Sedang
Jalan Cigaok : 550 M Sedang

2) Diperkeras
Kedusunan Tamanjaya
Jalan Kaum-Cibogo : 1 Km
Jalan Cibogo-Cirambeng : 2,5`Km
Jalan Cikoneng-Curugawang : 2,5 Km
Jalan Pasir Tugu –Cihideung : 1 Km
Jalan Cipiring-Cijambe : 1,6 Km

3
3) Jalan Tanah
Kedusunan Tamanjaya :
Jalan Kaum - Cibogo : 0,5 Km
Jalan Ciparigi - Cibogo : 0,5 Km
Jalan Batulawang - Cijambe : 0,5 Km
Jalan Pasirluhur- Batulawang-Cipiring : 0,5 Km
Jembatan Gantung Ciletuh : 60 M
Jalan Jayamakmur – Ciparigi : 0,5 Km

D. Fasilitas Umum di Dusun Tamanjaya


Kemudian fasilitas umum yang tersedia di dusun ini terdiri dari fasilitas pemerintah,
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan pariwisata. Fasilitas pemerintah yakni Kantor Desa,
Kantor Urusan Agama (KUA), Kantor UPTD Pendidikan PSDA, Kantor BP3K, Polsek
Ciemas dan Koramil Ciemas. Fasilitas ekonomi yakni pasar sekaligus terminal. Kemudian
fasilitas kesehatan yakni Puskesmas Tamanjaya. Lalu fasilitas pendidikan yakni Paud; TK;
SD Tamanjaya; SD Ciparigi dan SD Cirambutan; MTs Mutiara Hikmah sampai SMK
Mutiara Hikmah. Setelah itu fasilitas pariwisata yakni Komunitas Wisata bernama
Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi (PAPSI) binaan PT. Biofarma. Adapun potensi
pariwisata yang ada di Dusun Tamanjaya antara lain : Panenjoan, Curug Awang, Curug
Tengah, Curug Puncak Manik, Cekdam Panyawangan, Sentra Industri Gula Merah, dll.

E. Kondisi Sosial Budaya dan Modal Sosial Masyarakat Dusun Tamanjaya

Masyarakat Dusun Tamanjaya mayoritas berasal dari Suku Sunda, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan Bahasa Sunda. Kemudian Masyarakat Dusun
Tamanjaya 100% memeluk Agama Islam. Sehingga Kegiatan Pengajian yang dilaksanakan
setiap hari Jumat Minggu menjadi salah satu kegiatan masyarakat setempat. Selain itu,
masyarakat Dusun Tamanjaya memiliki Tradisi Ngaliwet yaitu sebuah kegiatan makan
bersama diatas daun pisang dan masing-masing peserta membawa bahan makanan seperti

4
nasi, sayur dan lauk pauk. Berdasarkan hal tersebut modal sosial masyarakat setempat adalah
Pengajian dan Ngaliwet.

II. DUSUN TAMANJAYA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN


PARIWISATA GEOPARK CILETUH, CIEMAS, SUKABUMI, JAWA BARAT
1. LATAR BELAKANG

Kawasan Geopark Ciletuh melingkupi 8 kecamatan, dimulai dari Kecamatan Cisolok,


Kecamatan Cikakak, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Surade, Kecamatan Simpenan,
Kecamatan Ciracap, Kecamatan Waluran dan Kecamatan Ciemas. Kecamatan Ciemas
tepatnya di Dusun Tamanjaya, Desa Tamanjaya merupakan zona inti kawasan pariwisata
sebab terdapat pusat pemerintahan dan komunitas pariwisata yakni PAPSI yang dibina oleh
PT. Biofarma. Selain itu terdapat obyek pariwisata Panenjoan berupa gardu pandang Geopark
Ciletuh yang berbentuk seperti amphy theatre atau tapal kuda dari atas bukit dengan
ketinggian 400 mdpl.

Kawasan Geopark Ciletuh sedang dalam proses penilaian untuk peresmian Geopark
Ciletuh sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO. Sehingga pengelolaan antar
berbagai elemen potensi pariwisata sedang disinergikan dan dirintis mulai dari Dusun
Tamanjaya. Hal tersebut terkait dengan optimalisasi pengelolaan potensi pariwisata berbasis
community development sehingga tercapai konservasi sekaligus mensejahterakan masyarakat
setempat. Oleh karena ini partisipasi dan keterlibatan masyarakat sangat diperlukan.

1.1 Aktor yang Terlibat dalam Kegiatan Pengelolaan Potensi Pariwisata


Pengelolaan potensi pariwisata Geopark Ciletuh bertujuan untuk konservasi Taman Bumi
Ciletuh atau Geopark Ciletuh itu sendiri. Pengelolaan tersebut berbasis community
development yang melibatkan beberapa aktor antara lain pemerintah desa beserta jajarannya,
Paguyuban Pakidulan Alam Sukabumi (PAPSI) yang dibina oleh PT. Biofarma, pemilik
homestay, kelompok kuliner ibu-ibu, kelompok petani gula merah dan komunitas yang
lainnya. Komunitas-komunitas tersebut diharapkan dapat merangkul masyarakat, sehingga
dapat berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata. Para aktor tesebut bertugas sebagai agen yang
dapat membawa perubahan dan gerakan dalam lingkup masyarakat. Kemudian menilik lebih
jauh lagi aktor yang terlibat dalam kehidupan sosial pada ranah kampung, yakni aparat

5
Kampung seperti Ketua RW dan RT. Kemudian Ustadz dan orang yang berstatus Haji, PNS
serta pemilik lahan persawahan atau perkebunan.

2. PEMBAHASAN

Berkaitan dengan hal tersebut maka Mahasiswa KKN-PPM UGM 2017 Desa Tamanjaya
melakukan pemetaan sosial secara sederhana. Pemetaan sosial bertujuan untuk menarasikan
problematisasi terkait kendala pengelolaan potensi pariwisata masyarakat di Dusun
Tamanjaya. Pemetaan sosial fokus di 4 kampung, antara lain Kampung Tamanjaya, Kampung
Cigadog, Kampung Jayabaru dan Kampung Cigaok. Sebab 4 kampung tersebut memiliki
potensi pariwisata dan dapat menjadi pionir untuk pengelolaan pariwisata di Desa Tamanjaya.
2.1 Kampung Cigaok
2.1.1 Potensi pariwisata

Sebagai kampung yang akan dijadikan sebagai basis dari kampung budaya,
kampung cigaok memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak. Salah satu ikon
geopark Ciletuh, Panenjoan juga berada di daerah kampung Cigaok. Selain itu,
potensi asli dari kampung Cigaok juga dapat ditemukan banyak penghasil gula merah
dan pembuat keripik pisang yang dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata dari daerah
Desa Tamanjaya. Potensi ini bisa dikembang dengan cara menunjukan cara
pembuatan dari gula merah dan keripik pisang yang masih tradisional kepada para
pengunjung. Selain menunjukan cara pembuatan, hasil dari pembuatan gula merah
dan keripik pisang ini dapat dijual langsung ke pengunjung dan dijadikan oleh-oleh
khas dari Desa Tamanjaya.

2.1.2 Urgensi pengelolaan pariwisata

Urgensi dari pengelolaan pariwisata yang ada di kampung Cigaok ialah,


pemberdayaan masyarakatnya. Kampung Cigaok memiliki banyak pengusaha gula
merah dan keripik pisang. Jika pemberdayaan ini dikedepankan maka akan
menguntung kedua belah pihak, bagi pengelola wisata gula merah dan keripik pisang
dapat dijadikan sebagai ikon dari wisata Kampung Budaya Cigaok dan bagi para

6
pengusaha kecil maka akan meningkatkan pendapatan mereka, serta menambah
pangsa pasar mereka. Selain itu, kurangnya sosialisasi terhadap warga akan potensi
wisata ini sangat diperlukan, karena tanpa adanya sosialisasi warga jadi susah untuk
ikut mengembangkan potensi yang ada di kampungnya. Karena hasil dilapangan
menunjukan warga terkesan pasif terhadap kegiatan kepariwisataan yang ada di Desa
Tamanjaya, padahal warga kampung cigaok merupakan daerah yang terkena langsung
dari adanya tempat wisata.

2.1.3 Kendala

Mayoritas masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata karena


kurangnya ketertarikan dalam mengelola potensi pariwisata di Tamanjaya. Selain itu,
kesibukan melakukan urusan rumah tangga juga menjadi penyebab rendahnya
partisipasi masyarakat. Sebagian besar masyarakat juga tidak mengetahui cukup
mendalam mengenai pembentukan Geopark Ciletuh dan esensi penetapan kawasan
Geopark. Beberapa warga mendapatkan pengaruh langsung berupa peningkatan
penghasilan. Namun, peningkatan ini hanya dialami oleh warga yang berdagang
maupun terlibat dalam pariwisata.

2.1.4 Pengaruh masalah

Kurangnya sosialisasi terhadap warga terkait pengertian tentang geopark dan


penyuluhan tentang potensi yang dimiliki dari daerahnya menjadikan warga kurang
memiliki minat terhadap kegiatan pariwisata yang sedang berjalan. Selain itu,
mayoritas warga yang bermata pencaharian sebagai petani menjadi susah untuk
membagi waktu dengan kegiatan pariwisata di kampung Cigaok.

Dengan mayoritas penduduk perempuan, pengelola pariwisata bisa


memberdayakan perempuan sebagai basis penggerak dari kegiatan pariwisata di Desa
Tamanjaya khususnya di Kampung Cigaok. Pemberian pelatihan untuk meningkatkan
skill terhadap para perempuan bisa dijadikan sebagai batu loncatan untuk penggerak
kegiatan bagi pariwisata di Kampung Cigaok yang akhirnya dari para perempuan ini
bisa ditularkan kepada para warga masyarakat lainnya.

7
2.1.5 Harapan

Dengan adanya pembuatan kampung budaya di Cigaok, masyarakat lebih


berharap untuk diajak dan diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan di Desa
Tamanjaya, misalnya diajak untuk bergabung dalam kelompok kuliner atau
pembentukan kelompok oleh-oleh yang mana nantinya para pengusaha kecil oleh-
oleh ini bisa melebarkan pasarnya. Pengelola juga harus memikirkan bagaimana tetap
memberdayakan dan memajukan pengusaha kecil saat investor-investor mulai masuk
ke Tamanjaya, agar keberadaan mereka tidak hilang oleh kelompok pemodal besar.
Selain itu, pengelola juga harus memikirkan perubahan sosial yang dialami
masayarakat, seperti cultural shock yang akan dihadapi oleh warga sekitar dan
pengikisan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku dimasyarakat sebelum adanya
kegiatan pariwisata di Kampung Cigaok. Sosialisasi bahwa pariwisata bukan menjadi
sektor utama dari kegiatan ekonomi di daerah juga harus dipikirkan matang-matang
agar para penduduk tidak sepenuhnya bergantung ke kegiatan pariwisata di
daerahnya.

2.2 Kampung Tamanjaya


2.2.1 Potensi pariwisata

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga, beberapa objek pariwisata yang


berpotensi untuk dikembangkan adalah Cairing Nunggal, Curug Puncak Tugu, Curug
Penganten dan Curug Puncak Darma. Menurut warga, objek pariwisata tersebut
berpotensi dikembangkan, namun akses transportasi yang cenderung sulit
menyebabkan wisatawan memilih objek lain yang lebih mudah diakses. Salah satu
kesenian yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata adalah Tarian Gondang.
Beberapa kuliner yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata adalah produk
gula merah, daun singkong dan beras hitam.

2.2.2 Urgensi pengelolaan pariwisata

Sebagai salah satu sumber perekonomian utama, sektor pariwisata memiliki


urgensi pengembangan yang cukup tinggi. Kolaborasi dari seluruh elemen
masyarakat menjadi kunci keberhasilan pengelolaan pariwisata di Desa Tamanjaya.

8
2.2.3 Kendala
Mayoritas masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata karena
kurangnya ketertarikan dalam mengelola potensi pariwisata di Tamanjaya. Selain itu,
kesibukan melakukan urusan rumah tangga juga menjadi penyebab rendahnya
partisipasi masyarakat. Sebagian besar masyarakat juga tidak mengetahui cukup
mendalam mengenai pembentukan Geopark Ciletuh dan esensi penetapan kawasan
Geopark. Pemerintah maupun pihak pengelola pariwisata belum pernah melakukan
sosialisasi pembentukan Geopark.
Beberapa warga mendapatkan pengaruh langsung berupa peningkatan
penghasilan. Namun, peningkatan ini hanya dialami oleh warga yang berdagang
maupun terlibat dalam pariwisata. Beberapa warga bahkan merasa tidak memperoleh
pengaruh apapun dari adanya pengembangan sektor pariwisata. Sebagian warga
yang tidak terlibat dalam pengembangan pariwisata juga mengaku tidak tertarik
untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan di kawasan Geopark.

2.2.4 Potensi
Sebagian besar warga ingin mengikuti kegiatan pariwisata apabila
mendapat undangan dari pihak pengelola. Ajakan dari warga yang lain juga dapat
mendorong keikutsertaan dalam kegiatan pariwisata. Keberadaan objek pariwisata
dan berbagai sarana pendukung pariwisata seperti kuliner juga mendapat respons
positif dari masyarakat. Apabila diberikan kesempatan untuk memperoleh
penghasilan tambahan melalui keterlibatan dalam pariwisata, sebagian masyarakat
setuju untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan pariwisata.
2.2.5 Pengaruh masalah
Rendahnya ketertarikan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan
pariwisata menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan pariwisata di wilayah
Tamanjaya. Kurangnya pemberian sosialisasi dari pemerintah atau pengelola
pariwisata menyebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai esensi
penetapan kawasan Geopark. Selain itu, pembagian hasil yang kurang merata
menyebabkan adanya kecemburuan sosial dan kesejahteraan yang kurang merata.

9
2.2.6 Harapan
Masyarakat mengharapkan adanya undangan bagi semua warga ketika
mengadakan kegiatan pariwisata. Pembagian yang merata dalam hal pemesanan
homestay dan kuliner juga menjadi salah satu harapan besar masyarakat. Secara
keseluruhan, masyarakat berharap pariwisata di Tamanjaya semakin maju dan
berkembang sehingga kesejahteraan sosial warga meningkat.

2.3 Kampung Jayabaru


2.3.1 Gambaran Umum
Kampung Jayabaru merupakan salah satu wilayah yang berada di dusun
cicurug desa tamanjaya, kecamatan ciemas, kabupaten sukabumi. Kampung Jayabaru
berjarak kurang lebih 2 km dari objek wisata Panenjoan serta merupakan salah satu
kampung yang memiliki perkembangan yang cukup cepat, baik dari segi ekonomi,
sosial, maupun pendidikan. Hal ini tergambar dari banyaknya warga yang sudah
mendapatkan pendidikan yang tinggi sampai tingkat Universitas. Bahkan salah satu
putra dari Sekertaris Desa mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri. Selain itu,
secara umum penghasilan dari warga masyarakat secara umum sudah mencukupi.
Terbukti dari penghasilan masyarakat yang secara umum lebih dari 2 jutaan per
bulan. Dengan penghasilan yang ada, warga masyarkat merasa kebutuhan keluarga
sudah mencukupi.
Namun, disisi lain, masyarakat masih belum merasakan perubahan ke arah
yang lebih baik dari adanya pariwisata Geopark Ciletuh. Oleh karena itu, masih
banyak masyarakat di wilayah Jayabaru yang belum mengetahui kegiatan Geopark
Ciletuh bahkan masih banyak warga yang belum mengunjungi objek wisata yang
terdapat di Geopark meskipun jaraknya tidak jauh dari rumah tempat tinggal.
2.3.2 Permasalahan dan Kendala
Dari hasil wawancara, partisipasi warga Jayabaru terhadap kegiatan
pariwisata belum begitu banyak. Hanya segelintir masyarakat yang memang aktif
dalam kegiatan pariwisata dikarenakan menjadi pengurus komunitas penggerak
pariwisata. Salah satunya ialah kang Elan yang menjadi bendahara PAPSI. Oleh
karena itu, adanya pariwisata Geeopark belum banyak dirasakan oleh masyarakat

10
khususnya di wilayah Jayabaru. Hanya beberapa pihak yang merasakan adanya
perubahan dari segi ekonomi terutama dari sewa rumah homestay.
Peran serta dari masyarakat Jayabaru juga belum banyak terlihat dikarenakan
peran dari pemerintah yang masih kurang dalam mengajak masyarakat untuk ikut
terlibat dalam kegiatan kepariwisataan. Hal ini didukung oleh pendapat dari sebagian
besar masyarakat yang menginginkan banyak kegiatan dan pemberdayaan yang
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
Dalam segi pendidikan, sekolah yang berada dikampung Jayabaru hanya
terdapat satu sekolah formal yaitu SDN Ciparigi. Kondisi sekolah terkini masih
sedang direnovasi untuk pembangunan tiga kelas baru. Oleh karena itu, kegiatan
belajar mengajar menjadi kurang efektif karena ada sebagian kelas yang melakukan
pembelajaran diluar ruang kelas dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Disamping itu, administrasi sekolah masih belum baik. Terbukti dari data-data yang
ada masih belum diperbarui seperti data sekolah terbaru, data siswa, dan data penting
lainnya. Selain itu, kinerja tenaga pendidik masih belum maksimal, terbukti dari guru
yang jarang masuk kelas dengan alasan yang jarang diketahui. Dengan kegiatan
belajar seperti ini, maka yang dikorbankan adalah para siswa sehingga akhirnya satu
guru terkadang harus masuk kedalam dua kelas sekaligus. Hal ini tentu menjadi salah
satu persoalan ketika proses pendidikan tidak didukung oleh pihak-pihak terkait
terutama guru.
2.3.3 Potensi
Kampung jayabaru merupakan salah satu kampung yang memiliki potensi
cukup baik terutama dari segi kewirausahaan dimana banyak warga memiliki usaha
dan sudah cukup berkembang seperti penjualan ayam potong, toko furniture, jaket,
dan sebagainya. Namun, yang harus dikembangkan ialah pengelolaan bisnis dan
manajemen pemasaran yang lebih luas. Disamping itu, potensi lain seperti gula dan
buaha-buahan seperti pisang sering dijadikan olahan seperti keripik. Namun kegiatan
tersebut belum dilakukan secara intensif, terbukti dengan kegiatan olahan makanan
yang sekarang belum dilanjutkan kembali.

11
2.3.4 Harapan
Dalam salah satu wawancara yang dilakukan, terdapat ibu-ibu rumah tangga
yang menginginkan adanya kegiatan yang berguna dan menghsailkan selama berada
dirumah untuk mengisi waktu luang, namun mereka bingung dengan apa yang harus
dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembinaan yang dilakukan secara intensif
agar ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan memiliki keterampilan yang bisa
menghasilkan dan membantu ekonomi keluarga. Salah satu kegiatan yang sudah ada
di desa Tamanjaya adalah kegaitan kelompok kuliner ibu-ibu, namun kelompok
kuliner yang sudah ada nyatanya bagi masyarakat desa Tamanjaya khususnya daerah
Jayabaru belum begitu dirasakan manfaatnya. Padahal ibu-ibu yang belum memiliki
keahlian memerlukan pendampingan dan binaan dari kelompok ibu-ibu yang sudah
terampil.
Dalam perkembangannya, kawasan Geopark Ciletuh akan didirikan sebuah
kampung budaya yang berlokasi di wilayah Cigaok. Kampung budaya ini akan
menjadi percontohan bagi tempat lain serta menjadi daya tarik wisata baru. Hal ini
sangat didukung oleh seluruh masyarakat termasuk warga kampung jayabaru. Seluruh
warga desa tamanjaya khususnya kampung Jayabaru menginginkan perkembangan
pariwisata yang jauh lebih baik kedepan serta tidak memberi pengaruh buruk bagi
lingkungan setempat. Hal ini tergambar dari hasil wawancara dimana
masyarakatkampung Jayabaru menginginkan lingkungan yang baik dan aman
meskipun banyak wisatawan yang datang.

2.4 Kampung Cigadog


2.4.1 Gambaran Umum

Kampung Cigadog terletak 2 - 3 km dari objek wisata Panenjoan dan terdiri


dari Kampung Cigadog I dan II. Kampung Cigadog 1 memiliki luas 1 ha sedangkan
Kampung Cigadog II memiliki luas 5 ha. Dengan kondisi jalan yang dapat dilalui dan
belum ada lampu penerang jalan. Kemudian terdiri dari lahan pemukiman,
persawahan dan perkebunan.

12
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RT 01 masyarakat RT 01 terdiri dari
28 Kepala Keluarga. Warga setempat berprofesi sebagai petani pedagang dan guru.
Sedangkan hasil wawancara dengan Ketua RT 02 Warga RT 02 terdiri dari 38 Kepala
Keluarga. Kemudian warga bekerja sebagai petani kurang lebih sekitar 90% sisanya
pedagang dan PNS. Lalu Masyarakat Kampung Cigadog 100% masyarakat setempat
memeluk Agama Islam. Mayoritas lulusan SD. Sehari-hari menggunakan Bahasa
Sunda, mengerti Bahasa Indonesia melalui TV namun tidak terbiasa
menggunakannya. Kemudian modal sosial masyarakat berupa gotong royong,
pegajian tiap minggu serta musyawarah dalam menetukan penyelesaian masalah dan
pemilihan ketua RT.

2.4.2 Potensi Pariwisata

Pemetaan Sosial di Kampug Cigadog dilakukan dengan mewawancarai Ketua


RT 01 dan 02 serta 15 orang warga sebagai sampel. 15 orang tersebut terdiri dari
Ketua PKK, pemilik lahan sekaligus produsen gula aren serta warga yang berprofesi
sebagai wiraswasta, buruh tani dan ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara
Kampung ini memiliki potensi SDM berupa banyak ibu rumah tangga serta SDA
berupa kebun kelapa penghasil gula aren dan jahe yang dapat diolah menjadi bubuk
jahe.

Kampung Cigadog memiliki potensi ragam kuliner yang dapat menunjang


pariwisata berupa buah tangan bagi para wisatawan. Ragam kuliner tersebut berupa
makanan tradisional seperti keripik singkong, sambel haseum (semacam rujak khas
Kampung Cogadog) wajik, opak, bidara, rangginang dan manisan dari buah pepaya.
Kemudian terdapat banyak petani dan produsen gula aren. Meskipun jarak kawasan
ini terhitung jauh dari Peanenjoan namun kawasan ini dapat fokus pada partisipasi
dalam pengelolaan pariwisata pada aspek kuliner. Kemudian Ketua Ibu PKK yang
menjadi aktor utama penggerak pemberdayaan ibu-ibu yang tinggal di Kampung
Tamanjaya. Sehingga kampung ini memiliki potensi secara SDM dan SDA yang
dapat dikelola secara sinergi.

13
2.4.3 Permasalahan dan Kendala

Pendekatan kepada masyarakat menghasilkan data berupa problematisasi


masalah terkait kuliner sebagai potensi pariwisata. Di Kampung Cigadog terdapat
fenomena masyarakat masih memiliki pengetahuan yang minim tentang Geopark
Ciletuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan mayoritas narasumber sekedar mengetahui
Panenjoan dan sekitarnya ramai oleh wisatawan. Kemudian partisipasi masih minim,
hal tersebut ditunjukkan dengan sampai saat ini baru ada 1 warga yang terlibat dalam
kegiatan pariwisata yakni Kang Ridwan yang bekerja sebagai guide dan penjaga
parkir Homestay Adelia, Panenjoan. Padahal masih banyak pemuda yang belum
memiliki pekerjaan tetap. Kemudian masih sedikit lapangan pekerjaan di bidang
pariwisata.

Kemudian di Desa Tamanjaya terdapat Kelompok Rafflesia (kelompok


kuliner) yang dikelola oleh ibu-ibu PKK dan diketuai oleh Bu Santi Warga Kampung
Cigadog. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2015 sehingga kini berusia 2 tahun.
Namun dalam operasionalnya kelompok ini mengalami kendala seperti mahal biaya
operasional (modal usaha), masyarakat masih ragu dalam memasarkan produknya,
belum ada tempat untuk melaksanakan kegiatan, beberapa ibu masih belum bisa
membagi waktu antara urusan domestik rumah tangga dengan memproduksi snack
serta pemasaran masih sebatas titip di warung sehingga penghasilannya masih minim.
Selain itu sempat ada salah paham dan perbedaan pendapat dalam internal kelompok
kuliner ini. Oleh karena itu Bu Santi dan beberapa ibu yang aktif berharap adanya
pembinaan dari PAPSI serta mediasi untuk dapat menyelesaikan masalah internal
kelompok. Masyarakat secara umum berharap dengan adanya peresmian Geopar
Ciletuh sebagai UNESCO Global Geopark Network bisa memberi dampak kemajuan
bagi kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki motivasi kuat dan kompak
berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan potensi pariwisata. Dampak jangka
panjangnya berupa semua elemn masyarakat dapat memperoleh dampak positif
berupa tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menjadi sumber pendapatan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

14
2.4.4 Saran untuk Stakeholders dan Masyarakat

Berdasarkan pemetaan sosial yang dilakukan di Kampung Cigadog ditemukan


fenomena masyarakat tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan
potensi pariwisata. Namun masyarakat kesulitan untuk mengakses posisi dalam upaya
partisipasi itu sendiri. Sehingga perlu ada sosok atau komunitas yang dapat
merangkul masyarakat, seperti melalui PAPSI dan aparat desa. Kemudian masyarakat
setempat juga perlu meningkatkan inisiatif dan bersifat kooperatif dengan segala
bentuk ajakan untuk bergabung dan mengambil peran dalam kegiatan pengelolaan
pariwisata.

Kemudian perlu ada kegiatan dialog antara stakeholders dengan masyarakat


guna membangun pondasi pengelolaan yang sinergis yakni dimulai dari pembahasan
mendalam mengenai kendala yang dihadapi dan solusi yangdisepakati bersama.
Selain itu ruang dialog dapat digunakan oleh segala elemen masyarakat untuk
berkomunikasi dan membangun kepercayaan.

III. KESIMPULAN
Pemetaan sosial merupakan langkah pendataan terkait permasalahan yang ada, kemudian
membuat perbaikan serta pengembangan berkelanjutan. Kegiatan ini menyasar pada
masyarakat dapat terlaksana dengan baik, dibuktikan dengan keterbukaan masyarakat dalam
berbagi informasi mengenai keadaan Desa Tamanjaya. Kemudian masyarakat sudah memiliki
ketertarikan berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan potensi pariwisata. Namun masih
terganjal belum adanya forum dialog antara masyarakat dan stakeholders yang memberikan
ruang untuk menyampaikan aspirasi serta keinginan dari semua pihak. Selain itu diperoleh
gambaran mengenai minimnya partisipasi masyarakat terkait kegiatan pengelolaan pariwisata.
Masyarakat masih sulit untuk mengakses peran dalam kegiatan partisipasi pengelolaan
pariwisata.

15
IV. LAMPIRAN
(Dokumentasi kegiatan Pemetaan Sosial)

(Wawancara dengan Bapak Zaenal, salah satu warga Kampung Cigadog)

16
(Wawancara dengan Bu Santi Ketua PKK dan salah satu Warga Kampung Cigadog)

(Wawancara dengan warga Kampung Cigadog)

17
(Wawancara dengan Ibu Yati dari Kampung Cigaok)

(Kantor Kepala Desa Tamanjaya)

18
(Kondisi Jalan Desa Tamanjaya)

(SMP Negeri 1 Ciemas yang terletak di Jl. Tamanjaya)

19
(Kondisi Pasar di Tamanjaya)

(salah satu destinasi wisata yang ada di Dusun Tamanjaya, Curug Awang)

20
(Ciri khas yang dapat ditemukan di Desa Tamanjaya, Rumah Panggung)

21
(Panyawangan Cekdam)

22
(Curug Awang)

23
(Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu di Kampung Cigaok yaitu memasak keripik
pisang)

24
(Wawancara dengan Pak Agus Ketua RT Cigadog 1)

(SD Negeri Ciparigi)

25

Anda mungkin juga menyukai