Desa Tanjungsari merupakan salah satu desa di Kabupaten Boyolali yang terletak di
bagian timur arah Boyolali, yang juga masuk dalam Kecamatan Banyudono. Desa Tanjungsari
berada di antara dua sungai yaitu sungai Pepe dan sungai Buthak. Desa Tanjungsari terdiri dari
02 RW dan 15 RT. Dukuh yang ada di desa Tanjungsari meliputi: Jongkangan, Karang Getas,
Jomboran, Dlimosari 1, Dlimosari 2, Karang Kepoh, Jetis, Trayu Kulon, Lemah Abang,
Glinggang Sari, Karang Bulu, Kuncen, Pentur, Pacean, Watu Kidang, Tanjungsari, Watu
Jawa Tengah adalah 80 km. Moda transportasi umum yang bisa digunakan untuk akses ke
Desa Tanjungsari menurut BPS Kabupaten Boyolali (2016), memiliki luas wilayah
203.6100 Ha. Penggunaan tanah di wilayah ini terdiri dari tanah sawah 123.8200 Ha, dan tanah
kering 79.7900 Ha. Penggunaan lahan kering ini dapat diperinici lagi menjadi pekarangan atau
bangunan seluas 62.4600 Ha, tegal atau kebun seluas 14.9600 Ha, dan untuk keperluan
Monografi secara istilah berarti ilmu tentang kependudukan, yaitu ilmu pengetahuan
tentang susunan dan pertumbuhan penduduk. Data berikut adalah demografi Desa Tanjungsari
tahun 2010. Secara demografis, Desa Tanjungsari mempunyai situasi kependudukan sebagai
berikut
Jumlah penduduk di Desa Tanjungsari adalah 2.713 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-
laki 1.23 jiwa dan penduduk perempuan 1.482 jiwa. Desa Tanjungsari memiliki kondisi yang
pertanian mengingat sebagian lahan di daerah tanjungsari merupakan lahan tanah basah. Data
Penduduk di desa Tanjungsari paling banyak merupakan lulusan SD. Data tingkat
Poklahsar KWT Ngudi Mulyo berdiri sejak tahun 1998 yang merupakan kelompok ibu-ibu
tersebut merupakan peternak bebek. Pada awal berdiri KWT Ngudi Mulyo bergerak di bidang
pengolahan hasil pertanian seperti emping garut, ceriping singkong, ketela dan lain-lain. Namun
di akhir tahun 2000, KWT Ngudi Mulyo mulai beralih ke pengolahan lele. Hal ini didasari
semakin meningkatnya produksi lele di kawasan Boyolali. Lele pertama kali diolah menjadi
abon dan keripik lele. Namun sekarang olahan lele di KWT Ngudi Mulyo lebih bervariatif
diantarnya adalah keripik kulit, keripik daging, kerupuk kepala, kerupuk daging, dawet, pastel,
Modal pertama dalam pendirian POKLAHSAR KWT Ngudi Mulyo yang terkonsentrasi
pada pengolahan lele ini adalah dana dari Ibu Eka Supriyatin. Modal yang dikeluarkan
digunakan untuk berbagai kebutuhan dalam produksi meliputi pengadaan bahan baku,
pengadaan alat-alat produksi, pengemasan hingga biaya pemasaran. Alat-alat yang digunakan
pun masih terbatas. Hingga akhirnya seiring perkembangan POKLAHSAR KWT Ngudi Mulyo
mendapat bantuan dari BBP4B KP-Balitbang KP, BBP2HP dan Direktorat pengolahan hasil
Dirjen P2HP KKP RI berupa pengadaan alat yang lebih baik. Poklahsar KWT Ngudi Mulyo juga
mendapat bantuan dana dalam bentuk bangunan sebesar Rp.150.000.000,00 dari pemerintah
setempat.
Jumlah tenaga kerja KWT Ngudi Mulyo pada awal berdiri sebanyak 35 orang dan terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2009 tersisa 4 orang. Dengan
jumlah tenaga kerja 4 orang ini KWT Ngudi Mulyo mampu melakukan produksi sebanyak 20-30
kg/minggu. Pada tahun 2009 ini tempat produksi masih bercampur dengan dapur dan tempat
cuci di rumah. Bentuk kemasannya masih sangat sederhana, pemasarannya pun masih dalam
skala kecil seperti perkumpulan arisan dan PKK. Adapun sistem consigmen di toko oleh-oleh
namun jumlah return masih besar. Standar kesehatan yang dimiliki masih berupa sertifikat
kg/minggu. Perlengkapan produksi semakin baik dengan bantuan yang diperoleh dari BBP4B
KP-Balitbang KP, BBP2HP dan Direktorat Pengolahan hasil Dirjen P2HP KKP RI.produk telah
memiliki standar kesehatan berupa PIRT, sertfiikat halal dari MUI dan sertffiikat Merek dari
Kementrian Hukum dan HAM RI. Area pemasaran pun meluas antara lain Boyolali, Soloraya,
Pada tahun 2013-2016 skala produksi sudah mencapai 100 kg/minggu. Standar
kesehatan dan legalitas usahanya pun sudah lengkap. Untuk pemasaran, Poklahsar KWT
Ngudi Mulyo melakukan kerjasama dengan media masa seperi koran, radio dan televisi.
- Memperoleh penghargaan Adi bakti mina bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI
- Terpilihnya abon lele sebagai salah satu produk unggulan dalam program BRANDING
- Terpilihnya abon lele sebgai salah satu produk unggulan perikanan yang akan diberikan
sertiikat SNI dan difasilitasi sepenuhnya oleh Direktorat Pengolahan Hasil Dirjen P2HP
Poklahsar KWT Ngudi Mulyo pada awalnya beralamat di Dukuh Karangkepoh desa
Tanjungsari bertempat di rumah Ibu Eka Supriyarin. Tapi sejak awal 2013 pindah ke lokasi
pengolahan yang dibangun ditanah kas desa yang dibiayai oleh dana ND PNPM MANDIRI
perkotaan yang beralamat di Dukuh Jongkangan kawasan Mina Politan desa Tanjungsari,
mina politan kampung lele kecamatan Sawit kabupaten Boyolali. Lingkungan sekitar tempat
produksi adalah daerah perdesaan dengan banyak sawah dikelilingnya. Di belakang bangunan
pengolahan terdapat kolam budidaya lele namun sekarang sudah tidak lagi digunakan.
Tempat usaha pembuatan produk di UKM ini berada di bangunan dengan ukuran 5 x 12
m2. Bangunan tersbut terbagi menjadi beberapa ruangan diantaranya gudang, ruang
penerimaan bahan baku beserta ruanng pencucian (ruang produksi I), ruang produksi II, ruang
penyimpanan, ruang packaging, dan ruang display produk beserta penerimaan tamu. Antara
ruangan dibatasi oleh pintu dan tirai pemisah. Poklahsar KWT Ngudi Mulyo ini juga dilengkapi
dengan fasilitas musholla yang berada di dalam bangunan dan kamar mandi yang dibangun
terpisah dengan bangunan tempat produksi. Konstruksi bangunan Poklahsar KWT Ngudi Mulyo
terbuat dari batu bata, dengan lantai dari keramik, dinding dari batu bata, ventilasi udara yang
Tenaga kerja pada Poklahasar KWT Ngudi Mulyo tergolong pada kelompok tenaga kerja
tetap. Pegawai Poklahsar KWT Ngudi Mulyo bekerja setiap hari Senin hingga Sabtu sedangkan
pada hari Minggu libur. Jam kerja di Poklahsar ini dari jam 08.00 hingga jam 16.30 WIB tetapi
disaat saat tertentu bisa lebih dari jam tersebut. Misalnya saja saat ada pesanan produk dalam
jumlah besar. Sistem pembagian kerjanya sudah ditetapkan untuk masing-masing bagian
namun sifatnya tidak kaku. Pembagian tugas menjadi sangat kondisional bergantung pada
kondisi lapang pada saat bekerja. Sehingga pegawai dengan bagian tertentu dapat membantu
Sistem pemberian upah di Poklahsar KWT Ngudi Mulyo dilaksanakan tiap akhir bulan.
Setiap pegawai di Poklahsar KWT Ngudi Mulyo mendapatkan upah Rp. 500.000,00 per
bulan .Jika di bandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Boyolali yaitu
sebesar Rp 1.197.800,00 upah yang didapatkan oleh pegawai di Poklahsar KWT Ngudi Mulyo
Selain gaji pokok, Poklahsar KWT Ngudi Mulyo juga memberikan uang lembur. Uang
lembur dihitung jika pegawai bekerja melebihi jam kerja yaitu pukul 08.00 sampai dengan pukul
16.30 WIB. Hitungan uang lembur yang diberikan kepada pegawai yaitu hitungan jam, uang
lembur yang diberikan sebesar Rp. 5000,00/ jam. Tenaga kerja juga mendapatkan uang
Tunjangan Hari Raya apabila menjelang hari raya idul fitri. Fasilitas yang didapatkan oleh
pegawai berupa fasilitas mushollah dan kamar mandi yang bersih. Pegawai juga mendapatkan
makan siang ketika jam istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB
Dalam menjalankan suatu unit usaha, baik skala kecil maupun skala besar diperlukan
adanya struktur organisasi yang jelas. Dengan adanya pengorganisasian diharapakan tugas
pokok dan fungsi masing-masing personal dapat diketahui. Alur pertanggungjawaban pun akan
lebih mudah dipahami sehingga dapat menghindari tugas yang saling berbenturan. Bentuk
usaha dari KWT ngudi Mulyo sendiri adalah Poklahsar, dimana kepanjangan dari Poklahsar
sebdiri adalah kelompok pengolah dan pemasar. Sebagaimana Poklahsar yang lain, Poklahsar
KWT Ngudi Mulyo juga mempunyai susunan organisasi usahayang diketuai oleh Ibu Eka
Supriyatin. Ibu Eka Supriyatin menjadi ketua dikarenakan pada awal berdirinya Poklahsar KWT
Ngudi Mulyo, modal yang digunakan adalah dana pribadi Ibu Eka. Susunan organiasasi dapat
a Ketua
Ketua merupakan pemimpin sekaligus pemilik dari usaha yang memiliki tanggung jawab
paling besar atas keberlangsungan Poklahsar KWT Ngudi Mulyo. Ketua bertugas untuk
mengadakan perencanaan, perorganisasian dan memberi perintah kepada bawahan. Selain itu
b Sekretaris
tanggungjawab bendahara.
c Bendahara
Bendahara memiliki wewenang untuk mengatur keuangan usaha. Setiap ada uang yang
masuk dan keluar akan dicatat pada buku khusus. Pencatatan berbagai nota setiap bulan
direkap agar terlihat jelas pengeluaran dan pemasukan usaha. Meskipun memiliki wewenang
atas keuangan usaha namun bendahara harus tetap berkonsultasi pada pimpinan atau ketua
usaha.
d Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab atas kelangsungan proses produksi. Bagian ini
harus memastikan bahan utama dan bahan tambahan yang digunakan tersedia juga alat-alat
yang digunakan dalam keadaan baik untuk beroperasi sehingga proses produksi dapat berjalan
dengan baik. Selain itu, melakukan control agar tidak ada kesalahan. Produk olahan lele harus
dijaga agar tetap sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
e Pengemasan
ikan lele yang telah matang. Pengemasan dilakukan dengan mesin namun tetap ada kontrol
dari manusia. Bagian ini harus dipastikan olahan ikan lele terkemas dengan baik dan rapi serta
f Pemasaran
diproduksi diantaranya melalui media cetak, media online dan pameran. Bagian pemasaran
dari penerimaan bahan baku hingga penyimpanan produk akhir.Ruang proses produksi berada
dalam satu gedung. Proses produksi ditunjang dengan beberapa prasarana produksi antara
lain:
Ruang produksi berlantaikan keramik secara keseluruhan, hal ini memudahkan dalam
pembersihan lantai. Dinding ruang produksi berupa tembok semen yang dicat warna putih dan
dilapisi keramik satu setengah meter dari dasar lantai. Tujuan pelapisan keramik pada dinding
ini juga untuk mempermudah saat dinding dibersihkan mengingat dinding akan sering
Ruang produksi juga terdapat tempat cuci kaki dan tempat cuci tangan (wastafel).
Tempat cuci kaki ini terletak di pintu masuk utama bangunan produksi untuk menjaga
kebersihan kaki pekerja sebelum masuk ruangan produksi. Sedangkan untuk wastafel, hanya
ada 2 buah yang terletak di ruang penanganan bahan baku dan ruang produksi. Pada setiap
Tempat cuci peralatan digunakan untuk mencuci peralatan yang telah digunakan dalam
proses pembuatan otak-otak dan kaki naga ikan lele. Terdapat 1 tempat cuci peralatan yang
dekat pada tempat penanganan bahan baku. Pada tempat cuci peralatan tidak ada kemiringan
4. Saluran pembuangan
produksi. Saluran terletak dibawah lantai ruang produksi yang langsung mengarah ke tempat
pembuangan limbah cair, dimana kemiringan saluran pembuangan sudah dibuat atau didesain
sedemikian rupa sehingga air cucian atau limbah cair dari sisa produksi dapat berlangsung