Anda di halaman 1dari 19

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen memiliki keunggulan dari sektor pertanian tanaman

pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan, industri,

perdagangan, pertambangan. Tanaman pangan yang berkembang dan telah

diusahakan di Kabupaten Bireuen adalah padi, palawija, dan lain-lain yang sejenis.

Wilayah Kecamatan yang potensial dan menjadi penghasil padi terbesar adalah

Kecamatan Jeunieb, Peusangan, Samalanga, Simpang Mamplam dan Jangka.

Kabupaten Bireuen juga terkenal sebagai penghasil komoditi palawija yang

handal. Kecamatan penghasil utama palawija adalah Kecamatan Peusangan,

Makmur, Jangka, Kuala dan Kecamatan Kuta Blang. Jenis palawija yang diusahakan

masyarakat adalah kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi

jalar.

Tabel 6. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di
Kabupaten Bireuen Tahun 2012

Komoditi Luas Tanah (%) Luas Panen (%) Produktivitas (%) Produksi (%)
(Ha) (Ha) (Kw Ha) (Ton)
2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009
Padi 35884 37918 98,27 37186 37606 101,13 49,90 50,81 101,82 185,6 191 102,97

Kedelai 28671 23136 80,85 21017 21046 100,14 15,73 16,04 101,97 33,06 33,76 102,11

Jagung 2107 2619 124,30 791 1374 173,70 25,39 25,68 101,14 2008 3528 175,70

Kacang tanah 299 217 75,58 334 198 59,28 15,63 16,52 105,69 522 327 62,64

Kacang Hijau 346 214 61,85 411 224 54,50 17,74 18,13 102,20 729 406 55,69

Ubi Kayu 403 411 101,99 384 348 90,63 179,71 178,74 99,46 9601 6220 90,13

Ubi Jalar 92 111 120,65 104 102 98,08 97,95 97,95 100,07 1018 999 98,13

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bireuen


Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa semua komoditi tanaman pangan

mengalami fluktuasi baik luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas.
33

Produksi dan produkivitas padi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,97 %

dan 1,82 % dibandingkan tahun 2008. Hal ini disebabkan karena kesesuaian jadwal

tanam yang telah disepakati sebelumnya dan berkurangnya serangan hama dan

penyakit tanaman. Untuk tanaman kedelai terjadi peningkatan baik produksi maupun

produktivitasnya yaitu produksinya naik 2,11 % dan produktivitasnya naik 1,97 %,

hal ini disebabkan karena jadwal tanam yang sesuai dengan kondisi iklim pada

musim tanam selama tahun 2012.

Komoditi jagung produksinya mengalami kenaikan sekitar 75,70 % tetapi

produktivitasnya sedikit mengalami peningkatan yaitu 1,14 %. Hal ini disebabkan

karena pemanenan muda tanaman jagung lebih sedikit dari tahun 2008, untuk tahun

2012 pemanen muda hanya dilakukan di Kecamatan Kuala seluas 3 Hektar.

Kabupaten Bireuen memiliki beberapa jenis tanaman perkebunan yang di

usahakan oleh masyarakat. Beberapa komoditi yang banyak di budidayakan antara

lain pinang, kakao, kelapa dalam dan kelapa sawit. Komoditas pinang banyak

ditanam di Kecamatan Peudada, Peusangan, Peusangan Siblah Krueng dan Jeunieb.

Untuk komoditas kelapa sawit dominan dijumpai di Kecamatan Peusangan Siblah

Krueng dan Peulimbang. Komoditas kakao banyak dijumpai di Keamatan Peudada,

Peusangan Selatan, Simpang Mamplam, Jeunieb, Jeumpa, Kuta Blang dan Makmur,

sedangkan komoditas kelapa dalam banyak di jumpai di Kecamatan Juli, Peusangan

Selatan dan Simpang Mamplam.

Kabupaten Bireuen memiliki potensi di Sub Sektor Peternakan. Hal ini

terlihat dari banyaknya ternak, baik ternak besar (sapi dan kerbau) maupun ternak

kecil (kambing dan domba) yang dihasilkan oleh masyarakat. Hampir seluruh
34

kecamatan yang ada memiliki usaha-usaha peternakan sebagai usaha sampingannya.

Dengan memperhatikan potensi lahan yang tersdia di Kabupaten Bireuen, usaha

peternakan masih sangat relavan untuk di kembangkan terutama ternak sapi dan

kambing sehingga produksinya diharapkan mampu memenuhi permintaan

masyarakat akan daging, baik pada tingkat lokal maupun kebutuhan pasar regional

dan internasional. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7: Jumlah Ternak Dalam Kabupaten Bireuen Tahun 2012

No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Burung

1. Samalanga 3.989 232 4.000 187 412


2. Simpang Mamplam 2.354 373 5.839 904 616
3. Pandrah 3.997 1.350 4.162 523 980
4. Jeunieb 5.745 780 5.968 2.271 812
5. Peulimbang 3.846 274 3.325 510 621
6. Peudada 7.139 662 5.124 1.242 1820
7. Juli 6.047 327 2.200 171 1937
8. Jeumpa 4.153 293 2.694 937 381
9. Kota Juang 3.285 280 2.500 567 781
10. Kuala 2.911 139 2.018 437 365
11. Jangka 3.873 588 3.024 1.238 279
12. Peusangan 4.746 291 4.888 1.754 333
13. Peusangan Selatan 5.222 566 2.158 1.020 398
14. Peusangan Sb. Krueng 4.157 280 3.097 710 378
15. Makmur 4.172 593 2.197 2.025 612
16. Gandapura 5.279 493 5.277 3.509 852
17. Kuta Blang 4.424 298 2.907 760 219

Jumlah 75.339 7.819 61.378 18.765 11.796

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012

Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten

Bireuen. Aktivitas di sektor ini terkosentrasi dalam bentuk perikanan tangkap dan

budi daya. Upaya pembangunan perindustrian di Kabupaten Bireuen terus di

tingkatkan, terutama yang dapat menunjang sektor pertanian. Untuk Kelompok

industri terdapat 2.327 unit usaha (formal dan non formal). Beberapa jenis industri
35

kecil / industri rumah tangga yang terdapat di Kabupaten Bireuen termasuk dalam

kelompok industri kimia, industri agro, industri hasil hutan dan industri logam.

Untuk Usaha industri kecil, yang paling banyak di tekuni masyarakat antara

lain industri garam rakyat, pembuatan kue kering, minyak kelapa, pembuatan

perabot, batu bata dan pembuatan kosen ketam. Di Kabupaten Bireuen juga terdapat

beberapa industri menengah antara lain industri karo seri mobil. Usaha ini telah di

kenal baik oleh konsumen luar daerah, terutama dalam hal kualitas (model) dan daya

saing di pasaran yang sejenis.

Aktifitas perdagangan berperan penting dalam ekonomi suatu daerah,

terutama sebagai pendistribusian atau pemasaran berbagai hasil produksi dan juga

sebagai penyedia barang-barang kebutuhan masyarakat. Kegiatan perdagangan di

Kabupaten Bireuen terus meningkat, hal ini sangat dirasakan sejak Bireuen menjadi

daerah yang otonom dan berpisah dari Kabupaten Aceh Utara.

Kabupaten Bireuen memiliki kandungan potensi bahan galian yang relatif

menonjol. Bahan-bahan galian yang banyak dijumpai didaerah ini antara lain batu

andesit, pasir dan batu (sirtu), pasir sungai, kerikil, batu kali, batu koral, tanah liat,

batu kapuk, batu apung dan batu gunung. Sebagian besar dari potensi bahan galian

ini telah di garap oleh pelaku usaha penambangan seperti batu andesit, sirtu, pasir

sungai, batu kali, batu gunung dan lain-lainnya.

Salah satu indikator kinerja pembangunan suatu daerah diukur melalui

indikator-indikator makro ekonomi yang secara umum telah diakui dan

diberlakukan. Pencapaian perekonomian suatu daerah merupakan gambaran dari

prestasi pemerintahan daerah dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerah

tersebut , serta prestasi dalam mengatasi kendala-kendala yang ada di daerah.


36

Indikator pencapaian pembangunan ekonomi yang secara umum diakui adalah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan

tingkat inflasi.

Aktifitas produksi dikelompokkan kedalam tiga kegiatan yaitu primer,

sekunder dan tersier. Berdasarkan survey data sementara dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bireuen dan Bappeda Kabupaten Bireuen, kegiatan primer (yang terdiri

dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, perkebunan, pertambangan

dan penggalian) merupakan kegiatan terbesar penyusun PDRB pada kurun waktu

2005-2012 berkisar antara 48,45 hingga 49,93 persen.

Dalam kurun waktu yang sama PDRB berdasarkan harga konstan

berdasarkan struktur ekonomi daerah 9 (sembilan) sektor yaitu : pertanian (44,88

%), pertambangan dan penggalian (1,23 %), Industri pengolahan (1,57 %), listrik

gas dan air bersih (0,44 %), konstruksi (7,70 %), sektor perdagangan, hotel dan

restoran (25,05 %), pengangkutan dan komunikasi (7,75 %), sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan (1,81 %) dan sektor jasa-jasa lainnya (9,53 %).

4.1.2. Kota Juang

Penelitian ini dilakukan di Kota Juang dengan ibukota Bireuen. Luas

wilayahnya 332,04 km2. Jumlah penduduk di kecamatan ini adalah 47.043 jiwa

dengan jumlah laki-laki sekitar 22.830 jiwa dan perempuan 24.213 jiwa. Batas

kecamatan antara lain:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Kuala

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Juli

3. Sebelah Barat : Kecamatan Jeumpa


37

4. Sebelah Timur : Kecamatan Peusangan

Distribusi frekuensi penduduk di Kecamatan Kota Juang berdasarkan agama

dilihat berdasarkan persentase tertinggi pada penduduk yang beragama Islam yaitu

98,1% dibandingkan penduduk yang beragama Kristen yaitu 0,9%, beragama Hindu

yaitu 0,7% dan beragama Buddha yaitu 0,2%. Distribusi frekuensi penduduk di

Kecamatan Kota Juang berdasarkan pendidikan tertinggi persentasenya pada

pendidikan menengah yaitu 59,9% dibandingkan pendidikan rendah yaitu 37,2%

dan akademi/PT yaitu 2,9%.

4.1.3. UD Aneka Satwa

UD Aneka Satwa merupakan salah satu usaha dagang terletak di Jalan Jati

No 59 Bireuen yang berdiri sejak 2005 dan memiliki banyak pelanggan. UD Aneka

Satwa menyediakan berbagai jenis burung, pakan burung, pakan ikan dan sangkar

burung serta beberapa perlengkapan ternak unggasa. Salah satu jenis pakan yakni

jangkrik telah dijual UD Aneka Satwa sejak tahun 2007. UD Aneka Satwa memiliki

seorang karyawan. UD Aneka Satwa memiliki beberapa kelebihan dibandingkan UD

yang serupa, karena UD Aneka Satwa memiliki jumlah barang dan perlengkapan

ternak yang lengkap, harga yang ditawarkan lebih murah dari toko lain di Bireuen

atau di Peusangan, beberapa jenis barang yang dijual adalah hasil olahan sendiri,

hingga pedagang dapat menjual dengan harga yang rendah.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden menggambarkan identitas responden dari usia, jenis

kelamin, status, pendidikan terakhir, penghasilan tetap responden perbulan, dan


38

harga pembelian jangkrik dari peternak/agen. Hasil tabulasi data dari kegiatan

pembagian kuesioner terhadap 100 responden yang dipilih, disajikan pada Tabel

berikut.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen Persen Kumulatif


Pria 88 88.0 88.0
Wanita 12 12.0 100.0
Total 100 100.0 188.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa berjenis kelamin pria, sebanyak 88

orang atau 88% sedangkan sisanya adalah responden wanita sebanyak 12 orang

(12%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


39

Usia Frekuensi Persen Persen Kumulatif


< 30 Tahun 30 30.0 30.0
31-35Tahun 46 46.0 76.0
36-40 Tahun 12 12.0 88.0
> 40 Tahun 12 12.0 100.0
Total 100 100.0 294.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki rentang usia antara 31-35

tahun, yakni sebanyak 46 orang (46%), menyusul responden dengan rentang usia <

30 tahun sebanyak 30 orang (30%), sisanya responden dengan rentang usia 36-40

tahun dan > 40 tahun masing-masing sebanyak 12 orang (12%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persen Persen Kumulatif


SD 1 1.0 1.0
SMP 15 15.0 16.0
SMU 76 76.0 92.0
D3/AKADEMI 2 2.0 94.0
S1 6 6.0 100.0
S2 - - -
Total 100 100.0 303.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa berlatar pendidikan lulusan SMU

dengan jumlah sebanyak 76 orang (76%), menyusul lulusan SMP sebanyak 15 orang
40

(15%) dan lulusan S1 sebanyak 6 orang (6%), lulusan D3/Akademi sebanyak 2

orang (2%), sisanya lulusan SD sebanyak 1orang (1%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Penghasilan/Bulan Frekuensi Persen Persen Kumulatif


< 500.000 27 27.0 27.0
500.000-1.000.000 1 1.0 28.0
1.000.000-2.000.000 66 66.0 94.0
2.000.000-5.000.000 6 6.0 100.0
Total 100 100.0 249.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki penghasilan sebanyak Rp.

1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,- per bulan yaitu sebanyak 66 orang (66%).

Menyusl responden dengan penghasilan bulanan di bawah Rp. 500.000,- sebanyak

27 orang (27%), dan responden dengan penghasilan bulanan Rp 2.000.000- Rp.

5.000.000,- sebanyak 6 orang (6%), sisanya responden dengan penghasilan Rp.

500.000 - Rp. 1.000.000 sebanyak 1 orang (1%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Pembelian Jangkrik

Karakteristik responden berdasarkan harga pembelian jangkrik dapat dilihat

pada Tabel berikut:


41

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Pembelian Jangkrik

Harga Pembelian Frekuensi Persen Persen Kumulatif


18.000/Gram/Grade A 33 33.0 33.0
21.000/Gram/Grade B 62 62.0 95.0
36.000/Gram/Grade C 5 5.0 100.0
Total 100 100.0 248.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa dengan harga pembelian Rp.

21.000/gram/Grade B dengan jumlah sebanyak 62 orang (62%), menyusul

responden dengan harga pembelian jangkrik Rp. 18.000/gram/Grade A, sebanyak 33

orang (33%), dan sisanya responden dengan harga pembelian jangkrik Rp.

36.000/gram/Grade A, sebanyak 5 orang (5%)

4.2.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu harga (X1), pendapatan

konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) terhadap permintaan jangkrik (Y) maka

dilakukan analisis data melalui formulasi regresi linier berganda. Persamaan regresi

yang dipergunakan adalah : Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara

terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Regresi thit Signifikansi


Constant (a) 13,943 6.113 .000
42

Harga Pakan (X1) 0,693 11.412 .000


Pendapatan Konsumen (X2) 0,325 3.962 .000
Kualitas Pakan (X3) 0,166 2.303 .023
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel di atas dapat diperoleh persamaan regresi hasil estimasi

adalah sebagai berikut :

Y = 13,943 + 0,693 X1 + 0,325 X2 + 0,166 X3

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Koefisien regresi variabel Harga (X1) = 0,693

Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi harga

(X1) sebesar 0,693 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Artinya setiap

100% perubahan dalam variabel harga akan mempengaruhi permintaan jangkrik

sebesar 69,3 % dengan asumsi variabel pendapatan konsumen (X 2), dan kualitas

pakan (X3) di anggap konstan. Artinya apabila harga yang dimiliki semakin

kompetitif, akan memberi pengaruh terhadap peningkatan permintaan jangkrik

pada UD. Aneka Satwa.

b. Koefisien regresi variabel Pendapatan Konsumen (X2) = 0,325

Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi

Pendapatan Konsumen (X2) sebesar 0,325 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel pendapatan konsumen

akan mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 32,5% dengan asumsi variabel

harga (X1), dan kualitas pakan (X3) di anggap konstan. Artinya apabila

pendapatan konsumen semakin baik, akan memberi pengaruh terhadap

peningkatan permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa.

c. Koefisien regresi variabel Kualitas Pakan (X3) = 0,166


43

Koefisien regresi Kualitas Pakan (X3) sebesar 0,166 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,000. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel kualitas pakan

akan mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 16,6% dengan asumsi variabel

harga (X1) dan pendapatan konsumen (X2) di anggap konstan. Artinya apabila

kualitas pakan yang dijual semakin baik, maka akan lebih berpengaruh terhadap

peningkatan permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel

yang diteliti, variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan jangkrik pada

UD. Aneka Satwa adalah harga (X1), dimana setiap kenaikan/ penurunan harga akan

mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 69,3%. Hal ini mengindikasikan bahwa

harga merupakan hal yang utama yang diperhatikan oleh konsumen sebelum

memutuskan untuk membeli.

4.2.3. Analisis Koefesien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui tingkat keeratan antar variabel dan besarnya pengaruh

harga pakan, pendapatan konsumen dan kualitas pakan terhadap permintaan pakan

dalam bentuk presentase maka digunakan pula pengujian koefisien korelasi (R) dan

koefisien determinasi (R2) yang disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 14. Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
44

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
1 .799a .639 .628 2.476
a. Predictors: (Constant), Harga, Pendapatan Konsumen, Kualitas Pakan
b. Dependent Variable: Permintaan Jangkrik
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

1. Koefisien Korelasi (R)

Berdasarkan dari output pengolah data SPSS ver. 17.0 diperoleh nilai

koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,799. Hal ini berarti

terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar

79,9%. Artinya permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki hubungan

yang kuat dengan harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3).

Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:287) yang mengemukakan apabila

nilai interval koefisien korelasi berada pada rentang 0,6 s.d 0,79, maka tingkat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dinyatakan

memiliki korelasi kuat.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,639. Hal ini

berarti bahwa sebesar 63,9% permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa (variabel

dependen) di pengaruhi oleh harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas

pakan (X3). Sisanya 36,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model penelitian ini, misalnya faktor lingkungan, kondisi ekonomi, dan lain-

lain.

4.2.4. Pengujian Hipotesis


45

1. Pengujian Secara Simultan (Uji-F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor

harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) secara simultan.

Untuk menguji kebenaran hipotesis, dilakukan uji F. Uji F ini dilakukan dengan

membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung >F tabel maka persamaan regresi

dan koefisien korelasinya signifikan sehingga H0 di tolak dan Ha diterima.

Untuk membuktikan hipotesis yang telah diturunkan mengenai pengaruh

harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) terhadap permintaan

jangkrik (Y) secara simultan, maka dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 15. Hasil Uji F

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1042.343 3 347.448 56.687 .000a
Residual 588.407 96 6.129
Total 1630.750 99
a. Predictors: (Constant), Kualitas Pakan, Harga Pakan, Pendapatan Konsumen
b. Dependent Variable: Permintaan Jangkrik
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)

diperoleh nilai Fhitung sebesar 56,687 lebih besar daripada nilai F tabel (2,70) pada

tingkat signifikansi 0,000 sehingga hipotesis Ha diterima dan hipotesis Ho di tolak.

Hal ini berarti bahwa harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan

(X3) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap permintaan jangkrik

pada UD. Aneka Satwa.

2. Pengujian Secara Parsial (Uji-t)


46

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jangkrik pada UD. Aneka

Satwa secara parsial dapat dilihat dari hasil uji- t dengan pengujian dua pihak. Hasil

pengujian statistik menunjukkan nilai thitung sebesar 11,412 untuk variabel harga, nilai

thitung untuk variabel pendapatan konsumen sebesar 3,962 dan nilai thitung untuk

variabel kualitas pakan sebesar 2,303 pada tingkat signifikansi 95% dengan

pengujian dua pihak sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,984 pada df =96 (n-k

=100-4=96; dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah keseluruhan

variabel yang diteliti). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ringkasan pengujian

hipotesis pada tabel di bawah ini.

Tabel 16. Hasil Uji t

Variabel thitung ttabel Probabilitas Keterangan Arah


Harga (X1) 11.412 1,984 0,000 Signifikan Positif
Pendapatan 1,984 0,000 Signifikan Positif
3.962
Konsumen (X2)
Kualitas Pakan (X3) 2.303 1,984 0,023 Signifikan Positif
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung >t tabel pada pengujian

dua pihak (α/2 = 0,025). Oleh karena itu hipotesis Ha diterima dan hipotesis Ho di

tolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial harga (X1), pendapatan konsumen (X2),

dan kualitas pakan (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan jangkrik

pada UD. Aneka Satwa.

4.3. Pembahasan
47

Harga pakan berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik, Harga

sebenarnya merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi dan

selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang

bersangkutan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan

suatu usaha, baik yang berkaitan dengan kegiatan penjualan, ataupun aspek

keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu usaha .Berdasarkan hasil analisis data,

pada pengujian regresi linier berganda diperoleh : Y =13,943 + 0,693 X 1 + 0,325 X2

+ 0,166 X3. Dari ketiga faktor yang diteliti, faktor yang paling dominan

mempengaruhi permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen adalah harga

(X1), dimana setiap kenaikan/penurunan harga akan berpengaruh terhadap

permintaan jangkrik sebesar 69,3%. Dan sisanya 30,7% merupakan pengaruh dari

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa

harga merupakan hal yang utama yang diperhatikan oleh konsumen sebelum

memutuskan untuk membeli.

Pendapatan konsumen berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik. Hal

ini sejalan dengan penelitian Arnett (2011). Naiknya permintaan jangkrik, maka

peternak tidak membiarkan begitu saja kesempatan untuk memperoleh keuntungan

dengan membudidayakan jangkrik dengan intensif karena dengan waktu yang relatif

singkat untuk memelihara jangkrik sudah mendapat keuntungan yang berlipat ganda.

Dari hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai r2 sebesar 0,639. Hal ini

berarti bahwa sebesar 63,9% permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa (variabel

dependen) dipengaruhi oleh harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas

pakan (X3). Sisanya 36,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
48

dalam model penelitian ini, misalnya merk, distribusi, lingkungan, kondisi ekonomi,

dan lain-lain. Hasil pengujian koefisien korelasi diperoleh r sebesar 0,799 atau

79,9%. Artinya permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen memiliki

hubungan yang sangat kuat dengan harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan

kualitas pakan (X3).

Kualitas pakan berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik pada UD Aneka

Satwa. Harga pakan berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik Hal ini

mengindikasikan, apabila kualitas pakan yang dijual semakin baik,maka akan lebih

berpengaruh terhadap peningkatan permintaan jangkrik pada UD Aneka Satwa. Dari

hasil pengujian hipotesis secara simultan (Uji-F) diperoleh nilai Fhitung sebesar

56,687 dan nilai Ftabel sebesar 2,70 pada tingkat signifikansi F sebesar 0,000 lebih

kecil dari sig (α=0.05) sehingga hipotesis Ha diterima dan Ho di tolak. Selain itu,

dari hasil pengujian hipotesis secara parsial (Uji-t) diperoleh nilai thitung pada masing-

masing variabel sebesar 11,412 (harga); 3,962 (pendapatan konsumen); dan 2,303

(kualitas pakan) lebih besar dari nilai ttabel 1,984 sehingga hipotesis Ha diterima dan

Ho ditolak yang berarti bahwa baik secara simultan maupun secara parsial harga

(X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen.

BAB V
49

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Harga pakan berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik, dimana setiap

kenaikan/penurunan harga akan berpengaruh terhadap permintaan jangkrik

sebesar 69,3%. Hal ini mengindikasikan bahwa harga merupakan hal yang

utama yang diperhatikan oleh konsumen sebelum memutuskan untuk

membeli.

2. Pendapatan konsumen berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik ,Hal ini

menunjukkan bahwa 32,5% permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa

Bireuen (variabel dependen) di pengaruhi oleh variabel harga (X1), pendapatan

konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3).

3. Kualitas pakan berpengaruh terhadap permintaan Jangkrik pada UD Aneka

Satwa sebesar 16,6%, Hal ini mengindikasikan, apabila kualitas pakan yang

dijual semakin baik,maka akan lebih berpengaruh terhadap peningkatan

permintaan jangkrik pada UD Aneka Satwa.

5.2. Saran -Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Pedagang pakan burung, terutama produsen jangkrik dalam memasarkan

hasil produksi jangkrik hendaknya lebih memberikan harga yang kompetitif


50

karena harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi permintaan suatu

produk.

2. Pemerintah, khususnya melalui pihak Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Bireuen, hendaknya lebih mengapresiasi masyarakat, khususnya

pedagang jangkrik melalui transfer teknologi budidaya jangkrik agar hasil

yang dapat diproduksi oleh pedagang menjadi lebih maksimal.

3. Peneliti lainnya, diharapkan dapat memperluas variabel pengamatan di luar

variabel yang diukur oleh peneliti pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai