Anda di halaman 1dari 12

CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

POTENSI AGRIBISNIS USAHA TANI KELAPA


DI KABUPATEN SUMENEP

Imra’atut Tamimah, Ika Fatmawati, Arfinsyah Hafid Anwari


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,
Universitas Wiraraja Sumenep
e-mail: ika_agribisnis@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kelapa adalah salah satu komoditas di Wilayah Nusantara yang paling luas penyebarannya. Kelapa
merupakan bagian yang melekat di kehidupan masyarakat dengan peran yang berbeda-beda, peran
kelapa yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial dan budaya hingga untuk kepentingan ekonomi,
sehingga kelapa dijuluki tree oflife, pohon kehidupan. Penelitian ini bertujuan yaitu : (1). Untuk
mengetahui potensi sumber daya agribisnis kelapa di Kabupaten Sumenep. (2). Untuk mengetahui
potensi pasar agribisnis kelapa di Kabupaten Sumenep. Penentuan lokasi penelitian dilaksanakan
secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Sumenep adalah
salah satu Daerah sentra produksi kelapa dengan produktivitas yang terus meningkat dari tahun ke
tahun. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data
sekunder, yaitu data yang didapat secara tidak langsung melalui pelantara seperti data yang
diambil dari literatur dan lembaga-lembaga terkait yang mempunyai hubungan dengan penelitian
ini. Metode analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yang meliputi
analisis LQ, trend permintaan dan trend penawaran. Hasil analisis menunjukkan Sumber daya
agribisnis tanaman kelapa di Kabupaten Sumenep memiliki potensi sebagai basis pertumbuhan dan
memiliki keunggulan komparatif sehingga hasilnya selain bisa untuk memenuhi kebutuhan seluruh
Kabupaten Sumenep juga bisa dikirim keluar Wilayah Kabupaten Sumenep. Potensi pasar
agribisnis dapat terlihat dari penawaran dan permintaan kelapa di Kabupaten Sumenep pada tahun
2016 diperkirakan mencapai sebesar 43.069 ton dan 5.550 ton. Produksi kelapa mampu memiliki
surplus (kelebihan) penawaran yang memenuhi di Kabupaten Sumenep.

Kata Kunci: Kelapa, LQ, Trend Penawaran, Trend Permintaan

PENDAHULUAN Jateng, Jabar, Sulteng, Sulsel,


Lampung, Jambi dan Maluku.
Kelapa (Cocos nucifera) Indonesia merupakan negara
adalah industri atau tanaman sebagai produsen terbesar didunia,
perkebunan yang berupa pohon kelapa Indonesia menjadi ajang
batang lurus dari famili Palmae. Di bisnis raksasa mulai dari pengadaan
negara-negara Asia banyak terdapat sarana produksi (bibit, pupuk,
kelapa dengan menghasilkan pestisida, dll); aktivitas
52.127.000 ton (85,32%) produksi penunjangnya (keuangan, irigasi,
kelapa dalam bentuk segar di dunia transportasi, perdagangan, dan lain-
dengan luas ± 9.361.000 ha (2008). lain) dan proses produksi,
Di dunia Indonesia merupakan pengolahan produk kelapa (turunan
negara penghasil kelapa pada urutan dari daging, tempurung, sabut, kayu,
ke-2 menurut data rata-rata Food lidi, dan nira).
Agricultural Organization 2004-2008 Kelapa adalah salah satu
yang tersebar di Riau, Sulut, Jatim, komoditas di Wilayah Nusantara
yang paling luas penyebarannya.

15
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Kelapa merupakan bagian yang mencapai Rp 4,5 triliun jika per butir
melekat di kehidupan masyarakat seharga Rp 3.000 . Kabupaten
dengan peran yang berbeda-beda, Sumenep dikenal sebagai sentra
peran kelapa yaitu untuk memenuhi produksi kelapa dan juga telah
kebutuhan sosial dan budaya hingga ditetapkan sebagai musium kelapa
untuk kepentingan ekonomi, Jawa Timur, karena banyaknya
sehingga kelapa dijuluki tree oflife, keanekaragaman varietas kelapa
pohon kehidupan. yang ada di Kabupaten Sumenep.
Salah satu daerah penghasil Berdasarkan laporan tahunan data
komoditi kelapa yang cukup besar di statistik perkebunan produksi kelapa
Jawa Timur adalah Kabupaten di Kabupaten Sumenep sebesar
Sumenep. Per tahun menghasilkan 40.601,70 kg dan luas panen
1,5 miliar butir kelapa dari luas areal mencapai 31.936,89 hektar (BPS,
300 ribu hektare. Nilai ekonomis 2015).
produksi kelapa Jawa Timur total

Tabel 1. Data Kelapa di Kabupaten Sumenep Tahun 2014.


No Kecamatan Produksi Luas Panen Produktivitas
(kg) (Ha) ( Kg / Ha )
1 2 3 4 5
1 Pragaan 1.555,74 1.183,26 1.314,79
2 Bluto 1.913,51 1.477,84 1.294,80
3 Saronggi 1.132,56 875,23 1.294,01
4 Gili genting 193,67 148,45 1.304,61
5 Talango 151,72 117,00 1.296,75
6 Kalianget 248,06 187,86 1.320,44
7 Kota 638,26 491,15 1.299,53
8 Btatuan 334,17 245,28 1.399,11
9 Lenteng 2.371,86 1.841,86 1.287,76
10 Ganding 2.041,86 1.572,39 1.298,57
11 Guluk Guluk 2.087,13 1.600,61 1.303,96
12 Pasongsongan 1.584,51 1.222,00 1.296,66
13 Ambunten 1.550,70 1.193,99 1.298,76
14 Rubaru 1.265,27 971,28 1.302,68
15 Dasuk 1.495,09 1.146,58 1.303,95
16 Manding 1.226,02 943,34 1.299,65
17 Batu putih 928,91 732,98 1.267,30
18 Gapura 2.316,64 1.777,93 1.303,00
19 Batang Batang 2.947,00 2.258,39 1.304,91
20 Dungkek 2.212,13 2.038,45 1.085,20
21 Nunggunong 822,77 629,75 1.306,52
22 Gayam 774,86 594,53 1.303,32
23 Raas 2.393,38 2.198,79 1.088,50
24 Sapekken 2.734,10 2.118,30 1.290,70
25 Arjasa 2.010,66 1.543,96 1.302,28
26 Kangayan 1.005,21 768,23 1.308,47
27 Masalembu 2.665,91 2.057,47 1.295,72
Jumlah total 40.601,70 31.936,89 1.271,59
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2015.

16
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

pada semua bidang kehidupan,


Kabupaten Sumenep diantaranya yaitu dibidang ekonomi,
mempunyai keunggulan komperatif pangan, kesehatan, energi,
(comperative advantages) sebagai lingkungan, konstruksi, sosial
potensi investasi yang cukup budaya, seni dan kerajinan, serta
menjanjikan yang bisa pariwisata.
dikembangkan oleh masyarakat. Pada umumnya petani
Sebagian besar masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan,
bekerja terkonsentrasi disektor wawasan, dan ekonomi yang masih
primer, banyak kesempatan yang rendah sehingga hal tersebut sangat
bisa digarap menjadi suatu komoditi mempengaruhi perkembangan usaha
yang cukup menjanjikan, diantaranya tani kelapa, demikian pula dengan
adalah orientasi agribisnis. Secara asal muasal dari kebun tersebut.
ekonomis, produk-produk sektor Petani yang mendapatkan kebun
primer dapat diproses dengan secara kelapa dari warisan biasanya hanya
agribisnis, memiliki nilai jual yang memungut hasilnya saja, tidak akan
relatif lebih tinggi dibandingkan memperdulikan pemeliharaannya.
dengan produk barang primer. Proses Berbeda halnya dengan petani yang
produksi yang terstandarisasi membangun kebun kelapa dengan
berdampak langsung pada nilai menanam sendiri biasanya mereka
tambah atas produk yang mengurus kebunnya dengan baik.
bersangkutan sehingga akhirnya Keadaan yang demikian diperburuk
berdampak pada peningkatan harga lagi oleh karakter yang dimiliki
jual dan keuntungan produsennya. tanaman kelapa. Dari luas areal
Meskipun potensinya begitu kelapa di Indonesia, kelapa dalam
besar, pada kenyataannya kelapa lokal dengan mempunyai proporsi
belum bisa menjadi komoditas 95,8% , dalam keadaan lingkungan
unggulan di Kabupaten Sumenep. tumbuh yang sesuai akan tetap
Bermacam permasalahan masih berbuah walaupun tidak dipelihara.
dirasakan di tingkat petani, industri Banyak karakter lain yang tidak
pengolah dan pada tingkat merangsang petani untuk
pemasaran. Beragam masalah yang melaksankan pemeliharaan.
dihadapi mulai dari teknis budidaya, Bermacam permasalahan yang
skala usaha, teknologi pengolahan, masih melingkupi usaha perkelapaan
pemasaran produk, sumber daya baik dari sektor hulu maupun hilir
manusia, akses permodalan, serta sektor industri dan jasa
infrastruktur, kesenjangan informasi penunjangnya belum diketahui
dan dukungan kebijakan. secara sempurrna potensi
Sumber daya kelapa perkembangan kelapa di Kabupaten
sesungguhnya perlu dioptimalkan Sumenep, maka dari itu perlu diatasi
pengelolaannya dan mempunyai dan dibenahi secara terkoordinasi
potensi yang sangat besar sehingga dan bersama secara baik.
kembali menjadi sebagai salah satu Berdasarkan kenyataan yang
motor penggerak perekonomian dikemukakan diatas, peneliti merasa
nasional. Kelapa mempunyaii tertarik dan menganggap perlu
kontribusi dan peran strategis hampir mengadakan penelitian yang berjudul

17
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

“Potensi Agribisnis Usahatani seperti data yang diambil dari


Kelapa di Kabupaten Sumenep” literatur dan lembaga-lembaga terkait
Adapun tujuan yang bisat yang mempunyai hubungan dengan
diperoleh dari penelitian ini adalah penelitian ini.
sebagai berikut: (1) Untuk
mengetahui potensi sumber daya Metode Analisis Data
agribisnis kelapa di Kabupaten Guna menguji tujuan yang
Sumenep. (2) Untuk mengetahui telah diajukan sebelumnya, maka
potensi pasar agribisnis kelapa di penelitian ini menggunakan Metode
Kabupaten Sumenep. Analisa Data sebagai berikut :
Metode analisa yang
METODELOGI PENELITIAN digunakan untuk menjawab tujuan
pertama menggunakan analisis
Lokasi Penelitian deskriptif. Analisis potensi sumber
Lokasi penelitian dilaksanaknn daya digunakan untuk mengetahui
secara sengaja (purposive sampling) potensi komoditas kelapa, untuk
(Nazir, 1989). Kabupaten Sumenep mengembangkan suatu komoditas
merupakan tempat dilakukannya pertanian sangat dibutuhkan
penelitian dengan pertimbangan dukungan sumberdaya alam,
Kabupaten Sumenep merupakan salah diantaranya sumber daya lahan,
satu Daerah sentra produksi kelapa sumber daya air, sumber daya
dengan produktivitas yang selalu manusia, dan dengan menggunakan
meningkat dari tahun ke tahun. Pada rumus LQ. Metode LQ (location
tahun 2015, luas areal tanaman kelapa quotient) ini digunakan untuk
di Kabupaten Sumenep adalah mengidentifikasi komoditas basis
31.936,89 hektar dan produksi dan bukan basis pangan pada suatu
kelapa di Kabupaten Sumenep Daerah. Teknik tersebut yaitu
sebesar 40.601,70 kg. membandingkan antara kemampuan
suatu Daerah dalam menghasilkan
Metode Penelitian suatu komoditas dengan Daerah lain
Metode deskriptif kuantitatif yang merupakan penghasil
merupakan metode yang digunakan komoditas yang sama.
dalam penelitian ini. Metode Konsep tersebut bisa
deskriptif adalah metode yang diformulasikan sebagai berikut
memberikan suatu gambaran Warpani (dalam Endro, 2008) :
terhadap fenomena-fenomena,
𝑆𝑖/𝑁𝑖 𝑆𝑖/𝑆
menguji hipotesa, memperoleh LQ = =
makna dan implikasi suatu masalah 𝑆/𝑁 𝑁𝑖/𝑁
yang akan dipecahkan (Nazir, 1999). Keterangan :
LQ = Besarnya koefisien
Metode Pengumpulan Data lokasi komoditas kelapa.
Metode pengumpulan data Si=Jumlah luas areal panen
pada penelitian ini dilaksanakan komoditas kelapa pada tingkat
dengan menggunakan data sekunder, Kecamatan. S=Jumlah luas areal
yaitu data yang didapatkan secara panen subsektor komuditas
tidak langsung melalui perantara perkebunan tingkat Kecamatan. Ni

18
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

= Jumlah luas areal panen komoditas garis linier. Persamaan metode trend
kelapa pada tingkat Kabupaten. N = linier adalah sebagai berikut
Jumlah luas areal panen subsektor (Harmono, 2011):
komoditas perkebunan tingkat
Y = a + bX
Kabupaten.
Apabila LQ > 1 berarti Y = Variabel yang akan dibuat
komuditas kelapa bisa digunakan garis trendnya.
sebagai basis pertumbuhan dan X = Indeks veriabel waktu.
memiliki keunggulan komparatif dan a = Intersep (nilai variable
bisa dikirim ke luar Kecamatan. periode awal).
Apabila LQ = 1 berarti non basis bisa b = Slope/koefisien trend.
memiliki keunggulan komparatif tapi Keterangan:
tidak bisa dikirim keluar Kecamatan. Jika ∑ 𝑋 = 0
Apabila LQ < 1 non basis tidak a = ∑𝑌 : n
memiliki keunggulan komparatif dan b = ∑ 𝑋𝑌 : ∑ 𝑋 2
tidak bisa dikirim ke luar Y = Jumlah permintaan.
Kecamatan. n = Jumlah data/tahun
Metode analisa yang X = Variabel tahun (waktu).
digunakan untuk menjawab tujuan Jika datanya tidak linier, data
kedua dengan menggunakan analisis cenderung membentuk parabola
deskriptif. Untuk mengetahui potensi maka metode prediksi peramalan
komoditas kelapa dilihat dari analisis dapat ditentukan dengan
pasar perlu diketahui perkembangan menggunakan metode trend
permintaan (demand side) dan kuadratik, dan apabila datanya
penawaran (suply side) kelapa untuk berfluktuasi dan secara rata-rata
beberapa tahun yang akan datang meningkat dapat menggunakan
dengan menggunakan trend. Metode metode eksponansial. Kedua rumus
ini untuk melihat trend yaitu dari metode kuadratik dan eksponensial
data deret waktu. Data yang dapat dirumuskan sebagai berikut
digunakan minimal 5 tahun. Apabila (Damaijati, 2009):
jumlah data adalah genap, maka skor Persamaan metode trend
waktunya adalah ..., -5, -3, -1, 1, 3, kuadratik :
5,... Dan jika jumlah data adalah
ganjil, maka skor waktunya adalah Y = a + bX + 𝑐𝑋 2
..., -2, -1, 0, 1, 2... .
Metode kuadratik terkecil c𝑋 2
Keterangan:
(least square method) digunakan Jika ∑ 𝑋 = 0
untuk meramalkan trend garis lurus a = (∑ 𝑌 - c∑ 𝑋 2 ) : n
maupun trend tidak garis lurus (non b = ∑ 𝑋𝑌 ∶ ∑ 𝑋 2
linier). Mana yang akan digunakan c = [𝑛 ∑ 𝑋 2 𝑌 −
apakah garis linier ataukah garis non {∑ 𝑋 }{∑ 𝑌}] : [𝑛 ∑ 𝑋 −{∑ 𝑋 2 }2 ].
2 4
linier tergantung dari skater diagram
datanya.
Jika skater diagram datanya
menunjukkan garis lurus (linier),
maka sebaiknya digunakan trend

19
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

HASIL PENELITIAN DAN untuk mengidentifikasi komoditas


PEMBAHASAN basis dan bukan basis pangan pada
LQ (Location Quotient) suatu Daerah. Teknik ini
LQ adalah suatu indeks untuk membandingkan antara kemampuan
membandingkan pangsa sub Wilayah suatu Daerah dalam menghasilkan
dalam aktifitas tertentu dengan suatu komoditas dengan Daerah lain
pangsa total aktifitas tersebut dalam yang merupakan penghasil
total aktifitas Wilayah. Digunakan komoditas yang sama.

Tabel 2. Kecamatan di Kabupaten Sumenep yang Memiliki LQ>1


No Kecamatan LQ>1
1 Ganding 1,53
2 Guluk – Guluk 1,56
3 Pasongsongan 1,65
4 Ambunten 1,17
5 Gapura 1,27
6 Batang – Batang 1,14
7 Dungkek 1,17
8 Nonggunong 1,74
9 Gayam 1,31
10 Raas 2,03
11 Sapeken 1,90
12 Arjasa 1,79
13 Kangayan 1,79
14 Masalembu 1,96
Sumber: Data Sekunder diolah, 2016
standar normatif untuk ditetapkan
Dari Tabel di atas Seluruh sebagai komoditas unggulan. Namun
Kecamatan (27 Kecamatan) yang ada ketika banyak komoditas disuatu
di Kabupaten Sumenep 14 (empat Wilayah yang menghasilkan LQ ˃ 1,
belas) Kecamatan memiliki LQ ˃ 1. sementara yang dicari hanya satu,
LQ tertinggi adalah Kecamatan Raas maka yang harus dipilih adalah
sebesar 2,03 (lampiran 2) sedangkan komoditas yang mendapatkan nilai
LQ terendah ada di Kecamatan LQ paling tinggi. Karena nilai LQ
Batang-Batang sehingga dapat yang semakin tinggi disuatu Wilayah
disimpulkan bahwa komoditas menunjukkan semakin tinggi pula
tersenbut menjadi basis atau menjadi potensi keunggulan komoditas
sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut.
mempunyai keunggulan komparatif, Sedangkan 13 (tiga belas)
hasilnya tidak bisa memenuhi Kecamatan diantaranya Pragaan,
kebutuhan di Wilayah bersangkutan Bluto, Saronggi, Giligenting,
tetapi juga bisa di ekspor ke luar Talango, Kalianget, Kota Sumenep,
Wilayah. Batuan, Lenteng, Rubaru, Dasuk,
Komoditas yang Manding, dan Batu Putih memiliki
menghasilkan nilai LQ ˃ 1 adalah nilai LQ ˂ 1. LQ terendah berada di

20
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Kecamatan Giligenting dengan luas sedangkan sisanya 13 (tiga belas)


0,14 dengan demikian dapat Kecamatan memiliki LQ < 1.
disimpulkan bahwa tanaman kelapa Dengan demikian semua Wilayah
pada Kecamatan tersebut bukan kepulauan selain mampu untuk
merupakan basis pertumbuhan (non memenuhi kebutuhan sendiri, juga
basis). Produksi komoditas kelapa bisa mengirim kelebihan kelapa
disuatu Wilayah tersebut tidak bisa keluar Kecamatan.
untukt memenuhi kebutuhan sendiri
sehingga perlu adanya pasokan atau Trend Penawaran
impor dari luar. Trend penawaran kelapa dari
Bagi Wilayah kepulauan dari tahun 2006 hingga tahun 2015 di
7 (tujuh) Kecamatan semuanya Kabupaten Sumenep secara grafis
memiliki LQ > 1 sedangkan untuk bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Wilayah daratan dari 20 (dua puluh) :
Kecamatan hanya 7 (tujuh)
Kecamatan yang memiliki LQ > 1
PENAWARAN
42.000
40.000
.000 (ton)

38.000
36.000
34.000
32.000
30.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Penawaran 35.06 35.06 35.13 35.13 36.33 36.34 36.55 36.18 40.61 41.44
Gambar Grafik Penawaran Kelapa
tahun 2007-2009 tidak ada
Dengan melihat skater diatas, peningkatan luas areal panen
trend penawaran (produksi) (stagnasi), tetapi pada tahun 2010
menunjukkan kurva kuadratik terjadi peningkatan sebesar 3,383%
sehingga lebih tepat menggunakan peningkatan tertinggi terjadi pada
analisis trend kuadratik (non linier). tahun 2014 yaitu sebesar 12,06
Berikut ini disajikan pada tabel (lampiran 3) sehingga dapat
Tentang trend perkembangan meningkatkan produksi.
produksi (penawaran) kelapa di Dari hasil analisis trend
Kabupaten Sumenep selama 10 produksi penawaran kelapa
tahun terakhir (2006– 2015). menggunakan metode regresi non
Dari tabel 3. trend penawaran linier / kuadratik berikut diperoleh
dari tahun 2005 sampai dengan tahun persamaan regresinya =Y=
2014 semakin meningkat itu 35.748.856 +319.747X + 31.430𝑋 2
disebabkan karena meningkatnya dapat dilihat bahwa nilai R Square =
luas areal panen pada tahun 2006 0,871 berarti variabel dependen
sebesar 5,981%, sedangkan pada (penawaran) dipengaruhi oleh indeks

21
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

(tahun) sebesar 87,1% sehingga analisis trend dapat digunakan


sisanya sebesar 12,9% dipengaruhi sebagai alat untuk meramalkan trend
oleh variabel diluar model (diluar produksi kelapa pada tahun
tahun). Sedangkan hasil analisis berikutnya. Hasil prakiraan trend
variannya (anova) menunjukkan produksi atau penawaran pada tahun
bahwa nilai sig sebesar 0,001 atau 2016 sebesar 43.069.103 kg.
lebih kecil dari 0,05 (5%) berarti

Tabel 3. Perkembangan Penawaran Kelapa di Kabupaten Sumenep selama


Sepuluh Tahun Terakhir (2006 – 2015).
Tahun Penawaran (Ton)
2005 35.068
2006 35.068
2007 35.132
2008 35.132
2009 36.339
2010 36.342
2011 36.557
2012 36.184
2013 40.610
2014 41.422
Sumber: Data sekunder diolah, 2016
Trend Permintaan Mengacu pada pembakuan statistik
Konsumsi kelapa di perkebunan berbasis formulir
Kabupaten Sumenep dihitung dari elektronik (eForm), konversi kelapa
perkalian antara konsumsi Susenas dari butir ke kopra dengan satuan kg
dengan jumlah penduduk, jumlah sebesar 20%, dengan kata lain 1 butir
penduduk Sumenep tahun 2006 kelapa menghasilkan 0,2 kg kopra
sampai dengan tahun 2015 dapat atau 5 butir kelapa menghasilkan 1
dilihat sebagaimana dilampirkan kg kopra. Hasil perkembangan
pada (lampiran 6). Karena permintaan kelapa di Kabupaten
berdasarkan hasil Susenas konsumsi Sumenep selama sepuluh tahun
kelapa dalam bentuk satuan butir terakhir dari tahun 2006 sampai
sedangkan proyeksi produksinya tahun 2015 disajikan pada tabel
dengan satuan ton, maka perlu dibawah ini:
dilakukan konversi dari butir ke ton.

Tabel 4. Perkembangan Permintaan Kelapa di Kabupaten Sumenep


Tahun Permintaan (ton)
2005 12.534
2006 11.159
2007 12.122
2008 10.341
2009 9.346
2010 8.640
2011 7.819
2012 7.312
2013 6.473
2014 7.267
Sumber: Data sekunder diolah, 2016

22
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Dari tabel diatas bahwa trend Sedangkan perkembangan


permintaan dari tahun 2005 sampai harga konsumen untuk kelapa belum
dengan tahun 2014 menurun itu dikupas cenderung naik dengan rata-
disebabkan karena turunnya rata pertumbuhan 12,15% per tahun.
konsumsi kelapa perkapita / tahun Tahun 2002 harga kelapa di tingkat
yang diantaranya dipengaruhi oleh konsumen Rp. 1.103 per butir dan
harga konsumen. Berdasarkan naik menjadi 3.062 per butir. Harga
Pusdatin 2014, perkembangan harga kelapa di tingkat konsumen tertinggi
produsen kelapa belum dikupas pada dicapai pada tahun 2012 dengan
tahun 2002-2012 cenderung naik pertumbuhan 0,33% terhadap tahun
dengan rata-rata pertumbuhan sebelumnya. Secara rinci harga
sebesar 9,88% per tahun. Tahun kelapa tingkat konsumen dan tingkat
2002 harga kelapa belum dikupas produsen pada lampiran 6.
ditingkat produsen sebesar Rp. 750 Trend permintaan kelapa dari
per butir kemudian naik menjadi Rp. tahun 2006 hingga tahun 2015 di
1.848 per butir pada tahun 2012. Kabupaten Sumenep secara grafis
Harga kelapa di tingkat produsen bisa dilihat pada gambar di bawah ini
tertinggi dicapai pada tahun 2012 :
dengan pertumbuhan 3,59% terhadap
tahun 2011.

PERMINTAAN
14,000

12,000

10,000
.000 (ton)

8,000

6,000

4,000

2,000

-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Permintaan 12,53 11,15 12,12 10,34 9,346 8,640 7,819 7,312 6,473 7,267
Gambar Grafik Permintaan Kelapa
Hasil analisis trend
Perkembangan permintaan permintaan kelapa menggunakan
kelapa di Kabupaten Sumenep bisa metode regresi linear / Lurus
dianalisis yaitu dengan menggunakan (lampiran 8) dapat dilihat bahwa
metode trend linier (lurus) nilai R Square = 0,921 berarti
berdasarkan data time series pada variabel dependen (permintaan)
tabel di atas.

23
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

dipengaruhi oleh indeks persamaan regresinya = Y =


(tahun) sebesar 92,1% sehingga 9.301.802.083 + 340.994.44 X. Hasil
sisanya sebesar 7,9% dipengaruhi prakiraan trend permintaan kelapa
oleh variabel diluar model (diluar pada tahun 2016 sebesar 5.550.863
tahun). Sedangkan hasil analisis kg dapat dilihat pada lampiran 9.
variannya (anova) menunjukkan
bahwa nilai sig sebesar 0,000 atau Perbandingan Antara Penawaran
lebih kecil dari 0,05 (5%) berarti Dan Permintaan
analisis trend linier dapat digunakan Perbandingan antara trend
sebagai alat untuk meramalkan trend penawaran dengan trend permintaan
permintaan kelapa pada tahun di Kabupaten Sumenep secara grafis
berikutnya. Berikut diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut:
PENAWARAN - PERMINTAAN
60.000
.000 (ton)

40.000
20.000
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Penawaran 35.06 35.06 35.13 35.13 36.33 36.34 36.55 36.18 40.61 41.44
Permintaan 12.53 11.15 12.12 10.34 9.346 8.640 7.819 7.312 6.473 7.267
Gambar Grafik Perbandingan Antara Penawaran dan Permintaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari gambar diatas dapat Kesimpulan
dilihat bahwa selama 10 tahun mulai Berdasarkan hasil penelitian
dari tahun 2006 sampai 2015 terjadi dan analisis potensi agribisnis
surplus (kelebihan) penawaran hal usahatani kelapa di Kabupaten
ini disebabkan selain meningkatnya Sumenep yang telah dilakukan, maka
jumlah produksi kelapa juga semakin dapat diperoleh kesimpulan sebagai
menurunnya jumlah permintaan. berikut : (1) Sumber daya agribisnis
Surplus penawaran terendah tanaman kelapa di Kabupaten
terjadi pada tahun 2005 sebesar Sumenep memiliki potensi sebagai
(35.068,66 – 12.534,815) = 22,533 basis pertumbuhan dan memiliki
ton dan surplus penawaran tertinggi keunggulan komparatif sehingga
terjadi pada tahun 2013 sebesar hasilnya selain bisa untuk memenuhi
(41.422,92 – 6.473.387) = 34.155 ton kebutuhan seluruh Kabupaten
dengan demikian maka kebutuhan Sumenep juga bisa dikirim keluar
Sumenep bisa terpenuhi dan Wilayah Kabupaten Sumenep. (2)
kemudian dapat disimpulkan bahwa Potensi pasar agribisnis dapat terlihat
Kabupaten Sumenep memiliki dari penawaran dan permintaan
produksi kelapa yang tidak hanya kelapa di Kabupaten Sumenep pada
mampu untuk memenuhi di tahun 2016 diperkirakan mencapai
Kabupaten Sumenep akan tetapi bisa sebesar 43.069 ton dan 5.550 ton.
dikirim keluar Daerah. Produksi kelapa mampu memiliki
surplus (kelebihan) penawaran yang
memenuhi di Kabupaten Sumenep.

24
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Saran --------------------------------------. 2015.


Luas areal panen tanaman Sumenep Dalam Angka.
kelapa hendaknya dapat lebih Sumenep : BPS.
ditingkatkan melalui upaya
peremajaan tanaman yang sudah -------------------------------------.
2015.Statistik Daerah
tidak produktif lagi sehingga potensi Kabupaten Sumenep : BPS.
sumber daya agribisnis kelapa
sebagai basis pertumbuhan dapat Damaijati, Effi. 2009. Metodologi
tetap dipertahankan. Penelitian Agribisnis. Penerbit
UPN Press, Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Ika dan Didik. 2015. Potensi
Badan Pusat Statistik Sumenep. 2006. Rumput Laut di Kabupaten
Sumenep Dalam Angka. Sumenep. [Jurnal Pertanian
Sumenep : BPS. Cemara]. Volume 12, Nomer 1 :
1-9. Universitas Wiraraja
--------------------------------------. 2007. Sumenep.
Sumenep Dalam Angka.
Sumenep : BPS. Harmono. 2011. Manajemen Keuangan
Berbasis Balanced Scorecard
--------------------------------------. 2008. Pendekatan Teori, Kasus, dan
Sumenep Dalam Angka. Riset Bisnis. Penerbit Bumi
Sumenep : BPS. Aksara, Jakarta.

--------------------------------------. 2009. Hasbi, Husaini. 2009. Budidaya


Sumenep Dalam Angka. Tanaman Kelapa.
Sumenep : BPS. http://sekolah.ptkpt.net/_g.php?_g
=_lhti_forum&Bid=1079. diakses
--------------------------------------. 2010. 15 April 2015.
Sumenep Dalam Angka.
Sumenep : BPS. Nazir. 1999. Metodologi Penelitian.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
--------------------------------------. 2011.
Sumenep Dalam Angka. Nugrah, Aditya. 2013. Analisis potensi
Sumenep : BPS. ekonomi Kabupaten dan kota di
Provinsi Daerah Istimewa
--------------------------------------. 2012. Jakarta. [Skripsi] Universitas
Sumenep Dalam Angka. Islam Negri Syarif Hidatullah
Sumenep : BPS. Jakarta.

--------------------------------------. 2013. Patah, Iyung. 2006. Panduan Lengkap


Sumenep Dalam Angka. Kelapa Sawit Manajemen
Sumenep : BPS. Agribisnis dari Hulu Hingga
Hilir. Penerbit Penebar Swadaya.
--------------------------------------. 2014.
Sumenep Dalam Angka. Pranoto, Endro. 2008. Potensi
Sumenep : BPS. Komoditas Pertanian dalam
Mendukung Ketahanan Pangan
Berbasis Agribisnis Kabupaten

25
CEMARA VOLUME 15 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Banyumas. [Tesis] Program


Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang.

Pusdatin. 2014. Outlook Komoditi


Kelapa. Pusat data dan sistem
Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal-Kementrian Pertanian.
ISSN 1907-1507

Rukmana, Rahmat. 2003. Ttg. Aneka


Olahan Kelapa. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. Google-
books.

Saragih, Bungaran. 1999. Agribisnis


Paradigma Baru Pembangunan
Ekonomi Berbasis Pertanian. CV
Nasional, Jakarta.

Setyamidjaja, Djoehana. 1984.


Bertanam Kelapa Budidaya dan
Pengolahannya. Penerbit
Kanisius.

Siagian Sondang. 2003. Teori dan


Praktek Kepemimpinan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.

Sirait, Samuel Hermanto. 2013.


Agribisnis komoditi tanaman
kelapa (cocos nucifera) di
Indonesia.
http://hutanb2011.blogspot.co.id/2
013/06/agribisnis-komoditi-
tanaman-kelapa.html. di akses 11
April 2016.
Soekartawi. 1995. Ilmu Usahatani.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uyanto, Stanislaus. 2009. Pedoman


Analisis Data Dengan SPSS.
Yogyakarta. Graha Ilmu.

Wibowo, Ega Wisnu. 2010. Analisis


Potensi Agribisnis Kopi di Desa
Sidomuncul Kecamatan Silo
Kabupaten Jember. [Skripsi]
Universitas Jember.

26

Anda mungkin juga menyukai