NIM : 11150840000018
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2013-2016 (dalam miliar rupiah)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan 18.095,98 20.197,55 21.111,38 23.564,51
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 15.582,06 15.688,30 18.331,44 18.770,91
Industri Pengolahan 4.181,86 4.692,25 5.215,57 5.924,59
Pengadaan Listrik dan Gas 25,32 29,09 31,28 37,27
Pengadaan Air dan Pengelolaan 138,82 163,05 172,77 190,90
Sampah
Konstruksi 8.329,08 9.685,83 11.688,42 13.596,27
Perdagangan Besar dan Eceran; 8.076,25 9.265,16 10.514,94 12.012,75
Reparasi Sepeda Motor dan
Mobil
Transportasi dan Pergudangan 3.160,53 3.483,06 3.895,85 4.353,86
Penyediaan Akomodasi dan 404,10 454,96 516,15 585,26
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 1.451,31 1.510,13 1.602,43 1.792,69
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.601,08 1.817,84 2.039,80 2.423,95
Real Estate 1.194,10 1.293,20 1.403,85 1.500,54
Jasa Perusahaan 136,98 154,81 181,34 201,36
Administrasi Pemerintahan, 4.035,94 4.748,43 4.987,80 5.206,29
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 3.020,32 3.585,50 4.006,35 4.576,86
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 662,91 760,78 844,16 916,00
Sosial
Jasa Lainnya 944,61 1.092,22 1.222,45 1.328,95
PDRB 71.041,25 78.622,15 87.765,98 96.982,96
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai
sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Berdasarkan PDRB Provinsi Nusa Tenggara
Barat Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memegang peran terbesar di dalam
perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan laporan PDRB ADHB menurut Lapangan
Usaha. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri dan Luar Negeri Menurut Jenis Proyek
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Iklim investasi di Sultra sangat menggembirakan. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra mencatat realisasi investasi di Sultra mencapai Rp 11
triliun tahun 2017. Ini sebuah capaian besar karena melampaui target secara nasional yang hanya
berada pada level Rp 10 triliun. Pemerintah pusat kembali menargetkan nilai investasi yang harus
dicapai Pemporv Sultra tahun 2018. Angka targetnya cukup fantastis, yakni sebesar Rp 27 triliun
atau sekira 170 persen dari target tahun 2017. Pemda menyiapkan berbagai langkah-langkah
strategis. Diantaranya, menggiatkan promosi akan potensi daerah kepada pemilik modal agar
tertarik berinvestasi di Sultra. Selain itu, membenahi pelayanan perizinan untuk kemudahan dalam
berinvestasi sesuai peraturan dari pemerintah pusat yang harus diterapkan pemda. Sementara itu,
untuk tahun 2017 permohonan surat perizinan yang dikeluarkan oleh DPM PTSP Sultra mencapai
1.074 hingga periode 18 Desember 2017. Sedangkan angka indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan perizinan di DPM PTSP Sultra mencapai 83.42 persen yang berarti sangat baik
berdasarkan peraturan pemerintah.
Sektor perkebunan merupakan andalan bagi pemerintah Sulawesi Tenggara dan tanaman
perkebunan yang potensial serta paling banyak ditanam oleh masyarakat adalah tanaman kakao.
Areal tanaman perkebunan kakao meningkat terus, karena adanya kebijakan dari pemda setempat
yang memasukkan tanaman kakao sebagai tanaman prioritas yang dipacu. Disamping peningkatan
areal tanam, peningkatan produksi juga dapat dipacu melalui peningkatan produktivitas. Tanaman
kakao menjadi komoditi unggulan yang telah di ekspor hingga ke Belanda.
Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2016 (dalam ton)
Di sisi lain, Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia memiliki
sumberdaya alam pertambangan yang cukup besar, seperti nikel, aspal, mangan dan lain-lain.
Tidak kurang dari 309 perusahaan yang telah memiliki izin usaha pertambangan (IUP) untuk
berbagai komoditas tambang, 65% IUP diantaranya masih melakukan tahap eksplorasi sedangkan
35% IUP lainnya sudah berproduksi.
Buton merupakan penghasil aspal terbesar di dunia, namun kebaradaannya saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal, hal ini terlihat dari perkembangan produksi yang masih sangat
rendah. Rendahnya tingkat produksi disebabkan oleh kurangnya permintaan baik dari dalam
maupun luar negeri, padahal IUP yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebanyak 56
IUP. Data statistik menunjukkan bahwa produksi aspal pada tahun 2010 tercatat sebesar 52.834
ton, naik sebesar 32,73% dibandingkan dengan tahun 2008. Berdasarkan hasil survei Direktorat
Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung, cadangan aspal Buton yang terukur diperkirakan
mencapai 650 juta ton dari sejumlah 2 miliar ton. Sejak ditambang hingga saat ini, aspal Buton
yang telah dieksploitasi baru 3,4 juta ton. Rendahnya permintaan aspal Buton antara lain
disebabkan oleh kualitas dan teknologi pengolahan aspal juga karena bersaing dengan aspal dari
kilang minyak bumi.
Produksi dan Nilai Produksi Pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013-2016
Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (jutaan rupiah)
Biji Nikel Ferro Aspal Biji Nikel Ferro Nikel Aspal
Nikel
2013 29.431.004 15.535 583.830 8.387.836,14 2.563.275,00 175.148,91
2014 1.387.140 16.851 275.290 138.714,00 1.152,61 27.529,00
2015 373.851 - - - - -
2016 2.394.228 - 27.683 780.758,01 - 30.451,30
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Nikel dan aspal merupakan dua jenis produksi pertambangan yang menonjol di Sulawesi
Tenggara. Tahun 2016 jumlah produksi nikel mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
2015 menjadi 2.394.228 ton dengan nilai produksi sebesar 780.758 juta rupiah. Sedangkan
produksi aspal di tahun 2016 cukup menurun menjadi 27.683 ton dengan nilai produksi 30.451
juta rupiah.
Strengtht (S)
1. Kekayaan potensi sumber daya kelautan yang besar
2. Dukungan legislasi dan regulasi kelautan dan perikanan
3. Kesiapan lembaga pendukung yang memadai dan kompeten, seperti pemerintah, penyuluh,
perguruan tinggi, dll.
4. Superioritas wilayah
Weakness (W)
1. Belum ada kesepakatan penetapan kawasan
2. Terbatasnya tenaga yang terampil
3. Terbatasnya infrastruktur kelautan termasuk bangunan pelabuhan, industri kelautan, pemasaran
dan pariwisata, listrik, komunikasi, sentra kegiatan perikanan, jalan, dll.
4. Rendahnya minat investor menanamkan modalnya di bidang kelautan.
5. Lemahnya koordinasi lintas sektor.
6. Terbatasnya pengawasan dan penegakan hukum
7. Ketersediaan data informasi dan akses pasar
Opportunity (O)
1. Regulasi percepatan pembangunan
2. Posisi geografis yang strategis
3. Pengembangan Energi Terbarukan
4. Berlakunya pasar bebas di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)
5. Meningkatnya permintaan produk dan jasa kelautan
Treath (T)
1. Pencemaran dan Degradasi lingkungan
2. Bencana alam dan climate change
3. Ketergantungan terhadap kondisi alam
4. Meningkatnya daya saing daerah di luar Sulawesi Tenggara dan negara tetangga
5. Konflik kepentingan
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai
pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan
perikanan;
b. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan dan
perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan
struktur ruang secara terpadu;
c. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan berupa kawasan
pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara terintegrasi dengan
usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;
d. Melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan perlindungan plasma nutfah,
terumbu karang dan sumberdaya hayati untuk kelangsungan produksi dan pengembangan
ekowisata; dan
e. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional dan
berkelanjutan.
Pengembangan dan pengelolaan sektor maritim merupakan tanggung jawab semua pihak,
baik itu kementerian pariwisata, jaringan ekoturisme Indonesia, stakeholder taman nasional, dinas
pariwisata, LSM misalnya TNC dan WWF, pelaku usaha pariwisata, tokoh masyarakat dan
lainnya. Pemerintah Daerah Sultra selalu berupaya untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak
terkait untuk mengembangkan potensi wisata bahari. Salah satunya adalah kerjasama dengan
Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta salah satu satuan pendidikan tinggi Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). Kerjasama ini meliputi penyediaan fasilitas pendukung pendidikan bagi
taruna/taruni asal Buton Selatan di STP; serta penyelenggaraan pendidikan, bimbingan teknis, dan
rancang bangun desain sarana dan prasarana kelautan dan perikanan bagi aparat dan masyarakat
khususnya di Buton Selatan. Tahun lalu juga Pemerintah Kota La Rochelle-Prancis dan
Pemerintah Kota Kendari-Indonesia jalin kerja sama atau jalin kesepakatan kemaritiman yang
merupakan bagian dari kerja sama antara Indonesia dan Prancis. Kesepakatan itu akan terwujud
dalam bentuk hubungan kerja sama sister city (kota kembar) antara Pemkot La Rochelle dan
Pemkot Kendari. Kendari adalah kota kedua yang dipilih oleh Pemkot La Rochelle untuk kerja
sama karena dianggap bahwa kondisi geografis kota Kendari sangat mirip dengan wilayah La
Rochelle.
Sebelumnya, Marine Protected Areas Governance (MPAG) dan Indonesia Marine and
Climate Supprot (IMACS) berada di bawah proyek MRP yang mengimplementasikan rencana
kerja dengan melibatkan empat Universitas lokal, 16 mahasiswa pascasarjana, lima LSM sebagai
pelaksana proyek MPAG, 42 mitra penerima hibah IMACS, 50 desa pesisir diseluruh wilayah
pesisir Sultra. MRP (Marine Resource Program) adalah hibah dari USAID (Agency for
Internasional Development) untuk mendukung kebijakan pemerintah Indonesia mengelola sumber
daya kelautan yang berkelanjutan, termasuk edukasi dan mitigasi perubahan iklim di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil.
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat RTR Kawasan
Strategis Provinsi adalah rencana tata ruang yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan. Pada periode Tahun 2008-2013 telah dirancang beberapa kawasan strategis
yang potensial untuk meningkatkan nilai tambah secara signifikan yaitu kawasan pertambangan
Asera, Wiwirano dan Langgikima (AWILA), kawasan pertambangan Kolaka Utara, Kawasan
Pertam-bangan Watekule Kabaena Bombana, Kawasan Industri Kakao di Ladongi Kolaka,
Kawasan Industri Rumput Laut di Baubau dan Buton serta kawasan Industri Pariwisata di
Wakatobi. Kawasan-kawasan ini diharapkan mampu menjadi pemicu terhadap pembangunan
masyarakat dan daerah sekitar melalui proses peningkatan nilai tambah.
Daftar Pustaka
Nur, S., Siang, R. (2016). Optimalisasi Pengembangan Ekonomi Maritim Di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Kendari: Universitas Halu
Oleo. ISSN : 2355-6617.
Salim, H., Purbani, D. (2015). Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat Di
Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan-Kementerian
Kelauatan dan Perikanan.
Tim Kebijakan Ekonomi Mineral. Analisis Pengembangan Ekonomi Wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara Berbasis Sektor Pertambangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Teknologi Mineral Dan Batubara Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. https://sultra.bps.go.id/
Litbang Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara. http://sultra.litbang.pertanian.go.id/
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2034
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2013-2018
Kendari Pos. http://kendaripos.co.id/2017/12/20/realisasi-investasi-di-sultra-capai-rp-11-
triliun/
Sultra Antara News. https://sultra.antaranews.com/berita/287721/la-rochelle-prancis-
kendari-kerja-sama-kemaritiman
https://sultra.antaranews.com/berita/276709/sultra-berharap-program-mrp-usaid-bisa-
berkelanjutan