Anda di halaman 1dari 14

Nama : Anindya Tri Utami

NIM : 11150840000018

PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH SULAWESI TENGGARA

Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara


astronomis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di
antara 02°45'- 06°15' Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120°45'-
124°45' Bujur Timur. Luas wilayah Sulawesi Tenggara, adalah berupa daratan seluas 38.067,7
km2. Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan
dengan Provinsi NTT di Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di Laut
Banda dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone. Tahun 2016,
wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 15 wilayah kabupaten dan dua kota.
Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Kab/Kota Tahun 2016
Kabupaten/Kota Luas km² Persentase
Buton 1.212,99 3,19
Muna 1.922,16 5,05
Konawe 4.435,28 11,65
Kolaka 3.283,59 8,63
Konawe Selatan 5.779,47 15,18
Bombana 3.001,00 7,88
Wakatobi 559,54 1,47
Kolaka Utara 3.391,67 8,91
Buton Utara 1.864,91 4,90
Konawe Utara 5.101,76 13,40
Kolaka Timur 3.643,74 9,55
Konawe Kepulauan 867,58 2,28
Muna Barat 1.022,89 2,69
Buton Tengah 958,31 2,52
Buton Selatan 509,92 1,34
Kendari 300,89 0,79
Baubau 221,00 0,58
Sulawesi Tenggara 38.067,70 100
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Pertumbuhan ekonomi Sultra sebesar 6,4% berada di atas rata-rata nasional 5%. Melihat
struktur perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 kategori yang tercatat mempunyai
peranan terbesar terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku secara berurutan adalah
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23.564,51 miliar; kemudian Pertambangan dan Penggalian
18.707,91 miliar; Konstruksi 13.596,27 miliar; Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 12.012,75 miliar; Industri Pengolahan 5.924,59 miliar; serta
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.206,29 miliar.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2013-2016 (dalam miliar rupiah)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan 18.095,98 20.197,55 21.111,38 23.564,51
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 15.582,06 15.688,30 18.331,44 18.770,91
Industri Pengolahan 4.181,86 4.692,25 5.215,57 5.924,59
Pengadaan Listrik dan Gas 25,32 29,09 31,28 37,27
Pengadaan Air dan Pengelolaan 138,82 163,05 172,77 190,90
Sampah
Konstruksi 8.329,08 9.685,83 11.688,42 13.596,27
Perdagangan Besar dan Eceran; 8.076,25 9.265,16 10.514,94 12.012,75
Reparasi Sepeda Motor dan
Mobil
Transportasi dan Pergudangan 3.160,53 3.483,06 3.895,85 4.353,86
Penyediaan Akomodasi dan 404,10 454,96 516,15 585,26
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 1.451,31 1.510,13 1.602,43 1.792,69
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.601,08 1.817,84 2.039,80 2.423,95
Real Estate 1.194,10 1.293,20 1.403,85 1.500,54
Jasa Perusahaan 136,98 154,81 181,34 201,36
Administrasi Pemerintahan, 4.035,94 4.748,43 4.987,80 5.206,29
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 3.020,32 3.585,50 4.006,35 4.576,86
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 662,91 760,78 844,16 916,00
Sosial
Jasa Lainnya 944,61 1.092,22 1.222,45 1.328,95
PDRB 71.041,25 78.622,15 87.765,98 96.982,96
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai
sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Berdasarkan PDRB Provinsi Nusa Tenggara
Barat Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memegang peran terbesar di dalam
perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan laporan PDRB ADHB menurut Lapangan
Usaha. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Volume dan Nilai Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2016

Jenis Komoditi Volume Ekspor (ton) Nilai Ekspor (US $)


2015 2016 2015 2016
Bahan Bakar 36.255,36 82.526,80 1.212.678,00 2.654.900,09
Mineral
Besi dan Baja 43.743,78 52.195,01 128.864.657,31 107.071.332,82
Ikan dan Udang 157,00 49,50 1.116.000,00 399.500,00
Kakao dan 58,85 160,00 341.330,00 934.619,00
Olahannya
Mesin dan 3,88 22,00 29.987,00 544.177,00
Peralatan Listrik
Mesin dan 463,27 93,33 1.977.531,00 325.813,86
Pesawat
Mekanik
Lainnya 220,43 - 947.088,00 -
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Volume ekspor di Sultra masih di dominasi oleh komoditi besi dan baja yang pada tahun
2016 mencapai 52.195,01 ton. Untuk sektor perikanan dan kelautan, ikan dan udang mampu
menghasilkan nilai ekspor 128.864.657,31 US $ di 2015. Sedangkan kakao dan olahannya volume
ekspor sebesar 58,85 ton dengan nilai 341.330,00 US $.

Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri dan Luar Negeri Menurut Jenis Proyek
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

Jenis Proyek Modal Dalam Negeri Modal Luar Negeri


Banyak Proyek Investasi (juta Banyak Proyek Investasi (000
rupiah) US $)
Pertanian
1. Tanaman 0 0 0 0
Pangan
2. Perkebunan 1 610 2 0
3. Perikanan 2 32.915 0 0
4. Kehutanan 0 0 1 24
5. Peternakan 0 1 1 221
Pertambangan 1 760 16 5.463
Industri 26 2.218.142 30 356.945
Listrik, Gas dan 6 34.869 6 8
Air Minum
Bangunan 1 13 6 778
Perdagangan, 5 179.605 7 86
Hotel, Restoran
Angkutan dan 1 3.300 1 2.686
Telekomunikasi
Keuangan, 0 0 0 0
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 0 0 10 4.954
Jumlah 44 2.470.217 80 371.169
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Investasi di Provinsi Sultra masih didominasi oleh penanaman modal luar negeri baik dari
banyaknya proyek maupun nilai investasinya. Sektor industri adalah sektor dengan proyek dan
nilai investasi terbesar di Sultra. Untuk jenis pertanian, perikanan menjadi proyek terbanyak
dengan nilai 32.915 juta rupiah. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang nilainya
berada di bawah sektor industri.

Iklim investasi di Sultra sangat menggembirakan. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra mencatat realisasi investasi di Sultra mencapai Rp 11
triliun tahun 2017. Ini sebuah capaian besar karena melampaui target secara nasional yang hanya
berada pada level Rp 10 triliun. Pemerintah pusat kembali menargetkan nilai investasi yang harus
dicapai Pemporv Sultra tahun 2018. Angka targetnya cukup fantastis, yakni sebesar Rp 27 triliun
atau sekira 170 persen dari target tahun 2017. Pemda menyiapkan berbagai langkah-langkah
strategis. Diantaranya, menggiatkan promosi akan potensi daerah kepada pemilik modal agar
tertarik berinvestasi di Sultra. Selain itu, membenahi pelayanan perizinan untuk kemudahan dalam
berinvestasi sesuai peraturan dari pemerintah pusat yang harus diterapkan pemda. Sementara itu,
untuk tahun 2017 permohonan surat perizinan yang dikeluarkan oleh DPM PTSP Sultra mencapai
1.074 hingga periode 18 Desember 2017. Sedangkan angka indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan perizinan di DPM PTSP Sultra mencapai 83.42 persen yang berarti sangat baik
berdasarkan peraturan pemerintah.

Potensi di Sektor Pertanian


Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang diusahakan di Sulawesi Tenggara terdiri dari delapan jenis tanaman yang
utama yaitu; padi sawah, padi ladang, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu, dan ubi jalar. Dari delapan jenis tanaman pangan, padi sawah mendominasi produksi
tanaman pangan di Sulawesi Tenggara. Jumlah produksi padi baik sawah dan ladang adalah
sebesar 660.720 ton. Sentra produksi padi berada di Kabupaten Konawe, dengan jumlah produksi
mencapai 234.169 ton di tahun 2015 atau 35,44 persen dari total produksi Sulawesi Tenggara.
Tanaman dengan produksi terbesar setelah padi adalah ubi kayu yang berjumlah 175.095 ton.
Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Capaian
Komoditas
Uraian 2015
Produksi (ton) 646.208
Padi Sawah Luas Panen (ha) 135.003
Produktivitas (Ku/Ha) 47,87
Produksi (ton) 14.512
Padi Ladang Luas Panen (ha) 5.377
Produktivitas (Ku/Ha) 26,99
Produksi (ton) 68.141
Jagung Luas Panen (Ha) 23.945
Produktivitas (Ku/Ha) 28,46
Produksi (ton) 12.799
Kedelai Luas Panen (Ha) 7.888
Produktivitas (Ku/Ha) 16,23
Produksi (ton) 3.470
Kacang tanah Luas Panen (Ha) 4.862
Produktivitas (Ku/Ha) 7,14
Produksi (ton) 1.035
Kacang hijau Luas Panen (Ha) 1.287
Produktivitas (Ku/Ha) 8,05
Produksi (ton) 175.095
Ubi kayu Luas Panen (Ha) 8.398
Produktivitas (Ku/Ha) 208,50
Produksi (ton) 25.740
Ubi jalar
Luas Panen (Ha) 2.525
Capaian
Komoditas
Uraian 2015
Produktivitas (Ku/Ha) 101,94
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Perkebunan

Sektor perkebunan merupakan andalan bagi pemerintah Sulawesi Tenggara dan tanaman
perkebunan yang potensial serta paling banyak ditanam oleh masyarakat adalah tanaman kakao.
Areal tanaman perkebunan kakao meningkat terus, karena adanya kebijakan dari pemda setempat
yang memasukkan tanaman kakao sebagai tanaman prioritas yang dipacu. Disamping peningkatan
areal tanam, peningkatan produksi juga dapat dipacu melalui peningkatan produktivitas. Tanaman
kakao menjadi komoditi unggulan yang telah di ekspor hingga ke Belanda.

Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2016 (dalam ton)

Jenis Tanaman 2014 2015 2016


Kakao 213.691 135.932 142.466
Kelapa 66.671 41.850 39.271
Jambu Mete 27.156 32.863 23.190
Cengkeh 14.636 18.874 8.381
Lada 7.112 13.212 4.217
Kopi 6.729 3.573 2.038
Kapuk 376 252 197
Pala 519 576 613
Kemiri 1.219 1.138 801
Aren 3.316 2.577 2.277
Kelapa Hybrida 3.516 4.250 3.399
Asam Jawa 77 60 56
Pinang 261 232 205
Panili 86 44 40
Sagu 4.847 3.807 2.870
Kelapa Sawit 2.233 825 989
Nilam 60.368 11.061 38.371
Jarak Pagar 65 57 0
Karet 8 1.000 24
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Kakao menjadi komoditi perkebunan yang dominan dihasilkan di Sulawesi Tenggara.
Tahun 2016 produksi kakao sebesar 142.467 ton, dari luas tanam 255.621 hektar. Ini meningkat
jika dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 135.932 ton. Tanaman kelapa, jambu mete,
cengkeh dan lada produksinya terus menurun di tahun 2016. Produksi keempat tanaman tersebut
selama 2016 secara berturut-turut adalah 39.271, 23.190, 8.381 dan 4.217 ton.

Untuk meningkatkan sektor pertanian dalam perekonomian, Pemda Sultra melakukan


kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. BPTP Sulawesi Tenggara membuka kerjasama
dengan pihak World Agroforestry Center/ICRAF Wilayah Sulawesi Tenggara melalui
programnya yang bernama "Agfor Sulawesi" yang didanai DFATD Canada. Kerjasama ini
diwujudkan dengan mengadakan Pelatihan Cara Pembuatan Pestisida Nabati dan Teknik
Aplikasinya pada Tanaman Kakao dan Lada dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas petani
dan penyuluh. Pemerintah Swiss melalui Swisscontact melakukan kerjasama dengan SCPP Sultra
untuk pengembangan beberapa daerah wisata yang ada dan juga peningkatan kualitas petani kakao
agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi di daerah. Akan dilakukan pembinaan sumber daya
manusia dan manajemen petani agar kualitas dan kuantitas petani kakao di Kolaka dan Kolaka
Timur dapat meningkat yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian di Indonesia bagian
timur.

Potensi di Sektor Pertambangan

Di sisi lain, Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia memiliki
sumberdaya alam pertambangan yang cukup besar, seperti nikel, aspal, mangan dan lain-lain.
Tidak kurang dari 309 perusahaan yang telah memiliki izin usaha pertambangan (IUP) untuk
berbagai komoditas tambang, 65% IUP diantaranya masih melakukan tahap eksplorasi sedangkan
35% IUP lainnya sudah berproduksi.
Buton merupakan penghasil aspal terbesar di dunia, namun kebaradaannya saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal, hal ini terlihat dari perkembangan produksi yang masih sangat
rendah. Rendahnya tingkat produksi disebabkan oleh kurangnya permintaan baik dari dalam
maupun luar negeri, padahal IUP yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebanyak 56
IUP. Data statistik menunjukkan bahwa produksi aspal pada tahun 2010 tercatat sebesar 52.834
ton, naik sebesar 32,73% dibandingkan dengan tahun 2008. Berdasarkan hasil survei Direktorat
Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung, cadangan aspal Buton yang terukur diperkirakan
mencapai 650 juta ton dari sejumlah 2 miliar ton. Sejak ditambang hingga saat ini, aspal Buton
yang telah dieksploitasi baru 3,4 juta ton. Rendahnya permintaan aspal Buton antara lain
disebabkan oleh kualitas dan teknologi pengolahan aspal juga karena bersaing dengan aspal dari
kilang minyak bumi.
Produksi dan Nilai Produksi Pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013-2016
Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (jutaan rupiah)
Biji Nikel Ferro Aspal Biji Nikel Ferro Nikel Aspal
Nikel
2013 29.431.004 15.535 583.830 8.387.836,14 2.563.275,00 175.148,91
2014 1.387.140 16.851 275.290 138.714,00 1.152,61 27.529,00
2015 373.851 - - - - -
2016 2.394.228 - 27.683 780.758,01 - 30.451,30
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Nikel dan aspal merupakan dua jenis produksi pertambangan yang menonjol di Sulawesi
Tenggara. Tahun 2016 jumlah produksi nikel mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
2015 menjadi 2.394.228 ton dengan nilai produksi sebesar 780.758 juta rupiah. Sedangkan
produksi aspal di tahun 2016 cukup menurun menjadi 27.683 ton dengan nilai produksi 30.451
juta rupiah.

Potensi di Sektor Kemaritiman


Perikanan
Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015-2016
(dalam ton)
Perikanan Laut Perairan Umum
2015 2016 2015 2016
146.323 148.747 2.877 2.993
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 (dalam ton)
Budidaya Laut Tambak Kolam Jaring Sawah
480.728 81.041 937 209 -
Data diperoleh dari BPS Sulawesi Tenggara
Produksi perikanan di Sulawesi Tenggara didominasi oleh perikanan budidaya, dengan
produksi sebesar 562.915 ton di tahun 2016 yang didominasi oleh hasil budidaya laut. Besaran
produksi ini dihasilkan oleh 55.678 orang petani budidaya ikan. Sedangkan untuk perikanan
tangkap, terjadi peningkatan produksi, yaitu sebesar 149.200 ton di tahun 2015 meningkat menjadi
151.740 ton di tahun 2016.
Salah satu agenda prioritas pembangunan wilayah oleh Presiden melalui Konsep Nawacita
adalah pembangunan kemaritiman. Pembangunan kemaritiman tidak lagi diposisikan sebagai
sektor pinggiran (peripheral sector) tetapi dipandang sebagai motor penggerak perekonomian
nasional sekaligus menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran masyarakat. Demikian pula
kondisi Sulawesi Tenggara yang sebagian besar wilayahnya merupakan kepulauan mencerminkan
peran sektor kemaritiman menjadi bagian yang menentukan perputaran roda perekonomian daerah
ataupun terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Dari aspek pemanfaatan potensi luas laut,
diketahui bahwa hanya 41 persen yang baru termanfaatkan dari 72 persen luas laut Sulawesi
Tenggara.
Dengan melihat peluang yang dimiliki, maka wilayah Sulawesi Tenggara memungkinkan
menjadi pusat pengembangan ekonomi maritim. Untuk mencapai tujuan tersebut, Sulawesi
Tenggara membutuhkan infrastruktur kepelabuhan yang memadai dan terintegrasi dengan wilayah
industri untuk memenuhi kebutuhan logistik dan perikanan. Perlu dibentuk pusat-pusat pendidikan
yang berbasis maritim baik pelaut, teknik perkapalan dan nelayan di semua wilayah
kabupaten/kota yang memiliki pelabuhan, dibentuk lembaga keuangan penunjang
ekonomi/industri perikanan serta kemudahan-kemudahan berinvestasi di dunia kemaritiman.

Strategi Pengembangan Ekonomi Maritim di Provinsi Sulawesi Tenggara

Strengtht (S)
1. Kekayaan potensi sumber daya kelautan yang besar
2. Dukungan legislasi dan regulasi kelautan dan perikanan
3. Kesiapan lembaga pendukung yang memadai dan kompeten, seperti pemerintah, penyuluh,
perguruan tinggi, dll.
4. Superioritas wilayah
Weakness (W)
1. Belum ada kesepakatan penetapan kawasan
2. Terbatasnya tenaga yang terampil
3. Terbatasnya infrastruktur kelautan termasuk bangunan pelabuhan, industri kelautan, pemasaran
dan pariwisata, listrik, komunikasi, sentra kegiatan perikanan, jalan, dll.
4. Rendahnya minat investor menanamkan modalnya di bidang kelautan.
5. Lemahnya koordinasi lintas sektor.
6. Terbatasnya pengawasan dan penegakan hukum
7. Ketersediaan data informasi dan akses pasar
Opportunity (O)
1. Regulasi percepatan pembangunan
2. Posisi geografis yang strategis
3. Pengembangan Energi Terbarukan
4. Berlakunya pasar bebas di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)
5. Meningkatnya permintaan produk dan jasa kelautan
Treath (T)
1. Pencemaran dan Degradasi lingkungan
2. Bencana alam dan climate change
3. Ketergantungan terhadap kondisi alam
4. Meningkatnya daya saing daerah di luar Sulawesi Tenggara dan negara tetangga
5. Konflik kepentingan

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai
pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan
perikanan;
b. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan dan
perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan
struktur ruang secara terpadu;
c. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan berupa kawasan
pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara terintegrasi dengan
usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;
d. Melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan perlindungan plasma nutfah,
terumbu karang dan sumberdaya hayati untuk kelangsungan produksi dan pengembangan
ekowisata; dan
e. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional dan
berkelanjutan.
Pengembangan dan pengelolaan sektor maritim merupakan tanggung jawab semua pihak,
baik itu kementerian pariwisata, jaringan ekoturisme Indonesia, stakeholder taman nasional, dinas
pariwisata, LSM misalnya TNC dan WWF, pelaku usaha pariwisata, tokoh masyarakat dan
lainnya. Pemerintah Daerah Sultra selalu berupaya untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak
terkait untuk mengembangkan potensi wisata bahari. Salah satunya adalah kerjasama dengan
Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta salah satu satuan pendidikan tinggi Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). Kerjasama ini meliputi penyediaan fasilitas pendukung pendidikan bagi
taruna/taruni asal Buton Selatan di STP; serta penyelenggaraan pendidikan, bimbingan teknis, dan
rancang bangun desain sarana dan prasarana kelautan dan perikanan bagi aparat dan masyarakat
khususnya di Buton Selatan. Tahun lalu juga Pemerintah Kota La Rochelle-Prancis dan
Pemerintah Kota Kendari-Indonesia jalin kerja sama atau jalin kesepakatan kemaritiman yang
merupakan bagian dari kerja sama antara Indonesia dan Prancis. Kesepakatan itu akan terwujud
dalam bentuk hubungan kerja sama sister city (kota kembar) antara Pemkot La Rochelle dan
Pemkot Kendari. Kendari adalah kota kedua yang dipilih oleh Pemkot La Rochelle untuk kerja
sama karena dianggap bahwa kondisi geografis kota Kendari sangat mirip dengan wilayah La
Rochelle.

Sebelumnya, Marine Protected Areas Governance (MPAG) dan Indonesia Marine and
Climate Supprot (IMACS) berada di bawah proyek MRP yang mengimplementasikan rencana
kerja dengan melibatkan empat Universitas lokal, 16 mahasiswa pascasarjana, lima LSM sebagai
pelaksana proyek MPAG, 42 mitra penerima hibah IMACS, 50 desa pesisir diseluruh wilayah
pesisir Sultra. MRP (Marine Resource Program) adalah hibah dari USAID (Agency for
Internasional Development) untuk mendukung kebijakan pemerintah Indonesia mengelola sumber
daya kelautan yang berkelanjutan, termasuk edukasi dan mitigasi perubahan iklim di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil.

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat RTR Kawasan
Strategis Provinsi adalah rencana tata ruang yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan. Pada periode Tahun 2008-2013 telah dirancang beberapa kawasan strategis
yang potensial untuk meningkatkan nilai tambah secara signifikan yaitu kawasan pertambangan
Asera, Wiwirano dan Langgikima (AWILA), kawasan pertambangan Kolaka Utara, Kawasan
Pertam-bangan Watekule Kabaena Bombana, Kawasan Industri Kakao di Ladongi Kolaka,
Kawasan Industri Rumput Laut di Baubau dan Buton serta kawasan Industri Pariwisata di
Wakatobi. Kawasan-kawasan ini diharapkan mampu menjadi pemicu terhadap pembangunan
masyarakat dan daerah sekitar melalui proses peningkatan nilai tambah.

Daftar Pustaka
Nur, S., Siang, R. (2016). Optimalisasi Pengembangan Ekonomi Maritim Di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Kendari: Universitas Halu
Oleo. ISSN : 2355-6617.
Salim, H., Purbani, D. (2015). Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat Di
Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan-Kementerian
Kelauatan dan Perikanan.
Tim Kebijakan Ekonomi Mineral. Analisis Pengembangan Ekonomi Wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara Berbasis Sektor Pertambangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Teknologi Mineral Dan Batubara Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. https://sultra.bps.go.id/
Litbang Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara. http://sultra.litbang.pertanian.go.id/
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2034
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2013-2018
Kendari Pos. http://kendaripos.co.id/2017/12/20/realisasi-investasi-di-sultra-capai-rp-11-
triliun/
Sultra Antara News. https://sultra.antaranews.com/berita/287721/la-rochelle-prancis-
kendari-kerja-sama-kemaritiman
https://sultra.antaranews.com/berita/276709/sultra-berharap-program-mrp-usaid-bisa-
berkelanjutan

Zona Sultra. https://zonasultra.com/pemerintah-sultra-dan-swiss-kerjasama-wisata-dan-


pertanian-kakao.html

Anda mungkin juga menyukai