Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH


DI DESA KUANHEUM KECAMATAAN KUPANG BARAT
KABUPATEN KUPANG

Oleh

JOURDARLINGS M. LUTTU
1404020110

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDKAN TINGGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Indonesia masih merupakan negara agraris, artinya pertanian masih memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang masih hidup atau bekerja pada sektor
pertanian. Begitu juga dengan produk nasional indonesia yang berasal dari pertanian.
Hingga tahun 2014 terdapat 40,8 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebesar 118,2 juta
jiwa yang bekerja di sektor pertanian. Angka ini menurun ditahun berikutnya (2015)
menjadi 37,75 juta jiwa yang bekerja di sektor pertanian. Ketergantungan pada sektor
pertanian, kegiatan pokok dan sumber pendapatan utama masyarakat, khususnya
masyarakat pedesaan bersumber pada sektor ini. Hal ini dapat diartikan bahwa kehidupan
dari sebagian besar rumah tangga penduduk pedesaan di Indonesia masih bergantung pada
sektor pertanian.
Sektor pertanian di Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sektor andalan dalam
pembangunan daerah terutama dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Nusa Tenggara
Timur. Data (BPS NTT, 2016) menunjukan bahwa pada tahun 2015 sektor pertanian
memberikan kontribusi pembentukan PDRB NTT sebesar 29,65% dan sektor pertanian
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 61,65%, hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian
masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah Nusa Tenggara Timur.
Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten yang jumlah penduduknya terus
meningkat dan juga memiliki penduduk yang sebagian besarnya bekerja di sector
pertanian. Tercatat di tahun 2011 dari jumlah penduduk Kabupaten Kupang sebesar
310.573 jiwa, sebesar 74,10% atau sebesar 230.134,59 jiwa bekerja di sektor pertanian.
Kemudian ditahun 2015 dari jumlah penduduk sebesar 334.189 jiwa sebanyak 70,64% atau
236.071,11 jiwa yang bekerja di sektor pertanian. Walaupun presentase tenaga kerja di
sektor ini cenderung menurun, namun sektor pertanian inilah yang masih menjadi sumber
penyerapan tenaga kerja terbesar di Kabupaten Kupang.
Selain menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga berperan dalam menopang PDRB
Kabupaten Kupang. Sektor pertanian berkontribusi sebesar 45,40% di tahun 2012.
Walaupun mengalami penurunan menjadi 44,48% di tahun 2013 dan menjadi 43,73% di
tahun 2014, sektor ini masih menjadi sektor terbesar yang berkontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Kupang.
Sub sektor palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-umbian) merupakan salah satu
penopang pendapatan dari sektor pertanian pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik
Indonesia yang termaksud dalam jenis tanaman palawija adalah tanaman jagung, kacang-
kacangan dan umbi-bimbian. Meskipun produksinya cenderung menurun, seperti pada
tanaman jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu, dan ubi jalar namun masih
terus diusahakan oleh petani. Produksi jenis tanaman palawija tertinggi di wilayah
Kabupaten Kupang; yakni ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Besarnya produksi
palawija ini dari tahun ketahun selalu berfluktuasi sesuai dengan kondisi iklim. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.1 Produksi Tanaman Palawija Kabupaten Kupang Tahun 2015


Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2014
No
Palawija (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
1. Jagung 62.249 54.396 69.147 59.997,2 53.933,0
2. Kacang Tanah 1.638 5.437 3.780 3.451,7 2.679,8
3. Kacang Hijau 928 928 451 172,3 139,51
4. Ubi Kayu 24.738 30.752 49.552 40.235,0 34.024,2
5. Ubi Jalar 1.470 5.691 5.131 22.404,0 54,0
Sumber, BPS Kabupaten Kupang 2015

Tabel 1.2. Produksi Kacang Tanah Di Kabupaten Kupang 2016


Tahun Produksi (Ton) Lahan (Ha) Produktifitas(Ton/Ha)
2015 1.926 1.852 1.04
2014 2.679,8 1.967 1.36
2013 3451,7 2.088 0.17
Sumber, BPS Kabupaten Kupang 2016
Dari tabel 1.2. dapat dilihat bahwa produksi kacang tanah di Kabupaten Kupang
mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun. Dengan produktifitas yang tidak jauh
berbeda antara tahun 2013 sampai 2015. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar
2.088 ton, dan produksi terendah pada tahun 2015 sebesar 1.926 ton.
Kecamatan Kupang Barat merupakan salah satu penghasil kacang tanah terbesar di
Kabupaten Kupang selain Kecamatan Fatuleu (660,6 Ton) dan Semau Selatan (218 Ton).
Dengan luas tanam dan luas panen di Kecamatan Kupang Barat adalah terbesar yaitu 550
Ha mampu memproduksi sebanyak 660 ton di tahun 2016. Salah satu desa yang
memproduksi kacang tanah ialah desa Kuanheum.

Tabel 1.3 Produksi Kacang Tanah dan Luas Panen Desa-Desa Di Kecamatan Kupang Barat
tahun 2016 dalam ton
Produktifitas
No Desa Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
1 Manulai 3 3 1
2 Batakte 8 8 1
3 Oenesu 8 7 0,88
4 Sumlili 11 20 1,81
5 Oetmanunu 93 121 1,30
6 Oenaek 100 120 1,2
7 Tesabela 95 96 1,01
8 Lituleo 50 62 1,24
9 Tablolong 5 6 1,2
10 Kuanheum 120 150 1,25
11 Bolok 7 7 1
12 Nitneo 50 60 1.2
Sumber, Kecamatan Kupang Barat Dalam Angka 2016
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Desa Kuanheum adalah desa dengan produksi
kacang tanah tertinggi di Kecamatan Kupang Barat. Luas lahan panen di desa ini pada
tahun 2016 adalah sebesar 120 Ha dengan produksi sebesar 150 ton. Produksi yang lebih
besar dibandingkan desa lain di Kecamatan Kupang Barat diharapkan mampu menopang
dan memberi sumbangan terhadap pendapatan palawija di desa ini.
Berdasarkan potensi sumberdaya alamnya, Desa Kuanheun merupakan daerah yang
berpotensi sebagai salah satu penghasil kacang tanah. Dengan adanya peningkatan
produksi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga petani
kacang tanah di Desa Kuanheun. Para petani sudah menerapkan prinsip ekonomi di dalam
usahataninya, hanya saja belum pernah dilakukan penelitian tentang hal tersebut. Oleh
sebab itu dirasa perlu untuk dilakukan kajian tentang Analisis Pendapatan Usahatani
kacang tanah Di Desa Kuanheum, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa Besar Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Kuanheum Kecamatan
Kupang Barat ?
2. Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kacang Tanah di
Desa Kuanheum Kecamatan Kupang Barat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Besarnya Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa
Kuanheum, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kacang Tanah Di
Desa Kuanheum, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi petani kacang tanah dalam usaha perbaikan tingkat
pendapatan dan pola usahatani yang lebih efisien.
2. Pemerintah dan instasi terkait untuk dijadikan bahan acuan untuk mengambil
kebijakan dalam bidang pertanian.
3. Peneliti sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rujukan penelitian


Penelitian Masese (2011) di Kecamatan Lamala Kabupaten banggai menemukan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kacang tanah adalah luas lahan, benih, tenaga
kerja, dan pengalaman usahatani. Dari empat variabel independen (X) yang diteliti hanya
satu variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y) yakni variabel
penggunaan tenaga kerja, sedang variabel luas lahan, benih, dan pengalaman usahatani
berpengaruh nyata terhadap penambahan produksi usahatani kacang tanah di Desa Pondan
Kecamatan Lamala. Pendapatan untuk kacang tanah di Desa Pondan Kecamatan Lamala
rata-rata responden Rp 3.742.816,67 atau 4.924.758/Ha. Dengan total biaya rata-rata
responden Rp 5.314.933,33/Ha.
Penelitian yang dilakukan oleh Rumagit (2011) yang menyatakan bahwa penerimaan
rata-rata petani kacang tanah di Desa Kanonang II adalah sebesar Rp 6.053.800 dan biaya
rata-rata yang diterima petani adalah Rp 2.871.223 per satu kali masa tanam. Dilihat dari
nilai R/C yang lebih besar dari 1 yaitu 1,90 dan rata-rata pendapatan yang terima dalam satu
kali panen relatif menguntungkan.

2.1 Kacang Tanah


Kacang tanah adalah tanaman palawija berjenis legum yang membutuhkan curah hujan
antara 800-1.300 mm/tahun dengan ketinggian optimum tanaman adalah 50-50 m dpl.
Cocok ditanam di tanah yang gembur dengan ph 6,0-6,5. Drainase dan aerasi yang baik
sangat dibutuhkan oleh tanaman ini. Umur panen tanaman ini tergantung dari jenisnya,
yaitu kurang lebih 3-4 bulan untuk yang berumur pendek dan 5-6 bulan unutk yang berumur
panjang. Ciri-ciri saat pemanenan antara lain sebagai berikut : batang mulai mengeras; daun
menguning dan sebagian berguguran, polong sudah berisi penuh dan keras; warna polong
ciklat kehitaman.
2.2 Konsep Usahatani
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu dan sebagainya (Mubyarto, 1989). Selanjutnya usahatani menurut
Soekartawi (1985) adalah cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (alam,
tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuan usahatani.

2.3 Konsep Biaya


Menurut Tjakrawiraksana dan Soeriatmadja (1983) biaya adalah semua pengeluaran yang
dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu
periode proses produksi. Biaya merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi)
yang disebut input yang mencakup biaya sarana produksi yang habis pakai, lahan, alat-alat
produksi tahan lama, tenaga kearja dan biaya-biaya.
Biaya–biaya dalam usahatani merupakan pengorbanan untuk memperoleh penerimaan
atau pendapatan kotor terkecuali bunga aktiva yang digunakan, biaya untuk kegiatan
pengusaha dan upah tenaga kerja dalam keluarga. Total pengeluaran usahatani merupakan
nilai dari semua korbanan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam satu masa proses
produksi (Soekartawi, 1985).
Biaya produksi dalam usahatani terbagi atas 2, yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya
variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan yang tidak habis
terpakai dalam satu kali periode produksi (Soekartawi, 1985) sedangkan menurut Mubyarto
(1989) biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan berulang-ulang dalam proses produksi.
Biaya ini tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi. Contohnya cangkul, parang, sewa
lahan, pajak, iuran air dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan yang habis terpakai dalam satu periode produksi. Biaya ini mempengaruhi besar
kecilnya tingkat produksi (bibit, pupuk tenaga kerja)

2.4 Pendapatan Usahatani


Kadarsan (1992), menyatakan pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan total
dengan pengeluaran total. Selisih tersebut disebut penerimaan. Penerimaan tersebut
bersumber dari hasil pemasaran atau penjualan hasil usaha sedangkan pengeluaran
merupakan biaya total yang digunakan selama selama proses produksi. Pendapatan menurut
ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang
dalam suatu periode seperti keadaan semula. Definisi tersebut menitik beratkan pada total
kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain
pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil
yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan
didefinisikan sebagai jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian
yang bukan diakibatkan oleh perubahan modal dan hutang.
Menurut Gustiyana (2004), pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian,
yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani
selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil
produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat
pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani
dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi
meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan
pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total
dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai
penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut
(Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan
tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu
keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1996), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani:
 Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,
 Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks per tanaman,
 Pilihan dan kombinasi,
 Intensitas perusahaan pertanaman,
 Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1985), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis seperti pada
Persamaan 1.
Pd = Y. Py – Σ Xi.Pxi – BTT
Keterangan :
Pd = Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)

2.5 Analisis R/C Ratio


R/C ratio (Return Cost Ratio) dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan
dan biaya. Dalam analisis ini yang menjadi pusat perhatian adalah unsur biaya sehingga dapat
diuji seberapa besar setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha yang
bersangkutan yang dapat memberi sejumlah penerimaan.
R/C ratio tidak mempunyai satuan tetapi batas besaran yang terkecil dapat dianggap
sebagai keuntungan adalah satu, dengan demikian kriteria yang dipakai adalah
(Tjakawiralaksana dan Soeriatmadja, 1989).
Jumlah Penerimaan Total
Rumus R/C ratio =
Jumlah Pengeluaran Total
 R/C ratio > 1 : Kegiatan usahatani menguntungkan secara ekonomi
 R/C ratio = 1 : Kegiatan usahatani tidak menguntungkan dan tidak
merugikan.
 R/C ratio < 1 : Kegiatan usahatani tidak menguntungkan secara ekonomi.
2.7. Fungsi produksi Cobb-Douglas.
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua
atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variable dependen, yang
menjelaskan (Y), dan variable yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan
(X)(Soekartawi, 2003).
Keunggulan dari fungsi produksi ini adalah
a. Bentuk fungsi sederhana, ekonomis dalam perhitungan pendugaan
parameter dan seringkali menghasilkan dugaan yang nyata.
b. Dengan mudah memperoleh dugaan skala ekonomis
c. Koefisien regresi sekaligus menggambarkan tingkat elastisitas input
d. Konstanta (a) merupakan indeks efisien.
Menurut sugiyanto (1995), secara matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Y = AKαLβ
Dimana derajat homogenitas adalah α + β = 1
Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyayakan dalam hubungan Y dan X maka
Y= aX1b1, X2b2......,Xіbi,.........,Xn bneµ

Dimana :
Y : Variabel yang dijelaskan
X : Variabel yang menjelaskan
b1, b2 : Variabel yang akan diduga
1,2,3,…n : Variable ke n
a : Intersepe
e : Kesalaha / pengganggu
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan
diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut
sehingga menjadi :

Log Y = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2 + ………+ bn Log Xn + ui


Soekartawi (1990), menjelaskan bahwa penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas
selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear hal ini
dikarenakan terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yang antara lain
sebagai berikut :
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma nol adalah suatu
bilangan yang besarnya tidak diketahuin (Infinite).
2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi pada
setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies) dalam
artian bahwa Kalau fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model
dalam suatu pengamatandan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari
satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan
pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Tiap variable X adalah perfect competition.
4. Perbedaan lokasi (dalam funsai produksi) seperti iklim adalah sudah mencakup
pada faktor kesalahan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran.
Usahatani kacang tanah pada umumnya terdapat input dan output. Input atau faktor
produksi meliputi tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida dan lahan. Sedangkan output adalah
hasil dari proses produksi kacang tanah. Jika hasil produksi dari usahatani kacang tanah
dikalikan dengan harga kacang tanah pada tingkat petani maka akan diperoleh peneriaman.
Selisi dari total penerimaan dan total biaya maka diperoleh pendapatan usahatani kacang
tanah.
Faktor-faktor produksi dalam berusahatan kacang tanah sangatlah berpengaruh pada
produksi yang dihasilkan petani karena jika luas lahan yang digunakan untuk berusahatani
kacang tanah besar, maka jumlah benih yang ditanam pada lahan tersebut juga banyak, dan
akan berdampak pada jumlah produksi kacang tanah yang dihasilkanpun tinggi.
Apabila benih kacang tanah yang digunakan merupakan benih unggulan, maka akan
berpengaruh pada tingkat produksi yang dihasilkan. Tenaga kerja dipergunakan untuk
pengolahan lahan, penanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama, serta panen
dan pasca panen. Semakin serius petani menangani usahataninya yang dikelolanya, maka
semakin besar manfaat yang akan diperoleh petani untuk produksi kacang tanah.
Penggunaan pupuk dan pestisada sangatlah penting bagi pertumbuhan kacang tanah dan
pencegahan hama dan penyakit. Faktor-faktor produksi secara bersama-sama akan dianalisis
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produksi kacang tanah sehingga dapat meberikan
pendapatan bagi petani.
Gambar 3.1.menunjukkan bagan tentang kerangka konsep pemikiran penelitia

Usahatani

Kacang Tanah

Faktor produksi :  Pengolahan lahan

 Lahan.  Penanaman

 Tenagakerja  Pemupukan

 Benih  Pengendalian OPT

 Pupuk  Panen dan pasca


panen
 Pestisida

Produksi

Biaya

Penerimaan

Pendapatan

Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Kacang Tanah di Desa Kuanheum Kecamatan Kupang Barat
Kabupaten Kupang.
3.2. Hipotesis.
Hipotesis atau dugaan sementara yang ditarik adalah diduga faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi usahatani kacang tanah adalah benih, luas lahan, curahan tenaga
kerja, pupuk, dan pestisida.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian.


Penelitin ini akan dilaksanakan di Desa Kuanheun, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten
Kupang, dari bulan april sampai mei 2019.

3.4. Metode Pengambilan Sampel dan Penentuan Lokasi


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengunakan metode purposive sampling dalam menentukan lokasi penelitian yaitu di Desa
Kuanheum Kecamatan Kupang Barat dengan pertimbangan Desa Kuanheum merupakan
Kecamatan penghasil kacang tanah dengan produksi Tertinggi diantara Desa-Desa yang
berada di Kecamatan Kupang Barat.
2. Untuk menentukan petani sampel adalah seluruh keluarga petani yang menanam kacang
tanah 1 tahun terakhir. Populasi keluarga petani kacang tanah di Desa Kuanheum terdapat
349 Keluarga tani. Untuk menentukan petani responden maka dilakukan dengan rumus
Slovin (dalam Levis 2013), yaitu:
N
n=
1+ N ¿ ¿
Keterangan :

n : Besarnya Responden yang Diinginkan


N : Besarnya Populasi
e2 : Tingkat kesalahan yang ditolerir (10%)
Dari rumus diatas maka penentuan petani responden dapat diketahui dengan perhitungan
berikut:
349
n=
1+349 ¿ ¿
349
¿
4,49
¿ 77,72
¿ 78 (dibulatkan)
Dengan demikian jumlah petani responden adalah 78 keluarga tani.

3.5. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dengan metode survei, wawancara dan studi pustaka. Jenis data
yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuisioner yang telah
disiapkan sedangkan data sekunder bersumber dari instansi atau lembaga–lembaga terkait
dan perpustakaan sesuai dengan judul penelitian.

3.6. Pengamatan dan Konsep Pengukuran


Hal-hal yang diamati dalam penelitan ini adalah :
1. Identifikasi responden meliputi nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
formal dan informal, pengalaman berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga.
2. Luas lahan adalah luas lahan pertanian yang digunakan dalam usahatani kacang
tanah (are).
3. Status kepemilikan lahan (are) adalah milik sendiri atau warisan.
4. Tenaga kerja yaitu jumlah hari kerja orang (HKO). Mulai dari persemaian benih,
pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta
panen.
5. Jumlah benih yang digunakan dalam usahatani kacang tanah (Kg).
6. Jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani kacang tanah (Kg).
7. Jumlah pestisida yang digunakan dalam usahatani kacang tanah (liter).
8. Harga input adalah setiap hal yang diperlukan secara teknis untuk memproduksi
suatu barang atau jasa (Rp).
9. Biaya produksi yaitu semua biaya yang digunakan atau yang dikeluarkan dalam
usahatani kacang tanah. Baik biaya tetap dan biaya variable, biaya tetap (fixed
cost) dalah biaya yang dipergunakan tidak habis dalam satu masa produksi,
misalnya pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian,
pemeliharaan pompa air, traktor dan lain-lain. Biaya variable atau biaya berubah
(variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada biaya
skala produksi, misalnya biaya pupuk, benih, obat, pemasmi hama dan penyakit,
upah tenaga kerja, biaya panen dan biaya pengolahan tanah (Rp).
10. Produksi kacang tanah adalah produksi kacang tanah selama satu tahun
menghasilkan satu periode tanam.
11. Harga output/produksi adalah harga dari kacang tanah yang dihasilkan, yang
berlaku ditingkat petani (Rp).
12. Penerimaan adalah nilai dari produk hasil usahatani kacang tanah yang diterima
petani atau total produksi dikali dengan harga kacang tanah yang berlaku ditingkat
petani (Rp).
13. Pendapatan adalah jumlah penerimaan dikurang dengan total biaya produksi (Rp).

3.7. Model dan Analisis Data.


Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian
sebagai berikut :
3.7.1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui besar pendapatan yang
diperoleh petani dari usahatani kacang tanah digunakan rumus pendapatan
menurut Soekartawi (1995), yaitu :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani kacang tanah yang diperoleh selama 1 tahun
TR = Total Penerimaan, harga pokok dikalikan dengan total produksi
usahatani kacang tanah.
TC = Biaya Produksi total yang merupakan jumlah pengeluaran selama
proses poduksi kacang tanah.
3.7.2. Untuk mengetahui tujuan kedua menurut Soekartawi (1990) ada beberapa faktor
produksi yang mempengaruhi produksi usahatani kacang tanah yaitu, Luas lahan
(Ha), Benih (Kg), Pestisida (L), Pupuk (Kg), Tenaga Kerja (HKO). Oleh karena
itu, untuk mengetahui besar pengaruh faktor produksi terhadap produksi
usahatani kacang tanah, maka dapat dirumuskan menggunakan rumus fungsi
produksi dari Cobb-Douglas sebagai berikut :

Y= aX1b1, X2b2,X3b3,X4b4,X5b5,.........,Xn bneµ


Dimana :
Y = Produksi usahatani kacang tanah (Kg)
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Benih (Kg)
X3 = Pestisida (L)
X4 = Pupuk (Kg)
X5 = Tenaga kerja (HKO)
Xn = Berbagai input yang digunakan
a = Konstanta
e = Kesalahan (eror term)
µ = Variabel Pengganggu
b1,b2,b3,b4,b5...bn = Koefisien Regresi
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas maka fungsi
tersebut diubah bentuknya menjadi regresi linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut sehingga menjadi :

Log Y = Log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + ui

Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dalam penelitian ini,

dapat diukur dengan melakukan pengujian nilai uji serempak (F –test) yang

dirumuskan oleh Gujarati (1988) sebagai berikut :


Fhit = R2 / (k-1)

(1-R2) / (n-k)

Keterangan :

R2 : koefisien determinasi

k : jumlah parameter

n : jumlah responden yang diambil

untuk pengujian F digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = ....... = bi = 0

H1 : minimal salah satu b1 ≠ 0

 Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel independen secara bersama

– sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

 Bila nilai Fhit < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama – sama

variabel independen tidak berpengaruh nayata terhadap variabel dependen.

Kemudian melakukan perhitungan terhadap nilai koefisien determinasi (R2) yang

dirumuskan Gujarati (1988) sebagai berikut :

R2 = ESS
TSS
Keterangan :
ESS = Jumlah Kuadrat Regresi (expplained Sum of Squares)
TSS = Total Jumlah Kuadrat (Total Sum of Squares)
Menurut Agus dan Nano, 2016 nilai koefisien determinasi tidak pernah menurun

maka harus hati-hati membandingkan dua regresi yang mempunyai variabel

depnden Y sama, tetapi berbeda dalam jumlah variabel independen X. kehati-


hatian ini perlu karena tujuan regresi metode OLS adalah mendapatkan nilai

koefisien determinasi yang tertinggi.

Salah satu persoalan besar penggunaan koefisien determinasi R 2 dengan demikian

adalah nilai R2 selalu menaik ketika menambah variabel independen X dalam

model walaupun penambahan variabel independen X belum tentu mempunyai

justifikasi atau pembenaran dari teori ekonomi ataupun logika ekonomi. Para ahli

ekonometrika telah mengembangkan alternative lain agar nilai R 2 tidak merupakan

fungsi dari variabel independen. Sebagai alternative digunakan R2 yang

disesuaikan (Adjusted R2) dengan rumus sebagai berikut :

( Σ e^ i ) /(n−k )
2

Adjusted R2=1−
∑¿ ¿

Dimana :
k = jumlah parameter, termasuk intersept
n = jumlah observasi
Terminologi koefisien determinasi yang disesuaikan ini karena disesuaikan

dengan derajat kebebasan (df) dimana ∑ê12 mempunyai df sebesar n - k dan ∑(Yi -

Ȳ)2 dengan df sebesar n – 1.

Selanjutnya dilakukan pengujian nilai uji persial (t-test) yang dirumuskan

dalam Djan (1973) sebagai berikut :

Thit = bi – b0
S(bi)
Keterangan :
bi : koefisien regresi ke – i yang diduga

b0 : nilai hipotesis dari bi

S(bi) : standar devisiasi koefisiensi regresi ke – i yang diduga

Dalam uji t digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠ 0

 Jika thit ≥ ttabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen.

 Jika thit ≤ ttabel, maka H0 diterima yang berarti variabel independen secara

individual tidak mempengaruhi variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Kacang Tanah Kainius. Yogyakarta


Ahmadi.2001. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta
Ajul, Y. 2001. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah Terhadap Total Pendapatan
Usahatani Di Lahan Sawah Di Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Nusa Cendana. Kupang
BPS. 2016. Indikator Ekonomi Nusa Tenggara Timur. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara
Timur. Kupang
BPS. 2015. Indikator Ekonomi Kabupaten Kupang . Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara
Timur. Kupang
BPS. 2015. Statistik pertanian Kecamatan Kupang Barat . Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara
Timur. Kupang
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian. Salemba empat:
Jakarta.
Hernanto. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kotler, P dan Keller, K. L. 1997. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Mosher, A. T. 1991. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV, Jakarta..
Murad, A. 2016. Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Pada Usaha Pembuatan Tempe
Terhadap Pendapatan Keluarga. Skripsi Fakultas Universitas Sumatra Utara. Medan.
Suryana, A. 2006. Pengembangan Agribisnis Berbasis Palawija di Indonesia: Perannya Dalam
Peningkatan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan . Prosiding Seminar
Nasional. Bogor.
Soekartawi, dkk. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Pertanian Keci.,
Penerbit UI-Press. Jakarta.
Soekartawi. 1985. Membangun Pertanian. Penerbit Kaya Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai