Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

PEMBIAYAAN PERUSAHAAN PERTANIAN


PENGALOKASIAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA
PADA USAHATANI PORANG
Paidi Porang, Desa Guringan, Kepel. Kecamatan Kare,
Kabupaten Madiun, Jawa Timur

Disusun Oleh:
Shift : 12
Anastasya Nurjanah E1D020086
Tiodora Ayudia Novita Sipakkar E1D020076
Fitriani E1D020084
Martha Diarni Gultom E1D020085
Anastasya Nurjanah E1D020086

Dosen Pembimbing:
Ir. Nyanyu Neti Arianti, M.Si

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum
Lapangan tentang “PENGALOKASIAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DANA PADA USAHATANI PORANG”. Penulisan laporan adalah salah satu
tugas praktikum mata kuliah Pembiayaan Perusahaan Pertanian di Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
laporan ini, khususnya kepada Bapak dan Ibu dosen, serta Asisten Praktikum yang
telah memberikan materi, sehingga memberikan modal awal buat penulisan
laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu, Desember 2022


Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman porang merupakan tanaman asli dari daerah tropis yang termasuk
dalam famili Iles-iles yang memberikan hasil utama berupa umbi, yang dapat
dijadikan bahan makanan, perindustrian, dan obat. Salah satu sifat khas tanaman
porang adalah mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang
ternaungi, sehingga tanaman ini tumbuh baik pada kawasan hutan dan dapat
tumbuh di semua jenis tanah dengan kondisi gembur dan tidak tergenang (KPH
Saradan 2005). Tanaman Porang merupakan kekayaan hayati, saat ini telah
dikembangkan di bawah tegakan hutan jati (Tectona grandis) dan sono (Sono spp)
di daerah Jawa Timur.
Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta
penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di
Indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna
sebagai makanan diet yang menyehatkan (Dewanto dan Purnomo, 2009 dalam
Sari dan Suhartati. 2015). Penelitian terbaru membuktikan bahwa dari keempat
jenis umbi umbian tersebut porang memiliki kandungan glukomanan tertinggi
(35%), Untuk itu umbi porang saat ini banyak dicari orang karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi (Perhutani, 2007 dalam Siswanto dan .Karamina, 2016).
Usaha peningkatan potensi produksi tanaman porang dapat dilakukan
dengan melakukan evaluasi lahan, evaluasi lahan merupakan proses penilaian
potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu yang berguna untuk
membantu perencanaan dan pengelolaan lahan melalui interpretasi sifat fisika
kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya. Evaluasi lahan
secara fisik dapat menjawab tingkat kesesuaian lahannya dan secara ekonomik
akan menjawab kelayakan usahataninya. Secara spesifik, kesesuaian lahan untuk
suatu komoditas dinilai berdasarkan sifat-sifat fisik lingkungan sepeti tingkat
kesuburan tanah, iklim, topografi (kelas lereng), hidrologi, dan drainase.
Indonesia mengekspor porang dalam bentuk gaplek atau tepung ke Jepang,
Australia, Srilanka, Malaysia, Korea, Selandia Baru, Pakistan, Inggris dan Italia.
Permintaan porang dalam bentuk segar maupun 2 chip kering terus meningkat.

3
Sebagai contoh, produksi porang di Jawa Timur tahun 2009 baru mencapai 600-
1000 ton chip kering sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400 ton chip kering
(Wijanarko dkk, 2012 dalam Sulistiyo, dkk, 2015). Kebutuhan ini belum dapat
dipenuhi karena di Indonesia porang belum dibudidayakan secara intensif dan
masih sangat tergantung pada potensi alam, luas penanaman yang masih terbatas
dan belum adanya pedoman budidaya yang lengkap. Selain itu, juga disebabkan
belum banyak masyarakat yang mengenal, umur tanaman yang relatif lebih lama
dibandingkan jenis umbi dan palawija lain (Sumarwoto, 2004).
Indonesia merupakan salah satu produsen umbi porang, namun belum
banyak ditemukan industry pengolahan porang. Produk umbi porang masih
bersifat eksklusif dan produksinya sangat terbatas serta dilakukan oleh industri
tertentu saja. Pada umumnya di tingkat petani hanya dilakukan pengolahan 2 umbi
porang menjadi bentuk chip kering atau sampai menjadi tepung porang, dan
biasanya tepung porang yang dihasilkan didalam negeri dieskpor untuk
ditingkatkan mutunya menjadi tepung glukomanan. Sedangkan tepung
glukomanan komersial yang ada dipasaran didapatkan melalui impor dari luar
negeri. Hal ini terjadi karena petani dan industri lokal belum mampu
menghasilkan atau memproduksi tepung glukomanan dari umbi tersebut. Melihat
kendala tersebut maka diperlukan upaya untuk mengkaji dan memperbaiki
teknologi pengolahan umbi porang menjadi tepung glukomanan, sehingga dapat
memberikan nilai tambah yang nyata baik bagi pelaku industri dan petani di
dalam negeri serta berpotensi mengurangi ketergantungan glukomanan impor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada praktikum
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas usaha pengalokasian penggunaan dana pada Usaha
rumah Tangga Petani porang?
2. Bagaimana menghitung biaya untuk seluruh aktivitas usaha pada usaha
rumah tangga petani porang?
3. Bagaimana sumber pendanaan yang dikumpulkan oleh Usaha rumah
Tangga Petani porang?

4
4. Bagaimana Menghitung jumlah dana yang dapat dikumpulkan oleh Usaha
rumah Tangga Petani porang untuk membiayai seluruh aktivitas usahanya?
5. Bagaimana Membuat laporan rugi-laba Usaha rumah Tangga Petani
porang?
6. Bagaimana Membuat neraca Usaha rumah Tangga Petani porang?
7. Bagaimana Menghitung kinerja finansial Usaha rumah Tangga Petani
porang, dengan Rasio likuiditas, Rasio solvabilitas dan Rasio rentabilitas?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi seluruh aktivitas usaha pengalokasian penggunaan dana
pada Usaha rumah Tangga Petani porang
2. Menghitung biaya untuk seluruh aktivitas usaha pada usaha rumah tangga
petani porang
3. Mengidentifikasi seluruh sumber pendanaan yang dikumpulkan oleh
Usaha rumah Tangga Petani porang
4. Menghitung jumlah dana yang dapat dikumpulkan oleh Usaha rumah
Tangga Petani porang untuk membiayai seluruh aktivitas usahanya
5. Membuat laporan rugi-laba Usaha rumah Tangga Petani porang
6. Membuat neraca Usaha rumah Tangga Petani porang
7. Menghitung kinerja finansial Usaha rumah Tangga Petani porang
a. Rasio likuiditas
b. Rasio solvabilitas
c. Rasio rentabilitas

5
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTIKUM
2.1 Keadaan Penduduk
Berdasarkan survey tahun 2015, Kecamatan Kare memiliki jumlah kepala
keluarga (KK) 11.067 KK. Kecamatan Kare memiliki jumlah penduduk sebesar
35.528 jiwa. Jumlah penduduk itu dapat dirinci laki-laki berjumlah 16.605 jiwa
sedang perempuan berjumlah 16.022 jiwa.

2.2 Keadaan wilayah


2.2.1 Batas wilayah
Memiliki luas wilayah sebesar 190,85 km2 atau 19.085 Ha. Dengan
wilayah seluas tersebut, kecamatan kare memiliki batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Mejayan
b. Sebelah Timur : Kecamatan Gemarang
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Dagangan
d. Sebelah Barat : Kecamatan Wungu
Kecamatan Kare terdiri dari 8 kelurahan/Desa. Berikut kelurahan/desa
yang terdapat di Kecamatan Kare:
1. Kelurahan/Desa Bodag : Luas wilayah 1.113,02 Ha
2. Kelurahan/Desa Bolo : Luas Wilayah 847 Ha
3. Kelurahan/Desa Cermo : Luas Wilayah 1.275 Ha
4. Kelurahan/Desa Kare : Luas Wilayah 8.927 Ha
5. Kelurahan/Desa Kepe l : Luas Wilayah 2.858,01 Ha
6. Kelurahan/Desa Kuwiran : Luas Wilayah 1.168,97 Ha
7. Kelurahan/Desa Morang : Luas Wilayah 869 Ha
8. Kelurahan/Desa Randualas : Luas Wilayah 2.027 Ha

2.2.2 Keadaan Topografi


Kecamatan Kare merupakan kecamatan yang wilayahnya berbukit-bukit
karena letaknya di lereng gunung wilis. Dengan kondisi geografis tersebut, sektor
ekonomi kecamatan Kare sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar.
Kecamatan Kare terletak di lereng gunung Wilis memiliki ketinggian sekitar 64

6
meter sampai dengan 426 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kare
merupakan wilayah yang keadan topografinya berbukit-bukit.

2.3 Keadaan Sarana dan Prasarana


Keadaan Sarana dan Prasarana pada daerah lokasi praktikum yaitu disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2.3.1 Sarana dan prasarana

2.4 Keadaan Usaha rumah Tangga Petani porang


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan pada Pratikum
LapanganTerpadu (PLT) diketahui bahwa dalam menjalankan Usaha rumah
Tangga Petani porang petani disekitar desa Guringan, Kepel memiliki luas lahan
yang tergolong dalam sekala kecil sampai dengan menengah. Selain itu, Usaha
rumah Tangga Petani porang pada desa ini juga menjalin kontrak dengan
perusahaan Paidi Indo Porang, oleh karena itu hasil Usaha rumah Tangga Petani
porang ini dijual kembali ke Perusahaan Paidi Indo Porang untuk kemudian
dilakukan tahapan produksi selanjutnya.

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Metode Penentuan Lokasi
Praktikum pembiayaan perusahaan pertanian ini dilakukan Desa Guringan,
Kepel. Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Penentuan lokasi ini
dilakukan secara purposive yaitu pengambilan lokasi secara sengaja karena lokasi
ini merupakan lokasi strategis dalam melakukan kegiatan praktikum dan
melakukan penelitian khususnya dalam pertanian.

Gambar 1. Peta lokasi praktikum


3.2 Metode Penentuan Responden
Penentuan responden yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu dengan
secara langsung menemui petani porang yang ada di Desa Guringan, Kepel,
Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Penentuan responden dilakukan secara
dengan metode purposive sampling, yakni prosedur yang yang diarahkan pada
upaya mendapatkan informasi dari kelompok tertentu, dan melalui pendekatan
sosiologis, dengan metode kualitatif dimana data dan informasi yang dibutuhkan
diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai komoditi porang. Responden
pada praktikum ini adalah penduduk Desa Guringan, Kepel yang berprofesi
sebagai petani porang. Jumlah responden yang diambil pada setiap kelompok
sebanyak satu responden.

8
3.3 Jenis Data Yang Dikumpulkan
3.3.1 Data Sekunder
Data sekunder didapatkan langsung dari kantor desa serta literatur-literatur
pendukung yang sesuai dengan penelitian. Pada praktikum ini data sekunder yang
digunakan yaitu data kependudukan, keadaan geografis, keadaan sarana dan
prasarana dan keadaaan usaha rumah tangga porang di Desa Kepel, Kecamatan
Kare, Kabupaten Madiun.
3.2.2 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
dengan cara wawancara secara langsung menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan sebelumya. Data primer meliputi identitas keluarga responden,
usahatani responden, produksi dan biaya usahatani, total pendapatan responden,
kebutuhan konsumsi, serta tabungan dari para responden.

3.3 Metode Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu untuk data sekunder
didapatkan dari Kantor Desa Guringan, Kepel, dan pada metode pengambilan data
secara primer dilakukan dengan metode wawancara dan dokumentasi sebagai
berikut.
3.2.2 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam berwawancara
terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan respoden. Wawancara ini
ditujukan untuk mengetahui pengalokasian, pemenuhan kebutuhan dana, dan
kinerja finansial usahatani porang di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten
Madiun.
3.2.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus menambah
keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan
dokumentasi yang ada di lapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan
keabsahan data.

9
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
deskriptif yaitu gambaran secara sistematis yang menentukan struktur pendanaan
dan biaya usahatani Dalam menentukan kinerja finansial usaha digunakan analisis
dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
a. Likuiditas : aktiva lancar/hutang lancer
b. Solvabilitas : jumlah aktiva/jumlah hutang
c. Rentabilitas : laba kotor/laba bersih x 100%

3.4 Konsep dan Pengukuran Variabel


1. Responden adalah petani porang di Desa Guringan, Kepel Kecamatan
Kare Kabupaten Madiun yang dipilih secara sengaja untuk mendapat
informasi dalam praktikum.
2. Usahatani porang merupakan kegiatan petani dalam memperoleh
produksi Porang.
3. Luas lahan adalah luas wilayah (tanah) yang digunakan dalam kegiatan
usahatani dengan satuan hektar.
4. Bibit adalah tanaman yang digunakan dalam pengembangbiakan tanaman
dengan satuan butir.
5. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman.
6. Insektisida adalah banyaknya racun yang dibutuhkan dalam sekali musim
tanam yang dinyatakan dalam liter.
7. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dan dialokasi dalam usahatani
yang dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK).Total biaya adalah
keseluruhan nilai yang ada pada penggunaan produksi usahatani porang.
8. Modal adalah sumber uang yang digunakan oleh petani dalam
pemenuhan kebutuhan dana untuk usahatani porang.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Karakteristik Usaha rumah Tangga Petani porang
4.1.1 Keadaan Umur Pemilik Usaha
Umur adalah ukuran lamanya keberadaan suatu makhluk hidup mulai dari
kelahiran sampai dengan sekarang. Umur mempengaruhi tingkatan produktivitas
dalam melakukan suatu pekerjaan Semakin cukup umur maka tenaga,
produktivitas maupun cara berpikir akan lebih tinggi dari pada yang memiliki
umur muda. Berikut disajikan karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 4.1.1 Keadaan umur pemilik usaha
No Nama Umur (tahun)
1. Hendri Cahyono 31
Sumber : Data primer diolah, 2022
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden berusia 31 tahun.
Usia petani responden tersebut menunjukan bahwa petani masih produktif
untuk menjalankan usahatani porang yang dijalankan. Tingkatan umur petani
mempengaruhi kinerja petani dalam melakukan usahatani porang yang
kemudian akan berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Jika umur
petani masih muda, maka kemampuan petani dalam menjalankan usahatani
porang cenderung akan bekerja dengan lebih baik dan lebih maksimal
dibandingkan dengan petani yang sudah berusia tidak produktif. Hal ini
dikarenakan bertambahnya tenaga petani dan kinerja indra tubuh sehingga
kemampuan yang dimiliki akan menjadi lebih produktif.

4.1.2 Keadaan Pendidikan Pemilik Usaha


Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Tabel 4.1.2 Keadaan pendidikan responden :
No Nama Pendidikan
1. Hendri Cahyono SMA
Sumber : Data Primer diolah, 2022

11
Berdasarkan data pada tabel diatas tingkat pendidikan responden yaitu
SMA, dimana tingkat pendidikan SMA ini sudah cukup mengetahui dan
berpengaruh terhadap peningkatan usahatani, terutama pada porang. Hal ini
ditinjau dari cara yaitu bagaimana petani memanajemen usahataninya dengan
menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan menggunakan peralatan yang cukup
modern dan mampu memanfaatkan alat lain dengan seadanya sehingga
mempengaruhi produktivitas usahatani porang.

4.1.3 Keadaan Pengalaman Pemilik Usaha


Pengalaman merupakan hal yang tak kalah penting selain pendidikan
dalam melakukan kegiatan usahatani. Tingkat pengalaman responden dalam
usahatani disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1.3 Keadaan Pengalaman Pemilik Usaha
No Nama Pengalaman (tahun)
1. Hendri Cahyono 12
Sumber : Data Primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel diatas, Pengalaman petani porang selama 12 tahun. Hal
ini menunjukan bahwa pengalaman petani Porang sudah cukup banyak dan
terampil. Manyamsari & Mujiburrahmad (2014) menyatakan bahwa lama
berusahatani terbagi menjadi 3 kategori yakni baru (kurang dari 10 tahun), sedang
(10 sampai 20 tahun), dan lama (lebih dari 20 tahun). Petani yang sudah lama
berkecimpung dalam kegiatan berusahatani biasanya memiliki pemahaman dan
pengetahuan mengenai kondisi usahatani yang lebih baik dibandingkan dengan
petani yang baru saja berkecimpung dalam dunia pertanian. Semakin lama
pengalaman petani, maka semakin banyak pula yang diketahui petani. Sehingga
petani dapat membagikan pengalaman mereka sebagai seorang petani porang
yang berhasil mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baik.

12
4.1.4 Keadaan Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha
Pada tabel berikut ini disajikan data jumlah tanggungan dalam keluarga
dari petani porang yang dijadikan sebagai responden.
Tabel 4.1.4 Keadaan Tanggungan Keluarga pemilik usaha

No Nama Jenis Umur Pendidikan Hubungan


Kelamin (th) Keluarga

1 Hendri Cahyono L 31thn SMA Suami

2 Putri P 28thn SMP Istri

3 Ziah P 2 bln - Anak 1

Sumber : Data Primer diolah, 2022


Jumlah anggota keluarga petani porang terdiri dari 3 yaitu ayah, istri, dan
anak. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani adalah suami dan istri yang
turut membantu dalam kegiatan usahatani porang.

4.1.5 Keadaan Pekerjaan di Luar Usaha Rumah tangga Petani Porang


Keadaan pekerjaan responden diluar petani porang di Desa Guringan,
Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel 4.1.5
Tabel 4.1.5 Keadaan Pekerjaan diluar Usaha rumah tangga Petani Porang
No Nama Pekerjaan Diluar Petani Porang
1. Hendri Cahyono Ternak kambing
Sumber : Data Primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel diatas, keadaan pekerjaan responden selain bekerja
sebagai petani porang, pemilik usaha ini juga memiliki bidang usaha lain yaitu
ternak kambing. Usaha ternak yang dimiliki terletak di belakang rumah si pemilik
petani itu sendiri. Pemilik usaha hanya memiliki 14 ternak kambing. Harga ternak
yang dijual tidak menentu karena kesepakatan antara penjual dan pembeli saat
tawar menawar, biasanya berkisar Rp 2.500.00/ekor. Pak Hendri pun menjual
hasil ternaknya ketika saat menjelang hari raya.

13
4.2 Mengidentifikasi Seluruh Aktivitas Usaha Pengalokasian Penggunaan
Dana Pada Usaha Rumah tangga Petani Porang
4.2.1 Penggunaan Pupuk
Penggunaan pupuk yang digunakan pada usahatani porang yaitu pupuk
kandang, NPK dan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk kandang digunakan satu
kali selama musim tanam yang mana sebelum menanam porang pupuk kandang
dicampurkan pada media tanah yang akan ditanami porang. Lalu setelah adanya
tunas, dilakukan pemberian pupuk NPK dan pupuk organik cair dilakukan hanya
sekali dengan cara di sekitar batang porang yang telah tumbuh sekitar 2-3 minggu.
Penggunaan pupuk NPK dan POC bersifat wajib karena sudah termasuk kedalam
pengaturan sistem perusahaan.

4.2.2 Penggunaan Bibit


Jenis Bibit yang digunakan oleh bapak Hendri yaitu jenis bibit Umbi.
Karena, bibit umbi adalah bibit yang panennya hanya sekali musim saja dan
panennya lebih cepat. Sumber bibit yang digunakan langsung dari PT. Porang itu
sendiri. Harga bibit umbi porang sebesar Rp 20.000/kg dengan jumlah buah
kurang lebih sebanyak 20-30 buah/kg. Bibit yang digunakan pak Hendri pada
lahan 1 hektar adalah sebanyak 5 kg (100-150 buah) dengan total dana
keseluruhan dari penggunaan umbi porang yaitu Rp 100.000/ha

4.2.3 Penggunaan tenaga kerja


Tenaga kerja yang digunakan oleh Pak Hendri berasal dari tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga
berjumlah 1 orang dan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 8 orang. Jadi total
keseluruhan tenaga kerja yaitu 9/mt. Dimana 2 orang tenaga kerja perempuan
perawatan dan pembersihan sedangkan 6 orang tenaga kerja Laki-Laki bagian
pengolahan dan Panen. Untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga yang laki-laki
sebesar Rp.70.000/HOK dan untuk perempuan sebesar Rp. 45.000/HOK. Gaji
yang diberikan perminggu untuk biaya tenaga kerja.

14
4.3 Menghitung Biaya Untuk Seluruh Aktivitas Usaha Pada Usaha rumah
Tangga Petani porang.
Tabel 4.3 biaya untuk seluruh aktivitas usaha pada usaha rumah tangga
Porang

No Biaya Kuantitas Harga Satuan Jumlah (Rp)


(Rp)

1 Umbi Porang 5 Kg 20.000 100.000

2 Pupuk Kandang 400 Kg 3.500 1.400.000

3 Pupuk NPK 300 Kg 7.000 2.100.000

4 Pupuk POC 5 Botol 65.000 325.000

5 Tenaga Kerja 2 Orang 45.000 90.000


Perempuan

6 Tenaga Kerja Laki-laki 6 Orang 70.000 560.000

Total 4.575.000

Sumber : Data primer diolah, 2022


Dari tabel diatas, diketahui biaya-biaya yang digunakan petani Porang
dalam menjalankan usahataninya. Biaya yang dikeluarkan digunakan untuk
membeli input produksi yaitu bibit umbi, pupuk kandang, pupuk NPK, Pupuk
POC dan upah tenaga kerja dengan total seluruh biaya usahatani yang digunakan
petani dalam satu musim tanam yaitu sebesar Rp4.575.000,-

4.4 Mengidentifikasi Seluruh Sumber Pendanaan Yang Dikumpulkan Oleh


Usaha rumah Tangga Petani porang.
Sumber pendanaan petani porang di Desa Guringan, Kepel Kecamatan
Kare Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel berikut :

15
Tabel 4.4 Sumber Modal Pendanaan
No Jenis Dana Total
1 Modal Sendiri 4.575.000
Total 4.575.000
Sumber : Data Primer Diolah 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa seluruh pendanaan berasal
dari modal sendiri sebesar Rp 4.575.000/musim tanam. Modal sendiri merupakan
modal yang diperoleh tanpa meminjam ke sektor keuangan maupun non
keuangan.

4.5 Sumber investasi dari modal yang dibutuhkan untuk usahatani porang
Sumber dana yang digunakan oleh responden yaitu Pak Hendri dalam usaha
tani porangnya di satu kali musim tanam yaitu bersumber dari modal sendiri
sebesar Rp 4.575.000. Jadi, jumlah investasi pada usahatani Porang pak Hendri
adalah sebesar Rp 4.575.000

4.6 Laporan rugi laba usaha rumah tangga porang


Laporan Keuangan digunakan untuk mencatat setiap pengeluaran dan
pemasukan pada usaha tani sehingga petani bisa melihat rincian keuntungan
ataupun kerugian yang dimiliki. Laporan Rugi Laba petani dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6 Pendapatan Usahatani Porang
No Nama Penerimaan Total Biaya Pendapatan
1 Hendri 25.000.000 4.575.000 20.425.000

Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan yang


merupakan laba bersih petani porang Desa Guringan, Kepel Kecamatan Kare
Kabupaten Madiun, dengan penerimaan sebesar Rp25.000.000 di peroleh dari
harga porang basah Rp 5.000/Kg dikali jumlah porang yang dijual sebanyak 5 ton
dan dikurang total biaya sebesar Rp 4.575.000 Pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp20.425.000/musim tanam.

16
4.8 Neraca usaha rumah tangga porang
Menurut Harahap (2009), neraca disebut juga laporan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi asset, kewajiban dan ekuitas pada
saat tertentu. Adapun Neraca usaha rumah tangga porang di Desa Kepel
Kecamatan Kare Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Neraca Usahatani Porang
Aktiva (Harta) Passiva (Kewajiban + Modal)
Aktiva Lancar Kewajiban

Kas = Rp 4.575.000 Utang = Rp 0

Modal Sendiri

Modal sendiri = Rp. 4.575.000

Total Aktiva = Rp 4.575.000 Total Passiva = Rp 4.575.000

Sumber : Data Primer Diola, 2022


4.9 Kinerja finansial usaha rumah tangga
a. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Jumla h aktiva
Rasio likuiditas =
Jumla h h utang
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajiban perusahaan, yaitu baik hutang jangka panjang
maupun jangka pendek, baik dalam keadaan perushaan masih berjalan
maupun dalam keadaan perusahaan dilikuidasi.
Jumla h aktiva
Rasio solvabilitas =
Jumla h h utang
b. Rasio rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk mengukur profit yang diperoleh
dari modal- modal yang digunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau
mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.

17
Laba kotor
Rasio rentabilitas =
Lababersi h

18
BAB V

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ada pada laporan kali ini berdasarkan pada tujuan
yang ada pada laporan yaitu sebagai berikut :

1. Seluruh aktivitas pengalokasian penggunaan dana pada usaha rumah


tangga petani porang Pak Hendri ini semuanya dijadikan sebagai modal
sarana-prasaran selama produksi tanaman porang baik itu dalam pembelian
benih, pupuk, tenaga kerja, dan juga seluruh biaya yang ada di dalamnya.
2. Biaya untuk seluruh aktivitas Usahatani pada usaha rumah tangga petani
Porang Pak Hnedri ini yaitu sebesar Rp. 4.575.000 selama satu kali musim
tanam.
3. Adapun seluruh sumber pendanaan yang dikumpulkan oleh usaha rumah
tangga petani porang ini adalah bersumber dana pribadi, tidak
menggunakan dana asing atau modal asing
4. Jumlah dana yang dikumpulkan oleh usaha rumah tangga petani Porong
untuk membiayai seluruh aktivitas usahanya bersumber dari modal sendiri
sebesar Rp4.575.000
5. Laporan rugi laba usaha rumah tangga petani porang diketahui bahwa
jumlah pendapatan yang merupakan laba bersih petani porang Desa
Guringan, Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, dengan penerimaan
sebesarUntuk dapat membuat neraca usaha rumah tangga petani porang
pak Hendri yaitu total aktiva sebesar sebesar Rp25.000.000 di peroleh dari
harga porang basah Rp 5.000/Kg dikali jumlah porang yang dijual
sebanyak 5 ton dan dikurang total biaya sebesar Rp 4.575.000 Pendapatan
yang diperoleh sebesar Rp20.425.000/musim tanam.

19
6. Neraca usaha rumah tangga petani porang yaitu sebagai berikut:
Aktiva (Harta) Passiva (Kewajiban + Modal)
Aktiva Lancar Kewajiban

Kas = Rp 4.575.000 Utang = Rp 0

Modal Sendiri

Modal sendiri = Rp. 4.575.000

Total Aktiva = Rp 4.575.000 Total Passiva = Rp 4.575.000

Sumber: Data primer Diolah, 2022

7.Kinerja finansial usaha rumah tangga


a. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Jumlah aktiva
Rasio likuiditas =
Jumlah hutang
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajiban perusahaan, yaitu baik hutang jangka panjang
maupun jangka pendek, baik dalam keadaan perushaan masih berjalan
maupun dalam keadaan perusahaan dilikuidasi.
Jumlah aktiva
Rasio solvabilitas =
Jumlah hutang
c. Rasio rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk mengukur profit yang diperoleh
dari modal- modal yang digunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau
mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Laba kotor
Rasio rentabilitas =
Lababersih

20
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, J. dan B. H. Purnomo. 2009. Pembuatan Konyaku dari Umbi Ilesiles
(Amorphophallus oncophyllus). [Tugas Akhir]. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
KPH Saradan. 2005. Budidaya porang di dalam kawasan hutan. Perum Perhutani
Unit I, Jawa Timur.
Perhutani. 2007. Budidaya Porang. Perum Perhutani. Nganjuk
Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap
pertumbuhan porang
(Amorphophallus muelleri Blume) pada tanah ber-Al Tinggi. Jurnal Ilmu
Pertanian.11(2): 45- 53.
Widjanarko, dkk. 2012. Prospek Pengembangan Porang dikawasan Hutan Jawa
Timur.
Manyamsari, I., & Mujiburrahmad.2014. Karakteristik Petani Dan Hubungannya
Dengan Kompeteni Petani Lahan Sempit. Agrisep, 15(2), 58-7

21
LAMPIRAN

Gambar 1. Di Pabrik Pt. Porang Indonesia. Gambar 2. Foto bersama Responden setelah
wawancara selesai.

Gambar 3. Jenis bibit umbi porang yang Gambar 4. Ukuran tanaman Porang usia 2-3
ditanam. Minggu.

Gambar 5. Proses Penanaman Bibit Porang. Gambar 6. Tanaman Porang berusia 2-3
Bulan.
23

Anda mungkin juga menyukai