Disusun Oleh:
Shift : 12
Anastasya Nurjanah E1D020086
Tiodora Ayudia Novita Sipakkar E1D020076
Fitriani E1D020084
Martha Diarni Gultom E1D020085
Anastasya Nurjanah E1D020086
Dosen Pembimbing:
Ir. Nyanyu Neti Arianti, M.Si
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum
Lapangan tentang “PENGALOKASIAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DANA PADA USAHATANI PORANG”. Penulisan laporan adalah salah satu
tugas praktikum mata kuliah Pembiayaan Perusahaan Pertanian di Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
laporan ini, khususnya kepada Bapak dan Ibu dosen, serta Asisten Praktikum yang
telah memberikan materi, sehingga memberikan modal awal buat penulisan
laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman porang merupakan tanaman asli dari daerah tropis yang termasuk
dalam famili Iles-iles yang memberikan hasil utama berupa umbi, yang dapat
dijadikan bahan makanan, perindustrian, dan obat. Salah satu sifat khas tanaman
porang adalah mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang
ternaungi, sehingga tanaman ini tumbuh baik pada kawasan hutan dan dapat
tumbuh di semua jenis tanah dengan kondisi gembur dan tidak tergenang (KPH
Saradan 2005). Tanaman Porang merupakan kekayaan hayati, saat ini telah
dikembangkan di bawah tegakan hutan jati (Tectona grandis) dan sono (Sono spp)
di daerah Jawa Timur.
Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta
penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di
Indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna
sebagai makanan diet yang menyehatkan (Dewanto dan Purnomo, 2009 dalam
Sari dan Suhartati. 2015). Penelitian terbaru membuktikan bahwa dari keempat
jenis umbi umbian tersebut porang memiliki kandungan glukomanan tertinggi
(35%), Untuk itu umbi porang saat ini banyak dicari orang karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi (Perhutani, 2007 dalam Siswanto dan .Karamina, 2016).
Usaha peningkatan potensi produksi tanaman porang dapat dilakukan
dengan melakukan evaluasi lahan, evaluasi lahan merupakan proses penilaian
potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu yang berguna untuk
membantu perencanaan dan pengelolaan lahan melalui interpretasi sifat fisika
kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya. Evaluasi lahan
secara fisik dapat menjawab tingkat kesesuaian lahannya dan secara ekonomik
akan menjawab kelayakan usahataninya. Secara spesifik, kesesuaian lahan untuk
suatu komoditas dinilai berdasarkan sifat-sifat fisik lingkungan sepeti tingkat
kesuburan tanah, iklim, topografi (kelas lereng), hidrologi, dan drainase.
Indonesia mengekspor porang dalam bentuk gaplek atau tepung ke Jepang,
Australia, Srilanka, Malaysia, Korea, Selandia Baru, Pakistan, Inggris dan Italia.
Permintaan porang dalam bentuk segar maupun 2 chip kering terus meningkat.
3
Sebagai contoh, produksi porang di Jawa Timur tahun 2009 baru mencapai 600-
1000 ton chip kering sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400 ton chip kering
(Wijanarko dkk, 2012 dalam Sulistiyo, dkk, 2015). Kebutuhan ini belum dapat
dipenuhi karena di Indonesia porang belum dibudidayakan secara intensif dan
masih sangat tergantung pada potensi alam, luas penanaman yang masih terbatas
dan belum adanya pedoman budidaya yang lengkap. Selain itu, juga disebabkan
belum banyak masyarakat yang mengenal, umur tanaman yang relatif lebih lama
dibandingkan jenis umbi dan palawija lain (Sumarwoto, 2004).
Indonesia merupakan salah satu produsen umbi porang, namun belum
banyak ditemukan industry pengolahan porang. Produk umbi porang masih
bersifat eksklusif dan produksinya sangat terbatas serta dilakukan oleh industri
tertentu saja. Pada umumnya di tingkat petani hanya dilakukan pengolahan 2 umbi
porang menjadi bentuk chip kering atau sampai menjadi tepung porang, dan
biasanya tepung porang yang dihasilkan didalam negeri dieskpor untuk
ditingkatkan mutunya menjadi tepung glukomanan. Sedangkan tepung
glukomanan komersial yang ada dipasaran didapatkan melalui impor dari luar
negeri. Hal ini terjadi karena petani dan industri lokal belum mampu
menghasilkan atau memproduksi tepung glukomanan dari umbi tersebut. Melihat
kendala tersebut maka diperlukan upaya untuk mengkaji dan memperbaiki
teknologi pengolahan umbi porang menjadi tepung glukomanan, sehingga dapat
memberikan nilai tambah yang nyata baik bagi pelaku industri dan petani di
dalam negeri serta berpotensi mengurangi ketergantungan glukomanan impor.
4
4. Bagaimana Menghitung jumlah dana yang dapat dikumpulkan oleh Usaha
rumah Tangga Petani porang untuk membiayai seluruh aktivitas usahanya?
5. Bagaimana Membuat laporan rugi-laba Usaha rumah Tangga Petani
porang?
6. Bagaimana Membuat neraca Usaha rumah Tangga Petani porang?
7. Bagaimana Menghitung kinerja finansial Usaha rumah Tangga Petani
porang, dengan Rasio likuiditas, Rasio solvabilitas dan Rasio rentabilitas?
5
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTIKUM
2.1 Keadaan Penduduk
Berdasarkan survey tahun 2015, Kecamatan Kare memiliki jumlah kepala
keluarga (KK) 11.067 KK. Kecamatan Kare memiliki jumlah penduduk sebesar
35.528 jiwa. Jumlah penduduk itu dapat dirinci laki-laki berjumlah 16.605 jiwa
sedang perempuan berjumlah 16.022 jiwa.
6
meter sampai dengan 426 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kare
merupakan wilayah yang keadan topografinya berbukit-bukit.
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Metode Penentuan Lokasi
Praktikum pembiayaan perusahaan pertanian ini dilakukan Desa Guringan,
Kepel. Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Penentuan lokasi ini
dilakukan secara purposive yaitu pengambilan lokasi secara sengaja karena lokasi
ini merupakan lokasi strategis dalam melakukan kegiatan praktikum dan
melakukan penelitian khususnya dalam pertanian.
8
3.3 Jenis Data Yang Dikumpulkan
3.3.1 Data Sekunder
Data sekunder didapatkan langsung dari kantor desa serta literatur-literatur
pendukung yang sesuai dengan penelitian. Pada praktikum ini data sekunder yang
digunakan yaitu data kependudukan, keadaan geografis, keadaan sarana dan
prasarana dan keadaaan usaha rumah tangga porang di Desa Kepel, Kecamatan
Kare, Kabupaten Madiun.
3.2.2 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
dengan cara wawancara secara langsung menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan sebelumya. Data primer meliputi identitas keluarga responden,
usahatani responden, produksi dan biaya usahatani, total pendapatan responden,
kebutuhan konsumsi, serta tabungan dari para responden.
9
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
deskriptif yaitu gambaran secara sistematis yang menentukan struktur pendanaan
dan biaya usahatani Dalam menentukan kinerja finansial usaha digunakan analisis
dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
a. Likuiditas : aktiva lancar/hutang lancer
b. Solvabilitas : jumlah aktiva/jumlah hutang
c. Rentabilitas : laba kotor/laba bersih x 100%
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Karakteristik Usaha rumah Tangga Petani porang
4.1.1 Keadaan Umur Pemilik Usaha
Umur adalah ukuran lamanya keberadaan suatu makhluk hidup mulai dari
kelahiran sampai dengan sekarang. Umur mempengaruhi tingkatan produktivitas
dalam melakukan suatu pekerjaan Semakin cukup umur maka tenaga,
produktivitas maupun cara berpikir akan lebih tinggi dari pada yang memiliki
umur muda. Berikut disajikan karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 4.1.1 Keadaan umur pemilik usaha
No Nama Umur (tahun)
1. Hendri Cahyono 31
Sumber : Data primer diolah, 2022
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden berusia 31 tahun.
Usia petani responden tersebut menunjukan bahwa petani masih produktif
untuk menjalankan usahatani porang yang dijalankan. Tingkatan umur petani
mempengaruhi kinerja petani dalam melakukan usahatani porang yang
kemudian akan berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Jika umur
petani masih muda, maka kemampuan petani dalam menjalankan usahatani
porang cenderung akan bekerja dengan lebih baik dan lebih maksimal
dibandingkan dengan petani yang sudah berusia tidak produktif. Hal ini
dikarenakan bertambahnya tenaga petani dan kinerja indra tubuh sehingga
kemampuan yang dimiliki akan menjadi lebih produktif.
11
Berdasarkan data pada tabel diatas tingkat pendidikan responden yaitu
SMA, dimana tingkat pendidikan SMA ini sudah cukup mengetahui dan
berpengaruh terhadap peningkatan usahatani, terutama pada porang. Hal ini
ditinjau dari cara yaitu bagaimana petani memanajemen usahataninya dengan
menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan menggunakan peralatan yang cukup
modern dan mampu memanfaatkan alat lain dengan seadanya sehingga
mempengaruhi produktivitas usahatani porang.
12
4.1.4 Keadaan Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha
Pada tabel berikut ini disajikan data jumlah tanggungan dalam keluarga
dari petani porang yang dijadikan sebagai responden.
Tabel 4.1.4 Keadaan Tanggungan Keluarga pemilik usaha
13
4.2 Mengidentifikasi Seluruh Aktivitas Usaha Pengalokasian Penggunaan
Dana Pada Usaha Rumah tangga Petani Porang
4.2.1 Penggunaan Pupuk
Penggunaan pupuk yang digunakan pada usahatani porang yaitu pupuk
kandang, NPK dan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk kandang digunakan satu
kali selama musim tanam yang mana sebelum menanam porang pupuk kandang
dicampurkan pada media tanah yang akan ditanami porang. Lalu setelah adanya
tunas, dilakukan pemberian pupuk NPK dan pupuk organik cair dilakukan hanya
sekali dengan cara di sekitar batang porang yang telah tumbuh sekitar 2-3 minggu.
Penggunaan pupuk NPK dan POC bersifat wajib karena sudah termasuk kedalam
pengaturan sistem perusahaan.
14
4.3 Menghitung Biaya Untuk Seluruh Aktivitas Usaha Pada Usaha rumah
Tangga Petani porang.
Tabel 4.3 biaya untuk seluruh aktivitas usaha pada usaha rumah tangga
Porang
Total 4.575.000
15
Tabel 4.4 Sumber Modal Pendanaan
No Jenis Dana Total
1 Modal Sendiri 4.575.000
Total 4.575.000
Sumber : Data Primer Diolah 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa seluruh pendanaan berasal
dari modal sendiri sebesar Rp 4.575.000/musim tanam. Modal sendiri merupakan
modal yang diperoleh tanpa meminjam ke sektor keuangan maupun non
keuangan.
4.5 Sumber investasi dari modal yang dibutuhkan untuk usahatani porang
Sumber dana yang digunakan oleh responden yaitu Pak Hendri dalam usaha
tani porangnya di satu kali musim tanam yaitu bersumber dari modal sendiri
sebesar Rp 4.575.000. Jadi, jumlah investasi pada usahatani Porang pak Hendri
adalah sebesar Rp 4.575.000
16
4.8 Neraca usaha rumah tangga porang
Menurut Harahap (2009), neraca disebut juga laporan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi asset, kewajiban dan ekuitas pada
saat tertentu. Adapun Neraca usaha rumah tangga porang di Desa Kepel
Kecamatan Kare Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Neraca Usahatani Porang
Aktiva (Harta) Passiva (Kewajiban + Modal)
Aktiva Lancar Kewajiban
Modal Sendiri
17
Laba kotor
Rasio rentabilitas =
Lababersi h
18
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ada pada laporan kali ini berdasarkan pada tujuan
yang ada pada laporan yaitu sebagai berikut :
19
6. Neraca usaha rumah tangga petani porang yaitu sebagai berikut:
Aktiva (Harta) Passiva (Kewajiban + Modal)
Aktiva Lancar Kewajiban
Modal Sendiri
20
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, J. dan B. H. Purnomo. 2009. Pembuatan Konyaku dari Umbi Ilesiles
(Amorphophallus oncophyllus). [Tugas Akhir]. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
KPH Saradan. 2005. Budidaya porang di dalam kawasan hutan. Perum Perhutani
Unit I, Jawa Timur.
Perhutani. 2007. Budidaya Porang. Perum Perhutani. Nganjuk
Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap
pertumbuhan porang
(Amorphophallus muelleri Blume) pada tanah ber-Al Tinggi. Jurnal Ilmu
Pertanian.11(2): 45- 53.
Widjanarko, dkk. 2012. Prospek Pengembangan Porang dikawasan Hutan Jawa
Timur.
Manyamsari, I., & Mujiburrahmad.2014. Karakteristik Petani Dan Hubungannya
Dengan Kompeteni Petani Lahan Sempit. Agrisep, 15(2), 58-7
21
LAMPIRAN
Gambar 1. Di Pabrik Pt. Porang Indonesia. Gambar 2. Foto bersama Responden setelah
wawancara selesai.
Gambar 3. Jenis bibit umbi porang yang Gambar 4. Ukuran tanaman Porang usia 2-3
ditanam. Minggu.
Gambar 5. Proses Penanaman Bibit Porang. Gambar 6. Tanaman Porang berusia 2-3
Bulan.
23