Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LABU

SIAM (Sechium Edule) DI DESA SUKAMULYA


KECAMATAN TALEGONG KABUPATEN GARUT

USULAN PENELITIAN

Disusun Oleh :
DESTA NURUL PUTRA
NPM : 102190009

PRROGRAM STUDI
AGRIBISNIS FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
BALE BANDUNG 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Labu Siam

(Sechium Edule)

Nama : Desta Nurul Putra

NPM : 102190009

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui dan Mengesahkan,

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Lily Sumarti, SP., MP. Burhanudin, SP,. MP.

Ketua Program Studi,

Kundrat, SP., M. EP
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan proposal usulan penelitian ini dengan judul “STRATEGI
PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI LABU SIAM (Sechium
Edule) DI DESA SUKAMULYA KECAMATAN TALEGONG
KABUPATEN GARUT” sebagai salah satu syarat tugas akhir bagi seluruh
mahasiswa jenjang program sarjana dilingkungan Fakultas Pertanian Universitas
Bale Bandung.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar- besarnya kepada ;
1 Yudi Yusdian, SP., MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Bale Bandung.
2 Kundrat, SP,. M.EP. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Bale Bandung
3 Lily Sumarti, SP., MP. Dan Burhanudin, SP., MP. Selaku pembimbing
yang telah membimbing penulis dalam penyusunan proposal usulan
penelitian ini hingga selesai.
4 Orang Tua yang telah membantu dalam segi materil maupun non-materil
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini sampai
dengan selesai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bidang ilmu
pengetahuan.
Bandung, Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekuensi pada perlunya
perhatian pemerintah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh, oleh karena itu
salah satu sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian.
Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya pertanian memegang peranan
yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja pada sektor pertanian.
Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Peran sektor pertanian di
samping sebagai sumber penghasil devisa negara yang besar, juga merupakan
sumber kehidupan bagi sebagian penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah
orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja
(Saifullah, 2018).

Komoditas hortikultura terdiri dari 4 bagian, diantaranya adalah tanaman


hias, tanaman buah-buahan, tanaman sayur-sayuran serta obat-obatan. Komoditas
ini memiliki prospek yang bagus bila dikembangkan melihat sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang amat tinggi (Pitaloka, 2017).

Perkembangan komoditas hortikultura, terutama sayur-sayuran, baik


sayuran daun maupun buah, cukup potensial dan prospektif, karena didukung
oleh potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, dan
potensi serapan pasar di dalam negeri maupun pasar internasional yang terus
meningkat. Salah satu jenis tanaman sayuran yang cukup banyak dikonsumsi oleh
masyarakat adalah labu siam karena memiliki banyak sekali manfaat. Salah satu
komoditi hortikultura labu siam (Sechium edule) dikenal masyarakat sebagai
sayuran yang mudah didapat selain sebagai sayuran, labu siam dapat
menyembuhkan beberapa penyakit sehingga dapat disebut sebagai tanaman obat
(Anggariana et.al, 2021).

Labu siam (Sechium Edule, Jack Swartz) merupakan tanaman sayuran


dataran tinggi yang telah lama dikenal petani di indonesia selain bawang putih,
kubis, sawi, wortel, lobak, dan tomat. (Lingga 2001). Labu siam telah dikenal
sebagai sayuran buah dan sekarang dikenal sebagai sayuran pucuk (Rubatzky dan
Yamaguchi 1999). Kandungan kalori yang terdapat pada 100 g bahan labu siam
segar buah, dan pucuk yaitu 26,60 dan 79 kalori. Kandungan vitamin A pada buah
dan pucuk labu siam pada 100 g bahan segar yaitu 43 dan 45,60 IU (International
Unit).
Berdasarkan ciri fisiknya diduga benih labu siam tergolong sebagai benih
rekalsitran dengan karakteristik kadar airnya tinggi sehingga mudah
terkontaminasi mikroba dan lebih cepat mengalami kemunduran (Farrant et al .
1988). Umumnya benih rekalsitran tidak mempunyai masa dormansi proses
metabolisme perkecambahan berjalan terus (Copeland dan McDonald 1995)
bahkan benih labu siam dapat berkecambah ketika masih di pohon
(perkecambahan dini) atau bersifat vivipary. Sifat tanaman yang mirip dengan
labu siam diantaranya adalah tanaman spesies mangrove (Tomlinson 1998). Labu
siam tidak tahan disimpan sebagai benih lebih dari satu bulan sejak berkecambah
di pohon karena tidak memiliki masa dormansi sehingga diduga labu siam
termasuk dalam rekalsitran tinggi. Hal ini mendukung pendapat Farrant dkk
(1988) mengenai beberapa karakteristik benih rekalsitran.

Kabupaten Garut memiliki luas lahan hortikultura yang luas, dengan berbagai
jenis tanaman sayuran lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman


di Kabupaten Garut, Pada Tahun 2018 – 2019

Jenis Tanaman Satuan 2018 2019

Bawang Daun ha 2..948 2.764

Bawang Merah ha 2.935 3.317

Kangkung ha 323 295

Bayam ha 165 129

Buncis ha 1.138 983

Cabai Besar ha 7.206 6.680

Cabai Rawit ha 3.518 3.696


Kembang kol ha 405 344
Labu Siam ha 445 378

Sumber : BPS, Statistik Pertanian Hortikultura SPH-SBS

Pada saat ini di Desa Sukamulya Kecamatan Talegong Kabupaten Garut,


memiliki potensi wilayah pertanian hortikultura. Namun saat ini ada rintangan yang
harus dihadapi oleh para petani yaitu bagaimana caranya untuk meningkatkan
pendapatan mereka. Maka dari itu petani harus merumuskan strategi apa yang harus
dilakukan agar meningkatkan pendapatan mereka.

Saat ini produksi labu siam relative meningkat sehingga hasil produksi yang
meningkat tanpa didukung oleh saluran pemasaran yang baik akan menimbulkan
ketidak adilan pada produsen (petani). Petani labu siam di Desa Sukamulya
membentuk suatu kelompok tani yang bernama Kelompok Tani Saluyu II.
Kelompok Saluyu II di Desa Sukamulya memasarkan produknya di beberapa
lembaga pemasaran hingga ke konsumen akhir. Dengan demikian penting diketahui
manakah pola saluran pemasaran yang memberikan keuntungan paling baik untuk
petani. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang saluran
pemasaran labu siam yang dilakukan oleh Kelompok Tani Saluyu II, Desa
Sukamulya, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1.2 Rumusan Masalah

1 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani labu siam di Desa
Sukamulya ?
2 Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani labu siam
di Desa Sukamulya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1 Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan


petani labu siam di Desa Sukamulya..
2 Untuk menentukan strategi peningkatan pendapatan petani labu siam di Desa
Sukamulya.
1.4 Kegunaan Penelitian

1 Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani labu siam di Desa Sukamulya
juga pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya peningkatan pendapatan
dan strategi peningkatan pendapatan usahatani labu siam.
2 Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan juga
penelitian selanjutnya.
3 Sebagai rujukan bagi pemerintah dalam perkembangan komoditas labu siam.
4 Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa terkait dengan komoditas labu siam
yang dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran di kampus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Agronomi

Tanaman labu siam (Sechium Edule) merupakan tanaman yang


tergolong tanaman tahunan perdu. klasifikasi dari labu siam (Sechium Edule)
adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Violales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Sechium
Spesies : Sechium Edule

Labu siam (Sechium Edule) di Jawa Barat dinamaakan gambas sedangkan


di Jawa Tengah disebut Waluh Jipang. Tanaman ini berumur panjang (lebih dari
dua tahun). Hampir setiap orang gemar labu siam karena rasanya enak dan dingin.
Selain itu, tanaman ini mengandung Vitamin A, Vitamin B, dan sedikit Vitamin
C. Tanaman labu siam bersifat merambat dengan tangkai yang berbentuk pilin.
Tanaman ini berbatang panjang, lebih kuat dari mentimun, dan bersifat tahunan.
Batang tanamannya kecil, tetapi sangat panjang. Buahnya berbentuk bola lampu
dan beralur-alur sebanyak 5 – 10 buah. Buahnya lunak (berdaging) dan banyak
mengandung air. Pada permukaan buahnya tumbuh bulu-bulu yang tajam dan
jarang seperti duri. Biji buahnya besar dan lunak.

Daun labu siam berlekuk menjari dan dangkal serta berbulu tajam.
Daunnya mempunyai aroma sedap hingga daun muda enak disayur. Tanaman
mempunyai akar tunggang dengan akar samping yang agak dalam dan kuat.
Labu siam dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat
yang berhawa sejuk lembab (pegunungan) paling disukai oleh tanaman tersebut
Di dataran rendah labu siam sebaiknya ditanam di pinggir-pinggir kolam.
Tanaman tersebut dirambatkan pada para-para diatas kolam karena tempat
tersebut lembab. Adapun syarat yang penting agar tanaman tumbuh ialah
tanahnya subur, gembur, pH tanah sebaiknya antara 5 – 6, dan air cukup tersedia.
Namun, tanah tidak boleh becek (Aji et.al, 2019).

Di Indonesia tanaman labu siam belum diusahakan secara besar-besaran


karena harganya murah sehingga dianggap kurang menguntungkan bagi penanam.
Daerah yang banyak ditemukan tanaman ini adalah Pacet (Cipanas). Waktu
bertanam labu siam yang baik ialah pada akhir musim hujan. Pada musim
kemarau labu siam pun dapat ditanam asalkan diberi air secukupnya.

Labu siam dikembangbiakan dengan buahnya yang telah tua. Buah tersebut
disimpan terlebih dahulu ditempat yang agak teduh supaya tunasnya tumbuh.
Setelah panjang tunas kira-kira 10-20 Cm (berdaun 3-4 helai), bibit tersebut
dipindahkan ke kebun. Tanah yang akan ditanami dibuat lubang-lubang dengan
ukuran 50 Cm x 50 Cm dan dengan kedalaman 40 Cm. Jarak antar lubang 3 m
dan antar baris 5 m. Lubang tersebut diisi pupuk kandang atau kompos yang telah
jadi sebanyak 3 – 5 Kg. Setelah itu, tiap lubang ditanami satu buah bibit,
kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis sampai rata. Penimbunan tanah terlalu
tebal dapat menyebabkan bibit mudah busuk (Irfan Afandi, SP,2019).

Setelah tinggi tanaman mencapai 50 Cm, dibuatkan para-para dari bambu


dengan tinggi 1,5 – 2 m. Tanaman sudah mulai berbunga betina setelah dua bulan
dari waktu tanam. Umumnya buah tersebut dapat menjadi buah. Setelah berumur
satu bulan, tanaman diberi pupuk agar berbuah bagus. Tanaman labu siam tidak
perlu perawatan yang sulit, cukup dengan cara mengatur menjalarnya tanaman
diatas para-para, memangkas tanaman yang terlalu gemuk, dan mengurangi daun-
daun bila terlalu lebat. Sealin itu, tanaman perlu pila dijaga dari serangan hama
seperti oteng-oteng (Epilachna sp).

Buah pertama dapat dipanen setelah tanaman berumur tiga bulan atau
sudah penuh padat dan warnanya agak keputih-putihan. Keterlambatan dalam
pemanenan akan menyebabkan rasa buah kurang enak. Tanaman yang terawat
baik dan sehat
dapat menghasilkan 150 buah per tanaman dalam kurun waktu satu tahun. (Irfan
Afandi, SP,2019)

2.2 Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang


mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara- cara petani menentukan, megorganisasikan, dan mengkoordinasikan
pengaruh faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefisien mungkin,
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin, dengan
melalui produksi pertanian yang berlebih maka diharapkan memperoleh
pendapatan tinggi. Dengan demikian harus dimulai dengan perencanaan untuk
menentukan dan mengkoordinasi pengguna faktor-faktor produksi pada waktu
yang akan datang secara secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang
maksimal. Dari defenisi tersebut juga terlihat ada pertimbangan ekonomis
disamping pertimbangan teknis (Surati K, 2015).

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani


mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal
tekhnologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif, efesian dan continue
untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan
usahataninya meningkat (Hastuti dan Rahim, 2007).

Pengelola usahatani dari segi petani pada dasarnya terdiri dari pemilihan
antara berbagi alternatif penggunaan sumber daya yang teratas terdiri dari lahan,
kerja, modal, waktu, dan pengelolaan. Hal ini dilakukan agar petani dapat
mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya dalm lingkungan yang penuh resiko dan
kesukaran- kesukaran lain yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya
(Soekartawi, 2010).
Pendapatan usahatani merupakan total penerimaan yang diterima petani setelah
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, seperti biaya
pembelian pupuk, upah, bibit, sewa lahan, pajak lahan, tenaga kerja, dan biaya
penyusutan alat-alat pertanian dalam satu kali musim tanam. Diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/thn) (Fadhilah dan Rochdiani, 2021).
2.3 Analisis SWOT

Menurut Amrin (1994) analisis swot adalah identifikasi berbagai faktor


secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (sternghs) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).
Analisa yang tepat dalam menyusun strategi adalah analisis SWOT.
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT yaitu memaham
seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu
apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang segera dilakukan
untuk memecahkan suatu masalah (Rangkuti, 2011).

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usahatani


tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan yag agresif (growth oriented strategy)

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, usahatani ini masih


memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : usahatani menghadapi peluang pasar yang sangt besar, tetapi di lain
pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus usahatani ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal usahatani sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usahatani
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Alat untuk menyusun faktor-faktor strategi usahatani adalah matrik
SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi usahatani dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternative strategis seperti yang di jelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Matriks SWOT

IFAS dan EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)


Faktor kekuatan internal Faktor kelemahan
internal
OPPORTUNIES (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
Faktor peluang Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
eksternal menggunakan kekuata meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan dan
peluang menghindari ancaman
TREATHS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
Faktor ancaman Daftar kekuatan untuk Daftar untuk
eksternal menghindari ancaman memperkecil
kelemahan dan
menghindari ancaman

2.4 Jurnal Yang Relevan


No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil

1. Indry Desy Analisis Metode penelitian Hasil dari penelitian ini


Pratiwi Tingkat pada penelitian ini yaitu Tingkat Pendapatan
Pendapatan menggunakan teknik usahatani ubi kayu di Juata
Dan Strategi purposive sampling. Harapan Kelurahan Karang
Peningkatan Metode pengumpulan Harapan termasuk di dalam
Pendapatan data menggunakan kategori tingkat pendapatan
Usahatani Ubi wawancara dan rendah. Strategi
Kayu (Manihot observasi. Metode peningkatan pendapatan
Utilissima) Di analisis data usahatani ubi kayu di Juata
Juata Harapan menggunakan Harapan Kelurahan Karang
Kelurahan SWOT. Harapan peneliti
mendapatkan hasil strategi
sebagai berikut: (1)
Karang Meningkatkan produksi
Harapan dengan menambah luas
lahan tanam ubi kayu dan
kualitas produk (2)
Memanfaatkan kemitraan
dan akses kredit untuk
meningkatkan modal
usahatani (3) Penyuluhan
dengan metode pelatihan
dan pembinaan dalam
rangka peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan dalam
meningkatkan nilai tambah.

2. Salman Strategi Berdasarkan tujuan Hasil penelitian ini yaitu


Peningkatan penelitian ini yaitu Saluran pemasaran kopi
Pendapatan untuk menganalisis arabika di Desa
Petani Dan produktivitas, Rappolemba ada dua
Pemasaran pendapatan, saluran macam yaitu pertama dari
Produk Kopi pemasaran, besarnya petani ke pedagang
Arabika Di margin, efisiensi pengumpul ke pedagang
Kabupaten pemasaran, dan besar ke eksportir dan yang
Gowa strategi peningkatan kedua adalah dari petani ke
pendapatan, maka pedagang besar ke
penelitian ini eksportir.
tergolong penelitian
kombinasi antara Saluran pemasaran kedua
penelitian kuantitatif yaitu petani langsung
dengan kualitatif. menjual kepada pedagang
Terkhusus untuk besar mempunyai nilai
mengetahui saluran efisiensi pemasaran 0,10 %
distribusi pemasaran lebih efisien dibandingkan
dan strategi dengan saluran pemasaran
peningkatan pertama. Hal ini
pendapatan petani, menunjukkan semakin
penulis menggunakan pendek rantai pemasaran
metode kualitatif. maka semakin efisien suatu
Pengumpulan data kegiatan pemasaran.
menggunakan
observasi, Alternatif strategi yang
wawancara, diharapkan untuk
kuesioner, meningkatkan pendapatan
dokumentasi. petani dan pemasaran kopi
Analisis data arabika yaitu : menerapkan
menggunakan paket teknologi
SWOT. intensifikasi dan paket
teknologi panen dan pasca
panen, memanfaatkan
dukungan pemerintah dan
memanfaatkan dukungan
pelaku usaha untuk
meningkatkan produktivitas
dan mutu biji kopi arabika,
melakukan pengaturan
jadwal panen dan
melakukan kerja sama
dengan pedagang besar
untuk membeli kopi
gelondongan yang sudah
matang, dan melakukan
pembenahan terhadap
kelompok tani untuk
mengatasi kelangkaaan
tenaga kerja pada saat
panen raya.

3. Hasrifah. H Strategi Teknik pengambilan Hasil penelitian ini yaitu


Peningkatan sampling dalam alternatif strategi yang
Pendapatan penelitian ini yaitu paling menarik dan
Usahatani menggunakan diprioritaskan untuk
Lada Di Desa purposive sampling. dilakukan oleh petani yaitu
Kadinge Teknik pengumpulan Menjaga kualitas hasil
Kecamatan data menggunakan panen untuk menghasilkan
Baraka FGD, oobservasi, dan produk unggul akan
Kabupaten dokumentasi. Analisis menciptakan kepuasan
Enrekang data menggunakan konsumen, dengan alasan
SWOT. dengan menjaga kualitas
hasil panen agar bisa
menarik lebih banyak
komsumen atau pedagang
pengepul.

4. Arief Strategi Pengambilan sampel Berdasarkan hasil


Hidayatullah, Peningkatan pada penelitian ini pengolahan data dari
Yarna Pendapatan adalah dengan metode Analitycal
Hasiani, dan Petani Jeruk menggunakan teknik Hierarchy Process (AHP),
Ilhamiyah Siam Banjar Di simple random Strategi peningkatan
Kabupaten sampling. Analisis pendapatan petani jeruk
Barito Kuala data menggubakan siam Banjar di Kabupaten
AHP. Barito Kuala adalah sebagai
berikut:

a) Meningkatkan jumlah
produksi jeruk dengan
menambah areal luas tanam
dengan nilai prioritas
sebesar 0,40

b) Melakukan kegiatan
penanganan hama dan
penyakit dengan nilai
prioritas sebesar 0,32

c) Meningkatkan kegiatan
pasca panen pengolahan
jeruk dengan nilai prioritas
sebesar 0,16

d) Mendorong keterbukaan
informasi pasar dengan
nilai prioritas sebesar 0,12.

5. Sri Strategi Penentuan Daerah Hasil penelitian ini yaitu


Novi Yanti, Peningkatan penelitian dilakukan Strategi yang dapat
Salmiah dan Pendapatan secara purposive diterapkan didaerah
Sinar Indra Petani Padi (sengaja), yaitu di penelitian dalam upaya
Kusuma Organik Kabupaten Serdang untuk meningkatkan
Bedagai, Kecamatan pendapatan petani adalah
Perbaungan, Desa Strategi Strategi turn-
Lubuk Bayas. around (Strategi WO) yaitu
Analisis data yang Mengembangkan akses
digunakan perkreditan sehingga petani
menggunakan memiliki modal dan
deskriptif dan analisis Melakukan perluasan
data SWOT. daerah pemasaran Beras
Organik.

2.5 Skema Kerangka Pemikiran

Petani adalah seseorang yang bergerak pada bidang pertanian, utamanya


dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

Pendapatan petani adalah salah satu tolak ukur yang diperoleh petani dari
usahatani yang dilakukan. Sehingga pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah
sebagai indikator yang sangat penting karena merupakan sumber pokok dalam
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Strategi peningkatan pendapatan petani mempengaruhi analis SWOT


sehingga dapat menentukan strategi peningkatan pendapatan petani labu siam dan
dapat menghasilkan harga dan biaya produksi labu siam yang maksimal serta
memiliki pengalaman petani.

Adapun skema kerangka pemikiran berkaitan dengan strategi peningkatan


pendapatan petani labu siam tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
Petani Labu Siam

Produksi

Harga

Penerimaan

Biaya Produksi

Pendapatan

Analisis SWOT

a Kekuatan
b c Kelemahan
.d Peluang Ancaman
.

Strategi Peningkatan Pendapatan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian ditentukan dengan cara sengaja (Purposive)


yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang sudah disesuaikan dengan apa yang ingin diteliti pada daerah
tersebut. Daerah penelitian yaitu di daerah Desa Sukamulya Kecamatan
Talegong Kabupaten Garut. Daerah penelitian ini dipilih karena merupakan
daerah pertanian
yang sebagian petaninya merupakan petani labu siam.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling)


karena pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian,
dan sampling jenuh (sensus) dimana populasinya menggunakan seluruh petani labu
siam yang berada di Desa Sukamulya, Kecamatan Talegong Kab.Garut. Menurut
Sugiyono (2014) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang istilah lain sampel jenuh adalah sensus dimana
anggota populasi dijadikan sampel. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 13 orang petani labu siam karena di Lingkungan Desa Sukamulya
Kecamatan Talegong Kabupaten Garut hanya terdapat 13 orang petani labu siam.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data
primer. Data Primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian yang diperoleh dari petani labu siam melalui
wawancara dan kuesioner yang sebelumnya telah dipersiapkan. Sedangkan data
skunder diperoleh dari studi literatur dari buku-buku dan yang lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan, ataupun instansi lainnya yang terkait baik data
ataupun dokumen yang sesuai dengan pembahasan ini. Sumber lain diperoleh dari
jurnal maupun internet atau sumber lainnya yang berkaitan dengan pembahasan
ini.
3.4 Metode Analisis Data

Menurut Soekartawi (2003) biaya dalam kegiatan usahatani biasanya


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(Variable cost) biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif
tetap jumlahnya, dan terus digunakan walaupun produksi yang diperoleh banyak
atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat
pertanian, dan lain-lain.

Untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama menggunkan analisis


deskriptif yaitu menganalisis secara langsung keadaan dilapangan serta melihat
faktor internal dan eksternal yang ada dilapangan.

Untuk menganalisis rumusan masalah yang kedua menggunkan analisis


SWOT, analisis SWOT adalah penilaian atau assessment terhadap hasil
idinfifikasi situasi, untuk menentukan suatu kondisi yang bisa dikategorikan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks SWOT merupakan alat
pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat
tipe strategi : strategi SO (Strenghs Opportunities), strategi WO ( Weaknesses-
Opportunities), strategi ST (Strenghs Threats) , dan strategi WT (Weaknesses-
Threats).

Analisis ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai suatu faktor
masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing.
Suatu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisis, bahwa analisis
SWOT semata-mata sebagai suatu analisa yqng ditunjukan untul menggambarkan
situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang sedang dihadapi.

3.5 Defenisi dan Batas operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam memahami


penelitian ini maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi

1 Petani merupakan orang yang mengusahakan lahan dengan menanam


komoditi labu siam.
2 Harga yang terjadi di pasar merupakan rata-rata harga eceran barang/jasa yang
dikonsumsi atau diberi oleh petani, baik memenuhi kebutuhan rumah
tangganya sendiri maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian.
3 Biaya Produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
kegiatan produksi. Biaya produksi terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya variabel yang dihitung dengan jumlah rupiah.
4 Pendapatan merupakan suatu hal yang menentukan laba atau rugi dari suatu
usaha yang diperoleh dengan melakukan perbandingan antara pendapata
dengan beban atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut.
5 Penerimaan (Revenue) merupakan total pendapatan yang diterima oleh
produsen berupa uang yang diperoleh dari hasil penjualan barang yang
diproduksi.
6 Strategi merupakan suatu pendekatan yang semua yang akan berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang banyak
memiliki kurun waktu tertentu.
7 Analisis SWOT adalah perancanaan yang membantu pemilik bisnis
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya sendiri, serta peluang dan
ancaman apapun yang mungkin ada dalam situasi bisnis yang spesifik.
Batas Operasional

1 Daerah penelitian berada di daerah Desa Sukamulya Kecamatan Talegong


Kabupaten Garut.
2 Sampel pada penelitian ini adalah petani labu siam di daerah Desa
Sukamulya Kecamatan Talegong Kabupaten Garut.

3 Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2023


DAFTAR PUSTAKA

Amrin, Kahar. 1994. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Proc.


Sim. Hort. Nas. Malang. P. 54-59

Badan Pusat Statistika. 2019. Luas Panen Tanaman Sayuran dan Buah–Buahan
Semusim Menurut Jenis Tanaman. Kabupaten Garut.

Direktorat. Jendral Holtikultura.2015 Holtikultura Sumber Baru Dalam Agribisnis.


Jakarta: Kementan

Haastuti D. R. dan Rahim A. 2007. Ekonomi Pertanian (pengantar, teori, dan


kasus). Penebar Swadaya. Jakarta

Http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87956/Budidaya-Labu-Siam-Sechium-
Edule/

Lingga. P.2001. Panduan seminar dan peluncuran buku retrospeksi perjalanan


industri benih di indonesia. Bogor. PT.Sang Hyang Seri & Laboratorium
Ilmu & Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian Faperta Institut
Pertanian Bogor.

Rubatzky dan Yamaguchi. 1999. Sayuran dunia 3: Prinsip, Prroduksi, dan Gizi.
Bandung. Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Rangkuti, F. 2011. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Sayifullah, & Emmalian. 2018. Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian Dan
Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik
Bruto Sektor Pertanian Di Indonesia. Qu Vol. 8, No. 1, Apr 2018 p-ISSN:
2089-4473 e-ISSN: 2541-1314

Sugiyono.2009. Metode PenelitianAdministrasi.Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisa


Geografi. Bandung: Alumni

Suratiyah, Ken, 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai