Anda di halaman 1dari 42

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI

KOPI ARABIKA

( Studi kasus : Di Desa Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul,


Kabupaten Dairi, Sumatera Utara )

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Skripsi

Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Katolik Santo Thomas

Oleh :

Punguan Hutagalung

190430019

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS

MEDAN

2023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi

Arabika

(Studi Kasus: Di Desa Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul,


Kabupaten Dairi, Sumatera Utara).

Nama : Punguan Hutagalung

NPM : 190430019

Jurusan : Agribisnis

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(Ir. Cyprianus P.H. Saragi, MS)

Diketahui oleh:

(Ir. Cyprianus P.H. Saragi, MS) (Dr. Ir Nurdin Sitohang, MP)

i
Ketua Program Studi Dekan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana

atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini

dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi Arabika

(Studi Kasus : Desa Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi”.

Penyusunan Proposal Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh

gelar sarjana program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Katolik Santo

Thomas.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Cyprianus P.H. Saragi, MS sebagai dosen pembimbing utama sekali-

gus sebagai Kepala Program Studi Agribisnis yang telah memberikan bimbingan,

arahan, motivasi dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

2. Bapak Dr. Ir. Pandapotan Sitompul, MM selaku dosen pembanding yang telah

memberikan saran, kritikan, dan masukan dalam penulisan proposal ini.

3. Bapak Dr. Ir. Nurdin Sitohang, MP Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Ka-

tolik Santo Thomas, Medan

4. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo

Thomas yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

5. Yang terkasih orang tua saya Marius Hutagalung dan Ibunda Roma Situ-

morang, S.Kep, Ners yang telah memberikan dukungan doa, semangat, perha-

tian, dan dana hingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

ii
6. Abang dan adek saya Yohannes Aloysius Hutagalung dan Yeremia Huta-

galung yang Selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

7. Kepada Kepala Desa Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

Desa Tanjung Beringin 1.

8. Terimakasih kepada teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian khususnya pro-

gram studi Agribisnis 2019 yang membantu penulis selama menyelesaikan pro-

posal penelitian ini, dan juga untuk teman-teman yang belum saya sebutkan satu

persatu atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan

dan saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan

proposal penelitian ini. Akhirnya, penulis mengharapkan proposal penelitian ini

dapat bermanfaat.

Medan, 17 April 2023

` Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN.....................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iv

I. PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah...............................................................................6

C. Tujuan Penelitian...................................................................................6

D. Kegunaan Penelitian..............................................................................7

II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA............................8

A. Landasan Teori......................................................................................8

B. Tinjauan Pustaka.................................................................................18

C. Kerangka Berpikir........................................................................................19

D. Hipotesis Penelitian......................................................................................21

E. Batasan Operasional............................................................................22

III. METODE PENELITIAN....................................................................24

A. Metode Penentuan Lokasi Peneltian...................................................24

B. Metode Penentuan Sampel..................................................................24

C. Metode Pengumpulan Data.................................................................25

D. Metode Analisis Data..........................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................31

iv
v
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian memiliki arti penting dalam perkembangan ekonomi nasional

Indonesia. Pemerintah menganggap pertanian sebagai prioritas utama pembangunan

di masa depan. Pengelolaan pembangunan pertanian yang tepat dan bijaksana akan

mampu meningkatkan pertumbuhan secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan

pemerataan ekonomi, mengatasi kemiskinan dan pengangguran yang, pada akhirnya

akan mensejahterakan rakyat Indonesia (Nurhaeda, dkk, 2019).

Sektor pertanian Indonesia terdiri dari beberapa subsektor yang masing-

masing berpontensi besar dalam membangun perekonomian dan taraf hidup

masyarakat. Subsektor pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima, yaitu subsektor

pertanian rakyat (subsektor tanaman pangan), subsektor perkebunan, subsektor

kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Subsektor perkebunan

merupakan salah satu sumber devisa pada sektor pertanian (Asyer Theodorus Pala,

2021).

Ada beberapa kebijakan Pemerintah terhadap tanaman perkebunan dalam hal

peningkatan daya saing produk perkebunan beberapa program yang menjadi

perhatian Pemerintah antara lain: pembangunan logistik bibit, peningkatan produksi

dan optimasi lahan, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan

kelembagaan ekonomi perkebunan, inisiasi sistem Ketertelusuran dan Keberlanjutan,

Peningkatan akses pembiayaan perkebunan digitalisasi dan perdagangan elektronik

serta transformasi ekspor (Menko Airlangga, 2023).


2

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang

peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi penting dari

komoditas kopi bagi perekonomian nasional tercermin pada kinerja perdagangan

dan peningkatan nilai tambahnya. Sebagai produk ekspor, komoditas kopi dapat

memberikan kontribusi berupa penghasil devisa dan pendapatan negara, sumber

pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, pendorong pertumbuhan sektor

agribisnis dan agroindustri, pengembangan wilayah serta pelestarian lingkungan.

Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar kopi di dalam negeri masih

cukup besar (Statistik Perkebunan Indonesia, 2019).

Produksi komoditas kopi nasional didominasi oleh kopi robusta yang

mencapai 90% dan sisanya sekitar 10 % produksi adalah kopi arabika. Sementara itu,

pangsa pasar komoditas dunia sekitar 85% adalah kopi arabika, 10% kopi robusta

dan sisanya 5% kopi liberka dan kopi ekselsa. Oleh karena itu dilakukanlah usaha

meningkatkan produksi kopi arabika dengan memperluas areal melalui program

konversi kopi robusta ke kopi arabika dan penanaman baru pada lahan yang sesuai

untuk kopi arabika (Puji Rahardjo, 2021).

Berdasarkan aspek pengusahaan, komoditas kopi didominasi oleh perkebunan

kopi rakyat lebih dari 90% sedangkan sisanya kurang dari 10% berasal dari

perkebunan swasta ataupun negara. Pendampingan dan penyuluhan teknologi

budidaya dan pengolahan kopi sangat diperlukan bagi petani dan pekebun kopi untuk

meningkatkan produktivitas serta kualitas kopi nasional. Pada akhirnya dapat

menaikkan daya saing komoditas kopi nasional dipasar dunia (Puji Rahardjo, 2021).
3

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar didunia

berada pada urutan keempat penghasil komoditi kopi terbesar setelah Brazil,

Vietnam dan Kamboja. Luas lahan kopi di Indonesia mencapai 246.817 ha,

menghasilkan produksi 208.547 dan produktivitasnya 0,845 ton/ha pada tahun 2021.

Jumlah itu naik dibandingkan pada tahun 2020 yang memiliku luas lahan sebesar

246.861 ha, menghasilkan 206.962 ton dan produktivitasnya 0,838 ton/ha.

Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terkenal

sebagai sentra produksi kopi Arabika karena pangsa produksi kopi arabika di daerah

ini 26,67% dari produksi kopi arabika di Indonesia. Adapun, Provinsi yang menjadi

produsen kopi arabika terbesar Indonesia yaitu Aceh dengan menghasilkan sebesar

83.120 ton. Setelahnya ada Provinsi Sumatera Utara sebesar 55.621 ton, Sulawesi

Selatan 39.008 ton, Jawa Barat 18.790 ton, Nusa Tenggara Timur 13.289 ton yang

menghasilkan kopi arabika sebesar (Statistik Perkebunan Unggulan Nasional, 2021).

Tabel 1.Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika


di Provinsi Sumatera Utara 2017-2021
Tahun Luas Laju Luas Produksi Laju Produktivitas Laju
Panen Panen (%) (Ton) Produksi (Ton/Ha) Produktivtas
(Ha) (%) (%)
2017 50,495 - 58,055 - 1,149 -
2018 55,204 9,32 63,234 8,92 1,145 -0,34
2019 55,550 0,62 63,831 0,68 1,149 0,34
2020 55,591 0,07 64,266 0,68 1,156 0,60
2021 57,197 2,88 71,588 11,39 1,251 8,21
Total 274,037 12,89 320,974 21,67 5,850 8,81
Rata-
54,807 2,56 64,194 4,33 1,170 1,76
rata
Sumber Dari : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Dalam Angka 2017-2021

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perkembangan luas panen

dan produksi tanaman kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2017-2021

cenderung meningkat sedangkan produktivitasnya relatif stabil.


4

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

yang termasuk kabupaten penghasil kopi arabika di Sumatera Utara dan terbesar ke

empat dengan produksi sebesar 9.620 ton setelah Kabupaten Tapanuli Utara yang

menghasilkan produksi 16.036 ton, Kabupaten Simalungun 11.235 ton dan

Kabupaten Humbang Hasudutan sebesar 9.620 ton (Badan Pusat Statistik Sumatera

Utara, 2021).

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika


di Kabupaten Dairi Tahun 2017-2021
Tahun Luas Laju Luas Produksi Laju Produktivitas Laju
Panen Panen (%) (Ton) Produksi (Ton/Ha) Produktivtas
(Ha) (%) (%)
2017 7,660 - 8,409 - 1,097 -
2018 9,294 21,33 9,587 14,00 1,031 0,09
2019 9,301 0,07 9,602 0,15 1,032 0,09
2020 9,302 0,01 9,613 0,11 1,033 0,09
2021 9,304 0,02 9,620 0,07 1,034 0,09
Total 44,861 21,43 46,831 14,33 6,037 0,36
Rata- 8,972 4,28 93,66 2,86 1,207 0,07
rata
Sumber Dari : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi Dalam Angka 2017-2021

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perkembangan luas panen

dan produksi tanaman kopi arabika di Kabupaten Dairi dari tahun 2017-2021

cenderung meningkat lalu produktivitasnya relatif stabil.

Kecamatan Sumbul merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Dairi

yang memiliki luas area penanaman dan produksi kopi arabika terbesar di Kabupaten

Dairi. Kecamatan Sumbul terbagi kedalam 19 desa dimana Desa Tanjung Beringin 1

memiliki lahan perkebunan kopi arabika yang cukup luas di Kecamatan ini. Sebagian

besar penduduk di Desa Tanjung Beringin 1 ini bekerja sebagai petani kopi Arabika.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika


di Kecamatan Sumbul Tahun 2017-2021
Tahun Luas Laju Luas Produksi Laju Produktivitas Laju
Panen Panen (%) (Ton) produksi (Ton/Ha) produktivtas
5

(Ha) (%) (%)


2017 5,074 - 5,400 1,064 -
2018 5,895 16,18 6,274 16,18 1,064 0
2019 6,695 13,57 7,126 13,57 1,064 0
2020 7,997 19,44 6,627 -7,00 0,828 -99,92
2021 7,294 -8,79 7,816 17,94 1,071 130,51
Total 32,955 40,4 33,243 40,69 4,264 30,59
Rata- 6,591 8,08 6.648 8,13 1,018 6,11
rata
Sumber Dari : Badan Pusat Statistik Kecamatan Sumbul Dalam Angka 2017-2021

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa perkembangan luas panen

dan produksi tanaman kopi arabika di Kecamatan Sumbul dari tahun 2017-2021

relatif meningkat lalu produktivitasnya relatif stabil.

Desa Tanjung Beringin 1 salah satu desa penghasil kopi arabika di

Kecamatan Sumbul yang memiliki luas daerah 540 ha dan lahan perkebunan kopi

arabika sebesar 192,5 ha dengan produksi 160 ton dan produktivitasnya 0,831

ton/ha. Adapun varietas yang kopi arabika yang ditanam di Desa Tanjung Beringin 1

adalah Sigararutang.

Penduduk di Desa Tanjung Beringin 1 Sebagian besar hidup dari sektor

pertanian yang mengusahakan Kopi Arabika. Selain usahatani kopi arabika petani di

desa tersebut mengusahakan beberapa usaha tani lain antara lain: cabai, tomat,

bawang merah, daun bawang, daun sop, cabai, jagung, brokoli, jeruk siam, labu

siam, dll. Desa Tanjung Beringin 1 memiliki populasi keluarga yang berjumlah 424

KK terdapat 339 KK yang berprofesi sebagai petani dan petani kopi arabika sekitar

275 KK. Luas lahan petani kopi arabika terkecil 0,2 ha dan terbesar 1,2 di Desa

Tanjung Beringin 1.

Dilihat dari tabel diatas terdapat rata-rata produktivitas kopi arabika di

Indonesia sebesar 0,845 ton/ha, Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,170 ton/ha,
6

Kabupaten Dairi sebesar 1,207 ton/ha, Kecamatan Sumbul sebesar 0,828 ton/ha dan

Desa Tanjung Beringin 1 menghasilkan produktivitas kopi arabika sebesar 0,831

ton/ha. Produktivitas kopi arabika masih dibawah rata-rata potensi produksi sebesar

1,5 ton/ha (Enny Randriani, 2018).

Maka melihat permasalahan tersebut produksi yang diperoleh belum optimal.

Perbedaan hasil produksi kopi arabika petani jauh berbeda. Hal tersebut disebabkan

oleh faktor seperti (1) kurangnya jumlah KK, Jumlah petani dan jumlah petani kopi

arabika, jumlah petani varietas sigararutang (2) faktor produksi luas lahan, bibit,

tenaga kerja pupuk, pestisida (4), teknologi yang masih sederhana, (5) harga

produksi pertanian yang cenderung mengalami kenaikan terutama kenaikan harga

pupuk, (6) harga jual kopi arabika ditingkat petani yang masih rendah. Selain faktor-

faktor diatas terdapat faktor lain yang menghambat produksi kopi arabika seperti

iklim, cuaca, kesuburan tanah (Kantor Kepala Desa Tanjung Beringin 1, 2023).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian

dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Usaha Tani Kopi Arabika di Desa

Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu :

1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi usaha tani kopi

arabika didaerah penelitian ?

2. Bagaimana tingkat kelayakan usaha tani kopi arabika didaerah penelitian ?

C. Tujuan Penelitian
7

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :

1. Menganilisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi kopi

arabika di daerah penelitian.

2. Mengetahui tingkat kelayakan usahatani kopi arabika di daerah penelitian.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Katolik Santo Thomas Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani kopi arabika yang mengusahakannya.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.


8
9

II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Ilmu Usahatani

Ilmu usahatani merupakan segala upaya yang dilakukan dalam bidang

pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki taraf hidup petani

dengan menggunakan tenaga kerja, modal sumber daya alam dan keterampilan yang

dimiliki. Usahatani harus mampu menciptakan keunggulan bersaing secara

berkelanjutan yang mengacu pada kebutuhan pasar, potensi sumber daya, kondisi

masyarakat dan kelembagaan yang ada (Zaman dkk, 2020).

2. Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

Kegiatan tersebut dalam ekonomi bisa dinyatakan dalam fungsi produk menunjukkan

jumlah output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan

menggunakan teknologi tertentu. Produksi sering didefenisikan sebagai pencipta

guna, dimana guna berarti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

manusia atau faktor produksi adalah benda benda yang disediakan oleh alam atau

diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Produksi bisa juga merupakan suatu proses merubah kombinasi berbagai input

menjadi output. Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja,

tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga

pemasaran hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan

sebenarnya perbedaan antara barang dan jasa itu sendiri, dari sudut pandang ekonomi,
10

sangat tipis. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengarahkan modal dan tenaga

kerja. Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi diasumsikan dengan

tujuan memaksimumkan keuntungan (Riswan, 2018).

3. Fungsi Produksi

Fungsi produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik

atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang

menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang adalah produki, atau dengan

mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau

memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan

bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor

produksi itu terdiri atas : (1) tanah atau sumber daya alam, (2) tenaga kerja atau

sumber daya manusia (3) modal, dan (4) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun

tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang

keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga

faktor produksi yang lain (Sari, 2016).

Menurut (Soekartawi, 1994) Fungsi produksi yang umum dibahas dan

digunakan oleh para peneliti adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi

Cobb-Douglas merupakan fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau

lebih. Variabel yang digunakan adalah variabel dependen (Y), yaitu produk yang

dihasilkan dan variabel independen (X), yaitu penggunaan faktor produksi. Sebelum

menggunakan fungsi produksi Cobb- Douglas ada salah satu syarat yang harus

dipenuhi adalah tidak ada dari nilai pengamatan yang memiliki nilai nol, yang
11

dimana nilai nol merupakan suatu bilangan yang nilainya tidak dapat diketahui.

Secara sistematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a X1 β1, X2β2, X3 β3, X4 β4, X5β5, X6β6, eu

Keterangan :

Y : Produksi kopi (Kg/musim panen)

ln a : Intersep, Besaran Parameter

X1 : Luas Lahan (Ha)

X2 : Tenaga kerja (HK)

X3 : Bibit (Batang)

X4 : Pupuk Kandang (Kg)

X5 Pupuk Ammophos (Kg)

X6 : Pestisida Top Fungi (L)

u : Error

e : Logaritma Natural

Dari persamaan tersebut selanjutnya akan ditranformasikan kedalam bentuk

logaritma, sehingga merupakan bentuk linear berganda yang kemudian di analisis

menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS) sebagai berikut :

Log Y1 = a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + b6

Karena penyeselaian fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan

dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear. Fungsi produksi Cobb-Douglas

memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan dari fungsi

produksi Cobb-Douglas diantaranya:


12

1. Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas :

 Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah penera-

pannya.

 Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil

(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.

 Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung

menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan

dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas.

 Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks

efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggu-

naan input dalam menghasillkan output dari sistem produksi yang dikaji.

2. Kelemahan dari fungsi Cobb-Douglas adalah:

 Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasillkan elastisitas produksi yang

negatif atau nilainya terlalu besar dan terlalu kecil.

 Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data

yang dipakai sudah benar, terlalu ekstrim ke atas atau sebaliknya. Kesalahan

pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi

atau terlalu rendah.

 Dalam praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk

meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang terlalu sulit diukur

dan dipakai dalam variabel independent dalam pendugaan fungsi produksi

Cobb-Douglas (Soekarwati, 2010).


13

4. Biaya

Biaya produksi adalah segala sesuatu pengeluaran yang diperlukan dalam

menghasilkan beberapa produk tertentu dalam satu kali produksi. Biaya produksi

digolongkan berdasarkan hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) biaya yang dikeluarkan oleh petani tapi

tidak mempengaruhi banyaknya hasil produksi yang didapatkan. Seperti penggunaan

biaya pajak, alat pertanian. Biaya variabel (variabel cost) biaya yang dikeluarkan

sesuai dengan hasil produksi yang didapatkan, biaya variabel mempengaruhi

banyaknya jumlah produksi, seperti penggunaan biaya produksi (Mubyarto, 1989).

Total biaya dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total cost (Biaya total)

TFC = Total fixed cost (Biaya tetap total)

TVC = Total variable cost (Biaya tidak tetap total) (Sudarsono, 2008).

5. Pendapatan

Pendapatan adalah total pendapatan (uang, bukan uang) seorang individu atau

keluarga dalam jangka waktu tertentu. Jika petani dapat mengurangi biaya variabel

yang dikeluarkan dan diimbangi dengan hasil yang tinggi, pendapatan petani akan

meningkat.

Perhitungan pendapatan dapat diuji dengan menggunakan rumus berikut:

π =TR-TC
14

Dimana :

π = Pendapatan bersih usahatani

TR = Total revenue (Penerimaan total)

TC = Total cost (Biaya total) (Nita Roma R.Purba, 2023).

6. Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual produk. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu

dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis simultan usahatani. Jika

sebidang lahan ditanami berbagai macam tanaman, maka disebut analisis

keseluruhan usahatani. Sebaliknya, jika hanya satu tanaman yaitu jagung yang

diteliti, maka analisisnya disebut analisis parsial usahatani. Penerimaan total atau

pendapatan kotor ialah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya

produksi (Panjaitan, 2015).

Bentuk umum penerimaan dari penjualan yaitu :

TR = P x Q

Dimana :

TR = Total reveneue (Penerimaan total)

P = Price (Harga jual)

Q = Quantity (Produksi yang diperoleh)

Dengan demikian besarnya penerimaan tergantung pada dua variabel harga

jual dan variabel jumlah produk yang dijual (Nita Roma R.Purba, 2023).

7. Kelayakan
15

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

menentukan layak tidaknya usaha yang dijalankan menilai dan meneliti sejauh mana

kegiatan usaha tersebut memberikan keuntungan sangatlah penting dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki dalam pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber

yang tersedia bagi kegiatan usaha adalah terbatas, maka perlu diadakan pemilihan

dari berbagai macam alternatif yang ada. Kesalahan dalam memilih usaha dapat

mengakibatkan pengorbanan dari sumber-sumber yang langka. Untuk itu perlu

diadakan analisis terhadap berbagai alternatif kegiatan yang tersedia sebelum, sedang

dan sudah melaksanakannya dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang

diharapkan dari kegiatan tersebut R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan biaya biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga

menghasilkan produk. Usaha akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin

besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari

usaha tersebut. Revenue Cost Ratio adalah jumlah ratio yang digunakan untuk

melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuah proyek/usaha yang

dijalankan.

Revenue Cost Ratio (R/C) Revenue Cost Ratio adalah jumlah ratio yang digunakan

untuk melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuah proyek/usaha

yang dijalankan.

Revenue Cost Ratio mempunyai rumus seperti berikut:

𝑅/𝐶 = TR (Total penerimaan)

TC (Total Biaya)
16

Keterangan :

R = Penerimaan (Rp)

C = Biaya (Rp)

Dengan kriteria keputusan :

Apabila R/C > 1, Maka usaha tersebut layak untuk dijalankan

Apabila R/C = 1, Maka usaha tersebut berada pada titik impas

Apabila R/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Kasmir, 2003).

8. Faktor-Faktor yang mempengaruhi produksi

a. Luas Lahan

Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,

tanah, dan vegetasi, serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya

terhadap penggunaan lahan termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa

lampau dan sekarang, seperti reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dalam hal ini

juga mengandung pengertian ruang dan tempat (Kurniawati, 2005).

b. Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses produksi.

Dalam pengelolaan budidaya kopi dibutuhkan tenaga kerja untuk memperoleh faktor

produksi untuk memperoleh produksi kopi yang maksimal. Tenaga kerja yang

digunakan dalam jenis pertanian ini berasal dari keluarga sendiri, dan tenaga kerja

migran adalah tenaga honorer atau tenaga honorer dalam hubungan tolong menolong

(Nita Roma R. Purba, 2023).

Tenaga kerja pertanian terdiri dari pekerja pria dewasa, wanita dan anak-

anak. Seperti Mubiato mengatakan, sebagian besar tenaga kerja berasal dari petani
17

keluarga sendiri, termasuk ayah sebagai kepala rumah tangga, petani istri dan anak-

anak. semacam ini tenaga kerja dari keluarga petani adalah jenis kontribusi yang

tidak pernah berharga (Nita Roma R. Purba, 2023).

c. Benih/Bibit

Benih adalah tanaman atau bagian tanaman yang di gunakan untuk

memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman. Benih sangat menentukan

kualitas komoditas. Benih unggul umumnya diperoleh dari sumber benih yang

telah dimuliakan. Mutu benih merupakan awal dari keberhasilan suatu proses

produksi serta berkaitan erat dengan viabilitas dan vigor benih. Benih yang

unggul cenderung menghasilkan kualitas produk yang tinggi sehingga semakin

tinggi produksi pertanian yang akan diperoleh. Faktor produksi benih memegang

peranan yang penting untuk menunjang keberhasilan produksi tanaman. Benih

menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang bermutu tinggi berasal

dari varietas unggul merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh

kepastian hasil usahatani (Diki Aditiya, 2022).

d. Pupuk

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada

tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan

tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah. Pupuk dapat digolongkan

menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan (Mirnaini, 2013).

1. Pupuk Alam (Organik)


18

Pupuk alam atau pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan

sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik mempunyai kelebihan yakni

sebagai berikut :

1. Memperbaiki struktur tanah.

2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air.

3. Menaikkan kondisi kehidupan dalam tanah.

4. Sebagai sumber zat makanan dalam tanah (Marsono, 2013).

2. Pupuk Buatan (Anorganik)

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan

meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Pupuk anorganik

memiliki bentuk, warna dan cara penggunaan yang beragam. Keanekaragaman

pupuk anorganik sangat menguntungkan petani yang memahami aturan pakai, sifat-

sifat dan manfaatnya bagi tanaman. Adapun keuntungan dari penggunaan pupuk

anorganik adalah sebagai berikut :

1. Pemberian dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik biasanya

memiliki takaran hara yang pas.

2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang

tepat.

3. Pupuk anorganik dapat tersedia dalam jumlah cukup atau mudah didapatkan

dalam jumlah yang diinginkan.

4. Proses pengangkutan pupuk anorganik lebih mudah karena relatif sedikit

dibandingkan pupuk organik (Marsono, 2013).

e. Pestisida
19

Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan beberapa untuk tujuan yaitu :

1. memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak tanaman, bagi

tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman (tetapi tidak termasuk golongan pupuk) (Panut Djojosumarto, 2008).

B. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan

referensi dalam saat penulisan. Adapun studi empiric terdahulu yang mendukung

terhadap penelitian yang dilakukan disajikan sebagai berikut :

Hasil penelitian Haris Anggara (2022) menunjukkan bahwa faktor produksi

luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja secara simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produksi kopi arabika di Desa Sidapdap Simanosor. Secara

parsial faktor bibit dan pupuk berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap produksi

kopi robusta terhadap produksi kopi arabika, sedangkan luas lahan dan tenaga kerja

tidak berpengaruh tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi arabika.

Hasil penelitian Sariani (2017) menunjukkan bahwa faktor produksi luas

lahan, tenaga kerja, pupuk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi kopi di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Secara

parsial faktor bibit dan pupuk berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap produksi
20

kopi terhadap produksi kopi arabika, sedangkan biaya tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi kopi arabika.

Asyer Theodorus Pala (2021) di Desa Weri Lolo dan Desa Buru Kaghu,

Kecamatan Wewewa Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya menunjukkan bahwa

secara simultan faktor produksi bibit,pupuk, luas lahan tenaga kerja dan umur

tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi kopi robusta. Secara parsial faktor

luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

kopi robusta sedangkan faktor bibit, pupuk dan umur tanaman tidak berpengaruh

positif terhadap produksi.

Hasil penelitian Karo .H.S (2009) menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo yaitu

pupuk, lahan, modal dan tenaga kerja. Jika dilihat dari segi analisis finansial

usahatani kopi di daerah penelitian layak diusahakan dan dikembangkan hal ini dapat

dilihat pada nilai NPV > 0 yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai R/C > 1 yaitu

sebesar 30,80. Dengan Total biaya produksi per petani adalah sebesar Rp

3.194.223,89 atau 6.388.447 per hektar dan pendapatan usahatani kopi adalah

sebesar Rp 11.536.269,54 per petani dan Rp 15.642.088,95 per hektar.

Hasil penelitian Najiyati dan Danarti (1999) tanaman kopi yang dirawat

dengan baik akan mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun. Di daerah dataran rendah

biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan dengan di dataran tinggi.

Masa puncak produksi terjadi pada tanaman kopi berumur 7-9 tahun dengan kisaran

produksi 500-1.500 kg kopi beras/hektar/tahun. Apabila dikelola dengan baik dan

intensif maka produksinya dapat mencapai 2.000 kg kopi beras/hektar/tahun


21

C. Kerangka Pemikiran

Dalam usaha tani kopi arabika petani menggunakan beberapa faktor produksi

seperti : luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, pestisida. Usahatani adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara

efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada

waktu tertentu.

Lahan merupakan faktor produksi utama yang menentukan tingkat

keberhasilan usahatani dengan asumsi tingkat kesuburan, lokasi dan topografi

seragam. Luas lahan di duga berpengaruh positif terhadap pendapatan petani.

Produksi merupakan suatu proses mengubah input menjadi output sehingga

nilai barang akan bertambah. Input dapat terdiri dari barang dan jasa yang digunakan

dalam proses produksi dan output yang merupakan barang dan jasa yang dihasilkan

dari proses produksi.

Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam

proses produksi, yang menghasilkan output tertentu. Dalam sektor pertanian terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai berikut :

bibit, biaya, tenaga kerja, lahan, pupuk dan obat-obatan (pestisida).

Kelayakan usahatani adalah suatu ukuran untuk mengetahui apakah suatu usaha

layak dikembangkan. Layak dalam arti dapat menghasilkan manfaat/benefit bagi

petani. Suatu usaha yang dilaksanakan dinilai dapat memberikan keuntungan atau

layak diterima jika dilakukan analisis kelayakan usaha. Usahatani tersebut dikatakan

layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak bila tidak menguntungkan.

Secara sistematik kerangka pemikiran diatas digambarkan sebagai berikut.


22

Keterangan : Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Usahatani Kopi Arabika

D. Hipotesis

Dengan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis penelitian ini adalah

diduga bahwa penggunaan faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk
23

kandang, pupuk ammophos dan pestisida top fungi berpengaruh nyata terhadap

produksi usaha tani kopi didaerah penelitian.

E. Batasan Operasional

1. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengelola usahatani kopi ara-

bika.

2. Usahatani kopi arabika adalah suatu usaha yang dilakukan dengan mengusahakan

kopi arabika diatas sebidang lahan usaha tani.

3. Varietas kopi arabika yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Sigarar

Utang.

4. Luas lahan adalah luas lahan yang ditanami kopi arabika yaitu tanaman

menghasilkan yang diukur dalam satuan hektar.

5. Produksi adalah hasil kopi arabika yang diperoleh petani dari luas lahan yang

diusahakan dinyatakan dalam kg/ha/tahun.

6. Harga jual kopi arabika merupakan harga penjualan petani pada waktu penelitian

ini dilakukan (Rp/Kg).

7. Biaya produksi total adalah penjumlahan dari seluruh biaya yang dikeluarkan un-

tuk kegiatan usahatani kopi arabika dalam satuan rupiah.

8. Penerimaan petani adalah hasil produksi kopi arabika yang dikali dengan harga

jual pada saat penelitian ini dilakukan (Rp).

9. Pendapatan bersih usahatani kopi arabika adalah penerimaan petani dari hasil

penjualan produksi dikurang biaya produksi yang dinyatakan dalam satuan ru-

piah.
24

10. Jumlah pemakaian pupuk adalah banyaknya pupuk yang digunakan dalam satu

kali pemupukan yang di ukur dalam kilogram.

11. Jumlah pemakaian pestisida adalah banyaknya pestisida yang digunakan dalam

satu musim tanam yang diukur dalam satuan liter.

12. Kelayakan usahatani adalah suatu untuk mengetahui apakah suatu usaha layak

dikembangakan. Layak dalam arti dapat menghasilkan manfaat/benefit bagi

petani.

13. Tenaga kerja merupakan faktor produksi (input) yang penting dalam usaha tani.

Tenaga kerja dibagi atas tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja

luar keluarga (TKLK). Tenaga kerja diukur dalam HKP, dimana :

Tenaga kerja laki-laki > 15 tahun = 1,0 HKP

Tenaga kerja wanita < 15 tahun = 0,8 HKP

Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP

Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) adalah tenaga kerja yang berasal dari luar

keluarga yang berlaku dalam satu hari orang kerja. Dengan jumlah jam kerja

dalam satu hari adalah delapan jam perhari (8 jam/hari) yang dibayar dengan

tingkat upah tenaga kerja pria Rp.100.00 dan tenaga kerja wanita Rp. 80.000

14. Data yang di analisis adalah data satu tahun yaitu bulan dari bulan April 2022 s/d

April 2023.
25
26

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Beringin 1, Kecamatan Sumbul,

Kabupaten Dairi. Yang ditentukan secara Purposive sampling. Purposive sampling

adalah suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan sengaja dengan

catatan bahwa sampel tersebut dapat mewakili populasi yang ada didaerah penelitan.

Adapun yang menjadi alasan dipilihnya desa ini sebagai lokasi penelitian,

adalah karena (1) petani di desa ini umumnya mengusahakan tanaman kopi arabika

(2) salah satu sentra produksi tanaman kopi arabika di Kecamatan Sumbul,

Kabupaten Dairi, Sumatera Utara (3) Mempertimbangkan jarak dan waktu ke daerah

penelitian.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman

yang ada besar populasi 152 KK, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak

45 KK yang terdistribusi menurut umur tanaman pada kopi arabika varietas Sigarar

Utang yang telah menghasilkan di Desa Tanjung Beringin 1. Penentuan sampel

dilakukan dengan Stratified Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari

anggota populasi yang dilakukan berdasarkan strata umur tanaman pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Populasi dan Sampel di Desa Tanjung Beringin 1,


Kecamatan
Sumbul, Kabupaten Dairi Tahun 2023
Strata Umur Tanaman Populasi (KK) Sampel (KK)
I 2-5 36 11
II 6-9 63 19
27

III 10-13 53 15
Jumlah 152 45
Sumber: Kantor Kepala Tanjung Beringin 1 Tahun 2023

Menurut Umar (2002) Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel

dalam hal ini digunakan rumus Slovin sebagai berikut:

N
n=
1+ N ( e )2

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Margin of Error Maximum (kesalahan yang masih ditoleransi, diambil 12,5 %)

Hasil perhitungan :

152
n= 2
1+ 152 ( 0,125 )

152
n=
1+ 2,375

152
n=
3,375

n = 45

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa besar sampel yang diperoleh

sebanyak 45 KK, yang diambil dari keseluruhan jumlah petani kopi arabika di daerah

penelitian yaitu sebanyak 152 KK.


28

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani sampel

dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data

sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Kantor Kepala Desa. Disamping

itu juga digunakan buku bacaan dan laporan-laporan yang relevan dengan penelitian

ini sebagai literatur.

D. Metode Analisis Data

Untuk tujuan (1), dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi

Cobb- Douglas dengan rumus sebagai berikut :

Y= b0X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 X6b6eπ


Dimana :

Y = Produksi (ton)

X 1 = Luas Lahan (Ha)

X 2 = Tenaga Kerja (HK) a

X 3 = Bibit (Batang)

X 4 = Pupuk Kandang (Kg)

X 5 = Pupuk Ammophos (Kg)

X 6 = Pestisida Top Fungi (Kg)

b0 = Intercept atau konstanta


b1 = Besaran yang akan diduga
e = Logaritma natural (e=2,718)
π = Unsur Sisa
29

Jika persamaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas di atas diubah ke dalam

bentuk linier berganda maka dirumuskan sebagai berikut :

Log Y = Log b0 + b1 Log X1 + b2 Log X2 + b3 Log X3 + b4 Log X4 + b5 Log X5 + b6


Log X6 + µ

1. Uji Statistik

a). Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan proporsi variabilitas dalam suatu data

yang dihitung didasarkan pada model statistik. Secara umum R2 digunakan sebagai

informasi mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi R2 ini dijadikan sebagai

pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model

Jika R2 =1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data.

b) Uji F

Uji F dilakukan dengan rumus :


2
R
k
F−hitung= 2
1−R
n−k−I

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel independen

k = Jumlah variabel independen

Pada taraf α = 5%

Kriteria uji :
30

F-hitung < F-tabel : Hipotesis H0 diterima, artinya penggunaan faktor-faktor

produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

F-hitung ≥ F-tabel : Hipotesis H1 diterima (H0 ditolak), artinya penggunaan faktor-

faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi

(Supranto, 1994).

c. Uji t

Uji t dilakukan dengan rumus :

bi−b
t−hitung=
Sbi

Dimana :

b1 = Koefisien variabel ke-i

b = Nilai hipotesis 0

S(bi) = Simpangan baku dari variabel ke-i

Pada taraf α = 5%

Kriteria uji:

t hitung < t tabel maka Ho diterima

t hitung > t tabel maka H1 diterima H0 ditolak.

2. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikoleniaritas dapat diperiksa

dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika

nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > dari 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas.

b) Uji Heterokedastisitas
31

Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas

atau tidak diantara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien

signifikansi. Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signisikansi

yang ditetapkan sebelumnya (5%). Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari

tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari

tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

c) Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov. Tingkat signifikasi yang digunakan α 0,05. Dasar pengambilan

keputusan adalah melihat angka probabilitas dengan ketentuan:Jika nilai probabilitas

0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi atau data berdistribusi normal. Jika

probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Untuk tujuan (2), biaya produksi dihitung dengan cara menambahkan biaya

variabel dengan biaya tetap dengan rumus sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana :
TC = Total Cost (Biaya Total)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
TVC= Total Variable Cost (Biaya Tidak Tetap Total)
Untuk tujuan (3), pendapatan bersih dihitung dengan cara mengurangkan
total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut :
32

π = TR – TC
Dimana :
π = Pendapatan Bersih
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Biaya Total)
Untuk mengetahui total penerimaan, dihitung dengan dengan cara
mengalikan harga output dengan jumlah produksi.
TR = P x Q
Dimana :
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Jumlah)
33

DAFTAR PUSTAKA

Asyer Theodorus Pala. 2021. Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Produksi


Usahatani Kopi Robusta Di Kecamatan Wewewa Selatan Kabupaten Sumba
Barat Daya. Skripsi. Kupang: Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dalam Angka 2021. Luas Panen, Produksi,
dan Produktivitas Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dalam Angka 2017-2021. Luas Panen,
Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Kabupaten dalam Angka 2017-2021. Luas Panen, Produksi,
dan Produktivitas Kopi Arabika di Kabupaten Dairi.

Badan Pusat Statistik Kecamatan dalam Angka 2017-2021. Luas Panen, Produksi,
dan Produktivitas Kopi Arabika di Kecamatan Sumbul.

Diki Aditya. 2022. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Tani Kacang
Hijau (Vigna Radiata L.) di Desa Pulau Gambar Kecamatan Serbajadi
Kabupaten Serdang Begadai. Medan: Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadyah Sumatera Utara.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop


Estate Statistic of Indonesia). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2021. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional


2020- 2022. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.
34

Enny Randriani. 2018. Pengenalan Varietas Unggul Kopi. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:


Badan Penerbit UNDIP.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. UNDIP.


Semarang.

Haris Anggara. 2022. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Petani


Kopi Robusta di Desa Sidapdap Simanosor, Kecamatan Saipar Dolok Hole,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.

Karo, H.S.A., 2009, Analisis UsahaTani Kopi di Kecamatan Simpang Empat


Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara Medan.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada.

Kurniawati. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak di Desa


Kabongan Lor dan Desa Gegunung Wetan Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Menko Airlangga Jelaskan Upaya Pemerintah Tingkatkan Daya Saing Produk


Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan.7 November 2020.
https://ekon.go.id/publikasi/detail/624/menko-airlangga-jelaskan-upaya
pemerintah-tingkatkan-daya-saing-produk-pertanian-perkebunan-dan-
peternakan.

Mirnaini. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan


Pendapatan Petani Jeruk Siam di Desa Pompa Air Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Studi
Agribisnis. STIP Graha Karya Muara Bulian.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian,


Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
35

Najiyati, S & Danarti. 1999. Budidaya Kopi dan Ekspor Kopi. Jakarta: Swadaya.

Nurhaeda, Muhammad S. D., & N. 2019. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 5,


61-66.

Panjaitan, T. W. S., & Liem L. Y. 2015. Penyusunan Hazard Identification Risk


Assessment and Risk Control (HIRARC) di PT.X. Jurnal Tirta. 3 (1):15-18
Panut Djojosumarto. 2008. Pestisida dan aplikasinya. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.

Puji Raharjo. 2021. Berkebun Kopi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Purba N.R.R. 2023. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi


Arabika Terhadap Pendapatan Petani di Desa Sinaman II Kecamatan Pematang
Sidamanik Kabupaten Simalungun. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian.
Universitas Medan Area.

Riswan.2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di


Kabupaten Enrekang. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sari, Kurnia. 2016. “Analisis Financial Distress Pada Perusahaan Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Ilmiah Research Sains. Vol.2 No.2:67-82.

Sariani. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di Kecamatan


Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Skripsi. Makassar: Fakultas Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Alauddin.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soekarwati, 2010. Pembangunan Pertanian PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudarsono. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia.
Cetakan ke-2.

Zaman, N., D.W. Purba., I. Marzuki., I.A. Sa’ida., D. Sagala., B. Purba., T. Purba.,
D.M. Nuryanti., D.R.D. Hastuti. & Mardia. 2020. Ilmu Usahatani. Makassar:
Yayasan Kita Menulis.
36

Anda mungkin juga menyukai