Anda di halaman 1dari 20

PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

“PENINGKATAN KEMAMPUAN PETANI DALAM MENGELOLA


RISIKO USAHATANI KOPI”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. H. Luthfi Fatah, MS, PhD

DWI CHOIRUNISA
1910514220010

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan programa penyuluhan
pertanian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Petani dalam Mengelola
Risiko Usahatani Kopi” dengan sebaik mungkin. Programa penyuluhan pertanian
ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyusunan & Evaluasi Program
Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Ir. H. Luthfi Fatah, M.D.,
Phd selaku dosen pengampu mata kuliah, yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi serta berbagai ilmu pengetahuan selama proses penyusunan
dan penulisan programa penyuluhan pertanian ini.
Dalam penyusunan dan penulisan programa penyuluhan pertanian ini
masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga programa
penyuluhan pertanian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.

Tanah Laut, 3 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 3
1.2 Maksud......................................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup............................................................................. 3

II. KEADAAN UMUM........................................................................... 5


A. Keadaan Umum Wilayah............................................................... 5
2.1 Luas Wilayah................................................................................ 5
2.2 Jumlah Penduduk.......................................................................... 5
2.3 Topografi dan Iklim...................................................................... 5
B. Keadaan Umum Pertanian............................................................. 6
2.4 Tanaman Perkebunan................................................................... 6

III. PERMASALAHAN........................................................................... 7
3.1 Masalah Prilaku............................................................................ 7
3.2 Masalah Non Perilaku.................................................................. 7

IV. TUJUAN............................................................................................. 8
4.1 Tujuan Umum............................................................................... 8
4.2 Tujuan Khusus.............................................................................. 8

V. RENCANA KEGIATAN PENYULUH............................................. 10


5.1 Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian..................................... 10
5.2 Fasilitasi Kegiatan Penyuluhan.................................................... 10

VI. MATRIKS PROGRAMA................................................................... 13


6.1 Matriks Rencana Kegiatan Penyuluhan........................................ 13
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi termasuk sektor yang
sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional, baik dari segi pendapatan maupun penyerapan
tenaga kerja. Usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia
masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan manusia masih
memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam industrinya (Hayati, 2017).
Pertanian tidak hanya sebatas pertanian dalam artian sempit, namun dalam
artian luas yaitu penghasil produk primer yang terbarukan, termasuk di dalamnya
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian. Peranan pertanian antara lain adalah (1) menyediakan kebutuhan
bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2)
menyediakan bahan baku industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk-produk
yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal
yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, (5) sumber perolehan devisa, (6)
mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7) menyumbang
pembangunan perdesaan dan pelestarian lingkungan hidup (Harianto, 2007).
Salah satu subsektor pertanian yang memiliki basis sumberdaya alam adalah
subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari luas areal
maupun produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian,
subsektor perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan
terhadap perekonomian Indonesia.
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi.
Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Indonesia merupakan salah satu produsen kopi
terbanyak di dunia. Menurut data statistik International Coffee Organization
(ICO), Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbanyak ke-3, setelah Brazil
dan Vietnam (Sitanggang, 2017).
2

Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu lokasi pengembangan


perkebunan kopi di Kalimantan Selatan. Hingga saat ini pengelolaan perkebunan
kopi di Kabupaten Tanah Laut masih tergolong sederhana. Petani dalam
menjalankan usahataninya selalu menghadapi risiko dan ketidakpastian yang
sangat tinggi. Sebagaimana dikemukan Harwood et.al. (1999) risiko merupakan
kemungkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berkurangnnya
kesejahteraan sesorang.
Risiko dalam produksi pertanian diakibatkan oleh adanya ketergantungan
aktivitas pertanian pada alam, di mana pengaruh buruk alam telah banyak
mempengaruhi total hasil panen pertanian. Situasi ketidakpastian adalah
dimaksudkan kepada adanya risiko berproduksi dalam usaha tani pertanian yang
dihadapi oleh masing-masing petani dan nampak dari adanya variasi dalam
perolehan produksi maupun penerimaannya. Usaha dibidang pertanian sangat
tergantung pada kondisi alam terutama iklim dan cuaca. Usaha di bidang
pertanian memiliki risiko dan ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan
dengan usaha di bidang non-pertanian (AHA Limbong, dkk 2018). Risiko selain
dihadapi oleh individu juga oleh lembaga (Karyani, 2019).
Untuk mendukung arah kebijakan dan program pemerintah khususnya
masyarakat yang bergerak dibidang perkebunan kopi diperlukan kegiatan
penyuluhan pertanian agar tercapai keberhasilan baik peningkatan produksi
maupun peningkatan pendapatan petani. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang
efektif dan efisien menuntut adanya suatu perencanaan dan target sasaran yang
jelas dan terukur. Perencanaan pelaksanaan penyuluhan yang dituangkan dalam
Programa merupakan langkah awal dan sangat menentukan keberhasilan untuk
mencapai tujuan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani ingin tercapai.
Programa penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman, sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam
programa penyuluhan pertanian mampu merespon kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha serta memberikan dukungan terhadap program-program prioritas
dinas pertanian yang akan menentukan besarnya pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini sesuai dengan amanah Undang-
3

Undang Nomor 16 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa pembiayaan


penyelenggaraan penyuluhan di Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan
dengan kebutuhan penyusunan programa penyuluhan.
Programa penyuluhan peningkatan kemampuan petani dalam mengelola
risiko usahatani kopi merupakan suatu wadah untuk memadukan kebijakan
pemerintah Kabupaten Tanah Laut dalam mendukung Program Peningkatan
produksi kopi dengan kepentingan, keinginan pelaku utama beserta keluarganya,
sehingga upaya pembangunan perkebunan kopi dapat mencapai sasaran. Programa
Penyuluhan Perkebunan diharapkan dapat memberikan arah yang tepat dan jelas
bagi penyuluh dan petani agar pelaksanaan penyuluhan pertanian lebih berdaya
guna dan berhasil guna.

I.2 Maksud
Maksud disusunnya Programa penyuluhan pertanian Peningkatan
Kemampuan Petani dalam Mengelola Risiko Usahatani Kopi adalah untuk
mendukung penyelenggaraan pembangunan pertanian dalam mencapai target yang
telah direncanakan.

I.3 Tujuan
Programa Penyuluhan Pertanian Peningkatan Kemampuan Petani dalam
Mengelola Risiko Usahatani Kopi bertujuan untuk:
a. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan Perkebunan kopi bagi
penyelenggara penyuluhan.
b. Memeberikan Pedoman bagi Penyuluh Perkebunan kopi dalam menyusun
rencana kerja tahunan penyuluh tahun 2022.
c. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku utama, perilaku
usaha, penyuluh dan petugas lingkup pertanian dan Perkebunan agar mereka
mampu memecahkan permasalahan.

I.4 Ruang Lingkup


4

Dalam ruang lingkup pembangunan pertanian, penyelenggaraan penyuluhan


merupakan suatu keharusan dalam transfer teknologi, pelatihan dan pembinaan
untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang.
Secara makro pelaksanaan penyuluhan harus berorientasi pada :
a. Memperluas lapangan kerja dan usaha di pedesaan
b. Pengentasan masyarakat dari belenggu kemiskinan khususnya bagi
masyarakat pedesaan.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat tani beserta keluarganya
d. Menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup dan ekosistem,
serta sumberdaya hayati.
II. KEADAAN UMUM

II.1 Luas Wilayah


Kabupaten Tanah Laut secara geografis terletak antara 114° 30’20″ - 115°
23’31’’ Bujur Timur dan 3° 30’33″ - 4° 11’38’’ Lintang Selatan dengan luas
wilayah 3.631,35 KM², atau sekitar 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan
yang terbagi atas 11 kecamatan, dan 133 desa.
Secara administratif, Kabupaten Tanah Laut mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Banjar
Sebelah Timur : Kabupaten Tanah Bumbu
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Laut Jawa

II.2 Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut berdasarkan hasil Sensus
Penduduk Indonesia 2020 (September) sebesar 348.966 jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,59 persen dari tahun 2010. Rasio jenis kelamin pada tahun 2020
sebesar 105,30 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada
jumlah penduduk perempuan atau dari 100 perempuan terdapat sekitar 105
penduduk laki-laki (BPS, 2021).

II.3 Topografi dan Iklim


Kabupaten Tanah Laut memiliki iklim tipe iklim C dengan curah antara
2.000 - 2.500 mm/tahun dan suhu berkisar antara 20 º C - 35º C sehingga
Kabupaten Tanah Laut pada umumnya tidak tidak mengalami kekurangan air.
Dataran wilayah Kabupaten Tanah Laut terbentuk dari beberapa bahan batuan
induk dan batuan beku seperti bahan aluvial, organik aluvial, endapan dan
endapan metamorft. Jenis Tanah didominasi latosol (29,17 %), podsolik (32,98
%), alluvial (32,26 %) dan organosol (5,59 %) mempunyai tingkat kesuburan
tanah rendah, sedang sampai baik, termasuk tanah peka erosi. Kelerengan
bervariatif dari klasifikasi landai sampai sangat curam dan ketinggian tempat
6

kawasan hutan bervariasi mengingat lokasi yang bergunung dari ketinggian 25-
800 M dpl, bergelombang, landai, berbukit, sampai terjal bergunung (Saefudin,
2014).

II.4 Tanaman Perkebunan


Perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar dalam pengembangan
pertanian, jika melihat keadaan geografis Kabupaten Tanah Laut. Salah satu
tanaman perkebunan yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah
tanaman kopi. Menurut data BPS pada tahun 2017, luas lahan perkebunan kopi
yang telah dikembangkan di Tanah Laut sebesar 119 hektar dengan hasil produksi
sebanyak 77,69 ton.
(Andiani, 2018) menyatakan bahwa kebiasaan meminum kopi bagi sebagian
masyarakat sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle yang terus berkembang. Gaya
hidup meminum kopi yang dianut oleh masyarakat Indonesia menimbulkan
potensi yang positif bagi pertumbuhan permintaan kopi dalam negeri.
Menurut (Lestari, E. W.; Idha, H.; Surip, 2009), Indonesia sebagai salah
satu negara eksportir biji kopi terbesar di dunia memiliki potensi dalam
peningkatan konsumsi kopi dalam negeri. Berdasarkan data International Coffee
Organization (ICO), selama periode 2014 hingga 2018, secara rata-rata
pertumbuhan konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat 9% sehingga dapat
dikatakan komoditas kopi memiliki peluang besar untuk terus dikembangkan.
Besarnya peluang pasar domestik dan kecenderungan meningkatnya permintaan
disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk dan pendapatan setiap tahunnya.
Apabila tingkat konsumsi kopi domestik dapat dipacu menjadi lebih dari 1
kg/kapita/tahun, maka setengah produksi kopi akan terserap di pasar dalam negeri
(As’ad, 2020).
III. PERMASALAHASAN

III.1 Masalah Prilaku


Programa Penyuluhan Pertanian Peningkatan Kemampuan Petani dalam
Mengelola Risiko Usahatani Kopi, secara umum permasalahan perilaku yang
dihadapi para pelaku utama, pelaku usaha dan petugas sebagai berikut :
1. Rendahnya pengetahuan klasifikasi mutu hasil yang dikehendaki
pengusaha dan posisi tawar petani perkebunan lemah.
2. Rendahnya kesadaran petani dalam berkelompok dan kebersamaan dalam
usaha
3. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam manajemen resiko
usahatani
4. Kurangnya respon dan kemauan petani sebagai pelaku utama dan pelaku
usaha dalam penerapan teknologi untuk promosi hasil produk.

3.2 Masalah Non Perilaku


Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian terdapat masalah non perilaku
dalam memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai berikut :
1. Rendahnya produktivitas tanaman kopi karena penggunaan bibit
berkualitas rendah
2. Serangan OPT tanaman kopi belum terkendali
3. Kemitraan usaha tani tanaman kopi dengan pihak swasta/perusahaan
masih belum ada Nota Kerjasama (MOU) yang jelas terutama dalam
penetapan harga pembelian.
4. Belum adanya pemanfaatan lain dari perkebunan kopi selain sektor
pertanian
5. Kelembagaan tani masih lemah dan belum menerapkan prinsip-prinsip
agribisnis
6. Kualitas hasil produksi belum memenuhi syarat permintaan mitra usaha
IV. TUJUAN

IV.1..............................................................................................................Tujuan
Umum
Programa Penyuluhan Pertanian Peningkatan Kemampuan Petani dalam
Mengelola Risiko Usahatani Kopi, secara umum bertujuan untuk :
a. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
b. Memberikan panduan bagi penyuluh pertanian di Kabupaten Tanah Laut
dalam menyusun rencana kerja tahunan kegiatan penyuluhan.
c. Sebagai acuan para penyuluh dalam merumuskan dan melaksanakan
penyuluhan dilapangan dengan memperhatikan aspek : (1) Tingkat
pengetahuan, sikap dan ketrampilan para pelaku utama dan pelaku usaha
menjadi pelaku agribisnis, (2) Ketersediaan teknologi sarana dan prasarana
serta sumberdaya lain yang mendukung kegiatan penyuluhan pertanian,
(3) Tingkat kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap penyuluh
pertanian, (4) Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya dan ada, (5)
Alokasi biaya.

IV.2..............................................................................................................Tujuan
Khusus
a. Meningkatnya mutu hasil tanaman perkebunan dan sesuai dengan kriteria
yang diinginkan pengusaha
b. Meningkatnya kemampuan kelembagaan petani
c. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam manajemen
resiko usahatani
d. Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam
penerapan teknologi untuk promosi hasil produk
e. Peningkatan produktivitas tanaman kopi karena penggunaan bibit unggul
f. Terkendalinya serangan hama penyakit pada tanaman kopi
g. Terjalinnya kemitraan secara berkelompok dan harga sudah ditentukan
dalam MOU
h. Adanya pemanfaatan lain dari perkebunan kopi selain di sektor pertanian
9

i. Meningkatnya Profesionalisme petugas dalam membina petani agar dapat


berusaha berwawasan agribisnis
j. Terjalinnya hubungan antara petani kopi dan mitra usaha
V. RENCANA KEGIATAN PENYULUH

5.1 Strategi Perencanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian


1. Peningkatan kapasitas Penyuluh Pertanian tingkat Kabupaten Tanah Laut
a. Penyusunanan Programa Penyuluhan tingkat Kabupaten
b. Penyusunan Rencana Kerja
c. Temu teknis, Temu tugas, Pelatihan, Bintek,
d. Pembinaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian
e. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan
f. Pengembangan database penyuluh pertanian

2. Peningkatan kemampuan lembaga petani


a. Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani
b. Penilaian kelas dan kemampuan kelompok tani Demplot
c. Temu lapang
d. Perbanyakan materi penyuluhan

3. Penumbuhan dan pemberdayaan penyuluh pertanian swadaya


a. Pelayanan konsultasi dan informasi agribisnis
b. Pertemuan teknis agribisnis
c. Percontohan/demplot

5.2 Fasilitasi Kegiatan Penyuluhan


1. BOP Penyuluh Pertanian PNS
2. Honorarium dan BOP THL-TBPP
3. Koordinasi Penyususnan programa penyuluhan Pertanian
4. Perencanaan Kegitan Penyuluhan
5. Koordinasi Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian
6. Pemutakhiran data kelembagaan petani (poktan, gapoktan, asosiasi petani)
7. Pengembangan database kelembagaan dan ketenagaan
8. Monitoring dan evaluasi penyuluhan
a. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
11

b. Pendampingan wilayah kerja penyuluhan pertanian.


c. Pembinaan, pengawalan dan pendampingan kelembagaan petani (poktan
dan gapoktan)
d. Pengawalan dan pendampingan penyuluh pertanian swadaya.
e. Pembinaan penyuluh PNS dan THL-TBPP.
f. Pengawalan dan pendampingan RDK dan RDKK
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Hartati Anggreini Limbong, Sri Fajar Ayu, Rahmanta Ginting (2018).
Analisis Risiko Dan PendapatanUsahatani Sayuran. Journal on Social
Economic of Agriculture And Agribusiness. 9, (2).
BPS. 2021. Kabupaten Tanah Laut dalam Angka. Badan Pusat Statistik.
Harianto. 2007. Peranan Pertanian dalam Ekonomi Perdesaan. Prosiding Institut
Pertanian Bogor.
Harwood J,Richard Heifner, Keith Coble, Janet Perry, and Agapi Somwaru
(1999). Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis.
Agricultural Economic Report No. 774.Market and Trade Economic
Division and Resource Economics Division, Economic Research Service
U.S. Departmentof Agriculture.
Hayati, M., Elfiana., Martina. 2017. Peranan Sektor Pertanian dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jurnal S.
Pertanian 1(3): 213 – 222
Karyani, T., E. Djuwendah & K. Kusno. 2019. Peningkatan Kemampuan Petani
dalam Mengelola Risiko Usahatani Kopi (coffea arabica). Jurnal Aplikasi
Ipteks untuk Masyarakat Vol. 8, No. 4, Desember 2019: 268 - 273
Lestari, E. W.; Idha, H.; Surip, M. (2009). Konsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan
dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh: Kasus di Kabupaten Jember. Pelita
Perkebunan, 25(3), 216–235.
Saefudin. 2017. Permasalahan, Peluang dan Tantangan Pengembangan Kopi di
Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pangan Industri. Vol 23
No.3
Sitanggang, J.T.N., S.A. Sembiring. 2013. Pengembangan Potensi Kopi Sebagai
Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 No.6
MATRIKS RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PETANI DALAM
MENGELOLA RISIKO USAHATANI KOPI

A. Masalah Prilaku
No KEADAAN TUJUAN MASALAH SASARAN KEGIATAN PENYULUHAN Ke
. Materi Metode Volu Loka Wakt Biaya Sumb Penanggu Pelaksa t
me si u er ng Jawab na
Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15
)
I SEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN KOPI
1. Penentuan Meningkatn Terbatasnya -Kelembaga Standarisasi Pertemua 6 kali Kab Jan- Rp. APBD Bidang Distan
klasifikasi mutu ya mutu pengetahuan dan an Petani mutu hasil n Des 600.000 Perkebuna
dan harga hasil hasil kemampuan (Poktan n
perkebunan kopi tanaman petani dalam Kopi) Pengelolaa Bintek 6 kali 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
ditentukan perkebunan memenuhi mutu -PPL, THL- n pasca Des 600.000 Perkebuna
pengepul/pengus dan sesuai hasil perkebunan TBPP, PP panen n
aha dengan kopi yang Swadaya
kriteria dikehendaki dan Swasta
yang pengusaha/peng -Pelaku
diinginkan epul Usaha
pengusaha
2. Kelembagaan Meningkatn Rendahnya -Kelembaga Dinamika Pertemua 42 kali 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
petani kurang ya kesadaran petani an Petani Poktan n poktan, Des 4.200.0 PIP
berfungsi kemampua dalam (Poktan laku, 00
sebagai kelas n berkelompok Kopi) rembug
belajar dalam kelembagaa dan -PPL, THL- tani
meningkatkan n petani kebersamaan TBPP, PP
produksi dalam usaha Swadaya
pertanian dan Swasta
3. Petani Meningkatn Rendahnya -Kelembaga Manajemen Pelatihan 42 kali 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
penggarap tidak ya pengetahuan dan an Petani risiko , Des 4.200.0 perkebuna
mengerti tentang pengetahua keterampilan (Poktan usahatani monitori 00 n
resiko usahatani n dan petani dalam Kopi) kopi ng,
kopi dan cara keterampila manajemen -PPL, THL- evaluasi
mengatasinya n petani resiko usahatani TBPP, PP Mitigasi Pelatihan 10 kali 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
14

dalam kopi Swadaya risiko Des 1.000.0 perkebuna


manajemen dan Swasta 00 n
risiko
usahatani
kopi
4. Rendahnya Meningkatn Rendahnya -Kelembaga Pengoperas Bintek 10 kali 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Kab
Pendidikan dan ya respon dan an Petani ian media Des 1.000.0 PIP
keterampilan pengetahua kemauan petani (Poktan sosial 00
petani n, terhadap inovasi Kopi)
kemampua teknologi untuk -PPL, THL-
n dan media promosi TBPP, PP
keterampila Swadaya
n petani dan Swasta
dalam
penerapan
teknologi
untuk
promosi
hasil
produk
15

MATRIKS RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PETANI DALAM


MENGELOLA RISIKO USAHATANI KOPI

B. Masalah Non Prilaku


KEGIATAN PENYULUHAN
No KEADAA Materi Meto Vol Lokas Wakt Biay Sumb Penanggu Pelaks
TUJUAN MASALAH SASARAN Ket
. N de ume i u a er ng Jawab ana
Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
I SEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN KOPI
1. Produksi Penggunaan Sulit mendapatkan -Kelembagaan Teknik Bintek 42 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
tanaman bibit dengan bibit kopi unggul Petani (Poktan pembibita dan kali Des 600. perkebuna
kopi kualitas tinggi Kopi) n tanaman dempl 000 n
rendah -PPL, THL- kopi ot
karena TBPP, PP
kualitas Swadaya dan
bibit yang Swasta
rendah
2. Luasnya Terkendalinya Serangan OPT kopi -Kelembagaan Pengendal Sekola 21 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
serangan serangan hama tinggi dan belum bias Petani (Poktan ian OPT h kali Des 600. perkebuna
hama yang pada tanaman dikendalikan Kopi) terpadu lapang 000 n
berdampa kopi -PPL, THL-
k pada TBPP, PP
penurunan Swadaya dan
produksi Swasta
kopi
3. Kemitraan Terjalinnya Kemitraan dilakukan -Kelembagaan Agribisnis Temu 2 Kab Jan- Rp. APBD Bidang Distan
kopi kemitraan secara individu petani Petani (Poktan tanaman usaha kali Des 400. perkebuna
dilakukan secara dengan pengusaha Kopi) kopi 000 n
dengan berkelompok dan harga tidak -PPL, THL-
cara dan harga sudah ditentukan TBPP, PP
pengusaha ditentukan Swadaya dan
menampu dalam MOU Swasta
ng hasil -Pelaku usaha
4. Kebun Adanya Belum ada upaya -Kelembagaan Pengemba Bintek 42 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Kab
kopi hanya pemanfaatan pemanfaatan kebun Petani (Poktan ngan , kali Des 4.20 PIP
16

dijadikan lain dari kebun kopi selain di sektor Kopi) agrokowis monit 0.00
sebagai kopi yaitu pertanian -PPL, THL- ata oring, 0
Kawasan agrokowisata TBPP, PP berbasis evalua
produksi Swadaya dan perkebuna si
Swasta n kopo
5. Petani Berkembangnya Kelembagaan tani -Kelembagaan Perbaikan Bintek 21 3 kec Jan- Rp. APBD Bidang Distan
berusahata kelembagaan masih lemah dan Petani (Poktan manajeme kali Des 2.10 PIP
ni secara tani secara belum menerapkan Kopi) n 0.00
individu mandiri, dan prinsip-prinsip -PPL, THL- agribisnis 0
dan berwawasan agribisnis TBPP, PP
dilakukan agribisnis Swadaya dan
secara Swasta
konvensio
nal
6. Kemitraan Terjalinnya Kualitas hasil -Kelembagaan Perbaikan Pelati 5 Kab Jan- Rp. APBD Bidang Distan
di tingkat kemitraan perkebunan kopi Petani (Poktan mutu hasil han kali Des 500. perkebuna
petani antara petani belum memenuhi Kopi) 000 n
belum kopi dan mitra syarat permintaan -PPL, THL-
optimal usaha mitra usaha TBPP, PP
Swadaya dan
Swasta
-Pelaku usaha

Anda mungkin juga menyukai