Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata Agribusiness, dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business berarti usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian berorientasi profit. Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. (Downey and Erickson, 1987). Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on the farm) dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga penunjang. Agribisnis merupakan keseluruhan aktivitas yang mencakup subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem produksi (usaha tani), sub sistem pengolahan hasil serta subsistem pemasaran dan subsistem layanan pendukung. Subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang paling terkait sehingga membentuk suatu sistem yang utuh. Agribisnis dapat berkembang dengan baik maka dibutuhkan berbagai persyaratan diantaranya adalah usaha tersebut haruslah efisien, produk yang dihasilkan berkualitas dan mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada. Pasar ataupun konsumen merupakan tujuan akhir dari setiap kegiatan agribisnis. Agribisnis setidaknya mencakup empat subsistem yaitu: Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan menyediakan sarana produk pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit atau benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain). Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang disebut dengan sektor pertanian primer. Subsistem agribisnis hilir (down-stresm agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap dinikmati atau siap untuk dikonsumsi beserta pasar perdagangannya di pasar domestik dan internasional. Subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan, dan pembiayaan, transportasi. Penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, dan lain- lain. Pada sistem agribisnis pelakunya adalah usaha-usaha agribisnis, yakni usahatani keluarga, usaha kelompok, usaha kecil, usaha menengah, usaha koperasi dan usaha korporasi, baik pada sub-sistem agribisnis hilir, sub-sistem on farm, sub- sistem agribisnis hulu maupun pada sub-sistem penyedia jasa bagi agribisnis. Karena itu, pemerintah sedang dan akan menumbuh-kembangkan dan memperkuat usaha-usaha agribisnis tersebut melalui berbagai instrumen kebijakan yang dimiliki. Pemerintah bukan lagi eksekutor, tetapi berperan sebagai fasilitator, regulator dan promotor pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Pertanian memiliki peran sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Banyaknya sektor pertanian di Indonesia seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan sangat memerlukan peran dari pembangunan pertanian. Tujuan dari pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat khususnya bagi masyarakat petani. Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sistem pertanian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberdayaan manusia pertanian, utamanya petani, perlu terus ditingkatkan (Mattjik, 2004). Perubahan manajemen pembangunan pertanian menuntut perubahan sikap dan perilaku aparat pemerintah dalam menggerakkan partisipasi aktif masyarakat, meningkatkan investasi swasta, serta memberdayakan masyarakat pelaku agribisnis (petani dan pengusaha swasta di sektor pertanian). DAFTAR PUSTAKA
Downey dan Erickson. (1987). Manajemen Agribisnis. Edisi kedua. Erlangga.
Jakarta. Mattjik. (2004). Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis Para Pakar Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.