Anda di halaman 1dari 4

2.1.

Keragaan Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris,
agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan.
Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-
produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Soekartawi,
1993).
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi
pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),
pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan
(Downey dan Erickson, 1992). Yang dimaksud dengan berhubungan adalah
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Agribisnis juga berarti suatu kesatuan sistem yang terdiri dari beberapa
subsistem yang saling terkait erat, yaitu subsistem pengadaan dan penyaluran
sarana produksi (subsistem agribisnis hulu), subsistem usahatani atau pertanian
primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, serta subsistem jasa dan
penunjang (Badan Agribisnis, 1995).
Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi tertua dalam bentuk intervensi
manusia terhadap alam, maka karakteristik agribisnis selain dipengaruhi oleh
sifat-sifat alam dan jenis proses produksi, tetapi juga dipengaruhi oleh
perkembangan peradaban manusia. Saragih (1998) mengemukakan lima
karakteristik penting agribisnis yang membedakannya dari bisnis lain :
1. Keunikan dalam aspek sosial, budaya, dan politik.
Keberagaman sosial-budaya dan politik manusia turut membentuk
keberagaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis. Keberagaman ini dapat
diamati baik dari segi produsen maupun konsumen.
2. Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dalam produksi pertanian
yang berbasis biologis.
Ilmu genetika menunjukkan bahwa variasi produksi tanaman dipengaruhi oleh
variasi genetik, lingkungan (macroclimate dan microclimate), dan interaksi
genetik dengan lingkungan. Dengan dasar biologis juga dikenal bahwa produk
pertanian bersifat voluminous (banyak makan ruang/ tempat), bulky (volume
besar tetapi bernilai rendah), dan perishable (mudah rusak/ busuk) yang
membedakannya dengan produk-produk non-agribisnis.
3. Keunikan dalam derajat atau intensitas campur tangan politik dari pemerintah.
Produk-produk agribisnis khususnya bahan pangan merupakan kebutuhan
dasar (basic needs) dan sering dipandang sebagai komoditas politik sehingga
sering diintervensi oleh politik pemerintah.
4. Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi.
Peranan sektor agribisnis yang sangat penting dalam setiap negara
menyebabkan pengembangan teknologi pada sektor ini menjadi salah satu
bentuk layanan umum yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini berbeda
dengan industri non-agribisnis yang pada umumnya dibiayai oleh perusahaan
swasta itu sendiri.
5. Perbedaan struktur persaingan.
Agribisnis merupakan satu satunya sektor ekonomi yang paling banyak
melibatkan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi pada sektor agribisnis, produsen,
dan konsumen pada umumnya berukuran relatif kecil dibandingkan dengan
besarnya pasar. Selain itu, hampir semua komoditas agribisnis memiliki produk
substitusi. Karakteristik seperti ini menunjukkan bahwa struktur pasar
agribisnis lebih mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Hal ini berbeda
dengan struktur pasar pada industri lain yang pada umumnya berkisar antara
struktur pasar monopolistik atau monopsonistik hingga oligopolistik atau
oligopsonistik.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakann sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem yang bila akan dikembangkan
harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada di dalamnya. Sistem
agribisnis adalah segala akivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana
produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh suatu
usahatani atau suatu usaha agroindustri yang saling berkait satu sama lain
(Wibowo, 1994).
Menurut Suparta (2005) konsep sistem agribisnis yaitu keseluruhan aktivitas
bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain,
mulai dari (1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (2) subsistem
usahatani; (3) subsistem pengolahan dan penyimpanan hasil (agroindustri); (4)
subsistem pemasaran; dan (5) subsistem jasa penunjang.
1. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi.
Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi berfungsi untuk
menghasilkan dan menyediakan saranan produksi pertanian terbaik agar
mampu menghasilkan produk usaha tani yang berkualitas, melakukan
pelayanan yang bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis
produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis,
memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani, menyaring dan
mensistesis informasi agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan
kerjasama bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi para pihak yang
terkait (Suparta, 2005).
2. Subsistem usahatani.
Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem produksi
pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah melakukan
usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilahpertanian selama ini
lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan subsistem ini
menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah (Saragih,
2010).
3. Subsistem pengolahan dan penyimpanan hasil (agroindustri).
Subsistem pasca panen dan pengolahan lanjutan dapat berfungsi untuk
mengadakan pengolahan lanjut baik tingkat primer, sekunder dan tersier untuk
mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi
kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil
melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik (Suparta, 2005).
4. Subsistem pemasaran.
Menurut Kotler (1996) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manejerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertahankan produk yang bernilai dengan produk yang lain. Definisi
pemasaran ini berdasarkan pada konsep inti yaitu kebutuhan (needs), keinginan
(wants), dan permintaan (demands), produk (barang, jasa dan gagasan) nilai
biaya, kepuasan, petukaran dan transaksi, jaringan pasar, serta pemasaran dan
prospek.
5. Subsistem jasa penunjang.
Subsistem jasa penunjang yang meliputi : (1) penyuluhan; (2) penelitian; (3)
informasi agribisnis; (4) pengaturan; (5) kredit modal dan (6) transportasi
secara aktif maupun pasif berfungsi untuk menyediakan layanan bagi
kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk melancarkan aktifitas perusahaan dan
sistem agribisnis (Suparta, 2005).
Kelima subsistem tersebut akan dapat menjalankan fungsi dan peranannya
apabila berada dalam lingkungan yang menyediakan berbagai sarana dan
prasarana, yakni prasarana jalan, transportasi, pengairan, pengendalian,
pengamanan dan konservasi yang menjadi syarat bagi lancarnya proses
transpormasi produktif yang diselenggarakan dunia usaha dan masyarakat
perdesaan (Badan Agribisnis, 1995).

Sumber : Soehardjo, 1997

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya

Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah
satu subsistem. Setiap sistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke
belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem
pengolahan (SS-III) menunjukkan bahwa S-III akan berfungsi dengan baik
apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II. Tanda
panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa subsistem
pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jika menemukan pasar untuk
produknya. Dalam kegiatan pertanian, selain petani dibutuhkan juga beberapa
penyedia jasa (pendukung) seperti untuk transportasi, penyimpanan, pendinginan,
lembaga kredit, keuangan, dan asuransi serta pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Agribisnis. 1995. Sistem Strategi dan Program Pengembangan Agribisnis.
Jakarta: Badan Agribisnis Departemen Pertanian.
Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajem Agribisnis. Edisi Kedua.
Terjemahan R. Ganda s. dan A. Sirait. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip 1996. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation,
and Control (Manajemen Pemasaran) ed. 6. Jakarta: Erlangga.
Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis, Paradigma Baru Pembanguan Ekonomi
Berbasis Pertanian. Jakarta: PT. Surveyor Indonesia dan PSP LP-Institut
Pertanian Bogor.
______. 2010. Refleksi Agribisnis. IPB Press.
Soehardjo, A. 1997. Sistem Agribisnis dan Agroindustri. Makalah Seminar.
Bogor: MMA-Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Garfindo
Persada.
Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. Denpasar: CV.
Bali Media Adhikarsa
Wibowo, R. 1994. Operasional Pengembangan Agribisnis Ditinjau dari Seminar
Nasional Memantapkan Hubungan Kelembagaan di Bidang Agribisnis
Menghadapi Pembangunan Jangka Panjang II. Lustrum ke-7 Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai