PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa
namun peningkatan permintaan susu tidak diimbangi dengan suplai sapi perah.
Produksi susu yang dihasilkan oleh peternakan di Indonesia secara umum, belum
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat
kebutuhan protein hewani tubuh manusia. Susu yang dihasilkan sapi perah kaya
akan zat gizi dan dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun terutama pada
masa pertumbuhan. Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun ketahun rata-rata
meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Metode
produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis.
Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu agar dapat ditingkatkan, diantaranya
1
2
2003)
yang baik, pencegahan dan pemberatasan penyakit dan yang lainnya, juga
dengan dua cara yaitu pemerahan dengan tangan (manual) dan pemerahan dengan
mesin. Pemerahan yang dilakukan baik secara manual maupun mesin harus
dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedur pemerahan agar susu yang
dihasilkan dapat optimal. Susu hasil pemerahan perlu dicatat, sehingga dengan
pencatatan tersebut dapat diketahui data produksi susu sapi per ekor. Pencatatan
produksi susu sapi per ekor berguna untuk mengevaluasi kualitas susu, tingkat
produksi susu, serta berguna untuk pengelompokkan sapi berproduksi tinggi dan
rakyat terdiri dari Ayah (kepala keluarga), ibu dan anak-anak. Beberapa hasil
karena isteri lebih sibuk untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak,
kerja bervariasi sesuai dengan kondisi usaha yang dijalankan (Taslim, 2011).
Curahan waktu kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun
bergerak di sektor sapi perah yang modern. Komoditi yang dipelihara adalah sapi
perah jenis Friesian Holstein (FH). Populasi Sapi FH pada bulan April 2015
sebesar 7200 ekor dan menghasilkan produksi 27 juta liter susu. Produksi susu
B. Tujuan
3. Mengetahui jenis pakan dan pemberian pakan sapi perah di PT. Greenfields
Indonesia;
Indonesia;
C. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan PKL yaitu menambah wawasan,
kesehatan, penanganan limbah dan curahan waktu tenaga kerja serta dapat
(FH) yang pada awalnya diimpor dari Belanda yang memiliki kondisi suhu
seperti di DKI Jakarta dan Bogor antara lain disebabkan oleh dekatnya lokasi
dimana peternak dapat menjual susu langsung kepada konsumen dengan harga
lebih tinggi. Kondisi dataran rendah seperti temperatur udara yang lebih panas
termasuk pemuliaan ternak yaitu melalui pembentukan sapi perah yang cocok
menyediakan bibit unggul sapi perah yang cocok dengan kondisi dataran rendah
dapat dilakukan melalui persilangan antara sapi perah FH dengan sapi lokal.
Persilangan antara bangsa sapi yang berbeda menghasilkan efek heterosis dimana
tetuanya (Bourdon, 2000) sebagai akibat kombinasi gen dari tetuanya serta
pengaruh komplementaritas.
4
Sapi FH mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu yang tinggi
dengan puncak dan persistensi produksi susu yang baik (Dematawewa et al. ,
2007). Sapi perah dengan persistensi laktasi tinggi memiliki masa produksi yang
Pakan yang dibutuhkan sapi perah berbeda dengan pakan pada sapi
potong. Pakan pada sapi perah cenderung lebih banyak sumber protein dan
hijauan sebanyak 60% hijauan dan 40% konsentrat (Rizki et al. , 2015).
Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga,
yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan (Schwartzkopf et al. ,
2013). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau
jenis pakan hijauan adalah rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan lain, yang
dapat diberikan dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi,1983). Hijauan segar
adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat berupa rumput
segar, batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar.
dengan kebutuhan yang dihitung dalam bahan kering berdasarkan bobot badan
(Yusuf, 2010). Hijauan kering adalah pakan yang berasal dari hijauan yang
Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan mineral.
Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan
tetapi kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat
berupa dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon
atau gaplek dan lain-lain. Peternak menyajikan pakan konsentrat masih sangat
sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan atau ransum yang terdiri dari dua
bahan, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan (Sudono, 1983).
C. Perkandangan
Air yang digunakan untuk mencuci peralatan, minum dan mandi sapi
berasal darimata air yang ada di lereng perbukitan dan disalurkan melalui pipa
paralon ke kandang, dikandang, air ditampung pada bak penampung yang terbuat
dari semen. Jumlah kandungan mikroba di dalam air yang ditampung dalam bak
dalam air yang layak minum adalah 1,0x105 CFU/ml dan E. coli pathogen 0
bisa masuk kedalam kandang, karena sinar matahari pagi tidak begitu panas dan
penduduk sehingga tidak menganggu masyarakat baik dari limbah ternak maupun
pencemaran udara.
angin dan sebagai tempat istirahat untuk ternak (Yani dan Purwanto,
2006). Konstruksi kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang
tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari dua baris yang
saling berhadapan ( Head to Head ) atau berlawanan (Tail to Tail ). Tipe kandang
Head to Head dirancang dengan satu gang bertujuan agar mempermudah saat
memberi pakan dan efisien waktu, sedangkan tipe kandang Tail to Tail terdapat
yaitu tipe satu baris, sapi perah ditempatkan pada satu baris dan tipe dua baris,
sapi perah ditempatkan dalam dua baris dengan saling berhadapan atau saling
bertolak belakang. Antara kedua baris sapi-sapi perah tersebut dibuat jalur untuk
jalan. Apabila jumlah sapi perah yang dipelihara sampai dengan 10 ekor, lebih
baik menggunakan kandang konvensional dengan tipe satu baris . Apabila jumlah
sapi perah yang dipelihara sudah lebih dari 10 ekor, disarankan menggunakan tipe
D. Manajemen Reproduksi
Manajemen perkawinan ternak yang baik juga merupakan hal yang sangat
penampilan reproduksi. Periode kosong yaitu periode atau selang waktu sejak sapi
beranak sampai dikawinkan kembali dan terjadi kelahiran, kawin pertama setelah
beranak yaitu selang waktu sejak sapi beranak sampai dikawinkan kembali,
jumlah kawin pada setiap kelahiran yaitu berapa kali sapi dikawinkan lima sampai
terjadi kelahiran. Lama kebuntingan adalah masa di mana seekor induk memiliki
anak di dalam uterusnya, masa dimulai dari fertilisasi sampai kelahiran (Adhianto
et al ., 2012).
bahwa penyakit dan suhu udara dan musim sangat berpengaruh terhadap sifat
reproduksi.
E. Pencegahan Penyakit
ternak termasuk produksi susu pada sapi perah. Sapi-sapi perah yang dipelihara
harus dilakukan vaksinasi dan sanitasi kebersihan kandang untuk produksi susu
dan belum bisa terselesaikan disebabkan oleh bakteri Streptococcus cocci dan
semua kasus mastitis karena tidak menunjukan gejala klinis yang jelas sehingga
peternak sulit untuk melakukan diagnosa. Mastitis subklinis dibagi menjadi empat
tingkatan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi pada kwartir ambing yaitu
yang paling sering terjadi pada peternakan sapi perah di seluruh dunia (kira-kira
15-40 kali lebih banyak) dibandingkan dengan mastitis klinis (Surjowardojo et al. ,
2008).
produksi susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever . Upaya pencegahan
F. Penanganan Limbah
suatu pengganti yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas
alam. Gas tersebut dihasilkan oleh suatu proses yang disebut proses pencernaan
anaerobik, merupakan gas campuran metan (CH 4), karbon dioksida (CO2), dan
sejumlah kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfide dan hidrogen.
Gas tersebut secara alami terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan
sampah, dasar danau dan rawa, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan
dari bahan tambahan yang digunakan, jika limbah sapi dijadikan komoditas
(Sudono, 2003).
G. Pemerahan
Sumoprastowo,1990).
cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurut
(Putra, 2009).
1. Fase Persiapan
puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan
peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih (Muljana, 1985). Sapi
dimandikan terlebih dahulu sebelum diperah, ekor diikat ke kakinya agar tidak
mengibas-ibas ketika diperah, pemerah dalam keadaan sehat serta setiap puting
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat,
merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah.
Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak.
kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan
hasil susu. Proses menggunakan dua teknik pemerahan yaitu teknik pemerahan
Proses sapi sebelum diperah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan air bersih, yang lebih penting adalah bagian puting
ambingnya, karena jika puting sapi yang akan diperah dalam keadaan masih kotor,
kontaminasi atau pencemaran bakteri, dalam waktu yang singkat, mikroba pada
susu akan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan nilai kuwalitas susu menjadi
jelek dan dianggap susu rusak. Susu yang sudah dalam keadaan rusak dan
tabung yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya; dan
penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan penanganan susu
a) Ember Susu
Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan
(rambut, selephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.
3) Milk Can
ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih dua jam
dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter. Spesifikasi : SK Ditjen
pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu
diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah
akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang,
sehingga susuhasil perahan lebih bersih dan higienis (Prihadi, 1996). Jumlah sapi
dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi, pada dasarnya semua mesin pemerah
1. Pompa Vakum;
2. Pulsator;
3. Milk claw;
Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk
pendingin (cooling unit ) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat
pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui
suatu tempat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan (Prihadi,
1996). Proses holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah,
selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor ). Sistem bangsa
lain:
1. Sistem sirip ikan tunggal atau ganda ( single/double heringbone milking, parlor )
milkingparlor)
tempat satu ke tempat lain. Sistem ember cocok digunakan untuk petemak kecil.
Susu hasil perahan dari sistem tersebut ditampung diember yang terdapat di setiap
mesin, kemudian susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu,
diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang
dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok.
Pemerahan dengan sistem ember perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat
c) Sistem Pipa
kandang dimana sapi yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah
dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya, sedangkan susu hasil pemerahan
Pemerahan dengan tangan menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus,
sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya terhadap banyaknya
susu yang dihasilkan, sebelum melakukan pemerahan susu sapi, ada beberapa hal
air yang digunakan untuk mencuci ambing sapi berada diantara 48-57 derajat
a. Whole Hand
Teknik whole hand (tangan penuh) dilakukan pada puting yang agak
tangan, caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk pada
pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan
telunjuk, diikuti dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam
puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke luar, setelah air susu itu keluar,
sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi dengan air susu. Remasan
diulangi lagi berkali-kali, jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga
puting, air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing
dan sapi akan kesakitan. Teknik tersebut dilakukan dengan cara menggunakan
kelima jari. Puting dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan
b. Stripping
ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal putting ke bawah sambil
memijat, air susu tertekan ke luar melalui lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi
sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam sistern (rongga
susu). Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi, dilakukan hanya untuk
pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar
Teknik knevelen (perah pijit) dilakukan dengan cara penuh tangan, tetapi
dengan membengkokan ibu jari, caraini sering dilakukan jika pemerah merasa
lelah. Lama-kelamaan bungkul ibu jari menebal lunak dan tidak menyakiti puting.
Teknik tersebut hanya dilakukan pada sapi yang memiliki puting pendek (Syarief
5. Pacsa Pemerahan
Ambing dilap selesai diperah menggunakan kain yang telah dibasahi oleh
desinfektan, kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Puting dicelupkan
ke dalam cairan desinfektan selama empat detik, semua peralatan yang digunakan
pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar kotoran
saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto, 2011).
a. Musim
Sapi yang berproduksi tinggi bila diperah tiga sampai empat kali sehari
produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah satu
sampai dua kali sehari. Pemerahan tiga kali sehari akan meningkatkan produksi
Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih
banyak dihasilkan dari pada yang diperah dua kali sehari. Sapi diperah dua kali
sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit
sekali terjadi perubahan kualitas air susu, bila sapi diperah empat kali sehari,
kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan pertama (Putra,
2009).
Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para petugas antara lain
membersihkan bagian tubuh bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi,
a. Menenangkan sapi
yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar.
diperah;
sapi; dan
dengan kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para
tubuh sapi yang dapat mengotori hasil pemerahan dapat dilakukan dengan cara:
Dengan cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan berbau tercuci
kandang;
3. Mencuci ambing dan puting dengan air hangat dan desinfektan, ambing
air hangat dan desinfektan untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi
pencemaran, sedangkan dilakukan masage adalah untuk merangsang
4. Puting dikeringkan dengan kain satu per satu, kemudian satu atau dua pancaran
perahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang atau ditampung di tempat
tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil stripping itu kotor, maka tidak
boleh dicampur dengan hasil susu perahan berikutnya yang bersih. Sehabis
dilakukan pemerahan saluran susu pada puting selalu terbuka, maka harus
5. Hasil perahan yang terkena infeksi mastitis tidak boleh dicampur dengan air
susulainnya yang sehat, sebab air susu yang kena infeksi mastitis tidak boleh
dikonsumsi.
c. Mengikat sapi
Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yang pendek di suatu tempat
yang sudahdipersiapkan. Proses pengikatan sapi adalah agar sapi tidak berontak,
sapi diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama sapi-sapi
yang nakal, suka berontak atau menyepak. Pengikatan ekor dimaksudkan agar
sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam embe,
caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang dan apabila
petugas memerah disebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di sebelah kiri.
d. Mencuci tangan
terlebih dahulu dengan air bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih,
tidak tercemar oleh kotoran dari tangan pemerah. Menurut Putra (2009) pada
telapak tangan manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm 2.
Pencucian tangan hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan
sabun dan desinfektan, kemudian dikeringkan dengan kain lap dan tangan diolesi
dengan minyak kelapa, agar pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa
sakit.
e.Melicinkan puting
Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau
vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak
merasakan sakit, jika puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi
minyak, maka sapi yang diperah tidakakan berontak, terutama bagi sapi yang baru
diperah, jika petugas menghadapi kasus tersebut dapat dicoba dengan cara:
1. Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal
lancer;
dengan demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Sapi-sapi yang telah
peralatan tersebut antaralain: ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali
pengikat ekor (jika hal ini diperlukan), milk-can untuk menampung air susu,
dan kain bersih untuk menyaringsusu terhadap kotoran dan bulu sapi pada saat
2. Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam
keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril,
desinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan
dijemur;
3. Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya
hanyadilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses
lama akan menimbulkan efekyang kurang baik bagi sapi yang diperah; dan
Dua bulan menjelang kelahirn yaitu, pada kebintingan tujuh bulan yang
sebab waktu dua bulan itu diperlukan sapi tersebut untuk mempersiapkan laktasi
Sumoprastowo, 1990).
diminum hanya sangat baik buat anak sapi tersebut, karena susu tersebut masih
banyak mengandung antibodi, yaitu zat-zat penguat bagi anak sapi supaya lebih
Heifer atau sapi dara adalah sapi perah betina yang sudah dewasa kelamin
sampai beranak pertama kali. Kedewasaan tubuh pada sapi dewasa dicapai pada
umur 15-18 bulan, sehingga pada umur tersebut sapi sudah bisa dikawinkan
pertama kali. Sapi dara akan tumbuh terus dengan baik sampai umur empat
sampai lima tahun, apabila pakan yang diberikan cukup dan baik, pakan sapi dara
perlu diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, apabila sapi dara
tidak diberi pakan yang baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitas, maka akan
berakibat pada waktu beranak pertama kali, yaitu besar badannya tidak mencapai
ukuran normal, untuk beranak pertama kali terlambat, dan produksi susu (Utami et
al .,2004).
Menurut (Utami et al ., 2004), sapi dara akan dikawinkan pertama kali
setelah umur 15-18 bulan dengan berat badan 300 kg supaya pada umur 24-30
bulan dapat beranak pertama kali. Penanganan heifer banyak aspek yang perlu
pada saat 3-4 bulan dan mengalami penyapihan dari induknya. Heifer atau sapi
dara biasanya mulai bunting di umur ke-24 bulan atau sekitar dua tahun, yang
mana berat badan pada fase sub optimal (United States Departements of
Agriculture, 2007).
sebelum kelahiran itu terjadi telah dikenal bebera patanda-tanda akan datangnya
proses membuka dan menipisnya serviks, dan di mana janin dan ketuban turun ke
dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir, secara umum kelahiran
cukupbulan, lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada induk maupun janin,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh induk. Menurut
2. Kelenjar susu membengkak dan kolostrum sudah mulai mencair dan akan
3. Cervix membuka dan lendir yang keluar menjadi lebih encer seperti madu dan
keluar dalam jumlah yang banyak. Proses kelahiran sapi berjalan lancar serta
anak dan induknya yang dilahirkan selamat dan sehat, Menurut Hariyanto
a. Induk yang akan melahirkan sebaiknya berada dalam kandang yang higienis
dan bersih serta kondisi lingkungan nyaman dan tenang sehingga kelahiran
dapat berjalan lancar. Kadang yang bersih dan higienis dapat menghindarkan
c. Ukuran kandang sebaiknya mencukupi agar induk dapat bergerak dengan bebas
saat, pada sapi perah sering terjadi distokia saat melahirkan. Distokia
dibedakan menjadi dua yakni, penyebab dasar dan penyebab langsung.
1) Penyebab maternal
untuk mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka
2) Penyebab fetus
hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi fetus
dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar
dipengaruhi berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu
besar sedang kaninduk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus
Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus,
yang manadalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya
fetus menjadi lebih lamadan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi
kejadian distokia lebih sering terjadi padasapi perah dibanding sapi potong
(Sunarko, 2009).
fetus yang diketahui sudah mati, selain fetotomi, dapat juga dilakukan beberapa
2. Selain pada kaki pengikatan dapat juga dilakukan pada bagian rahang bawah
hati-hati.
Alokasi waktu kerja adalah besaran jumlah jam kerja per hari yang
dicurahkan oleh anggota rumah tangga dalam usaha ternak. Curahan waktu kerja
merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap pekerja untuk kegiatan
mendapatkan penghasilan dari kegiatan usaha ternak maupun kegiatan non usaha
ternak. Satuan curahan waktu kerja adalah HKSP (Hari Kerja Setara Pria). Satu
HKSP setara dengan bekerja selama 7-8 jam/hari untuk pria, sedangkan untuk
wanita adalah 0,8 kali HKSP dan untuk anak 0,5 kali (Handayani et al., 2006).
perah. Tenaga kerja berperan penting apabila peralatan yang digunakan dalam
B. Materi
serta dalam kegiatan atau rutinitas perusahaan sesuai dengan jadwal kerja
C. Metode
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
Timur. PT. Greenfields Indonesia berada di lereng Gunung Kawi pada ketinggian
1.200 meter di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 16-20 0C. Curah
hujan di lokasi perusahaan cukup tinggi, yaitu sekitar 2.997 mm/tahun dengan
kelembaban sebesar 45 %.
perusahaan ditutupi dengan pagar tembok setinggi 2,5 m dan diberi kawat duri
pada ujung pagar. Pintu masuk utama perusahaan terbuat dari pagar besi dengan
otomatis dengan ketinggian 1,5 meter. Batas wilayah perusahaan tersebut pada
bagian Utara adalah Gunung Kawi, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Jambuwer, sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Gendogo dan sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Precet sedangkan jarak tempuh dari kota Malang
1997. Awalnya perusahaan tersebut didirikan dengan nama PT. Prima Japfa Jaya
dengan saham yang berasal dari koperasi Bina Mitra Sentosa sebanyak 52% dan
PT. Santosa Agrondo 48%. PT. Prima Japfa Jaya pertama kali berdiri satu grup
dengan Japfa, kemudian terlepas dari Japfa dan bergabung dengan Austasia.
27
28
Perseroan Terbatas Prima Japfa Jaya, pada tahun 2000 berubah nama
menjadi PT. Greenfields Indonesia. Perusahaan terbagi menjadi dua unit yaitu unit
peternakan dan unit industri pengolahan susu dengan manajemen yang terpisah.
Processing Unit.
hasil pemerahan yang dialirkan langsung ke bagian processing unit melalui jalur
pipa susu (milk pipe line) sehingga kualitas susu terjamin dan higienitas susu
sangat tinggi. Susu yang diproduksi oleh satu ekor sapi dicatat lengkap secara
A. Visi:
Menjadi Dairy Farm terbesar, termodern dan terbaik di Asia Tenggara dengan
B. Misi:
berkesinambungan.
C. Kebijakan Mutu
kebijakan mutu di PT. Greenfields Indonesia Unit Dairy Farm sesuai dengan
Dairy Farm agar Kebijakan Mutu dapat dipahami, diterapakan serta tersedia bagi
tergabung dalam Austasia dan berkantor pusat di Jln. MT. Haryono kav. 16
Jakarta 12810 Indonesia dan Unit Gunung Kawi di Desa Babadan, Kecamatan
Ngajum Malang Jawa Timur yang memiliki dua unit usaha yaitu unit peternakan
( Dairy Farm) dan unit Pengolahan Susu (Milk Processing), dalam menjalankan
jawab pada
Raising,
Nutrionist
Head of Dairy Farm
Heifer Raising Dept. Vet. Service I Dept. Vet. Service II Dept. Production Dept. CO. Operation Dept. Procurement Dept.
Head Head Head Head Head Head
AHDF Laborators Sec Ass Prod Dept Ass Prod Dept Livestock. Sec Commodity Sec AH Coop Sec
Heifer Sect Heifer Sect Repro Sec Head
Sec Head I Head II Head Head
Head K Head PRB Head Head
Head
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Greenfields Indonesia (Sumber: Data Primer, 2018)
31
5. Tenaga Kerja
Perseroan Terbatas Greenfields Indonesia memiliki karyawan tetap
sebanyak 525 orang dengan rata-rata pendidikan tenaga kerja mulai dari Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan Sarjana. Tenaga kerja yang direkrut sebagian besar
dari penduduk sekitar perusahaan. Waktu kerja karyawan dibagi menjadi tiga shift
yaitu shift pagi pukul 06.00-14.00 WIB, shift siang pukul 14.00-22.00 WIB dan
shift malam pukul 22.00-06.00 WIB. Karyawan tetap atau staf memiliki waktu
kerja tersendiri dengan waktu non-shift yaitu mulai pukul 08.00-17.00 WIB.
Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), Asuransi kesehatan tenaga kerja (Astek),
koperasi dan kantin. PT. Greenfields Indonesia sering melakukan pelatihan khusus
bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan serta prestasi kerja
dengan Upah Minimum Regional (UMR) kota Malang, tingkat pendidikan serta
32
33
6. Sarana Produksi
a. Luas Lahan dan Penggunaanya
Perseroan Terbatas Greenfields Indonesia memiliki luas lahan sekitar
540.000 m2. Lahan tersebut digunakan untuk menjalankan kegiatan atau proses
tempat pakan, gudang pakan, rumah sakit hewan, tempat tinggal karyawan
maupun staf (mess), kantin, pos satpam, kebun rumput, tendon air dan tempat
parker. Luas dan penggunaan lahan lebih lengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.
kematian. Bangsa sapi yang dipelihara sebagian besar adalah bangsa Friesian
antara Jersey dan FH. Jumlah sapi yang ada di PT. Greenfields Indonesia sampai
c. Peralatan Produksi
harus selalu disediakan peralatan yang memadai. Peralatan yang digunakan oleh
1. Pemeliharaan Pedet
ini dibuat senyaman mungkin dan higienis, agar pedet yang dilahirkan nanti
merasa nyaman dan tidak terkontaminasi penyakit. Beberapa proses yang harus
1. Membersihkan selaput lendir (mucus) yang ada disekitar hidung dan mulut
Service sampai satu jam setelah kelahiran. Kemudian yang bertanggung jawab
Serah terima pedet dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersangkutan,
disertai dengan surat bukti pengiriman pedet. Surat tersebut berisi nomor induk
dari pedet, jam kelahiran, bobot badan, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan
berumur enam jam atau lebih harus sudah mendapat kolostrum. Hasil monitoring
pada pedet adalah dengan memberikan status pedet tersebut. Kondisi umum yang
diamati adalah sebagai berikut: (1) Lemah (LM); (2) Membran Tali Pusar Putus
Total (TPPT); (3) Pendarahan Tali Pusar (PTP); (4) Abnormalitas (ABT); (5)
dengan lepas sapih (2 bulan) diberikan susu sebanyak 6 L/ekor/ hari. Selain
diberikan susu pedet juga diberikan pellet mulai umur 3 hari sampai dengan umur
berupa alfafa dengan jumlah pemberian per harinya 10 % dari pemberian pellet.
Proses pemberian susu untuk pedet dengan menggunakan ember dapat dilihat
pada Gambar 2.
penyapihan dimulai umur 10 hari sebelum tanggal sapih dengan cara pengurangan
1,5 L/hari. Pedet umur 6 bulan sampai dengan umur 11 bulan diberikan pakan calf
untuk mengurangi resiko bahaya yang dapat timbul dari ternak serta untuk
efisiensi lahan dan penanganan dari ternak tersebut. Pemotongan tanduk perlu
dilakukan sebagai tindakan penanganan pada umur 3-10 hari agar lebih mudah
dikerjakan (Puslitbang, 2009). Dehorning dapat dilakukan pada pedet dua minggu
menggunakan injeksi Lidocain HCL secara sub cutan dekat tanduk dengan dosis
masing-masing tanduk 4 cc di tunas sebelah kiri dan kanan. Alat yang digunakan
sedangkan pedet umur 6 bulan akan ditempatkan di kandang SH4, untuk pedet
Pedet yang baru lahir sangat rentan terserang penyakit. Pedet tersebut
kekebalan tubuh. Pedet akan mudah terserang penyakit yang dapat berakibat
sampai dengan umur 4 bulan harus benar-benar dijaga dan diawasi, sebab sekitar
25-33% akan mengalami kematian dari lahir sampai umur 4 bulan (Puslitbang,
2009). Upaya penanganan dan pencegahan penyakit pada pedet di tangani oleh
dokter hewan khusus yyang berada di bawah naungan departemen heifer raising.
kandang SH3, nantinya sapi dara akan ditempatkan di kandang SH6, apabila
kandang 12 dan SH7. Sapi dara dikawinkan ketika mencapai umur 14 bulan
dengan bobot badan 350 kg. Sapi dara yang birahi langsung dikawinkan dengan
cara inseminasi buatan (IB). Service per conception (S/C) yang terjadi di PT
> 43%. Sapi dara dengan umur kebuntingan 259 hari (DCC/ Days Carry Calf )
akan dipindahkan ke kandang atau pen transisi. Sapi yang berada pada periode
pemeliharaan sapi laktasi dan sapi kering. Pemeliharaan sapi dewasa tersebut
Day
In Milk (DIM), Body Condition Score (BCS), produksi susu, penyakit, dan
1. Days In Milk (DIM)
a) Early Lactation adalah sapi dengan status starter (DIM 0-30) dan peak
2. Produksi Susu
a) Early Lactation yaitu sapi-sapi yang memiliki produksi susu yang tinggi yaitu
b) Medium Lactation yaitu sapi-sapi yang memiliki produksi susu sedang yaitu
c) Late Lactationyaitu sapi-sapi yang memilki produksi susu rendah yaitu 6-24
b) Medium Lactation yaitu kelompok sapi yang memiliki BCS 3-3,5
c) Late Lactation yaitu kelompok sapi yang memiliki BCS < 3,5.
a) Dry Pregnant yaitu sapi-sapi bunting yang telah masuk masa kering. Program
tersebut dilakukan karena produksi susu sapi rendah di bawah 5 liter per ekor
per hari dan DCC lebih dari 220 hari. Dry Transisi yang mempunyai DCC
bunting. Sapi-sapi dry open merupakan sapi yang dikeringkan karena produksi
5. Penyakit
pengobatan sapi tersebut. Pengelompokannya menjadi dua yaitu sapi pincang dan
sapi mastitis. Sapi mastitis dikelompokkan menjadi sapi mastitis klinis dan
subklinis. Sapi mastitis ditempatkan dikandang 3 pen 10, sedangkan sapi pincang
ditempatkan pada pen 7 di kandang yang sama dengan sapi mastitis.Sapi mastitis
diperah di tempat yang berbeda dengan sapi sehat untuk mempermudah pegawai
dalam proses pengobatan serta tidak terjadi penularan penyakit terhadap sapi yang
sehat. Sapi yang mengalami sakit yang sudah parah akan ditempatkan perawatan
khusus yaitu di hospital. Sapi sakit diperah pada tempat pemerahan khusus yang
berkapasitas 15 ekor. Sapi yang sakit diperah dua kali sehari yaitu pagi dan sore
hari. Susu hasil pemerahan sapi sakit tidak dikonsumsi manusia, tetapi hanya
4. Manajemen Perkandangan
lingkungan seperti cuaca dan iklim yang senantiasa berubah dan berbagai
perkandangan akan memberikan dampak yang baik bagi sapi, sapi tidak mudah
stress dan dapat memproduksi susu secara optimal. Konstruksi kandang yang
perusahaan adalah tipe monitor dengan bahan atap yang digunakan terbuat dari
seng. Sistem perkandangan untuk sapi dewasa yang dimiliki PT. Greenfields
kebebasan ternak dan tanpa diikat, didalamnya terdapat bedding (alas tidur) yang
berupa pasir dengan bahan kering (dry matter ) pasir tersebut minimal 87%.
Setiap kandang terdiri dari dua kandang yaitu kandang A dan kandang B yang di
dalamnya terdiri dari beberapa pen sesuai dengan status sapi. Setiap kandang juga
terdapat kipas angin tujuannya agar sapi tetap nyaman walaupun cuaca panas,
terutama pada siang hari. Kandang milik PT. Greenfields Indonesia termasuk
kandang terbuat dari semen. Lantai kandang rata, tidak licin dan tidak tajam
sehingga sapi dapat berdiri tegak, berbaring secara bebas dan nyaman. Struktur
kandang menggunakan air bertekanan besar, air flushing berasal dari sisa limbah
Pembersihan lantai kandang dilakukan tiga kali sehari dengan satu pembersihan
dengan menggunakan air bersih untuk kandang 9, 10, 11 dan 12. Pembersihan
manual dilakukan karena pipa air dikandang tersebut belum berfungsi dengan
baik. Kandang sapi dewasa dilengkapi dengan bedded pack area, devider,
headlock dan bedding.
berdasarkan DIM sapi yaitu pasir baru untuk status starter, peak, dan dry
hari setiap sapi diperah, penggemburan pasir dan pengecekan dry matter.
a) Penyediaan Pakan
1. Hijauan
Hijauan pakan diperoleh dari kebun rumput milik perusahaan dan lahan
sebagai bahan pakan sapi perah adalah king grass, silase jagung, tebon tebu dan
alfalfa. Alfalfa dipanen pada umur 25-26 hari dengan interval pemanenan 30-40
hari sekali. Alfalfa diberikan menurut status sapi, antara lain: 4 kg/ekor/hari untuk
Indonesia menyediakan pakan dalam bentuk silase. Silase yang digunakan yaitu
berasal dari tanaman jagung yang diproses dengan beberapa tahapan yaitu:
selama tiga minggu untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam
jagung;
kapasitas 280 ton secara anaerob untuk menghindari fermentasi yang dapat
merusak silase; dan
2. Silase disimpan dan dapat digunakan setelah dry matter mencapai 30%
dengan pH normal. Proses pembuatan silase dapat dilihat pada Gambar 4.
kandungan nutrisi dan ketersediaan bahan baku pakan konsentrat. Kadar nutrisi
yang terdapat pada konsentrat cukup, maka susu yang dihasilkan akan berkualitas
(Sudono et al., 2003). Bahan baku pakan sebelum digunakan maka terlebih dahulu
dilakukan pada saat bahan baku datang di pos timbang. Setelah bahan baku
Pemakaian bahan baku menggunakan metode First in First Out , bahan baku yang
lebih awal datang yang lebih dulu digunakan untuk menjaga agar tidak terjadi
penurunan kualitas pakan. Proses bahan baku saat diturunkan, maka dilakukan
Pemberian pakan dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan
malam hari. Rasio pemberian pakan yaitu pagi sekitar 50 %, siang 40 % dan
malam 10 %. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan status sapi tersebut. Pakan
sudah harus tersedia sebelum sapi datang setelah sapi diperah di milking parlor ,
hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan kondisi lubang putting setelah sapi
diperah. Pakan dibuat sendiri oleh PT. Greenfields Indonesia, pemberian pakan
dilakukan dengan menggunakan kendaraan khusus yaitu Rotomix. Pakan yang
diberikan berdasarkan status sapi yaitu pakan starter, peak, normal, medium dan
late. Jumlah pemberian pakan setiap status sapi diberikan sesuai target intake atau
dan sapi sakit dengan jumlah pemberiannya 3-4 kg/ekor/harinya. Sapi dengan
pemberiannya 2 kg/ekor/hari.
c) Air Minum
Sumber air yang terdapat di PT. Greenfields Indonesia adalah sumber dari
mata yang terdapat di wilayah Precet dan air bawah tanah yang menggunakan
sumur bor dan air PAM. Air di PT. Greenfields Indonesia digunakan untuk
Tank dilengkapi dengan saluran air dan pelampung. Pelampung berfungsi untuk
mengontrol jumlah air di dalam dump tank sehingga air selalu penuh. Satu buah
dump tank dapat menampung air minum untuk 20-25 ekor sapi. Volume air yang
dapat ditampung dalam satu dump tank 300 L. Jumlah dump tank pada
satu kali sehari yaitu pada pagi hari saat sapi dibawa ketempat pemerahan,
dengan sistem Inseminasi Buatan (IB). Deteksi birahi dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu melihat tanda-tanda fisik seperti adanya kebengkakan, berwarna merah
dan keluar cairan bening pada bagian vulva. IB dilakukan pada sapi dengan DIM
50 hari yang biasanya sudah terjadi birahi, apabila DIM di atas 60 hari tidak
terjadi birahi maka akan dilakukan program ovsynch. Program tersebut merupakan
metode untuk mengkontraksi uterus supaya sapi birahi dengan cara menyuntikkan
yaitu dalam bentuk mini straw berasal dari America Bull Sire WWS dengan
harga/straw sekitar Rp. 400.000-Rp. 600.000. Semen dari awalnya telah di sexing,
IB, pemeriksaan kebuntingan, nomor sapi, nomor induk, tanggal beranak dan
Pemberian vitamin dikhususkan bagi sapi bunting dan sebelum sapi melahirkan
Abomasum (LDA), abses, under wound , acidosis, dan kembung. Sapi yang sakit
Penyakit yang sangat penting diamati pada sapi dewasa yaitu penyakit
dari seekor hewan ke hewan yang lainkarena keadaan sanitasi yang kurang baik
(Blakely dan Bade, 1994). Pencegahan dan pengobatan sapi yang terkena mastitis
di PT. Greenfields Indonesia yaitu dengan cara memisahkan sapi yang terkena
mastitis dengan sapi yang sehat, menjaga kebersihan kandang dan peralatan yang
7. Penanganan Limbah
a) Penanganan Limbah
konvesional yaitu dengan cara menampung di lagoon. Limbah padat hasil dari
pengendapan belum diolah secara optimal hanya dijadikan pupuk untuk lahan
petani, sementara untuk limbah cair yang terpisah dari hasil endapan akan
digunakan kembali untuk proses cleaning kandang secara flushing . . Proses limbah
sand trap satu dengan kapasitas 30 m3 dan sand trap dua kapasitasnya 27 m3 setelah
pada seluruh karyawan dan kendaraan yang masuk ke dalam area perusahaan.
Pada pintu masuk perusahaan telah disediakan kolam yang akan dilewati oleh
biosekuriti pada kendaraan yaitu dengan cara pencelupan seluruh roda kendaraan
pada kolam celup roda yang telah dicampur dengan larutan formalin. Karyawan
atau tamu yang akan menuju dairy farm juga akan melewati tempat penyemprotan
Memasuki kandang khusus pedet dan tempat pemerahan, karyawan juga harus
melalui larutan celup kaki yang sudah dicampur dengan larutan vircon.
Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam kerja yang dilakukan oleh
peranan yang sangat penting terhadap proses produksi dan dengan didukung
adanya faktor sumber daya manusia, karena kegiatan produksi dipengaruhi oleh
meningkatnya upah yang diterima oleh pekerja tersebut akan menimbulkan dua
kondisi yaitu semakin tinggi tingkat upah yang diterima oleh individu, individu
akan cenderung untuk menambah jumlah jam atau waktu yang disediakan untuk
curahan waktu kerja sebesar 8-9 jam/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pekerja sudah melewati satu satuan HKSP (Hari Kerja Setara Pria). Satu HKSP
setara dengan 7-8 jam kerja/hari. PT. Greendfields Indonesia melakukan dua
sistem pembayaran upah/gaji, yaitu pekerja yang dibayar bulanan sebanyak Rp.
sebesar Rp. 5.500.000/bulan dan untuk koordinator diberi upah sebesar Rp.
A. Kesimpulan
menggunakan sistem lagoon dan biosekuriti yang ketat serta pemasaran produk
modern dengan menggunakan alat dan mesin perah otomatis sehingga susu tidak
tersentuh tangan manusia. Prosedur pemerahan telah dilakukan dengan baik dan
benar serta mampu menghasilkan susu yang berkualitas. Pencatatan produksi susu
sendiri dilakukan secara otomatis oleh komputer yang sudah terhubung dengan
alat pemerahan. Proses pencatatan tersebut, tingkat produksi susu per ekor dan
B. Saran
1. Kandang pedet harusnya terdapat kuncian utuk kaleng pakan dan minum agar
DAFTAR PUSTAKA
Cole, J.B., dan D. J. Null. 2003. Genetic evalutions of lactation persistency for
five breeds ofdairy cattle. J. Dairy Sci. 92: 2248-2258.
Diastari I.G.A.F dan Kadek, K.A. 2013. Uji organoleptik dan tingkat keasaman
susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional kota denpasar.
Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(4) : 453 - 460.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Tingkat konsumsi susu untuk
kecerdasan bangsa. www.pertanian.go.id. Diakses 14 Maret 2018.
Fauziyah, E., Diniyati, D., dan Widyaningsih, T.S. 2014. Curahan Waktu Kerja
Sebagai Indikator Keberhasilan Pengelolaan Hutan Rakyat ”Wanafarm” di
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 11(1): 53-63.
54
Hariyanto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka.Jakarta.
Iskandar. 2011. Performan Reproduksi Sapi PO pada Dataran Rendah dan Dataran
Tinggi diProvinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 14(1): 51-
61.23
Kusnadi, U. 1983. Efisiensi Usaha Peternakan sapi perah yang tergabung dalam
koperasi didaerah istimewa yogyakarta. proceeding pertemuan ilmiah
ruminansia besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu.
Semarang.
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi
perah (StudiKasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah).
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.
Rizki, Y., Cholis, N dan Setyowati, E. 2015. The effect of addition feed
fermentation with thecultura of bacteria Azotobachter to milk production
and feed efficiency dairy cattle PFH. FAPET UB. Malang.
Siregar, S.B. 1990. Sapi Perah. Jenis Teknik Pemilihan dan Analisis Usaha.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudono, A. R.F, Rosdiana dan B.S, Setiawan 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia. Jakarta.
Sunarko. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. BBPTU Sapi Perah
Baturaden. Baturaden.
Surjowardojo, P., Suyadi, Hakim, L dan Aulani’am. 2008. ekspresi produksi susu
pada sapiperah mastitis. J. Ternak Tropika. 9(2). 1-11.
Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
AgromediaPustaka, Jakarta.
Taslim. 2011. Pengaruh faktor produksi susu usaha ternak sapi perah melalui
pendekatan analisis jalur di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak, 10(1): 52-56.
United States Departements of Agriculture. 2007. Dairy Heifer Calf Health and
Management Practice on U.S Dairy Operations.
Utami, S., Siswandi dan Yahya, A. 2004. Lecture Note Manajemen Ternak Perah.
Fakultas Peternakan Unversitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Wijaya, I. 2008. Ilmu reproduksi ternak mata kuliah peternakan. Jurusan Produksi
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Bali.
Yani, A. dan Purwanto, B.P., 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respon
Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk
Meningkatkan Produktivitasnya (Ulasan). Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan,Fakultas Peternakan IPB. Media Peternakan. 29
(1):35-46.
Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakanyang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus
(L.) Merr) yang berbeda. JurnalTeknologi Pertanian. 6(1):1-6.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Daftar Kuisioner
a. Latar Belakang :
- Nama peternakan :
- Tahun pendirian :
- Bentuk kepemilikan :
- Keadaan iklim :
- Pimpinan peternakan :
- Jumlah karyawan :
- Struktur organisasi :
c. Pemilikan lahan :
- Tujuan produksi :
2. DATA TERNAK
- Bangsa ternak :
a. Komposisi pakan :
c. Waktu pemberian :
d. Bentuk penyajian :
f. Perlakuan konsentrat :
- Kering :
- Basah :
g. Perlakuan hijauan :
- Utuh :
- Dipotong :
- Diawetkan :
h. Frekuensi pemberian :
- Hijauan :
- Konsentrat :
i. Jumlah pakan :
a. Sistem pemeliharaan :
a. Letak :