OLEH :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-NYA kami
dapat menyelesaikan makalah manajemen ternak ruminansia ini.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen pembimbing, dan yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah manajemen produksi ternak ruminansia.
Sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan membantu kesempurnaan makalah ini.
Semoga Tuhan yang maha kuasa melimpahkan rahmat-nya bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Dari tujuan diatas dapat ditarik manfaatnya yaitu dapat mengetahui manajemen
perkandangan ternak kerbau perah mulai dari gudel hingga laktasi, serta mengetahui
manajemen perkandangan untuk kerbau perah laktasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Penanganan gudel bertujuan agar gudel dapat berkembang dengan baik sesuai
dengan tujuan pemeliharaan. Pada masa 6 bulan pertama kehidupan di luar
kandungan,kematian gudel akibat penyakit,kecelakaan dan kelalaian cukup besar. Gudel
yang mati kebanyakan disebabkan oleh radang pneumonia,kegagalan fungsi pencernaan,
dan infeksi pada saluran pernapasan Tridjoko (2000). Gudel lahir dengan kisaran berat
26-28 k,suhu badan rata-rata 39,02 0,48 dan kecepatan pernapasan tiap menit sebesar 55
kali.
Pada awal kehidupan di luar Rahim induknya,gudel seperti halnya pada pedet
memerlukan pakan bergizi tinggi yang mampu menjaga pertumbuhan dan kesehatannya.
Kolostrum mutlak diberikan selama awal kehidupan gudel. Kolostrum sangat berguna
karena mengandung zat anti-bodi yang diharapkan mampu mengeluarkan kotoran
pencernaan. Cara pemberian kolostrum bisa menggunakan penjatahan dengan cara
pemberian 1 atau 2 putting induk kerbau sampai waktu sapih tiba.
Jika dibandingkan dengan jumlah laktasi yang sama, kerbau akan menghasilkan
lebih banyak lemak dan bahan padat bukan lemak (solid non fat, SNF ) daripada sapi lokal
di India. Bahan-bahan dasar yang terdapat di dalam susu kerbau antara lain protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapat
dihasilkan oleh seekor kerbau berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbedanya bulan
dan tingkat laktasi, penampilan individu, latar belakang pemeliharaan dan pemberian
pakan. Pada bulan-bulan awal laktasi produksi susu kerbau banyak, puncaknya dicapai
pada bulan kedua Chutikul (1975). Bulan-bulan berikut produksi susu kerbau mulai
menurun seiring dengan meningkatnyaumur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan
periode laktasi dapat menyebabkan berbeda jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa
laktasi. Jumlah produksi susu bertambah darilaktasi pertama ke laktasi berikutnya,
produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasienam Chutikul (1975). Produksi susu
kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain :
Sumber: Bongso and Mahadevan, 1990, Mudgal, 1999, Castillo, L.S 1975.
b. Umur beranak pertama kali
Umur kerbau ketika beranak pertama kali mempengaruhi jumlah susu/
produksisusu yang dihasilkan. Dapat dilihat sebagai berikut:
Umur kerbau beranak Produksi susu (kg)
Kerbau perah yang terlambat beranak pertama kali akan mengurangi jumlah gudel
yang dihasilkan, karena akan mengurangi kehidupan produktifnya sebagai hewan ternak.
Tingginya umur beranak pertama kali (dilihat dari tabel diatas) disebabkan oleh jenis
pakanbermutu rendah yang diberikan kepada kerbau dibanding sapi. Dengan demikian,
pertumbuhan kerbau akan sedikit lebih lambat apabila dibanding sapi. Ada korelasi yang
kuat antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta lama laktasi.
c. Musim beranak
e. Tingkat laktasi
Umumnya, puncak produksi susu kerbau setiap masa laktasi terjadi pada bulan ke-
2hingga ke-3. Biasanya, setelah bulan ke-4 dari masa kebuntingannya produksi susu
kerbaucenderung menurun. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kadar lemak / fat.
Inimenunjukkan produksi susu setelah bulan ke-4 berbanding terbalik dengan kadar
lemak.Puncak laktasi dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pakan, dan musim
beranak.Namunpada umumnya, puncak laktasi terbaik tercatat pada laktasi I. Dengan
seiring bertambahnya kadar lemak pada susu kerbau yang mengakibatkankandungan lemak susu
kerbau tinggi, maka produktivitas kerbau akan dihitung pula daritotal lemak.
Faktor ke-7 ini menentukan produksi susu kerbau karena penting bagi
menentukanefisiensi reproduksi. Jarak antara 2 kelahiran gudel disebabkan perbaikan
kualitasperkawinan pada musim panas. Jarak antara 2 kelahiran gudel ini pun pada
umumnya memiliki hubungan yang erat dengan masa layanan perkawinan. Layanan perkawinan yang
lama maupun yang pendek akan mempengaruhi jumlah gudel yang lahir dan banyak
susu.
2.2.3 Komposisi Susu Kerbau
Susu kerbau memiliki kandungan gizi tidak kalah dibandingkan susu sapi.
Susukerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan 195 iu kalsium. Susu
kerbaulebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini karena susu kerbau mengandung 16%
bahanpadat, sedang susu sapi bahan padatnya 12%. Kandungan lemak susu kerbau juga
lebihbanyak, sehingga kandungan energinya lebih tinggi dari susu sapi.
Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu, potensi
dankandungan gizinya yang sangat besar, susu kerbau dijuluki sebagai Emas Putih. Jika
dilihatdari komposisi nilai gizi yang terdapat di dalamnya, susu kerbau tidak kalah
dengan susuasal ternak ruminansia lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya
sangat tinggiyaitu 5,5-10,5% dua kali lipat dari susu lain.
Kerbau betina umumnya beranak pertama kali pada umur 4 tahun dengan lama
kebuntingan 10,5 bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah
melahirkan induk kerbau biasanya sudah dapat dikawinkan lagi. Sebagian petani
melaporkan jarak beranak selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia
kebuntingan induk sekitar dua bulan pada saat anak sudah berumur setahun. Dengan
demikian jarak beranak menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi
kerbau hanya mencapai 60%. Apabila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat
dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai bagi kebutuhan
induk dan bagi produksi susunya.
b. Kandang Gudel
Kandang Gudel ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang individual
sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulas udara lancar, tinggi
sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5 m dan untuk 4 – 8 minggu 1
x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak kerbau yang telah berumur 4 – 8
minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 – 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan
dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu
harus dilengkapi tempat makan dan tempat air minum.
c. Kandang pejantan
Kerbau pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih besar dari
pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling baik untuk
kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box. Lebar dan panjang
untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran halaman 4 x 6 m. Tinggi atap
hendaknya tidak dijangkau kerbau yaitu 2,5 m, tinggi dinding kandang dan pagar
halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar pintu 150 cm dilengkapi dengan
beberapa kayu penghalang. Pagar halaman terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya
dipasang besi pipa dengan diameter 7 cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai halaman
lebih baik dari beton. Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang
lain. Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk keamanan.
d. Kandang kawin
Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar halaman
kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat berlangsung
dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm, lebar bagian depan 55
cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140 cm dan tinggi bagian belakang
35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang
balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 – 60 cm dan dibeton supaya kokoh.
e. Kandangisolasi/Kandang darurat
Kandang ini dibangun sebagai tempat pengobatan kerbau yang sakit. Pada tempat ini
kerbau yang sakit dapat diobati dengan mudah dan kerbau tidak sukar ditangani. Ukuran
kandang yaitu; panjang 150 cm, lebar 55 cm dan tinggi 150 cm. Letaknya terpisah
dengan kandang kerbau yang sehatdengan tujuan penyakit tidak mudah menular.
f. Kandang melahirkan
Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang kerbau dewasa. Lantainya
miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan dibuat kasar. Sebaiknya kandang
melahirkan ini tidak dekat dengan kandang Gudel. Selokan pembuangan terpisah dari
selokan kandang dewasa. Sudut-sudut dinding dibuat melengkung agar mudah
dibersihkan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen kerbau perah laktasi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu adanya
manajemen pemeliharaan, manajemen perkandangan, manajemen perkawinan,
manajemen pembibitan dan manajemen kesehatan.
2. Susu kerbau hasil pemerahan tidak banyak mengandung air tetapi lebih banyak
mengandung bahan padat, lemak, laktosa dan protein. Kandungan lemak pada susu
kerbau adalah 50%, jadi lebih banyak dibandingka susu sapi. Begitu juga halnya dengan
kandungan protein.
3. Kerbau betina umumnya beranak pertama kali pada umur 4 tahun dengan lama
kebuntingan 10,5 bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah
melahirkan induk kerbau biasanya sudah dapat dikawinkan lagi.
4. Kandang kerbau laktasi ada dua macam, yaitu sistem stall dan loose housing. Sistem stall
dapat dibuat dalam bentuk tunggal atau ganda, tergantung dari jumlah kerbau yang
dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, kerbau ditempatkan satu baris. Sementara pada tipe
ganda, kerbau ditempatkan dua baris dan saling berhadapan atau saling bertolak
belakang.
3.2 Saran
Kerbau saat ini dinilai sangat tinggi untuk bermata pencaharian namun
populasinya berkurang dari masa ke masa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
penyelamatan populasi ternak kerbau yang dapat dilakukan melalui berbagai macam
usaha, seperti penyuluhan peternakan mengenai kerbau di pedesaan/wilayah/daerah yang
berpotensi tinggi bagi kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Benerjee, G. C. 1982. A Textbook of Animal Husbandry. Fifth Edition. Oxford and IBH
Publishing Co. New Delhi. Dalam Handirwirawan, E., Suryana dan C. Talib.
Karakteristik Tingkah Laku Kerbau Untuk Manajemen Produksi yang Optimal.
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. 2008.
Currie, 1988 dalam Ibrahim, et. al.,2001. Water Buffalo in Asia. National Science Foundation.
Sri Langka. Dalam Handirwirawan, E., Suryana dan C. Talib. Karakteristik
Tingkah Laku Kerbau Untuk Manajemen Produksi yang Optimal. Seminar dan
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau.2008.
Devendra, C. 1987. The Nutrition of Herbivore. Hacker, J. B. Dan J. H. Ternouth. (ed). Academy
Press. Sidney.
Diwyanto, K dan Subandriyo. 1995. Peningkatan mutu genetik kerbau lokal diIndonesia. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian XIV (4) : 92- 101.
Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi.
FAO. 2000. Water Buffalo : An Asset Undervalued. FAO Regional Office for Asia and The
Pasific. Bangkok. Thailand.