Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak babi merupakan komoditi peternakan yang diusahakan oleh sebagian
masyarakat di Sumatera Utara, sebab ternak babi mempunyai pemasaran dan harga
yang baik, serta produk olahnya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional.
Sehingga usaha ini berperan cukup besar dalam menunjang ekonomi keluarga.
Disamping itu, pemeliharaannya relatif mudah dan perkembangbiakannya cepat
(Firdaustkubh – 2003).
Menurut data statistik peternakan Sumatera Utara – 2007, jumlah produk
ternak babi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Besarnya permintaan akan ternak
babi disamping sebagai pemenuhan permintaan konsumsi rumah tangga, tetapi juga
dikarenakan masyarakatnya (khususnya suku Batak) membutuhkan dalam segala
kegiatannya, baik dibidang agama, sosial kemasyarakatan, adat budaya, maupun dalam
relasi persahabatan (Sihombing, D.T., 1997).
Ada dua tipe pemeliharaan ternak babi yang dilakukan oleh masyarakat di
Sumatera Utara, yaitu pemeliharaan usaha besar dengan jumlah lebih dari 10 ekor dan
usaha rumah tangga dengan jumlah berkisar antara 2 – 10 ekor. Sebagian besar
masyarakat di Sumatera Utara memelihara ternak babinya dalam usaha rumah tangga
(Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2007). Pemeliharaan secara rumah tangga ini
dilakukan dengan mengandangkan ternak babinya di pekarangan rumah, kandang
dibuat secara permanen berlantai semen. Pengandangan dan peningkatan populasi
ternak babi ini menimbulkan masalah yaitu pencemaran lingkungan dan masalah
kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun ternak itu sendiri. Kedua masalah
tersebut terutama disebabkan gas-gas perombakan senyawa organik dari kotoran
(manur) ternak babi oleh mikro organisme di udara. Bau tidak enak/ menyengat sering
menimbulkan protes dari masyarakat yang disekitar rumahnya terdapat kandang ternak
babi (Sihombing, 1997). Bau tidak enak/ menyengat ini berasal dari sisa perombakan
protein yang tidak sempurna dalam kotoran (manur) ternak babi yang diubah menjadi
ammonia (NH3) atau ammonium.
Ammonia dalam konsentrasi kecil menimbulkan bau tidak enak/ menyengat.
Namun dalam konsentrasi yang besar dapat berdampak pada masalah pernapasan,
iritasi, bahkan kematian (Weillinger, 84). Oleh karena itu perlu dicari cara pencegahan
/ penanggulangan bau tidak enak / menyengat dari kotoran (manur) ternak babi
tersebut. Salah satu ide / pemikiran adalah dengan memanfaatkan sifat daya serap yang
tinggi dari bahan zeolit alam, yang telah sering dipakai sebagai bahan adsorben untuk
beberapa gas berbahaya. Keuntungan lain penggunaan zeolit terletak pada sifat
lemahnya ikatan ion-ion logam alkali / alkali tanah yang dapat digantikan oleh ion
ammonium.
Secara alami terdapat deposit zeolit di beberapa wilayah bumi Indonesia,
termasuk di Sumatera Utara, endapan zeolit tersebar luas didaerah (termasuk daerah
Sarulla) dengan jumlah cadangan yang diperkirakan cukup besar akan tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal (Balitbang SU – 2004).
Penelitian penggunaan zeolit alam sebagai penyerap telah banyak dilakukan
sebelumnya, seperti pengaruh suhu aktivasi terhadap struktur zeolit alam Sarulla,
dimana suhu aktivasi zeolit alam sarulla optimal pada suhu 3000 C (Anita Sipayung,
1994). Adsorpsi nitrogen dari limbah cair dengan zeolit alam ternyata dengan aktivasi
zeolit, dapat meningkatkan daya adsorpsi terhadap nitrogen dalam limbah cair
(Widjajanti E, 2008). Analisa kadar ammonia, nitrat, TSS dan TDS dari limbah cair
peternakan babi, ternyata kadar ammonia tinggi dalam limbah cair ternak babi
(Tampubolon R.H, 2010). Optimasi pH dan waktu perendapan pada penyerapan
ammonium klorida dan natrium sulfida oleh zeolit alam aktif, ternyata penyerapan
ammonia yang optimum oleh zeolit alam Sarulla berada pada pH 6 dalam waktu 3 jam
perendaman. (Nasution, D.S, 2004).

1.2.Permasalahan
Dari penjelasan diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana kemampuan Zeolit Alam Sarulla sebagai penyerap ammonia dari limbah
cairpeternakan babi.

1.3.Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini menggunakan Zeolit Alam Sarulla jenis anortit – monmorilonit yang
diaktivasi pada suhu 3000C selama 3 jam.
2. Variasi massa aktif yang digunakan sebagai penyerap adalah 10 g, 20 g, 30 g, 40
g, 50 g, 60 g, 80 g, dan 100 g, dalam 100 ml limbah cair peternakan babi.
3. Sampel limbah cairpeternakan babi yang diambil tidak mempermasalahkan
waktu,jeniskelamin,dan umur.

1.4.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan zeolit alam Sarulla sebagai penyerap ammonia dari
limbah cair peternakan babi dengan suhu aktivasi 3000C dan massa zeolit yang
optimum.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pemanfaatan
zeolit alam untuk menyerap ammonia dari limbah cairpeternakan babi.

1.6Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

1.7 Metodologi Penelitian


1. Jenis penelitian ini merupakan penelitian laboratorium,sampel diambil secara
purposif
2. Pada penelitian digunakan metode impregnasi basah, yaitu perendaman zeolit
dalam limbah cairpeternakan babi selama 3 jam, dengan berbagai variasi massa
zeolit
3. Zeolit yang digunakan diambil dari Sarullah Kecamatan Pahae Kabupaten
Tapanuli Utara
4. Zeolit diayak pada 100 mesh.
5. Aktivasi Zeolit dilakukan secara fisika yaitu pemanasan pada suhu 300 0C
selama 3 jam.
6. Sampel yang digunakan adalah limbah cair peternakan babi dari limbah
kandang peternakan Simalingkar B Medan
7. Karakterisasi zeolit dengan menggunakan Analisis Difraksi Sinar-X dan
Spektrofotometer FTIR.
8. Analisis ammonia/ amonium menggunakan spektrofotometer visibel dengan
λmaks = 410 nm

Anda mungkin juga menyukai