Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG

TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG


DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

SKRIPSI

OLEH

MERSY HANA ATALUKI


1605030315

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

i
PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG
TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG
DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

SKRIPSI

OLEH

MERSY HANA ATALUKI


1605030315

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

ii
PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG
TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG
DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

SKRIPSI

OLEH

MERSY HANA ATALUKI


1605030315

Skripsi ini telah disetujui untuk diuji

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Ir. M. S. Abdullah, M.Si Ir. Johny Nada Kihe, MS


NIP. 19610505 198503 1 060 NIP. 19610630 198601 1 001

iii
PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG
TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG
DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

SKRIPSI

OLEH

MERSY HANA ATALUKI


1605030315

Skripsi ini telah disidangkan di Hadapan Komisi Ujian Lisan

Tim Penguji Skripsi

Ir. M. S. Abdullah, M.Si


Ketua

Ir. Johny Nada Kihe, MS Ir. Yohanis U. L. Sobang, M.Si


Anggota I Anggota II

Mengesahkan

Ketua Program Studi Peternakan

Ir. Yohanis U. L Sobang, M.Si


NIP. 19661207 199203 1 004

Tanggal Lulus Ujian: 31 Januari 2019

iv
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Mersy Hana Ataluki
Nim : 1605030315
Judul Skripsi : Pengaruh Suplementasi Konsentrat Yang Mengandung
Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi Yang Ditambahkan
Zn-Biokompleks Terhadap Kinerja Pertumbuhan Kambing
Kacang.
Menyatakan bahwa tulisan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian
penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-
kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sebenar–benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia
menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyataan
ini.

Kupang, Tanggal, 31 Januari


2019
Penulis,

Mersy Hana Ataluki

v
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus
karena atas kasih dan Karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penelitian
hingga penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.
Seluruh rangkaian pendidikan yakni selama perkuliahan, penelitian dan
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan, motivasi
dan bimbingan dari Bapak Ir. M. S. Abdullah, M.Si Selaku pembimbing utama,
Bapak Ir. Johny Nada Kihe, MS Selaku pembimbing anggota yang telah
memberikan bimbingan dan saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi.
Ucapan terimakasih yang sama pula penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Ir. Gustaf Oematan, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana serta Staf Pengajar dan Staf Admitrasi yang
telah membantu penulis dalam urusan akademik selama masa studi.
2. Bapak Ir. Yohanis Umbu L. Sobang, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana dan sekaligus
telah memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian ini.
3. Bapak Ir. Yohanis Umbu L. Sobang, M.Si, selaku Penasehat Akademik
yang telah memberikan didikan dan motivasi selama penulis duduk
dibangku perkuliahan.
4. Keluarga tersayang Ayahanda Nggaji Walu Wanja, Ibunda Djera
Atayewa dan Ridja Ana Amah. Kakak Lusia Kanora Mburu, Lidya
Konda Atahau, Elviany Danga Wotung, Adik Matelda Loda Nangi,
Marlina Ata Kupang, Elviany Ngguna Atarua, Benedikta Mburu
Anahammu, Lukas Maka Mborang, Jefryanto Umbu Mehang Kati serta
seluruh keluarga besar Lewa tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
yang memberikan dorongan, nasihat serta Doa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Studi di Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.

i
Semoga Tuhan Yesus menyertai setiap langka perjalanan hidup kita.
5. Kepala Laboratarium Lapangan Fakultas Peternakan Undana Kupang
yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan kegiatan
penelitian selama 10 minggu dan Bapak Ir. Marten Yunus, MP selaku
Dosen pembimbing penelitian yang selalu memberikan motivasi, masukan
maupun sarana selama penelitian ini berlangsung sampai selesai.
6. Rekan-rekan penelitian: Nindy Langga, Maryati Kaliang, Desyana Desy,
Silva Moruk, Maya Tahun, Beatriks Riwu, Novi Dima, Oskar, Kraeng
dan Beny Rangga.
7. Putry Intan, Rambu Sia, Ebsan Nabut, Davit Nguru, Ivan Dalle, Rony
Ndamung, Andika Permana, Albert Babies, Yelin Sanda, Feby Eka Elma
dan teman-teman angkatan 2015 yang tidak sempat disebutkan namanya.
8. Rekan-rekan mahasiswa KKN BPU Undana Mata Air 4 2018.
9. Semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini dan
tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa sebagai manusia, tentunya dalam
penulisan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu maka segala
saran dan kritik yang bertujuan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini
sangat penulis harapkan.

Kupang 31 Januari 2019

Mersy Hana Ataluki

ii
Orang Yang Berjalan Maju Dengan
Menangis Sambil Menabur, Pasti Pulang
Dengan Membawa Berkas-Berkas-Nya.
Mazmur, 126 : 6

iii
PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG MENGANDUNG
TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI YANG
DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG

Mersy Hana Ataluki; M. S. Abdullah, Johny Nada Kihe

Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana Kupang.

Email:mersy.lucy@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi


konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi yang
ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kancang.
Ternak yang digunakan adalah kambing kacang betina sebanyak 12 ekor pada
kisaran umur 6-8 bulan dengan berat badan awal 9,3-13,5kg, rataan 11,20kg dan
KV 13,30%. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut: R0 :Pakan konsentrat tanpa tepung tongkol jagung terfermentasi
dan Zn-Biokompleks 2,06g, R1 :Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 10%
+ Zn-Biokompleks 2,06g, R2 :Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 20% +
Zn-Biokompleks 2,06g, R3 :Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 30% + Zn-
Biokompleks 2,06g. Analisis data menggunakan Analysis of Variance
(ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat badan R0
(52,21g/e/h), R1 (66,16g/e/h), R2 (46,17g/e/h), R3 (42,09g/e/h) panjang badan R0
(0,17cm/e/h), R1 (0,20cm/e/h), R2 (0,18cm/e/h), R3 (0,14cm/e/h pertambahan
lingkar dada R0 (0,22cm/e/h), R1 (0,27cm/e/h), R2 (0,23cm/e/h), R3
(0,19cm/e/h)dan pertambahan tinggi pundak R0 (0,15cm/e/h), R1 (0,18cm/e/h), R2
(0,15cm/e/h) R3 (0,13cm/e/h). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat badan,
pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada, dan pertambahan tinggi
pundak kambing kacang. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa suplementasi
konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi sampai
dengan level 30 % ditambahkan Zn-biokompleks memberikan respon yang relatif
sama dengan pemberian konsentarat tanpa suplementasi tepung tongkol jagung
terfermentasi yang ditambahkan Zn-biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan
ternak kambing kacang.

Kata Kunci:kambing kacang, tongkol jagung terfermentasi, Zn-


biokompleks dan pertumbuhan

iv
EFFECT OF SUPPLEMENTATION OF CONTAINING FERMENTED
CORN COB CONCENTRATE WITH Zn BIO-COMPLEX ON KACANG
GOAT PERFORMANCE

Mersy Hana Ataluki; M. S. Abdullah, Johny Nada Kihe


Facualy of Animal Husbandry, Nusa Cendana University

Email:mersy.lucy@gmail.com

ABSTRACT

The study aimed at evaluating the effect of supplementing concentrate


containing fermented corncob (TTJF) and Zn bio-complex on kacang goat
performance. There were 12 kacang does 6-8 months of age with 9,3-15,5
averanging 11,20 kg and CV 13,30%. initial body weight used in the study.
Completely randomized design 4 treatment diets offered were: R0 : concentrate
feed without fermented corncob + 2,06g Zn bi-complex, R1 : concentrate feed
containing TTJF 10% + Zn-Biokomplex 2,06g; R2 : concentrate feed containing
TTJF 20% + Zn-Biokomplex 2,06g and R3: concentrate feed containing TTJF
30% + Zn-Biokomplex 2,06g. Data were analyzed using Analysis of Variance
(ANOVA). The results of all variables measured were : R0 daily body weight gain
(52.21g), R1 (66.16g), R2 (46.17g), R3 (42.09g), daily body length gain: R0
(0.17cm), R1 (0.20cm), R2 (0.18cm), R3 (0.14cm), daily girth cycle gain R0
(0.22cm), R1 (0.27cm), R2 (0.23cm), R3 (0.19cm) and daily body height R0
(0.15cm), R1 (0.18cm), R2 (0.15cm), R3 (0.13cm). Statistical analysis shows that
the effect of supplementing containing fermented corncob concentrate with Zn
bio-complex is not significant (P>0.05) on all performance variables measured.
The conclusion is that supplementing containing fermented corncob concentrate
up to 30% with Zn bio-complex performs the relative results in kacang does
growth performances.

Key words:kacang goats, corncob, Zn bio-complex and growth

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

MOTTO ............................................................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................................ iv

ABSTRACK ..................................................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3. Tujuan dan kegunaan ............................................................................................ 5
1.4. Manfaat ................................................................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6


2.1. Karakteristik Kambing Kacang ............................................................................. 6
2.2. Pakan Ternak Kambing ......................................................................................... 7
2.3. Lamtoro ................................................................................................................. 8
2.4. Pakan Konsentrat .................................................................................................. 9
2.4.1. Dedak padi ..................................................................................................... 10
2.4.2. Jagung Giling ................................................................................................. 10
2.4.3. Tepung Daun Gamal ...................................................................................... 11
2.4.4. Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi ......................................................... 11
2.4.5. Gula Air ......................................................................................................... 12
2.4.6. Tepung Ikan ................................................................................................... 13
2.4.7. Starbio ............................................................................................................ 13
2.4.8. Garam............................................................................................................. 14
2.4.9. Urea ................................................................................................................ 14
2.5. Zn-Biokompleks.................................................................................................... 15
2.6. Pertumbuhan Ternak Kambing ............................................................................. 16
2.6.1. Pertambahan Bobot Badan Harian ................................................................. 16
2.6.2. Ukuran Linear Tubuh..................................................................................... 17

vi
BAB III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ..................................................... 20

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 20


3.2. Materi Penelitian .................................................................................................... 20
3.2.1. Ternak Percobaan ............................................................................................. 20
3.2.2. Kandang ........................................................................................................... 20
3.2.3. Peralatan ........................................................................................................... 20
3.2.4. Bahan Pakan ..................................................................................................... 21
3.3. Metode Penelitian.................................................................................................... 22
3.4. Prosedur Penelitian.................................................................................................. 22
3.4.1. Pengacakan Ternak .......................................................................................... 22
3.4.2. Proses PembuatanTepung Tongkol Jagung Terfermentasi .............................. 23
3.4.3. Proses Pembuatan Konsentrat .......................................................................... 24
3.4.4. Pemberian Pakan dan Air Minum .................................................................... 24
3.4.5. Prosedur Pengukuran Ternak Kambing ........................................................... 24
3.5. Parameter yang Diteliti ........................................................................................... 24
3.6. Analisis Data ........................................................................................................... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 27

4.1.Keadaan Umum Ternak Penelitian .............................................................................. 27


4.2.Pengaruh Perlakuan Pertambahan Berat Badan Kambing Kacang .............................. 27
4.3.Pengaruh Perlakuan Panjang Badan Kambing Kacang ............................................... 29
4.4.Pengaruh Perlakuan Lingkar Dada KambingKacang .................................................. 31
4.5.Pengaruh Perlakuan Tinggi Pundak Kambing Kacang ................................................ 33

BAB V. PENUTUP ........................................................................................................... 35

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 35


5.2. Saran ....................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 36

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 41

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... 49

vii
DAFTAR TABEL

Tabel

1. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Konsentrat ....................................................... 21


2. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian .................................................................... 22
3. Pengacakan ............................................................................................................... 23
4. Pertambahan Bobot Badan Harian Kambing Kacang (g/e/h) .................................. 28
5. Pertambahan Panjang Badan Harian Kambing Kacang (cm/e/h) ............................ 30
6. Pertambahan Lingkar Dada Harian Kambing Kacang (cm/e/h) ............................. 31
7. Pertambahan Tinggi Pundak Harian Kambing Kacang (cm/e/h) ............................. 33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. PengaruhPerlakuanPertambahanBobotBadan (g/e/h) .............................................. 42


2. PengaruhPerlakuanPanjangBadan (cm/e/h) ............................................................ 43
3. PengaruhPerlakuanLingkar Dada (cm/e/h) .............................................................. 45
4. PengaruhPerlakuanTinggiPundak (cm/e/h) .............................................................

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Petani peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya

memelihara ternak kambing kacang (kambing lokal) secara semi intensif dimana

ternak digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

Kambing lokal yang telah dipelihara dan akrab dengan kehidupan masyarakat

petani memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan cocok dengan iklim di NTT

sehingga kendala untuk memeliharanya tidak begitu berarti. Kendala klasik bagi

peternak dalam meningkatkan produksi khususnya ternak kambing kacang adalah

asupan nutrisi relatif tidak memenuhi kebutuhan khususnya pada musim kemarau.

Kendala tersebut membutuhkan terobosan kontinuitas penyediaan pakan baik

kuantitas maupun kualitas.

Kebutuhan pakan utama kambing lokal adalah hijauan segar yang

umumnya berasal dari rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Ternak kambing

mengkonsumsi daunnya dan kadang-kadang batangnya. Pemberian pakan pada

ternak dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan sesuai dengan

tingkat produksi yang dibutuhkan.

Bahan-bahan pakan yang ada, diketahui bahwa kandungan nutrisi berbeda-

beda, ada bahan pakan yang mengandung protein tinggi namun karbohidrat dan

lemaknya rendah ataupun sebaliknya, oleh karena itu dalam kaitannya dengan

usaha untuk meningkatkan kualitas dan kontinuitas pakan ternak, maka diperlukan

ransum yang mengandung semua zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak.

1
Kebutuhan pakan dalam keadaan segar harus sebesar 10%-12% dari berat badan

per ekor per hari. Kartadisastra (1997) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan

produksi yang tinggi maka penggunaan perlu ditambahkan konsentrat.

Kenaikan berat badan ternak yang merumput pada padang penggembalaan

alam selama setahun sangat ditentukan oleh kualitas dan kontinuitas hijauan

selama musim hujan. Umumnya selama musim kemarau ternak mengalami

penurunan berat badan, hal ini sangat berpengaruh terhadap angka kelahiran

dan menyebabkan tingginya angka kematian. Salah satu strategi yang disarankan

untuk peningkatan produktivitas ternak pada padang penggembalaan adalah

dengan upaya suplementasi (Anggraeny dan Umiyasih,2005). Suplementasi

dipadang penggembalaan perlu dilakukan mengingat vegetasi di daerah tropik

mempunyai kecernaan, karbohidrat mudah larut dan Nitrogen (N) terlarut rendah.

Kualitas hijauan di padang penggembalaan ditentukan oleh tingkat kesuburan

tanah, curah hujan dan kandungan mineral tanah.

Suplementasi pada ternak ruminansia yang digembalakan pada kondisi

iklim semi arid pada umumnya menunjukkan peningkatan produktivitas seperti

yang dikemukan oleh beberapa peneliti. Alexandre et al, (2002) melaporkan

bahwa suplementasi konsentrat meningkatkan berat lahir, berat sapih, produksi

susu, pertambahan bobot badan harian (PBBH) menekan angka kematian anak

sehingga suplementasi pada ternak kambing yang digembalakan dapat

meningkatkan produktivitasnya.

Salah satu bahan pakan lokal yang dapat dijadikan pakan suplemen yaitu

tongkol jagung. Produksi jagung di NTT dari luasan lahan 273.194ha dengan

2
produksi jagung 685.081 ton dan 47.955 ton limbah tongkol jagung (BPS NTT,

2016). Penggunaan tongkol jagung untuk bahan baku penyusunan pakan ternak

sudah menyebar ditiap daerah tetapi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Hal tersebut disebabkan kandungan - kandungan serat kasar yang tinggi yaitu

selulosa (44,9%), hemiselulosa (31,8%) dan lignin (23,3%) dan kandungan

protein yang sangat rendah 5,62% sehingga diperlukan pengolahan secara fisik

dan kimiawi untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaannya melalui

fermentasi.

Mineral Zn bagi ternak ruminansia digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan produksi, serta mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang

hidup dalam rumen. Apabila terjadi defisiensi mineral, maka aktifitasmikroba

rumen tidak berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi

energi tidak maksimal yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas

ternak.

Biokompleks Zink dibuat dari zinc atau Zn anorganik dengan media

ekstrak bungkil jagung dan inokulan. Zaccharomyces serevisiae, sebagai pakan

tambahan atau aditif untuk meningkatkan produksi ternak.Zn merupakan salah

satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan mikroba dalam

rumen ternak ruminansia. Zn penting untuk aktivitas enzim yang terlibat dalam

metabolisme asam nukleat, metabolisme protein dan juga proses dalam pergantian

sel enzim yang mengandung Zn antara karbonat, urease (POWER and HOGAN,

2000) Defesiensi zink akan mengakibatkan aktifitas mikroba rumen tidak optimal

sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi rendah dan pada gilirannya akan

3
menurunkan produktifitas ternak. Keunggulannya teknologi ini tidak memerlukan

biaya infestasi tinggi, meningkatkan aktifitas mikroba dalam rumen ruminansia

dan meningkatkan produktifitas ruminansia, serta dapat meningkatkan daya serap

Zn lebih cepat dan terarah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk

mengetahuipengaruh level pemberian suplementasi konsentrat yang mengandung

tepung tongkol jagung terfermentasi yang ditambahkan Zn-Biokompleks

terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang betina.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dilakukan suatu penelitian dengan

judul : Pengaruh Suplementasi Konsentrat yang Mengandung Tepung Tongkol

Jagung Terfermentasi yang ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap Kinerja

Pertumbuhan Kambing Kacang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung tanpa fermentasi yang

ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing

kacang betina ?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung terfermentasi

terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang betina dengan pemberian

level yang berbeda ?

4
1.3.Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

tepung tongkol jagung terfermentasi terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing

kacang.

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu sumber informasi ilmiah bagi pengembangan peternakan

dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif yang penggunaannya kurang

bersaing dengan manusia dan mudah diperoleh.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang ilmu

nutrisi dan pakan ternak.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Petani peternak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sebagai

informasi untuk mengembangkan usaha peternakan serta dapat memanfaatkan

limbah dari produksi jagung sebagai pakan ternak yang berkualitas dan dapat

meningkatkan produksi ternak.

2. Pemerintah, khusnya Dinas peternakan sebagai sumber informasi dalam

pemanfaatan limbah sebagai salah satu sumber bahan pakan di Nusa Tenggara

Timur.

3. Masyarakat ilmiah, sebagai sumber informasi ilmiah untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang peternakan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Kambing Kacang

Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi

yang tinggi terhadap kondisi alam setempat. Kambing Kacang juga merupakan

salah satu bangsa kambing lokal yang berpotensi baik dalam menghasilkan karkas

dan non karkas (Kusuma et al, 2013). Kegunaan dari kambing Kacang adalah

sebagai ternak penghasil daging, yang dapat berpotensi membantu memenuhi

kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.Kelebihan kambing Kacang adalah

mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik.Namun kambing kacang

memiliki ukuran tubuh relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif

rendah. (Supriyanti dkk.,2001). Kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang

relatif kecil dengan bobot badan kambing jantan dapat mencapai 36 kg dan betina

mencapai 30 kg. Persentase karkas berkisar antara 47,40 – 51,30 %. Reproduksi

ternak kambing bersifat prolifik dengan rata-rata jumlah anak perkelahiran 1,78

ekor pada kondisi laboratorium dan berkisar antara 1,45 – 1,76 pada kondisi usaha

peternakan di pedesaan.

Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari

lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6%

dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72

hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot

sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg (Batubara dkk., 2007).

6
2.2. Pakan Ternak Kambing

Pakan kambing adalah semua bahan yang dapat dimakan atau dicerna oleh

ternak yang mampu menyediakan semua nutrisi pakan yang diperlukan untuk

hidup pokok dan produksi.Pakan ternak harus memenuhi beberapa persyaratan,

yaitu tidak bersaing dengan manusia, kebutuhan terjamin dan selalu ada, kualitas

baik, dan harganya murah.Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk

kebutuhan hidup pokok dan juga untuk produksinya. Kebutuhan pakan ternak

ruminansia dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai

pakan penguat. Untuk menunjang hidup pokok dan produksi ternak membutuhkan

protein, energi, vitamin dan mineral dalam jumlah yang seimbang dan tepat.

Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-

faktor yang lainnya, dan merupakancara yang sangat penting untuk peningkatan

produktivitas.

Peningkatan produksi ternak kambing sejalan dengan peningkatan

kuantitas dan kualitas pakan terutama pada musim kemarau di daerah tropis.

Bamualim (1988) menjelaskan bahwa musim kemarau yang panjang sering

menurunkan kuantitas dan kualitas dari hijauan pakan ternak sehingga ternak

ruminansia yang dipelihara dengan system ekstensif akan mengalami penurunan

bobot badanumumnya sifat yang dimiliki hijauan pakan ternak didaerah tropis

adalah nilai gizinya rendah, cepat menua dan kualitasnya menurun. Nilai gizi yang

rendah ini dapat terlihat pada kandungan protein kasar hijauan rumput alam

sebesar 3-5 % dari bahan kering (BK) pada musim kemarau dan 8-10% pada

musim hujan. Pemberian pakan pada kambing yang hanya mengandalkan pakan

7
hijauan rumput di daerah tropis akan kurang berarti, sebab kambing tidak dapat

memenuhi kebutuhan tubuh yang berkaitan dengan zat pakan khususnya protein,

oleh karena itu perlu disuplementasikan dengan bahan pakan lainnya yang

kandungan proteinnya lebih tinggi, sehingga kebutuhan ternak akan hidup pokok,

pertumbuhan, produksi dan reproduksinya dapat terpenuhi.

2.3. Lamtoro

Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan bangsa leguminosa yang

berasal dari Amerika Tengah dan m empunyai daya guna yang besar di negara-

negara tropis. Lamtoro dapat digunakan sebagai pakan ternak karena memiliki

kandungan protein tinggi, sebagai tanaman peneduh bagi perkebunan Maupun

untuk kepentingan lainnya seperti kayu bakar, bahan bangunan dan pencegah

erosi. Sebagai bahan pakan hijauan kandungan protein lamtoro sebesar 22,30% (

Rosnah, 1998). Sobang 2005 menyatakan bahwa lamtoro pada umumnya tumbuh

di daerah terbuka pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut. di jelaskan

lebih lanjut bahwa tanaman ini juga dapat melindungi protein ransum dari

degradasi mikroba dalam rumen. Tanaman lamtoro beradaptasi dengan tanah yang

tinggi keasamannya, tanah yang kaya akan kandungan kalsium dan phosfor

sehinggga usaha pengembangbiakannya mudah untuk dilaksanakan. Tanaman

lamtoro mengandung sejenis zat beracun yang disebut mimosin yang dapat

memberikan efek negatif berupa kerontokan bulu, nafsu makan menurun,

hipersaliva, pembesaran kelenjar gondok, gerakan tidak terkoordinasi dan dapat

mengakibatkan kematian jika ternak mengkonsumsi lebih dari kemampuan

teloransi berbagai jenis ternak terhadap mimosin tanaman lamtoro bermacam-

8
macam. Pada umumnya ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing, dan biri-

biri tahan terhadap mimosin.

2.4. Pakan Konsentrat

Konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi

kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Parakkasi (1999)

menyatakan bahwa konsentrat atau pakan penguat adalah bahan pakan yang tinggi

kadar zat-zat nutrisinyaseperti protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar serat

kasar (dibawah 18%). Konsentrat merupakan salah satu bentuk pakan suplemen

yang diberikan kepada ternak khususnya ruminansia yang dibuat dari berbagai

campuran jenis pakan yang kaya akan energi, protein, lemak dan mineral.

Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai

pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan

peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas

rendah.Selain itu pemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino

esensial yang dibutuhkan oleh tubuh.Penambahan konsentrat tertentu dapat juga

bertujuan agar zat pakan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di

rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.

Penambahan konsentrat merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-

zat pakan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi.Selain itu dengan

penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum,

pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcom,

1984).

9
2.4.1. Dedak Padi

Dedak padi adalah limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya

bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi digunakan sebagai

pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi tinggi, harganya relatif murah,

mudah diperoleh dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia (Schal

broeck, 2011). Dedak padi mengandung nilai gizi dengan komposisi sebagai

berikut: 87.5% bahan kering, 13.6% protein, 8.2 % lemak, 8.5% abu, dan 58.5%

BETN. Menurut Bamualim (1988), dedak padi mengandung lemak yang cukup

tinggi sekitar 10-15%, juga mengandung protein, vitamin B dan E.

2.4.2. Jagung giling

Jagung merupakan bahan pakan berupa butiran yang paling banyak

digunakan dalam penyusunan ransum ternak, karena merupakan sumber energi

.Selain itu jagung mengandung karbohidrat dan lemak. Namun demikian, jagung

tidak dapat diberikan sebagai bahan tunggal karena kandungan proteinnya rendah

(Williamson dan Payne,1993).

Sobang (2005) menyatakan bahwa jagung memenuhi kriteria sebagai

pakan penguat, disamping harganya murah dan mudah diperoleh.Pemberian

jagung disarankan agar tidak diberikan sebagai pakan tunggal, namun

ditambahkan pakan sumber protein lainnya, suplemen, vitamin dan mineral

sehingga dapat membentuk ransum sempurna.Pakan penguat adalah jenis

pakanyang kandungan TDNnya 75-85%, BETN 62-77,2% dan protein 8,9-36,6%

dengan kandungan serat kasar rendah ± 18%. Kandungan gizi utama jagung

adalah pati (72-73%), Jagung mempunyai kandungan zat gizi dengan komposisi

10
yaitu bahan kering 88,83%, bahan organik 87,41%, protein kasar 8,16 (Richana

dkk.2007).

2.4.3. Tepung Daun Gamal

Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman leguminosa pohon yang mudah

tumbuh dan tahan hidup di musim kamarau,juga tahan terhadap pemotongan yang

berulang dengan pertumbuan kembali yang cepat serta pengembangannya.

pengunaan daun gamal sebagai pakan dalam bentuk segar kurang disukai ternak

kerena baunya ya ng kurang sedap dan mengadung zat anti nutrisi coumarinuntuk

mengatasinya maka di anjurkan untuk dilayukan selama 24 jam sebelum di

berikan pada ternak atau pun di jadikan tepung (Sobang, 2005). Nilai nutrisi daun

gamal dalam bentuk segar adalah sebagai berikut bahan kering 19,47%, bahan

organik 93,65%, protein 23,42, lemak 6,42% dan serat kasar 15%.

2.4.4. Tepung tongkol jagung terfermentasi

Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat

jagung bertongkol, diperkirakan 40-50-% adalah tongkol jagung. Tongkol jagung

merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat kasar 38,99%)yang mengandung

xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk. 2004).

Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa dan

hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong yang

berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak

jika diberikan langsung. Oleh karena itu, untuk memberikannya perlu

penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003). Menurut Wahyono dan

Hardiyanto (2004) kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan kering 76,608%,

11
protein kasar 5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%, Total Digestible

Nutrien 53,075%. kadar air 29,54, bahan kering, 70,45%. protein kasar 2,67% dan

serat kasar 46,52% dalam 100% bahan kering (BK)

2.4.5. Gula air

Darwin (2013) gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapatlarut

dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara

umum,gula dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Monosakarida

Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu

molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa,

galaktosa

2. Disakarida

Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul

gula.Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan

fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa

(gabungan dari dua glukosa).

Gula lontar merupakan hasil pemasakan dari nira lontar. Lontar (Borassus

sundaicus) adalah sejenis tanaman palma yang terdapat di daerah bercurah hujan

terbatas dan di NTT terdapat di pulau Timor, Rote dan Sabu kandungan sukrosa

pada gula air tidak jauh berbeda dengan kandungan yang terdapat dalam molases.

Sudjono (1989) dikutip Alam et al, (2016) melaporkan bahwa gula air

mengandung sukrosa 14%, air 85%, protein 2,98%, lemak 0,25% dan abu 0,27%.

Sementara dilaporkan bahwa sugar pada gula air sebesar 86,03% dan molases

12
85,7%. Jalaludin, (1987) menyatakan bahwa gula lontar dapat digunakan sebagai

bahan perekat dan sumber energi yang dapat menggantikan peran molases dalam

pembuatan suplemen berbentuk blok.

2.4.6. Tepung Ikan

Sobang (2005), menyatakan bahwa tepung ikan merupakan sumber protein

hewani dengan kadar protein kasar yang tinggi bersifat escape dan dicerna di usus

halus, sehingga bermanfaat langsung untuk ternak. Selanjutnya dikemukakan

bahwa tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat diantaranya:

butiran-butirannya relative seragam, bebas dari sisa tulang dan mata ikan serta

benda asing. Lebih lanjut dinyatakan tepung ikan dapat meningkatkan nilai guna

pakan yang umumnya terdiri dari serat kasar tinggi dengan kandungan

nitrogen sangat rendah. Penggunaan tepung ikan dalam ransum ternak sapi dan

domba menunjukan adanya peningkatan dalam hal pertumbuhannya. Hasil

analisis kandungan nutrisi dan energi tepung ikan dari Laboratorium Kimia Pakan

Fapet Undana-Kupang adalah sebagai berikut: BK 87,73%, PK 53,56%, lemak

kasar 5,14%, BETN 33,29% dan energi 4917,95 Kkal/kg.

2.4.7. Starbio

Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)

yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau

ranting-ranting yang dibusukkan. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah

meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan

ransum. Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi

penggemukan sapi modern. Mikroba didalam pakan tambahan akan

13
menghasilkan enzim yang menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan

begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih efesien sehingga akan meningkatkan

berat badan.

2.4.8. Garam

Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora

(pemakan hijauan).Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung

pada tingkat pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi dan suhu

lingkungan.Ternak yang banyak terkena panas dan bekerja lebih berat

memerlukan garam yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak normal.Ternak

ruminansia yang digembalakan memerlukan garam untuk menyeimbangkan

kalium yang tinggi dan kalsium yang rendah. Garam berfungsi sebagai mineral

juga berfungsi meningkatkan palatabilitas (Bekti dkk. 2013)

2.4.9. Urea

Urea merupakan senyawa kimia yang mengandung 40-45% nitrogen

miroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak.Nitrogen dalam

urea dapat dikombinasikan dengan C, H2 dan O2 dalam karbohidrat untuk

membentuk asam amino.Oleh karena itu urea dapat digunakan sebagai sumber

nitrogen pada ternak ruminansia. Urea didalam rumen akan dihidrolisis menjadi

amonia (NH3) sehingga mudah digunakan oleh bakteri rumen untuk

membentukprotein tubuhnya dan merangsang petumbuhan bakteri rumen untuk

meningkatkan kecernaan pakan berserat. Urea dalam proporsi tertentu

mempunyai dampak posotif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan

daya cerna. (Bekti, dkk, 2013)

14
2.5. Zn-Biokompleks

Zn-Biokompleks merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki fungsi

dan kegunaan penting bagi tubuh, seperti kulit, mukosa saluran cerna dan hampir

semua sel membutuhkan mineral ini.Manfaat Zn didapat dari analisis proksimat

suatu bahan adalah bahan permulaan yang digunakan untuk determinasi jenis

mineral.Secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai komponen senyawa pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan

adanya jaringan yang keras dan kuat

2. Mempertahankan keadan kolodial dari beberapa senyawa dalam tubuh

3. Memelihara keseimbangan asam dan basa dalam tubuh

4. Sebagai activator system enzim tertentu

5. Sebagai komponen dari suatu enzim tertentu

6. Mineral memiliki sifat kepekaan otot dan saraf (Tillman et al. 1991)

Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan

alam maupun dalam makluk hidup. Mineral merupakan unsur penting dalam

tanah,bebatuan, air dan udara, sedangkan pada tubuh makluk hidup sendiri

mineral merupakan salah satu komponen penyusun tubuh4-5% berat badan kita

terdiri atas mineral,sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium ,25% fosfor

dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain.Tubuh memerlukan mineral dari luar

karena fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolisme.

Berdasarkan umlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua

kelompok yaitu makro mineral antara lain : kalsium ( Ca), fosfor (P), kalium (K),

magnesium (Mg), natruim (Na), klor (Cl), sulfur (S), dan amkro mineral atau

15
trace mineral terdiri dari besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan

(Mn), kobalt (Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I).

Mineral makro lebih banyak dibutuhakan dibandingkan dengan mineral

mikro.Beberapa mineral memiliki lebih dari satu fungsi (Church and Pond, 1982).

Mineral tidak dapat dibuat didalam tubuh hewan, sehingga harus disediakan

dalam ransum baik dalam hijaunan, konsentrat, maupun pakan suplemen.

2.6. Pertumbuhan ternak kambing

Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai

dengan umur. Pertumbuhan secara umum dapat didefenisikan sebagai perubahan

ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan

komposisi tubuh, termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak,

tulang dan organ-organ tubuh lainnya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti genetik, pakan dan manajemen. Perubahan organ-organ dan

jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk

karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut. Kombinasi dan besarnya

badan umumnya dipakani sebagai ukuran pertumbuhan (Sri Racham, 2006).

Aberte et al, (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dinilai sebagai

peningkatan tinggi pundak , panjang badan, ukuran lingkar dada dan bobot badan

yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan dan minum.

2.6.1. Pertambahan Bobot Badan Harian

Kemampuan ternak untuk merubah zat-zat pakan yang terdapat dalam

ransum menjadi daging, ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dari ternak

tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan

16
untuk mengukur pertumbuhan (Anggorodi,1991). Menurut Rose (1997),

pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel

individu, dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu

adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan

ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan

peningkatan bulu, kulit dan organ dalam .

Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1991) adalah pertambahan dalam

bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung,

otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak

mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan.

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk

mengukur pertumbuhan. Kenaikan bobot badan dapat diketahui dengan

penimbangan ternak yang dilakukan berulang-ulang dan dinyatakan dengan

pertambahan bobot badan setiap hari, setiap minggu atau dalam waktu tertentu

(Tillman et. al.,1998).

2.6.2. Ukuran Linear Tubuh

Performans produksi ternak yang diperhatikan adalah pertumbuhan

dari ternak tersebut dan pertumbuhan ini berhubungan dengan peningkatan

jaringan tubuh dan organ-organ tubuh. Pertumbuhan mempengaruhi distribusi

berat dan komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan

lemak (Soeparno,2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa organ-organ dari jaringan

berlangsung secara gradual sehingga tercapainya ukuran dan bentuk karakteristik

masing-masing organ dan jaringan tersebut.

17
Pertumbuhan umumnya diukur melalui peningkatan dan pertambahan

berat badan. Hal tersebut disertai oleh perubahan dalam bentuk dan komposisi

tubuh yang disebut perkembangan. Natasasmita (1983) menyatakan bahwa

perubahan adalah suatu rangkaian yang terjadi pada ternak meliputi dua aspek

yang saling berhubungan yaitu pertumbuhan atau (growth) yang merupakan

pertambahan massa tubuh persatuan waktu serta perkembangan (development)

merupakan perubahan bentuk tubuh ternak sebagai akibat adanya kecepatan

pertumbuhan relatif berbeda-beda antara komponen tubuh yang satu dengan

komponen tubuh yang lain. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa

pemakaian berbagai ukuran badan seperti lingkar dada, panjang badan dant inggi

pundak dapat memberikan petunjuk tentang bobot badan seekor ternak dengan

ketelitianyang tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan menyelidiki bentuk

luar serta bagian yang nampak dari luar dapat menentukan tipe seekor ternak dan

kemampuan berproduksinya Lukman dkk., (1987) menyatakan bahwa secara

umum ukuran panjang badan dan lingkar dada bertambah sesuai dengan

pertambahan bobot badan pada masa pertumbuhan. Ukuran panjang badan

dipengaruhi oleh keadaan perdagingan dan perlemakan. Jika keadaan tersebut

berjalan normal maka kambing dalam keadaan bentuk badan yang

kompak,artinya semakin panjang dan semakin besar badan akan menyebabkan

bobot badan meningkat. Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun kaki

depan (ekstremitas anterior) dan tulang penyusun punggung. Pertumbuhan

ukuran-ukuran tubuh yang lebih cepat pada umur muda berkorelasi secara kuat

dengan ukuran dewasa yang lebih besar (Devendra dan Burn,1994). Individu

18
ternakyang besar akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar ukurannya pada saat

mencapai dewasa dibandingkan dengan individu ternak yang kecil. Faktor

lingkungan yang banyak mempengaruhi kondisi kambing terutama adalah

faktor pakan. Kambing yang mendapat pakan yang baik (kebutuhan bahan kering

terpenuhi) akan lebih cepat dewasa tubuh jika dibandingkan dengan yang

mendapat pakan yang kurang baik (kebutuhan bahan kering tidak terpenuhi)

dengan kata lain pertambahan bobot badan perhari tergantung bahan pakan yang

dikonsumsi seekor ternak. Koefisien korelasi bobot badan dengan lingkar dada

kambing kacang pada masing-masing tingkat umur tidak nyata dipengaruhi oleh

jenis kelamin. Herman (1985) menyatakan bahwa semua koefisien pertumbuhan

ukuran tubuh relatif (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada)

terhadap bobot tubuhnya.

19
BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Fakultas Peternakan

Universitas Nusa Cendana Kupang, sejaktanggal 13 Agustus-8 Oktober 2018.

Penelitian ini berlangsung selama 10 minggu yang terbagi dalam 2 tahap yaitu 2

minggu tahap penyesuaian dan 8 minggu masa pengambilan data. Tahap

penyesuaian bertujuan memberikan kesempatan pada ternak untuk menyesuaikan

diri dengan pakan yang diberikan.

3.2.Materi Penelitian

3.2.1. Ternak percobaan

Penelitian ini menggunakan ternak kambing kacang betina sebanyak 12

ekor, umur 6-8 bulan dengan rata-rata berat badan awal 9,3-13,5kg dan koevesien

variasi (KV) 13.30%.

3.2.2. Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang individu tipe panggung sebanyak

12 unit dengan ukuran 1 x 0,5m masing-masing kandang dilengkapi dengan

tempat makan dan minum serta penampungan feses dibuat dibawah kandang

secara terpisah.

3.2.3. Peralatan

Peralatan yang digunakan terdiri dari: 1) timbangan merk Morist Scale

dengan kapisitas 50kg untuk menimbang ternak dan pakan hijauan, merk Kitchen

Scale kapisitas 2kg untuk menimbang suplemen, 2) silo untuk tempat fermentasi,

20
3) tongkat ukur dan pita ukur untuk mengukur linear tubuh. Alat-alat lain yang

digunakan yaitu parang digunakan untuk memotong dan mencacah hijauan

lamtoro,ember air minum dan tempat pakan ternak, sapu lidi untuk membersihkan

kandang.

3.2.4. Bahan pakan

Pakan yang diberikan yaitu pakan basal berupa hijauan gamal, konsentrat

yang terdiri dari tepung jagung kuning, dedah halus, tepung daun gamal, tepung

tongkol jagung terfermentasi (TTJT), tepung ikan,urea, garam, gula air dan

starbio. Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat disajikan dalam Tabel 1 dan

kandungan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan konsentrat (%)

Bahan Pakan R0 R1 R2 R3
Dedak halus 50 45 40 30
Jagung giling 20 15 10 10
Tepung daun gamal 15 15 15 15
TTJT - 10 20 30
Gula Air 5 5 5 5
Tepung ikan 5 5 5 5
Starbio 2 2 2 2
Garam 2 2 2 2
Urea 1 1 1 1
Jumlah 100 100 100 100

21
Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian

GE
BK BO PK LK SK CHO BETN
Pakan
(%) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK)
Mj/kg Kkal/kg

Lamtoro 19,77 79,151 24,367 4,32 14,358 50,464 36,106 14,239 3.132,42
TJTF 88,321 74,135 2,932 2,21 41,263 68,993 27,73 11,321 2.705,72
TJFerm 89,32 78,654 9,367 4,887 29,562 64,400 34,838 14,687 3.069,58
R0 83,717 68,179 13,904 6,345 13,360 47,930 34,571 13,826 3.291,99
R1 85,894 70,976 14,912 8,016 9,569 48,048 38,479 14,661 3.490,78
R2 85,076 68,828 12,783 5,368 14,806 50,677 35,871 13,697 3.261,09
R3 84,505 66,858 11,853 4,010 18,213 50,995 32,782 13,063 3.110,21
Keterangan : Hasil analisis Laboratarium Kimia PakanUniversitas Nusa Cendana Kupang 2018,
TTJ: Tepung tongkol jagung, TTJF: Tepung tongkol jagung tanpa terfermentasi.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan dari keempat

perlakuan yang diteliti, sebagai berikut:

1. R0=Pakan konsentrat tanpa TTJF+ZN-Biokompleks 2,06g

2. R1=Pakankonsentrat yang mengandungTTJF 10%+Zn-Biokompleks 2,06g

3. R2 =Pakan konsetrat yang mengandung TTJF 20 + Zn-Biokompleks 2,06g

4. R3 =Pakan konsentrat yang mengandung TTJF30 % + Zn-Biokompleks

2,06g.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Pengacakan Ternak

Sebelum penelitian dilakasanakan ternak kambing ditimbang terlebih dahulu

untuk mengetahui berat badan awal kemudian ternak kambing tersebut diberi

nomor. Setelah ternak diberi nomor, kemudian dilakukan pengacakan untuk

mendapatkan perlakuan dan penempatan ternak kedalam kandang. Hasil

pengacakan perlakuan dan kandang disajikan dalam Tabel 3.

22
Tabel 3. Pengacakan

No Kandang Perlakuan
1 R1.2
2 R1.1
3 R2.2
4 R2.3
5 R0.1
6 R1.3
7 R0.3
8 R0.2
9 R3.1
10 R3.2
11 R3.3
12 R2.1
Keterangan :
1. R0.1, R0.2 dan R0.3 = Perlakuan menggunakan tepung tongkol jagung tanpa
fermentasi
2. R1.1, R1.2 dan R1.3 = Perlakuan menggunakan TTJF 10%
3. R2.1, R2.2 dan R2.3= Perlakuan menggunakan TTJF 20%
4. R3.1, R3.2 dan R3.3= Perlakuan menggunakan TTJF 30%

3.4.2. Prosedur Pembuatan Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi

Lima (5) liter aquades dicampur degan 500 ml EM4 gula air 500 ml dan

urea 50 gram, lalu diaduk searah sampai tercampur merata. Tepung tongkol

jagung sebanyak 50kgditaburkan sedikit demi sedikit di atas terpal kemudian

disemprotkan degan larutan tersebut menggunakan sprayer secara merata.

Tumpuk kembali tepung tongkol jagung di atasnya dengan ketebalan yang sama,

lalu disemprotkan dengan larutan tersebut. Selanjutnya tepung tongkol jagung

dimasukan kedalam wadah silo dan ditutup rapat dengan plastik untuk menjaga

kelembaban suhu tetap stabil dan mencegah penguapan serta menghambat

masuknya mikroba pencemar dari udara. Lama fermentasi selama 7 hari (hasil

23
perlakuan terbaik) kemudian siap dipanen dan dikeringkan pada suhu ruangan

untuk selanjutnya digunakan.

3.4.3. Prosedur Pembuatan Konsentrat

Penyiapan bahan pakan berupa dedak halus, jagung giling, tepung daun

gamal, tepung tongkol jagung terfermentasi, urea, garam, gula air dan starbio.

Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan bahan pakan dicampur secara homogen

dimulai dari bahan pakan yang paling sedikit sampai dengan jumlah yang paling

banyak, dengan tujuan agar percampuran homogen dan mempercepat proses

pencampuran.

3.4.4. Pemberian pakan dan air minum

Pemberian pakan basal dan air minum dilakukan secara adlibitum pada

pagi hari,2 jam setelah pemberian pakan konsentrat.

3.4.5. Prosedur Pengukuran Ternak Kambing

Proses pengumpulan data dilakukan pada pagi hari sebelum diberikan

makan dan minum. Cara pengukuran panjang badan diukur dengan tongkat ukur

yang dilakukan membentuk garis miring dari benjolan depan pangkal kaki depan

sampai benjolan tulang duduk atau tulang tapis. Lingkar dada diukur dengan

melingkar pita ukur dari tulang dada dibelakang tulang bahu dan belikat

menggunakan pita ukur dan tinggi pundak diukur dengan tongkat ukur.

Pengukuran tinggi pundak dilakukan dari dasar tanah sampai titik tertinggi

pundak secara tegak lurus.

3.5. Parameter Yang Diteliti


Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini berdasarkan rumus sesuai
petunjuk Fattah (2016)antara lain :

24
1. Pertambahan panjang badan harian (PPBH)

PB ak− PB aw
PPBH =
t(hari)

Ket : P. BDaw = Panjang badan awal (cm)


P. BDak = Panjang badan akhir (cm)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

2. Pertambahan lingkar dada harian (PLDH)

LD ak− LD aw
PLDH =
t(hari)

Ket : LDaw = Lingkar dada awal (cm)


LDak = Lingkar dada akhir (cm)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

3. Pertambahan tinggi pundak harian (PTPH)

TP ak− TP aw
PTPH =
t(hari)

Ket : TPaw = Tinggi pundak awal (cm)


TPak = Tinggi pundak akhir (cm)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

4. Pertambahan bobot badan harian (PPBH)

Berat badan akhir (W2) – Berat badan awal (W1)


PBBH =
Lama waktu pemeliharaan (t)

25
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian ini ditabulasi dan di analisis menurut
prosedur sidik ragam ANOVA ( Analysis Of Variance )untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap variabel yang diukur (Steel dan Torrie, 1993).

Yij=μ+ i +εij
Di mana:

Yij= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j


μ= nilai tengah umum
i= pengaruh perlakuan ke-i

ε = galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j


ij

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Ternak Penelitian

Berdasarkan pengamatan secara eksterior pada tahap awal, ternak kambing yang

digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan yang sehat, yang ditandai dengan

pergerakan tubuh yang lincah, pancaran mata yang tajam serta nafsu makan yang baik

dan tidak ditemukan hal-hal yang mengganggu proses penelitian. Meskipun minggu awal

penelitian (masa adaptasi) semua ternak menunjukkan gejala yang kurang baik dengan

menurunnya nafsu makan kemudian berangsur-angsur membaik setelah ternak

beradaptasi dengan ransum yang diberikan serta kandang penelitian yang ditempati. Hal

ini diduga karena ternak dalam proses adaptasi dengan ransum yang diberikan akan

tetapi gejala-gejala tersebut hilang dengan sendirinya.

Pada minggu pertama masa pengumpulan data (minggu pertama), ternak yang

mendapatkan perlakuan R0, R1, R2 dan R3 menunjukkan respon yang kurang baik

terhadap ransum ditandai dengan tidak menghabiskan ransum yang diberikan sehingga

ternak kambing disuapi dengan suplemen yang tersisa. Akan tetapi minggu ke-2 masa

pengumpulan data semua ternak menunjukkan respon yang baik terhadap ransum yang

diberikan sampai pada akhir masa pengumpulan data.

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan harian merupakan suatu refleksi dari akumulasi

konsumsi, fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-zat pakan di dalam tubuh ternak

(Jesse et al, 1976). Rataan pertambahan berat badan harian ternak kambing kacang

tersaji Tabel pada berikut.

27
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing
Kacang (gram/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total Rataan
R0 R1 R2 R3
I 47.19 50.77 43.88 57.65 199.49 49.87
II 53.57 81.12 49.49 38.78 222.96 55.74
III 55.87 66.58 45.15 29.85 197.45 49.36
Total 156.63 198.47 138.52 126.28 619.9
Rataan 52.21 66.16 46.17 42.09 38.74

Pada Tabel 4 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R1 diperoleh

pertambahan berat badan yang tertinggi sebesar 66,16 g/ekor/hari, R0 52,21 g/ekor/hari,

R2 sebesar 46,17 g/ekor/hari dan diikuti perlakuan R3 sebesar 42,09 g/ekor/hari.

Tingginya perlakuan R1 disebabkan tingginya konsumsi ransum pada perlakuan

tersebut sebagai akibat dari tingginya nutrisi yang dikonsumsi dan dicerna dalam bentuk

bahan kering dan bahan organik. Menurut Iswoyo dan Widiyaningrum (2008)

Kecenderungan meningkatnya pertambahan bobot badan menunjukkan adanya

keterkaitan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi dan tingkat kecernaan pakan.

Semakin tinggi konsumsi dan tingkat kecernaan pakan, akan menghasilkan pertambahan

bobot badan yang lebih baik. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi dan kecernaan pakan

merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi produktivitas ternak,

demikian juga jumlah pakan yang dikonsumsi mempengaruhi pertambahan bobot badan

dan kecepatan pertumbuhan, dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju

pertumbuhan.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh

tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan harian (P>0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian suplementasi pakan konsentrat yang mengandung tepung tongkol

jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan

28
harian ternak kambing yang disebabkan karena keseragaman konsumsi pakan ternak

dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk hidup pokok. Pertambahan bobot

hidup terjadi apabila ternak mampu mengubah zat-zat pakan yang diperoleh menjadi

produk ternak seperti lemak dan daging, setelah kebutuhan pokok terpenuhi Rianto dkk,

(2006) menjelaskan bahwa konsumsi protein yang tinggi ternyata tidak memberikan

harapan terhadap peningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini karena pertambahan

bobot badan pada ternak tidak hanya merupakan fungsi deposisi protein, melainkan juga

merupakan fungsi deposisi lemak.

Penambahan Zn dalam bentuk Biokompleks pada penelitian ini tidak dapat

berpengaruh pada pertambahan bobot hidup. Menurut Mc Dowell (1992) dan NRC

(2001), kebutuhan harian Zn untuk ternak domba sekitar 20-33 mg/ kg per bobot hidup,

dimana pada penelitian ini ternyata penambahan Zn-Biokomples sebesar 2,06g tidak

memberikan respon yang signifikan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara keempat

perlakuan terhadap PBBH yang diduga karena konsumsi juga menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata. Hal ini berarti bahwa metode pemberian pakan tidak memberikan

pengaruh terhadap pertambahan bobat harian hidup. Menurur Soeparno (1992) dan

Parakkasi (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi PBBH adalah konsumsi pakan,

semakin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi, semakin tinggi pula laju pertumbuhan

ternak. .

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak Kambing


kacang

Panjang badan harian merupakan gambaran pertumbuhan tulang belakang dan

tulang pinggang. Nilai rataan panjang badan harian kambing kacang dilihat pada Tabel

5.

29
Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan Kambing
Kacang (cm/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total Rataan
R0 R1 R2 R3
I 0.12 0.16 0.12 0.12 0.52 0.13
II 0.22 0.20 0.17 0.16 0.75 0.18
III 0.17 0.24 0.24 0.13 0.78 0.19
Total 0.51 0.59 0.54 0.41 2.05
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14 0.12

Pada Tabel 5 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki rataan

pertambahan panjang badan harian sebesar 0,17 cm/ekor/hari, kemudian ternak yang

mendapat perlakuan R1 sebesar 0,20 cm/ekor/hari perlakuan R2 sebesar 0,18

cm/ekor/hari dan perlakuan R3 0,14 cm/ekor/hari.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh

tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan ternak kambing kacang. Hal

ini menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat yang mengandung tepung

tongkol jagung fermentasi dengan level berbeda memberikan pengaruh yang relatif sama

terhadap pertambahan panjang badan kambing kacang betina. Hal ini diduga karena

kandungan nutrisi ransum penelitian yang relatif hampir sama terutama protein dan

energi sehingga menyebabkan konsumsi dan kecernaan pakan yang tidak berbeda untuk

meningkatkan pertambahan panjang badan ternak. Demikian pula dengan kandungan

mineral yang berperan dalam menunjang pertumbuhan ternak (kalsium, fosfor dan

kalium) diduga relatif sama dan cukup seimbang antar ransum perlakuan.Defisiensi

mineral kalsium dapat mengganggu proses pencernaan (Soetan et al, 2010), maka akan

berdampak pada pertambahan panjang badan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa mineral

tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan pada ternak. fosfor memiliki peran dalam proses metabolisme, komponen

30
adenosine trifosfat (ATP) dan asam nukleat. Dalam proses pencernaan, fosfor terdapat

pada air liur, berperan untuk membantu proses mencerna pakan. Kalium merupakan

mineral yang berperan pada otot dan saraf terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan

kofaktor pada sintesis protein, kalium berfungsi sebagai kation sel, pengatur osmotik

cairan dan keseimbangan asam basa. Ditambahkan Pujiastari et al, (2015) menyatakan

bahwa kalsium dalam tubuh memiliki peranan yang penting sehubungan dengan

peranannya dalam pembentukan tulang yang berdampak pada pertambahan panjang

badan.

4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak Kambing


Kacang

Rataan pertambahan lingkar dada disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Pengarun Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak


Kambing Kacang (cm/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total Rataan
R0 R1 R2 R3
I 0.23 0.30 0.30 0.22 1.05 0.26
II 0.20 0.28 0.15 0.15 0.78 0.19
III 0.23 0.22 0.24 0.21 0.9 0.22
Total 0.66 0.81 0.69 0.57 2.73
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19 0.16

Pada Tabel 6 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki rataan

PLDH sebesar 0,22 cm/ekor/hari, kemudian ternak yang mendapat perlakuan R1 sebesar

0,27 cm/ekor/hari perlakuan R2 sebesar 0,23 cm/ekor/hari dan perlakuan R3 sebesar 0,19

cm/ekor/hari.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata

(P>0,05) terhadap ukuran lingkar dada kambing kacang betina. Hal ini berarti bahwa

pemberian hijauan lamtoro dan konsentrat memberikan pengaruh yang relatif sama untuk
31
menunjang pertumbuhan tulang dan otot selama masa pertumbuhan. Hal ini juga

disebabkan karena pakan yang diberikan mengandung protein dan energi yang tidak

jauh berbeda sehingga tidak terdapat perbedaan dalam menghasilkan pertambahan

jaringan otot lemak tubuh pada bagian dada.Menurut Gunawan dkk, (2016) bahwa

kandungan nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam

pakan yang diberikan hampir sama tidak memberikan pengaruh terhadap lingkar dada

ternak. Kondisi yang sama menyebabkan pertumbuhan kambing relatif sama. Apabila

kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka kebutuhan tersebut akan

dipenuhi dari degradasi jaringan (Tillman et al, 2005) sehingga akan berpengaruh

terhadap lingkar dada. Malelak (1988) menyatakan bahwa lingkar dada merupakan

komponen yang di pengaruhi dua faktor sekaligus yaitu pertumbuhan kerangka tubuh

(tulang) dan pertumbuhan jaringan otot diantara kedua komponen tersebut pertumbuhan

tulang paling besar disusul pertumbuhan otot dan lemak, selanjutnya dinyatakan bahwa

perototan ternak berpengaruh langsung terhadap konfirmasi tubuh demikian juga dengan

pertumbuhan tulang. Lingkar dada merupakan bagian tubuh yang mengalami

pembesaran ke arah samping.

Didukung oleh pendapat (Doho, 1994) Pertambahan bobot badan ternak

menyebabkan ternak tambah besar dan di ikuti dengan pertambahan dan perkembangan

otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat.

32
4.5.Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang

Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun tulang kaki depan dan

tulang penyusum punggung hasil rataan tinggi pundak kambing kacang dalam

penelitian ini terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak


Kambing Kacang(cm/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total Rataan
R0 R1 R2 R3
I 0.15 0.18 0.20 0.12 0.65 0.16
II 0.11 0.21 0.11 0.10 0.53 0.13
III 0.18 0.13 0.13 0.17 0.51 0.12
Total 0.44 0.53 0.44 0.39 1.69
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13 0.10

Pada Tabel 7 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki

rataan pertambahan tinggi pundak harian sebesar 0,15 cm/ekor/hari, kemudian

ternak yang mendapat perlakuan R1 sebesar 0,18 cm/ekor/hariperlakuan R2 sebesar

0,15 cm/ekor/hari dan pada ternak yang mendapatkan perlakuan R3sebesar 0,13

cm/ekor/hari.

Perlakuan R1 memperoleh pertambahan tinggi pundak yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya karena kandungan protein dan karbohidrat yang

seimbang dalam ransum. Mc Donald et al, (2002) yang menyatakan bahwa dalam

periode pertumbuhan ternak membutuhkan kandungan zat-zat pakan yang

berimbang dalam ransum terutama protein dan karbohidrat karena akan digunakan

untuk pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh.

33
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh

tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi pundak ternak kambing kacang. Hal ini diduga

disebabkan karena pemberian hijauan lantoro yang tidak memperhatikan aspek

kecukupan nutrisi dari ternak dan ketika ransum tersebut ditambahkan pakan

konsentrat memberikan pengaruh terhadap produksi ternak sehingga terjadinya

pertumbuhan otot dan pertumbuhan tulang dengan kecepatan yang sama. Sugeng

(2004) bahwa ukuran tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang dimana

meningkat atau tinggi sejak ternak lahir sampai dengan umur penyapihan kemudian

menurun sampai ternak dewasa. Menurut Herd, (1986) dikutip Gunawan (2016)

bahwa pertumbuhan ternak secara langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor eksternal dan faktor intenal, fakor eksternal yang dominan dalam

mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan sedangkan faktor internal

yang paling mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik dan endokrin. Faktor

lingkungan dan pakan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhannya

(Handiwirawan dan Subandryo, 2004)

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa suplementasi

konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi sampai dengan

level 30 % ditambahkan Zn-Biokompleks memberikan respon yang relatif sama

dengan pemberian konsentrat tanpa suplementasi tepung tongkol jagung terfermentasi

yang ditambhan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang.

5.2. SARAN

Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, maka disarankan :

1. Tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks dapat

digunakan sebagai suplemen pakan konsentrat yang digunakan dalam penelitian

ini sampai dengan level 30 %.

2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui batas toleransi optimum

tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks sebagai

suplemen pakan konsentrat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aberte DE, Forrest JC, Gerrard DF, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science. 4th
Edition. Freeman WH and Company. San Francisco, United States of America

Alexandre GJ, Fleury O, Coppry H, Archimede, Xande A . 2002. Effect Of Mode


Ofzsupplementation Upon Milk And Growth Performances Of Suckling
Creole Goats And Their Kids Reared at Pasture In Guadeloupe. Livestock
Research For Rural Development 14 (1): 141-150.

Alam MK, Ogata Y, Sato Y, Sano H. 2016. Effects of Rice Straw Supplemented
with Urea and Molasses on Intermediary Metabolism of Plasma Glucose and
Leucine in Sheep. Asian Australas. J. Anim. Sci. 29 (4): 523-529.

Anggraeny YN, Umiyasih U. 2005. Tinjauan tentang upaya penyedian hijauan pakan
ternak sepanjang tahun dilahan kering. Prosiding. Seminar Nasional
Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering, hal. 125-
130
Anggorodi R. 1991. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Aylianawaty E, Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah tongkol
jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasil fermentasi substrat padat
dengan bantuan Aspergillus niger. Available at http:// www .lppm. wima. ac.
id/ailin.pdf. Accession date: 15 Juni, 2009.

Bamualim A. 1988. Peranan Peternakan dalam Usahatani di Daerah Nusa Tenggara.


Jurnal Litbang Pertanian 7 (3) : 69-74.

Batubara AM, Doloksaribu B, Tiesnamurti. 2007. Potensi keragaman sumberdaya


genetik kambing lokal indonesia. Prossiding. Lokakarya Nasional
Pengololaan dan Perlindungan Sumber daya Genetik di Indonesia. Bogor, 20
Desember 2006. Jakarta. ISBN 978-979-8308-66-6. Hal 245-265.

Bekti N, Sunandar Y, Widiawati A, Hanafiah E, Gustani, Tedy S. 2013.


Pengembangan pemanfaatan bungkil inti sawit (Bis) untuk meningkatkan
produksi susu (sebesar 20%) sapi perah di Jawa Barat. Prosiding. Ekspose
dan Seminar Nasional Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan. Makasar Juni
2013.

BPS NTT.2016.Nusa Tenggara Timur dalam Angka 2015.

Church DC, Pond WG. 1982. Basic animal nutrition and feeding 2nd ed. John Wiley
and Son. New York. Singapore.

36
Darwin P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional: Sinar
Ilmu.

Devendra C, Burns M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut


Teknologi Bandung.

Doho SR.1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada
domba ekor gemuk. Thesis, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fattah S. 2016. Manajemen Ternak Potong. Undana Press.

Gunawan IW, Suwiti NK, Sampurna P. 2016 . Pengaruh pemberian mineral terhadap
lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh sapi bali jantan. Buletin Vateriner
Udayana. 8 (2) : 128-134

Handiwirawan E, Subandriyono. 2004. Potensi dan keragaman sumber daya genetik


sapi bali. Wartazoa 14 (3) : 107-117.

Herman AS. 1985. Prinsip dasar pembuatan dan pengawasan mutu tahu. BPPIHP,
Bogor.

Holcomb GH, Kiesling, Lofgreen G. 1984. Digesttibility of diets and performance by


steers Varying energy and protein level in feedlot receiving program.
Livestock research beefs and cattle growers shorts course. New Mexico state
University

Iswoyo dan Widiyanigrum. 2008. Pengaruh jarak waktu pemberian pakan konsentrat
dan hijauan terhadap produktivitas kambing peranakan etawa lepas sapih.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XI (2) : 70-74

Jalaludin, 1987. Kualitas rumput alam kering hasil amoniasi dengan urea sebagai
amoniak ( NH3). Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.
Kupang.

Jesse GW, Thomson GB, Clark JL, Hedrick HB, Weimer KG. 1976. Effectof ration
energy and slaughter weighton composition of empty body and carcass
gain of cattle. J. Anim. Sci. 43:418-425.

Kartadisastra HR. 1997. Penyediaan Pengololaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi,


Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta.

37
Kusuma A. 2013. Persentase Non Karkas Kambing Kacang, Kambing Peranakan
Ettawa (PE) dan Kambing Kacang Jantan Umur Satu Tahun. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Diponegoro.

Lukman MA, Saefuddin, Mansjoer SS. 1987. Pendugaan beberapa ukuran kambing
kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol. Media Peternakan 12 : 94-
103

Malelak GE. 1988. Analisis pertumbuhan finansial penggunaan (BSPGL) pada


pemeliharaan sapi bali jantan muda. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas
Nusa Cendana. Kupang.

Mc DOWELL LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press,
USA.

Mc Donald P, Edwards R, Greenhalg J, Morgan C. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed.


Logman Scienttificand Technical John Willey and Sons Inc. NewYork. Hlm
90-95.

NRC. 2001. Nutrient Requirement of Domestic Animals, Nutrient Requirement of


Sheep. Fifth edition. NAS-NRC, Washington, DC.

Natasasmita A. 1983. Aspek pertumbuhan dan perkembangan dalam produksi


ternak daging. Buletin Makanan Ternak Institut Pertanian Bogor.

Parakkasi. 1999. Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminansia. Universitas


Indonesia Perss, Jakarta.

Pujiastari NNT, Suastika P, Suwiti NK. 2015. Kadar Mineral Kalsium dan Besi Pada
ternak di Lahan Persawahan. Buletin Veteriner Udayana, 7(1):67-72.

POWER R, HORGAN K. 2000. Biological chemistry and absorption of inorganic


trace mineral. In:Biotechnology in the Feed Industry, Prock. Alltech’s
16thAnnual Symposium. T.P. Lyons and K.A. JACQUES (Eds). Nottingham
Universitiy Press. pp. 277-291

Rianto ED, Anggalina, Dartosukarno S, Purnomoadi A. 2006. Pengaruh metode


pemberian pakan terhadap produktivitas domba ekor tipis. Prosiding. Seminar
Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Puslitbang Peternakan- Badan Litbang
Pertanian. Bogor. 361-364

38
Richana NP, Lestina, Irawadi, TT. 2004. Karakterisasi lignoselulosa : xilan dari
limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri RXA
III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-17.

Richana Nur, Susilo BA, Santosa. 2008. Teknologi pengolahan pangan lokal dari
jagung. Teknologi pengolahan untuk penganekaragaman konsumsi pangan.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. 7
(20) ISBN : 978-979-1116-14-5.

Rose SP. 1997. Principles of Poultry Science. Cab International, Wallingford,


Inggris.

Rosnah Upik S. 1998. Studi pengaruh ketinggian tempat terhadap status faali dan
produktivitas sapi Bali di Timor Barat. Tesis. Program Pascaserjana
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Saputra Y, Sudewo ATA, Utami S. 2013. Hubungan antara lingkar dada panjang
badan tinggi badan dan lokasi dengan produksi susu kambing sapera. J. Ilmiah
Peternakan 1 (3) : 1173-1182

Sugeng YB. 2004. Sapi Potong Cetakan xiv. Penebar Suardaya. Jakarta

Suhartanto B, Widyobroto BP, Utomo R. 2003. Produksi ransum lengkap (complete


feed) dan suplementasi unde graded protein untuk meningkatkan produksi dan
kualitas daging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan
(Hibah Bersaing X/3). Lembaga Penelitian Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta. Hal 87 – 90.

Sobang YUL. 2005. Kinerja Fisiologis, Hematologi dan produksi sapi bali
penggemukan yang diberi pakan konsentrat berbasis pakan lokal. Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan Undana.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Revisi Cetakan keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Supriyanti S, Hidayat, Sadiran 2001. Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balitnak,


Bogor.

Soetan KO, Olaiya CO, Oyewole OE. 2010. The importance of mineral elements for
humans, domestic animals and plants : A Review. African J.Food Sci, 4 (5):
200-222.

39
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Bambang
Suanti. Gramedi, Jakarta.

Schal broeck. 2011. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate
Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Sri Rachma. 2007. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan sapi Bali di kabupaten
Bone dan Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Teknologi. Fakultas
Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.7 (2) : 103–108.

Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo, Lebdosoekojo S. 1991.


Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahyono DE, Hardiyanto R. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk
pengembangan usaha sapi potong. Loka karya Nasional Sapi Potong. IPB
Bogor. hal 66-76.

Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan Kambing


Kacang (g/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total
R0 R1 R2 R3
I 47.19 50.77 43.88 57.65 199.49
II 53.57 81.12 49.49 38.78 222.96
III 55.87 66.58 45.15 29.85 197.45
Total 156.63 198.47 138.52 126.28 619.9
Rataan 52.21 66.16 46.17 42.09

∑𝑦2
FK =
𝑟𝑡
(619,9)²
= 12

= 32,023

JKTotal = ∑ Yu2- FK
u

= (47,19)2 + (50,77)2 + . . . . + (29,85)2 – 32.023

= 11917,711

𝑌²𝑖1 + …….+𝑌²𝑖𝑛
JKPerlakuan = −FK
𝑟

(156,63)2 + (198,47)2 + …….+(126,28)²


= −32.023
3

= 996,2414

41
JK perlakuan
KTPerlakuan =
t−1

996,2414
=
3

= 332,0805

JK galat
JKGalat =
(t−1)(r−1)

921,4698
=
8

= 115,1837

ANOVA
Sumber Keragaman SS Df MS F P-value F crit
Perlakuan 996.2414 3 332.0805 2.88305 0.102731 4.066181
Galat 921.4698 8 115.1837
Total 1917.711 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

42
Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak
Kambing Kacang (cm/ekor/hari)

Perlakuan
Ulangan Total
R0 R1 R2 R3
I 0.12 0.16 0.12 0.12 0.52
II 0.22 0.20 0.17 0.16 0.75
III 0.17 0.24 0.24 0.13 0.78
Total 0.51 0.59 0.54 0.41 2.05
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14

∑𝑦2
FK =
𝑟𝑡

(2,05)²
=
12

= 0,350208

JKTotal = ∑ Yu2- FK
u

= (0,12)2 + (0,16)2 + . . . . + (0,13)2 – 0,350208

= 0.022378

𝑌²𝑖1 + …….+𝑌²𝑖𝑛
JKPerlakuan = −FK
𝑟

(0,51)2 + (059)2 + …….+(0,4)²


= −0,350208
3

= 0,005681

43
JK perlakuan
KTPerlakuan =
t−1

0,005681
=
3

= 0.001894

JK galat
JKGalat =
(t−1)(r−1)
0,016696
=
8

= 0,002087

ANOVA
Sumber Keragaman SS Df MS F P-value F crit
Perlakuan 0.005681 3 0.001894 0.907393 0.479151 4.066181
Galat 0.016696 8 0.002087
Total 0.022378 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

44
Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak
Kambing Kacang (cm/ekor/hari).

Perlakuan
Ulangan Total
R0 R1 R2 R3
I 0.23 0.30 0.30 0.22 1.05
II 0.20 0.28 0.15 0.15 0.78
III 0.23 0.22 0.24 0.21 0.9
Total 0.66 0.81 0.69 0.57 2.73
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19

∑𝑦2
FK =
𝑟𝑡

(2,73)²
=
12

= 0,621075

JKTotal = ∑ Yu2- FK
u

= (0,23)2 + (030)2 + . . . . + (0,21)2 – 0,621075

= 0,028216

𝑌²𝑖1 + …….+𝑌²𝑖𝑛
JKPerlakuan = −FK
𝑟

(0,66)2 + (0,81)2 + …….+(0,57)²


= −0,621075
3

= 0,009329

45
JK perlakuan
KTPerlakuan =
t−1

0,009326
=
3

= 0,003109

JK galat
JKGalat =
(t−1)(r−1)

0,01889
=
8

= 0,002361

ANOVA
Sumber Keragaman SS Df MS F P-value F crit
Perlakuan 0.009326 3 0.003109 1.316528 0.334745 4.066181
Galat 0.01889 8 0.002361
Total 0.028216 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

46
Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang (cm/ekor/hari).

Perlakuan
Ulangan Total
R0 R1 R2 R3
I 0.15 0.18 0.20 0.12 0.65
II 0.11 0.21 0.11 0.10 0.53
III 0.18 0.13 0.13 0.17 0.61
Total 0.44 0.53 0.44 0.39 1.8
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13

∑𝑦2
FK =
𝑟𝑡

(1,8)²
=
12

= 0,27

JKTotal = ∑ Yu2- FK
u

= (0,15)2 + (0,18)2 + . . . . + (0,17)2 – 0,27

= 0,015741

𝑌²𝑖1 + …….+𝑌²𝑖𝑛
JKPerlakuan = −FK
𝑟

(0,44)2 + (0,53)2 + …….+(0,39)²


= −0,27
3

= 0,003343

47
JK perlakuan
KTPerlakuan =
t−1

0,003343
=
3

= 0,001114

JK galat
JKGalat =
(t−1)(r−1)

0,012398
=
8

= 0,00155

ANOVA
Sumber Keragaman SS Df MS F P-value F crit
Perlakuan 0.003343 3 0.001114 0.718964 0.568091 4.066181
Galat 0.012398 8 0.00155
Total 0.015741 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

48
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1993 di


Kadumbul, Desa Palakahembi, Kecematan Pandawai,
Kabupaten Sumba Timur. Penulis merupakan putri ke
empat dariempat bersaudaradari Bapak Nggaji Walu
Wanja dan Ibu Djera Ata Yewa. Pada Tahun 2001 penulis
mengawli pendidikan pada Sekolah Dasar Inpres Negeri
Watumbaka tamat pada tahun 2006.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Pandawai tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah MenengahAtas (SMA) Negeri 1
Pandawai mengambil Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan tamat berijazah tahun
2013 Pada tahun yang sama penulis melenjutkan perkuliahan di kampus Akademik
Komunitas Sandlewood Diploma II Sumba Timur dan tamat berijazah tahun 2015.
Pada Tahun 2016 penulis melanjutkan perkuliahan melalui jalur transfer dan diterima
sebagai mahasiswi di Fakultas Peternakan Univeritas Nusa Cendana hingga akhir
penulisan skripsi ini.
Atas penyertaan kasih Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa dan Roh kudus, maka
penulis dapat meyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Nusa
Cendana dengan menempuh lama studi 3 tahun.

Kupang, 31 Januari 2019

Mersy Hana Ataluki

49

Anda mungkin juga menyukai