Anda di halaman 1dari 20

MODUL 5

SIKLUS REPRODUKSI

Pendahuluan
Reproduksi secara harafiah berarti memproduksi kembali atau menghasilkan
benda tiruan dari pada aslinya. Sehingga biasa dikatakan bahwa reproduksi adalah suatu
kegiatan menggandakan suatu benda (contoh : memfoto kopi).
Dalam dunia mamalia reproduksi mempunyai makna perkembangbiakan yaitu
suatu usaha untuk menghasilkan keturunan. Dengan demikian reproduksi menyangkut
proses berurutan yang terjadi di dalam individu yaitu : kelahiran, pubertas, dewasa,
perkawinan, bunting dan melahirkan, sehingga biasa diartikan sebagai suatu proses
menghasilkan kembali suatu makluk seperti dirinya (menggandakan diri).

Pubertas
Pubertas dapat didefenisikan sebagai umur atau waktu dimana organ-organ
reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Pubertas tidak
menandakan kapasitas repoduksi yang normal dan sempurna, yang masih akan tercapai
kemudian. Pada hewan jantan pubertas ditandai oleh kesanggupannya berkopulasi dan
menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pada
hewan betina pubertas dicerminkan oleh terjadinya estrus tercapai, sehingga hewan
betina muda tersebut harus menyediakan makan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh anaknya. Jadi, seekor hewan betina muda yang baru dewasa kelamin
membutuhkan lebih banyak pakan dan ia akan menderita lebih banyak stress apabila
dikawinkan pada umur tersebut dibanding dengan hewan betina yang sudah dewasa
tumbuh.
Sebelum pubertas saluran reproduksi betina dan ovarium perlahan-lahan
bertambah dalam ukuran dan tidak memperlihatkan aktivitas fungsional. Pertumbuhan
yang lambat ini sejalan dengan pertambahan berat badan sewaktu hewan berangsur
dewasa. Apabila suatu umur atau berat badan telah dicapai dan ovulasi pertama terjadi
walaupun dalam beberapa kasus ovulasi pertama tidak disertai oleh estrus. Estrus dan
ovulasi pertama disertai oleh kenaikan ukuran dan berat organ reproduksi secara cepat.

86
Hormon dan Pubertas
Pertumbuhan dan perkembangan organ-organ kelamin betina sewaktu pubertas
dipengaruhi oleh hormon-hormon gonadotropin dan hormon-hormon gonadal. Pelepasan
FSH ke dalam perkembangan folikel dan ovarium. Sewaktu folikel-folikel tersebut
bertumbuh dan menjadi matang berat ovarium meninggi dan estrogen disekresikan di
dalam ovarium untuk dilepaskan ke dalam aliran darah. Estrogen menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan saluran kelamin betina. Apabila folikel-folikel menjadi
matang, maka ova dilepaskan (ovulasi) dan turun ke dalam tuba falopii.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa permulaan pubertas pada hewan betina adalah
akibat pelepasan tiba-tiba hormon gonadotropin dari kelenjar adenohipofisis ke dalam
aliran darah dan bukan karena dimulainya secara tiba-tiba produksi hormon-hormon
tersebut.
Mekanisme neurohumoral yang menyebabkan pelepasan gonadotropin dari
kelenjar adenohipofisis berhubungan dengan permulaan terjadinya pubertas. Faktor-
faktor pelepas khusus untuk berbagai hormon hipofisis telah diisolir dari hipotalamus.
Faktor-faktor ini perlu menyebabkan pelepasan gonadotropin dari hipofisis ke dalam
aliran darah sebelum estrus dan ovulasi pertama terjadi.
Rangsangan-rangsangan neural tertentu dapat mempercepat timbulnya pubertas
pada beberapa hewan betina. Hal ini mungkin berarti bahwa rangsangan-rangsangan
neural menyebabkan hipotalamus menghasilkan atau melepaskan faktor-faktor pelepas
yang sebaliknya menyebabkan pelepasan gonadotropin ke dalam aliran darah.

Umur dan Berat Badan Saat Pubertas


Terjadinya estrus pertama pada hewan betina muda sangat menyolok karena
timbul secara tiba-tiba. Hal ini berarti bahwa timbulnya pubertas mungkin berhubungan
melalui beberapa jalan dengan suatu perubahan keseimbangan antara pengeluaran
gonadotropin dan hormon pertumbuhan oleh elenjar adenohipofisis.
Umur dan berat badan sewaktu timbulnya pubertas berbeda-beda menurut
spesies. Karena pengaruh lingkungan, estrus sering terjadi pada umur yang sedemikian
rendahnya sehingga apabila terjadi konsepsi, maka kelahiran akan menjadi berbahaya
karena ukuran kecil dan kurangnya perkembangan hewan iduk. Oleh karena itu hewan
betina muda tidak boleh dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkin uatu

87
kebuntingan dan kelahiran normal. Dengan pakan dan manajemen yang baik seekor sapi
dara dapat dikawinkan pada umur 10 sampai 15 bulan dan kuda pada umur 24 bulan.
Tabel 5.1. Umur pubertas pada hewan betina
Jenis hewan Umur pubertas
Kuda 10-24 (rata-rata 18 bulan)
Sapi bangsa Eropah 6-18 bulan
Sai Brahman dan Zebu 12-30 bulan
Kerbau 24-36 bulan
Domba 6-12 bulan
Babi 5-8 (rata-rata 6 bulan)
Karena pubertas berkembang jauh sebelum dapat terjadi konsepsi, kebuntingan
dan kelahiran normal, maka sapi-sapi dara Eropah yang bertumbuh baik tidak
dikawinkan sebelum mencapai umur 14 sampai 18 bulan. Sapi-sapi potong dan sapi
perah yang kurang baik pertumbuhannya baru dapat dikawinkan sesudah mencapai umur
18 sampai 24 bulan. Kuda betina sebaiknya tidak dikawinkan sebelum berumur 24
sampai 36 bulan. Sesudah perkawinan ternak dara maka level pakan selama kebuntingan
pertama harus cukup untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan agar pada
saat menjelang kelahiran (partus) tidak terjadi komplikasi-komplikasi seperti kesulitan
melahiran (distokia).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pubertas


Karena purbetas dikontrol oleh mekanisme-mekanisme fisiologis tertentu yang
melibatkan gonad dan kelenjar adenohipofisis, maka pubertas tidak luput dari pengaruh
herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut.
Musim
Pemeriksaan ovaria pada babi menunjukkan bahwa musim kelahiran mempunyai
pengaruh sangat nyata terhadap pubertas. Begitupun dengan domba-domba di daerah
beriklim sedang adalah ternak yang kawin bermusim dengan etrus pada betina dewasa
hanya terjadi pada akhir musim panas atau permulaan musim gugur. Domba-domba
muda yang mungkin sudah cukup umur dan berat badannya secara fisiologis telah
mencapai pubertas beberapa minggu atau bulan sebelum musim kawin tetapi tidak
memperlihatkan tanda-tanda luar pubertas sampai tiba saatnya musim kawin.

Suhu
Pada sapi-sapi dara yang dipelihara di dalam kandang dengan suhu 24,9 0C
pubertas dicapai rata-rata pada umur 398 hari dibanding dengan 300 hari pada suhu 0 0C.

88
Pada sapi-sapi dara yang ditempatkan di kandang terbuka dan berhubungan dengan
kondisi udara luar, pubertas dicapai pada umur 320 hari.

Pakan
Pakan yang cukup perlu untuk fungsi endokrin yang normal. Tingkatan pakan
nampaknya mempengaruhi sintesa maupun pelepasan hormon dari kelenjar endokrin.
Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi betina muda dihambat oleh
kekurangan organ reproduksi betina muda dihambat oleh kekurangan pakan tanpa
membedakan apakah karena tingkatan rendah energi, protein, mineral atau vitamin.
Pada sapi potong dan babi dara penurunan tingkatan pakan umumnya memperlambat
timbulnya pubertas, sedangkan tingkatan pakan yang tinggi mempercepat pubertas tetapi
menyebabkan peninggian berat badan pada saat itu. pertambahan berat badan lebih cepat
antara waktu lahir dan waktu disapih dan antara waktu disapih dan pada umur 396 hari
akan mempercepat timbulnya pubertas pada sapi-sapi potong dara. Kelambatan
timbulnya pubertas karena kekurangan pakan mungkin disebabkan oleh kadar
gonadotropin yang dihasilkan kelenjar adenohipofisis, kurang responsifnya ovaria atau
mungkin karena kegagalan ovaria untuk menghasilkan estrogen dengan jumlah yang
cukup.

Faktor-faktor Genetik
Faktor-faktor genetik yang mempengaruhi umur pubertas dicerminkan oleh
perbedaan antar bangsa, strain, kelompok pejantan dan oleh persilangan dan inbreeding.
Beberapa bangsa sapi perah mencapai pubertas sebelum bangsa sapi potong. Pada
umuninya,bangsa sapi brahman dan zebu mencapai pubertas 6 sampai 12 bulan lebih
lambat dari bangsa-bangsa sapi Eropah. Kuda dan sapi yang tergolong kedalam bangsa-
bangsa besar cenderung lebih rnasak lambat daripada bangsa-bangsa kecil. Inbreeding
pada babi, sapi dan domba cenderung memperlambat umur pubertas, sebaliknya cross
breeding mempercepat umur pubertas.

89
Musim Kawin
Hewan-hewan betina dari beberapa spesies memperlihatkan siklus reproduksi
secara terus menerus sepanjang tahun apabila tidak terjadi kebuntingan. Pada hewan-
hewan betina spesies lain, kejadian siklus berahi yang berturut-turut pada betina yang
tidak bunting hanya terbatas pada musim tertentu dalam satu tahun yang disebut musim
kawin (breeding season). Selama musim kawin fungsi-fungsi reproduksi sama dengan
hewan hewan yang kawin tidak bermusim. Akan tetapi sebelum dan sesudah musim
kawin, saluran reproduksi dan ovaria pada hewan betina berada dalam suatu keadaan
yang relatif tenang atau inaktif (anestrus). Kebanyakan jenis hewan liar mempunyai
musim kawin tertentu, yaitu pada waktu dimana kondisi-kondisi lingkungan yang baik
memungkinkan kehidupan anak secara optimum. Jadi, anaknya akan lahir pada waktu
persediaan pakan cukup bagi induk untuk menghasilkan susu, dan suhu serta kondisi-
kondisi iklim lainnya optimum untuk kehidupan dan pertumbuhan anak.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Musim Kawin


Lamanya Siang Hari (Photo-period)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa periodisitas kegiatan reproduksi
menurut musim pada domba dipengaruhi oleh lamanya siang hari atau lamanya
penyinaran terhadap ternak tersebut. Bangsa-bangsa domba di Amerika Utara hanya
memperlihatkan estrus pada musim gugur dan musim dingin, pada waktu siang hari
sangat pendek. Apabila musim semi dan musim panas tiba, dengan siang harinya yang
cukup lama, maka domba domba betina tersebut kembali ke keadaan anestrus, yaitu
keadaan sebelum pubertas. Jadi domba berespons terhadap siang hari yang semakin
berkurang dan disebut pekawin hari pendek (short day breeders). Sebaliknya unggas
berespons terhadap siang hari yang bertambah dan disebut pekawin hari panjang (long
day breeders). Di Indonesia dan negara tropis lainnya, dimana tidak terdapat perbedaan
lamanya siang dan malam hari, kegiatan reproduksi hewan-hewan betina setempat
berlangsung sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim.

Suhu
Musim reproduksi oleh domba mungkin pula dipengaruhi oleh suhu. Dengan
menempatkan domba betina di suatu kamar dingin selama akhir Mei sampai Oktober,
musim reproduksi ternak tersebut terjadi 8 minggu lebih awal daripada domba-domba
betina kontrol. Penempatan domba betina pada suhu konstan 32,3°C selama satu bulan

90
sebelum musim reproduksi akan memperlambat datangnya musim tersebut pada
kebanyakan domba betina. Dapatlah disimpulkan bahwa suhu panas atau dingin yang
dipertahankan untuk waktu lama mempengaruhi timbulnya musim reproduksi pada
domba.

Faktor-faktor Lain
Terjadinya musim reproduksi dapat dipercepat beberapa hari dengan
menempatkan domba betina bersama domba jantan sebelum datangnya musim kawin.
Selain itu faktor hereditas ikut terlibat karena perbedaan bangsa terutama adalah
perbedaan genetik. Kemungkinan besar perbedaan antar bangsa disebabkan oleh karena
perbedaan kondisi lingkungan dimana bangsa domba tersebut dikembangkan dan karena
seleksi alamiah terhadap aktivitas alamiah terhadap aktivitas reproduksi di bawah
kondisis-kondisi tersebut. Kekurangan pakan atau kesehatan yang terganggu dapat pula
mempengaruhi datangnya musim reproduksi.

Mekanisme Hormonal
Pengedalian reproduksi pada ternak-ternak yang kawin bermusim sebagian besar
tergantung pada hipotalamus. Hipotalamus menjalankan pengaruhnya melalui sel-sel
saraf yang menyebabkan pengeluaran faktor-faktor pelepas ke dalam peredaran darah
menuju ke kelenjar adenohipofisis. Faktor-faktor pelepas ini mengatun kadar pelepasan
gonadotnopin ke dalam peredaran darah dan secara langsung mempengaruhi produksi
ova dan hormon-hormon kelamin betina oleh ovarium. Pada beberapa jenis hewan
berkas-berkas cahaya menstimulin kerja hipotalamus melalui nenvus opticus, tetapi jalan
ini tidak begitu jelas pada domba. Apabila sanaf opticus pada domba disayat nampaknya
tidak banyak pengaruh terhadap stimulasi hipotalamus. Hal ini berarti bahwa reseptor-
reseptor cahaya di dalam otak selain daripada nervus opticus mungkin bertanggungjawab
terhadap kelenjar hipotalamus.

Fase-fase Siklus Berahi


Interval antara timbulnya suatu periode berahi ke permulaan periode berikutnya
disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase
atau periode, yaitu: proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

91
Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf
bertumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin
bertambah. Sistem reproduksi memulai persiapan persiapan untuk pelepasan ovum dari
ovarium. Folikel mengembang dan diisi oleh cairan folikuler. Setiap folikulen bertumbuh
cepat selama 2 atau 3 hari sebelum estrus. Pada anjing dan hahi vulva menjadi sangat
oedema dan membengkak. Serviks mengalami nelaksasi gradual dan makin banyak
mensekresikan mukus yang tebal dan berlendir dan sel-sel goblet pada serviks dan
vagina anterior dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada akhir proestrus terdapat mukus yang
terang, transparan yang menggantung daripada vulva sapi dan kuda. Sekresi estrogen ke
dalam urin meningkat dan mulai terjadi penurunan kadar progesteron di dalam darah.
Pada akhir periode proestrus hewan betina biasanya memperlihatkan perhatiannya pada
hewan jantan,

Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini umunmya hewan betina akan mencari
dan menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de Gnaaf menjadi matang. Ovum
mengalami perubahan perubahan ke arah pematangan. Estradiol dari folikel de Graaf
yang matang menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi tubulen yang
maksimal pada fase ini. Tuba Falopii menegang, epitel menjadi matang dan silia aktif;
terjadi kontraksi tuba Falopii dan ujung tuba yang berfimbriae merapat ke folikel de
Graaf. Sekresi cairan tuba bertambah. Uterus berereksi, tegang dan pada beberapa
spesies oedema. Suplai darah ke uterus bertambah, mukosa tumbuh dengan cepat dan
lendir disekresikan. Lendir serviks dan vagina bertambah. Serviks mengendor dan
oedema.Vulva mengendor dan oedema pada semua spesies tetapi sangat jelas pada babi.
Pada sapi seutas tali lendir menggantung dari vulva. Pada kebanyakan spesies ovulasi
terjadi menjelang akhir periode estrus.

Metestrus/Postestrus
Metestrus adalah periode segera setelah estrus dimana corpus luteum (CL)
bertumbuh cepat dan sel-sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah pengaruh
hormon LH dari adenohipofisis. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh

92
progesteron yang dihasilkan oleh CL. Progesteron menghambat produksi FSH oleh
adenohipofisis sehingga menghambat pembentukan folikel de Graaf yang lain dan
mencegah terjadinya estrus, Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan
seperlunya untuk menerima dan memberi makan kepada embrio. Pada sapi, selama
permulaan metestrus, epitelium pada karunkula uterus sangat hiperaemis dan terjadi
haemorrhagia kapiler. Hal ini disebut pendarahan metestrus “menstruasi Pendarahan
metestrus tidak sama dengan menstruasi pada primata (manusia dan kera) yang terjadi
sewaktu mengurangnya progesteron dan disebabkan oleh tanggalnya lapisan-lapisan
superfisial endometrium. Pada sapi, pendarahan metestrus berhubungan dengan
mengurangnya estrogen. Menj elang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi
agak lunak karena pengendoran otot uterus. Pada anjing, kucing dan kelinci, periode ini
meliputi pula periode kebuntingan semu (pseudopnegnancy). Pada sapi, domba, babi dan
kuda, lamanya metestrus sama dengan waktu yang diperlukan ova untuk mencapai uterus
yang kira-kira 3 sampai 4 hari. Pada anjing dan kucing periode kebuntingan semu
berlangsung masing-masing 50 sampai 60 hari dan 30 sampai 40 hari. Apabila
kebuntingan tidak terjadi, uterus dan saluran reproduksi selebihnya beregresi ke keadaan
yang kurang aktif sama sebelum proestrus dan disebut diestrus.

Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus berahi pada ternak-ternak
mamalia. Corpus luteum (CL) menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap
saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium menjadi lebih menebal dan kelenjar-
kelenjar berhipertropi. Serviks menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket.
Selaput mukosa pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini CL
memperlihatkan perubahan perubahan retrogresif dan vacualisasi secara gradual.
Endometrium dan kelenjar-kelenjar beratropi atau beregresi ke ukuran semula. Mulai
perkembangan folikel folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus.
Anestrus yang fisiologik umurnnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin
yang tenang, dan tidak berfungsi. Anestrus normal akan diikuti oleh proestrus. Di negeri-
negeri yang mempunyai 4 musim anestrus fisiologik dapat diobservasi pada kuda selama
musim dingin dan pada domba selama musim semi dan musim panas. Pada anjing dan
kucing suatu periode anestrus fisiologik yang berlangsung beberapa bulan dan dapat
terjadi dua atau tiga kali setahun. Oleh karena itu dipakai istilah anestrus untuk

93
membedakannya dengan diestrus yang berlangsung hanya sekitar seminggu dan pada
sapi, babi dan hewan-hewan poliestrus lainnya ditandai oleh CL yang matang. Selama
anestrus uterus kecil dan mengendor, dan lendir vagina jarang dan lengket. Mukosa
vagina dan serviks pucat dan tertutup rapat. Beberapa aktivitas folikuler dan pada
ovarium dapat berkembang tetapi pematangan folikel dan ovulasi jarang terjadi selama
periode anestrus.
Tabel 5.2. Lama periode siklus berahi pada hewan peliharaan
Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
Jenis Hewan
(hari) (hari) (hari) (hari)
Sapi 3 12-24 jam 3-5 13
Kuda 3 4-7 3-5 6-10
Babi 3 2-4 3-4 9-13
Domba 2 1-2 3-5 7-10

Secara keseluruhan sapi, babi dan kuda mempunyai siklus berahi yang
berlangsung 20 sampai 21 hari, walaupun terdapat variasi beberapa hari dari batas waktu
tersebut. Domba mempunyai siklus berahi yang lebih pendek, rata 16 sampai 17 hari.
Lama siklus yang abnormal dapat pula terjadi. Siklus berahi yang terlampau singkat
menandakan bahwa ovarium tidak berfungsi secara normal dan menunjukkan adanya
suatu ketidak seimbangan hormonal.
Sesuai dengan siklus berahinya, hewan-hewan dapat dibagi dalam tiga golongan.
Hewan-hewan monoestrus adalah hewan-hewan yang hanya memiliki satu siklus berahi
per tahun; termasuk ke dalam golongan ini biasanya hewan-hewan liar. Hewan-hewan
poliestrus meliputi jenis-jenis ternak sapi, babi dan kuda yang memperlihatkan estrus
secara periodik sepanjang tahun. Selama bulan-bulan tenakhir musim gugun dan selama
musim dingin kuda biasanya mempunyai satu periode anestrus. Ternak domba tergolong
dalam hewan-hewan poliestrus bermusim, karena mempunyai siklus berahi periodik
hanya selama musim tertentu dalam setahun. Anjing dan kucing Lebih menyerupai
hewan-hewan monoestrus, dan dapat mempunyai 2 sampai 4 periode estrus dalam
setahun. Babi dan sapi yang sedang menyusui anaknya dapat memperlihatkan anestrus,
disebut lactational anestrus.

Berahi
Estrus dan ovulasi sedikit banyaknya diserentakkan pada hewan betina untuk
mempertinggi kemungikanan pertemuan ovum dengan sperma dalam proses pembuahan
untuk memulai pnoses pertumbuhan dan perkembangan individu baru. Sinkronisasi

94
estrus dan ovulasi perlu karena umur ovum sesudah ovulasi dan umun sperrna yang
sudah ditempatkan ke dalam salunan kelamin betina sangat terbatas hanya bebenapa jam.

Gejala-gejala Berahi
Gejala-gejala berahi yang terlihat dan luar hampir sama pada semua mamalia,
walaupun terdapat bebenapa variasi antara spesies. Selama estrus, sapi betina menjadi
sangat tidak tenang, kurang napsu makan dan kadang kadang menguak dan berkelana
mencan hewan jantan. Ia mencoba menaiki sapi-sapi betina lain dan akan diam berdiri
jika dinaiki. Selama estrus ia akan tetap berdin bila dinaiki pejantan dan pasrah
menerima pejantan untuk berkopulasi. Vulva sapi tersebut dapat membengkak, memerah
dan penuh dengan sekresi mukus transparan yang menggantung dari vulva atau terlihat
disekeliling pangkal ekor.
Domba betina yang berahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan,
menggoyang-goyangkan ekornya dan akan diam berdiri bila dinaiki pejantan. Ia jarang
menaiki betina-betina lain. Domba betina tersebut tidak mensekresikan lendir selama
estrus dan vulva tidak oedema.
Gejala-gejala berahi sering sangat intensif pada babi betina. Ia akan memisahkan
diri dari kelompoknya dan akan mengembana beberapa kilometer untuk mencari
pejantan. Babi betina yang sedang berahi sangat sedikit menaruh perhatian pada pakan
dan sering mengeluarkan suara-suara rendah dan singkat. Apabila punggungnya ditekan
oleh betina lain, pejantan ataupun penunggunya ia akan mengambil posisi diam posisi
kawin (mating stance).
Kuda betina yang berahi akan mengizinkan kuda jantan untuk menciurn dan
mengigitnya tanpa memberi perlawanan, sering mengangkat ekor dan kencing. Ia akan
berdiri diam bila dinaiki pejantan. Labia vulva dapat menguak dan memanjang dengan
klitoris yang erektif.

Lama Berahi
Lama berahi bervariasi antar jenis hewan dan antar individu dalam satu spesies.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama berahi. Sapi dan domba dana senng
memperlihatkan periode berahi yang lebih pendek daripada betina-betina yang lebih tua,
tetapi lamanya berahi nampaknya tidak dipengaruhi oleh umur pada babi dan kuda.
Periode-periode berahi yang lebih pendek tenlihat pada kuda betina selama musim semi

95
sampai pertengahan musim panas dibandingkan dengan pada musim-musim yang
lainnya. Berahi pada babi agak lebih lama pada periode-periode postpartum dan sesudah
penyapihan daripada berahi normal antara pubertas dan konsepsi. Lamanya berahi pada
sapi-sapi tegalan dimana jarang terdapat pakan mungkin lebih pendek dari sapi yang
dipelihara di kandang.

Berahi Selama Kebuntingan


Berhentinya estrus sesudah perkawinan merupakan indikasi baik bahwa
kebuntingan telah terjadi. Akan tetapi berahi dapat terjadi pada 3 sampai 5 persen sapi-
sapi yang bunting terutama selama 3 bulan pertama masa kebuntingan walaupun dapat
terjadi dalam bulan bulan yang lebih tua. Domba, babi dan kuda juga menunjukkan
gejala-gejala berahi sesudah bunting tetapi frekuensinya tidak diketahui. Beberapa
folikel yang tumbuh telah diobsenvasi pada hewan-hewan betina bunting tetapi jarang
terjadi ovulasi. Akan tetapi ovulasi harus pernah terjadi karena superfoetasi atau dua
kebuntingan yang berbarengan dengan fetus yang berbeda umur pada induk yang sama
pernah dilaporkan.

Interval antara Partus dan Estrus Pertama


Sesudah partus, hewan betina hams menghasilkan susu untuk anaknya dan
menyiapkan uterus, ovarium dan organ-organ kelamin lainnya dan sistem endokrin untuk
memulai lagi suatu siklus normal dan untuk kebuntingan baru. Uterus harus kembali
kepada ukuran dan posisi semula (involusi) dan mempersiapkan diri untuk kebuntingan
berikut.
Waktu yang diperlukan untuk involusi pada sapi berkisar antara 30 sampai 50
hari. Involusi uterus biasanya tencapai menjelang periode estrus pertama sesudah partus.
Interval antara partus ke estrus pertama pada sapi berkisar antara 50 sampai 60 hari.
Interval tersebut lebih lama pada sapi potong yang kekurangan pakan dan lebih lama
pada sapi yang menyusui anaknya dibandingkan dengan sapi yang diperah dua kali
sehari. Ovulasi tanpa estrus juga terjadi pada sapi yang menyusui anaknya.
Pada kuda involusi uterus terjadi pada 20 sampai 40 hari sesudah partus. Karena
estrus pertama sesudah partus terjadi dalam waktu 6 sampai 13 hari, maka uterus belum
cukup berinvolusi sehingga angka konsepsi akan rendah jika dikawinkan pada saat
tensebut. Akan tetapi implantasi embrio tidak akan terjadi sebelum 40 sampai 60 hari
sesudah fentilisasi, dan pada saat itu involusi uterus sudah sempurna.

96
Estrus pertama sesuudah partus pada babi terjadi dalam waktu 3 sampai 5 hari
tetapi biasanya tidak disertai ovulasi. Oleh karena itu apabila babi betina dikawinkan
pada saat tersebut tidak akan terjadi kebuntingan. Pnoduksi susu memperpanjang interval
antara partus dengan estrus dan ovulasi pertama.
Waktu yang diperlukan untuk involusi uterus pada domba mempunyai arti praktis
yang kecil karena kebanyakan domba mempunyai musim reproduksi tertentu dan hanya
melahinkan anak sekali setahun.

Ovulasi
Ovulasi dapat didefenisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de Graaf.
Jumlah sel telur yang diovulasikan oleh kedua ovaria pada satu estrus henbeda beda
menurut jenis hewan. mulai dari satu pada sapi dan kuda, sampai 18-20 pada babi.
Angka ovulasi dipengaruhi beberapa faktor termasuk pakan, umur dan hereditas.
Rata-rata waktu ovulasi pada semua jenis ternak mamalia adalah selama periode
berahi atau segera sesudah akhir berahi (Tabel 5.3.). Sinkronisasi antara estrus dan
ovulasi diperlukan untuk menjamin fertilisasi karena umur ovum maupun sperma di
dalam saluran kelamin betina adalah relatif singkat.
Tabel 5.3. Rata-rata waktu ovulasi pada beberapa ternak
Jenis Hewan Waktu Ovulasi dalam Hubungan dengan Waktu Estrus
Kuda 1-2 hari sebelum akhir estrus, kadang-kadang 1-2 hari sesudah
estrus
Sapi 10-15 jam sesudah akhrir estrus, sapi-sapi dara ± 3 jam lebih
cepat
Domba Umumnya dalam waktu 12 jam, tetapi kadang-kadang 24 jam
sebelum akhir estrus atau 12-24 jam sesudah permulaan estrus
Kambing Menjelang akhir estrus
Babi Menjelang akhir estrus. Semua ovulasi terjadi 24-40 jam
sesudah permulaan estrus
Kadar gonadotropin di dalam darah mempengaruhi angka ovulasi (ovulation
rate) karena banyak ovum telah dihasilkan sesudah penyuntikan gonadotropin selama
proestrus (superovulasi). Secara umum dikenal bahwa ovulasi distimulir oleh LH, tetapi
mekanisme yang sebenarnya tidak diketahui. Mungkin LH menyebabkan pengendoran
dinding folikel sehingga lapisan-lapisan pecah dan melepaskan ovum dan cairan folikel.

97
Pembentukan Corpus Luteum
Sesudah selesai ovulasi terbentuklah corpus luteum (CL) di dalam folikel yang
telah pecah dan mulai mensekresikan progesteron. Selama CL tetap aktif mensekresikan
progesteron, kadar FSH oleh adenohipofisis tetap rendah dan folikel pada ovarium
kurang berkembang. Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa ayam berovulasi dan
menghasilkan telur setiap hari tanpa sedikitpun persamaan dengan siklus berahi antar
ovulasi pada mamalia. Hal ini disebabkan pada ayam tidak terbentuk CL di ternpat
folikel yang pecah sehingga hanya sedikit atau tidak ada progesteron yang terbentuk.
Pada ternak mamalia apabila tidak terjadi kebuntingan maka sekresi progesteron
mengurang, produksi FSH meninggi dan suatu kelompok folikel barn mulai dihasilkan.
Pelepasan LH dari kelenjar hipofisis ditimbulkan oleh mekanisme neurohumoral. Pada
spesies yang berovulasi secara tidak spontan (misalnya kelinci dan kucing), rangsangan
kopulasi dibawa oleh susunan saraf ke bagian ventral hipotalamus. Hipotalamus akan
mensekresikan faktor pelepas LH (LH-RF) ke dalam aliran darah menuju adenohipofisis.
yang akan menyebabkan pelepasan LH dan ovulasi.
Pada ternak mamalia yang berovulasi secara spontan, bahan penyebab pelepasan
LH dan adenohipofisis tidak begitu diketahui. Tetapi nampaknya mekanisme
neurohumoral ikut terlibat.

Ovulasi Tanpa Estrus


Pada beberapa hewan betina kejadian-kejadian fisiologik dan histologik serta
proses ovulasi dan berbagai fase sildus berahi dapat berjalan lancar normal tetapi tithk
disertai timbulnya gejala-gejala berahi. Perkembangan perkembangan folikuler, ovulasi
dan terbentuknya CL pada sapi dan kuda dapat diketahui dengan pemeriksaan
pemeriksaan melalui palpasi rektal, tetapi dalam hal ini tidak terlihat gejala-gejala berahi
dari luar.
Ovulasi tanpa estrus ditemukan pada domba pada saat-saat dekat, sebelum
ovulasi, dan sesudah berakhirnya musim perkembangbiakan. Kejadian ini lebih sering
ditemukan pada domba-domba yang mendapat pakan yang kurang memenuhi syarat
dibandingkan pada domba-domba yang memperoleh cukup pakan, terutama pada
pertengahan pertama musim perkembangbiakan. Ovulasi tenang (quiet ovulation) lebih
banyak ditemukan pada hewan muda daripada hewan tua.

98
Ovulasi tenang ini ditemukan pada semua ternak, dan ditandai oleh perpanjangan
periode siklus berahi, yaitu dua atau tiga kali normal. Pada sapi sesudah partus banyak
ditemukan ovulasi tanpa berahi untuk beberapa periode.
Hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.

Estrus tanpa Ovulasi


Pada kejadian sebaliknya dapat ditemukan estrus tanpa ovulasi. Keadaan ini
dapat menyebabkan perkawinan-perkawinan yang steril dan dapat terjadi pada semua
ternak terutama pada estrus pertama postpartum.

TUGAS MODUL 5
Untuk mengukur/menguji tingkat pemahaman anda terhadap materi dalam modul
ini, silahkan selesaikan soal-soal berikut ini!
1. Apa yang dimaksudkan dengan reproduksi dalam konteks ilmu reproduksi ternak?
2. Kapan seekor ternah mencapai masa pubertas?
3. Sebutkan dan jelaskan berapa faktor yang mempengaruhi musim kawin pada hewan?
4. Sebutkan dan jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pubertas!
5. Sebutkan dan jelaskan fase-fase dalam satu siklus berahi pada hewan!

Ringkasan
Reproduksi dimulai sejak hewan dilahirkan. Setelah lahir dalam pertumbuhannya
hewan akan mengalami perkembangan organ reproduksi dan secara fisiologis sampai
saat pubertas dimana hewan sudah siap untuk menjalani proses reproduksi. Pertumbuhan
dan perkembangan organ reproduksi sampai pubertas dipenganuhi oleh berbagai kerja
hormon. Pada saat pubertas estrus pertama akan terjadi dan keadaan ini berhubungan
dengan berat dan umur hewan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pubertas antara lain
musim, suhu, pakan dan faktor genetik. Musim kawin bisa terjadi pada bangsa/jenis
hewan tertentu untuk meningkatkan produktifitasnya. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap musim kawin adalah photoperiod, suhu dan hormon. Untuk menjalankan proses
reproduksi hewan akan mengalami siklus berahi yaitu proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus kemudian akan kembali lagi ke fase proestrus. Masing-masing fase ditandai
dengan penampakan dari luar yang berbeda-beda.

99
TEST MANDIRI
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Pubertas adalah saat dimana organ reproduksi dari hewan jantan dan betina mulai
berfungsi. Pada hewan jantan dan betina mulai masing-masing mampu memproduksi :
a. Hormon jantan dan betina
b. Sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum)
c. Jantan dapat menaiki hewan betina dan betina bersedia menerima pejantan
d. Jawaban a, b dan c benar
2. Beberapa factor yang dapat mempengaruhi pencapaian pubertas pada ternak antara
lain adalah :
a. Musim
b. Suhu
c. Pakan, dan factor genetic
d. Jawaban a, b dan c benar
3. Rata-rata waktu terjadinya ovulasi pada ternak sapi adalah :
a. 5 samai 8 jam setelah akhie estrus
b. estrus10 sampai 15 jam setelah akhir
c. 10 sampai 15 jam setelah awal estrus
d. Jawaban a, b dan c benar
4. Sedangkan rata-rata waktu terjadinya ovulasi pada ternak kuda adalah :
a. 20 sampai 40 jam setelah akhir estrus
b. 20 sampai 30 jam setelah awal estrus
c. 20 sampai 40 jam setelah awal estrus
d. 20 sampai 40 jam dari pertengahan estrus
5. Waktu yang diperlukan untuk involusi uterus pada sapi dan kuda sesudah partus,
masing-masing adalah :
a. Berkisar antara 30 sampai 50 hari dan 40 samapi 50 hari
b. Berkisar antara 30 sampai 50 hari dan 20 samapi 40 hari
c. Berkisar antara 20 sampai 40 hari dan 30 samapi 50 hari
d. Berkisar antara 40 sampai 50 hari dan 40 samapi 50 hari
6. Hormon yang memegang peranan penting dalam proses ovulasi pada hewan betina
adalah :
a. Estrogen
b. Progesteron
c. Luteinizing hormone (LH)
d. Progesteron dan FSH
7. Secara garis besar dalam satu siklus berahi terdapat 4 tahap/fase berahi secara
berurutan, yakni :
a. Proestrus, estrus, metestrus dan diestrus
b. Estrus, metestrus, diestrus dan proestrus
c. Diestrus, proestrus, estrus dan metestrus
d. Jawaban a, b dan c benar
8. Fase dimana hewan betina bersedia menerima penjantan untuk melakukan
perkawinan adalah :
a. Fase diestrus
b. Fase proestrus
c. Fase estrus
d. Fase Metestrus

100
9. Fase yang paling lama atau terpanjang dalam satu siklus berahi adalah :
a. Fase estrus
b. Fase metestrus
c. Fase diestrus
d. Fase proestrus
10. Tanda-tanda berahi yang paling utama pada ternak sapi yang dapat dijadikan
patokan bahwa sapi betina tersebut berada dalam puncak berahi adalah :
a. Keluar lendir transparan dari vulva
b. Diam dinaiki oleh pejantan
c. Napsu makan berkurang
d. Jawaban a, b dan c benar

KUNCI JAWABAN TEST MANDIRI


1. D (cukup jelas)
2. D (cukup jelas)
3. B (cukup jelas)
4. C (cukup jelas)
5. B (cukup jelas)
6. C (cukup jelas)
7. A (cukup jelas)
8. C (cukup jelas)
9. C (cukup jelas)
10. B (cukup jelas)

DAFTAR PUSTAKA

Berden, H.J. and J.W. Fuquay. 1992. Applied Animal Reproduction. 3rd.

Hafez.E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animal. 6 ed. Lea and Febiger, Philadelpia,
USA. P : 94-112.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta. P : 165-192.

Salisbury, G.W., N.L. Van Demark dan R. Djanuar. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah Mada University Press. P : 44-127.

Toelihere, M.R. 1993. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa Bandung. P : 168-
195

101
MODUL 5
SIKLUS REPRODUKSI

OLEH

BURHANUDDIN

102
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2010

GBPP
Mata kuliah/Kode/SKS.
Deskripsi : Materi ini membicarakan secara fisiologis proses Siklus Reproduksi
dengan menjelaskan secara rinci proses proses dimulainya pubertas dan
berbagai factor yang mempangaruhinya, fase-fase siklus berahi, berahi, dan
interval antara partus dan estrus pertama sesudah partus.
Kompetensi Umum :
==========================================================

|
No. Kompetensi Indikator Materi Aktivitas Evaluasi Daftar Pustaka
khusus belajar
. Memahami >menguraikan 1.Pendahuluan 1.Hafez.E.S.E.1993….
tentang tentang siklus Reproduction in Farm
siklus reproduksi Animal.6th.Ed.Lea and
reproduksi >menjelaskan 2.Puberttas Febiger,Philadelphia,USA.Hal.94-
pengertian 112
pubertas dan 2.Partodihardjo,S.19922.Ilmu
pengaruh hormon Reproduksi
terhadap Hewan.Mutiara,Jakarta.Hal.165-
pubertas,hubungan 192
umur dan berat 3.Salisbury,G.W.,N.L. Van
badan terhadap Demark.1985.Fisiologi Reproduksi
pubertas. dan Inseminasi Buatan pada
>mengidentifikasi Sapi.Gadjah Mada University
factor-faktor yang Press.Hal.44-127.
mempengaruhi 4.Toelihere,M.R.1993Fisiologi
pubertas. Reproduksi pada
>menguraikan 3.Musim Ternak.Angkasa.Bandung.Hal.168-
pengertian tentang Kawin 195.
musim kawin.
>mengidentifikasi
factor-faktor yang

103
mempengaruhi
musim kawin.
>menguraikan
mekanisme
hormonal pada
saat musim kawin.
>menguraikan 4.Siklus
tentang siklus berahi dan
berahi. fase-fase
>menguraikan siklus berahi
tentang fase-fase
siklus berahi
>menguraikan 5.Berahi
tentang berahi
>mengidentifikasi
gejala-gejala
berahi
>menguraikan
tentang lama
berahi
>menguraikan
berahi selama
kebuntingan
>menguraikan 6.Interval
tentang interval antara partus
antara partus dan dan estrus
estrus pertama pertama.
>menjelaskan
pengertian ovulasi
tanpa estrus dan
estrus tanpa
ovulasi.

104
105

Anda mungkin juga menyukai